Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Teori Mental Disorder”

DOSEN PENGAMPU:
Sani Susanti,S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh :
ALDINA DHEA AMANDA WAHANI ( 119317011)

PENDIDIKAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah Phatologi Sosial dengan judul “Teori Mental Disorder”

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Sani


Susanti,S.Pd,M.Pd selaku dosen pembimbing, karena telah memberi bimbingan kepada
penulis, dan juga teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun
materil, oleh karenanya pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurnanya apa yang
kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan serta isi/materi, kami
mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun tidak langsung, untuk kesempurnaan
penulisan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca. Jika ada
kesalahan kata dalam penulisan mohon dimaafkan,

Dumai, November 2020

Aldina Dhea Amanda Wahani


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Mental Disoder..............................................................................................................2

2.2 Teori mental Disorder....................................................................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................5

3.2 Saran..............................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat
awam. Dimasa lalu banyak orang menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit yang
tidak dapat diobati (Hawari, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental,
yang meliputi emosi, pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang
menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi sehingga
mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat (Nasir & Muhith 2011).

Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus meningkat. Hal ini
disebabkan karena seseorang tidak bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan suatu
perubahan atau gejolak hidup. Apalagi di era serba modern ini, perubahan-perubahan terjadi
sedemikian cepat, berbagai aspek seperti sosial ekonomi dan sosial politik yang tidak
menentu serta kondisi lingkungan sosial yang semakin keras sehingga mengganggu dalam
proses hidup dimasyarakat. Gangguan jiwa terjadi tidak hanya pada kalangan menengah
kebawah sebagai dampak dari perubahan sosial ekonomi, tetapi juga kalangan menengah
keatas yang disebabkan karena tidak mampu mengelola stress (Yosep, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO, 2007) saat ini lebih dari 450 juta penduduk
dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007,
menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan
depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang
dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami
gangguan mental emosional.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Mental Disorder ?

1.2.2 Bagaimana bentuk Teori Mental Disorder ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulis makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Phatologi
Sosial juga untuk mengethaui apa itu Mental disorder dan bentuk Teori Mental Disorder.
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai penambah ilmi pengethauan mengnai Mental
disorder yan ditujukan pada penulis serta pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mental Disorder

Penyakit mental merupakan satu istilah umum bagi sebarang reaksi psikotis yang serius ,
baik yang bersifat psikogenis maupun organis sifatnya. Pada waktu sekarang orang lebih suka
menggunakan istilah gannguan Mental ? mental disorder untuk penyakit mental , disebabkan
oleh implikasi somatic atau organisnya dalam penggunaan istilah “penyakit”.

Disorder mental adalah bentuk penyakit , gangguan , dan kekacauan fungsimental atau
kesehatan mental , disebabkan oleh kegagaln mereaksikan mekanisme adaptasi dari fungsi.
Fungsi kejiwaan /mental terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan : sehingga
muncul gangguan fungsional atau gangguan struktual dari satu bagian , satu orang, atau
system kejiwaan / mental.

J.P. Chaplin mengatakan bahwa Mental disorder ( gangguan , kekalutan , penyakit


mental) itu adalah sebarang bentuk ketidak mampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya
terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidak mampuan tertentu .
Sumber gangguan / kekacauannya bias bersifat psikogenis atau organis, mencakup kasus-
kasus reaksi psikopatisdan reaksi-reaksi neurotis yang gawat.

Menurut Abdul Mujib. Kekalutan mental atau mental disorder juga disebut suatu bentuk
gangguan bentuk kekacauan fungsi mental (kesehatan mental) disebabkan oleh kegagalan
mereaksi ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur
pada satu bagian, satu organ atau sistem kejiwaan

Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persolan yang harus diatasi, sehingga yang
bersangkutan bertingahlaku secara kurang wajar. Misalnya, seseorang yang tidak mampu
menjawab sebuah pertanyaan ujian, menggigit-gigit pensil.

2.2 Teori Mental Disorder

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk mengetahu mental disorder diantaranya
adalah sebagai berikut :

a. Teori Demonoligis vs Teori Naturalistik

Teori demonologis menyebutkan sebab-sebab mental disorder ialah: unsure-unsur gaib


dan setan-setan/roh jahat atau sebagai hasil perbuatan dukun-dukun jahat. . Kitab Injil
misalnya mengemukakan beberapa bentuk “gangguan kepribadian” atau kekalutan mental.
Akan tetapi pada zaman dahulu fenomena itu disebut sebagai tanda-tanda mistik, takhayul,
kekuatan setan, guna-guna dan sihir

Teori demonologis membedakan:1) tipe kekalutan mental yang jahat dan 2) tipe
kekalutan mental baik, yang memberikan kebajikan. Tipe yang jahat ialah mereka yang
dianggap berbahaya, bisa merugikan dan membunuh orang lain. Tingkah laku abnormal itu
dianggap sebagai “perbuatan setan”, jahat dan berdosa. Sedang tipe yang baik, yang secara
mistik dianggap” penyalit suci” ialah gejala epilepsi atau ayan. Beberapa diantara bekas
penderita ayan ini diperkenankan memberikan pengobatan kepada pasien-pasien lain melalui
doa-doa, sembahyang dan penebusan dosa(Kartono, 2001; 237).

Sebaliknya, teori naturalis menyatakan sebagai berikut: tingkah laku menyimpang dan
kekalutan mental ditimbulkan oleh proses fisik/ jasmaniah. Tingkah laku menyimpang dan
kacau-kalut itu selalu berhubungan dengan fungsi-fungsi jasmani yang kalut dan abnormal;
dan bukan disebabkan oleh gejala spiritual. Dengan demikian teori naturalis memberikan
antitesis langsung terhadap doktrin demonologis, dan menyatakan ajaran demonologis
sebagai tidak logis, dan jelas penuh unsur takhayul.

Aliran naturalis menganjurkan, agar perlakuan terhadap orangorang yang terganggu atau
kalut jiwanya itu lebih humanistis dan lebih lunak, dengan menghapus semua bentuk
pasungan, perantaian dan siksaan; para penderitanya hendaknya diobati serta dihargai sesuai
dengan martabat kemanusiaannya.

b. Teori Organis vs Teori Psikologis

Teori ini berbeda pendapat dengan teori sebelumnya mengenai sebab-sebab mental
disorder. Menurut teori organis, sebab utama mental disorder adalah kerusakan pada
jaringan-jaringan otot atau gangguan biokhemis pada otak; masing-masing disebabkan oleh
defek genetis, disfungsi pada endokrin, infeksi atau luka-luka. Mereka berkeyakinan, bahwa
apabila pada suatu saat bisa ditemukan campuran kimia yang tepat, dan bisa menemukan
teknik pembedahan yang lebih akuran/ cermat, pastila para sarjana akan mampu menemukan
penyebabpenyebab fisik dari penyakit jiwa dan semua gangguan mental.

Sebaliknya, para penganut teori psikologi berpendirian, bahwa sebab-sebab mental


disorder adalah kebiasaan-kebiasaan belajar yang patologis dan keliru sehingga diefleksikan
dengan: ketidakmampuan memenuhi tuntutan hidup menurut pola umum (pola yang wajar).
Sigmund Freud sebagai tokoh psikoanalisa berpendapat bahwa penyebab mental disorder
bukan karena fisik, tetapi disebabkan oleh proses belajar yang keliru dari individu yang
bersangkutan.

c. Teori Intrapsikis dan Teori Behavioritis

Menurut teori intrapsikis tempat dari psikopatologi atau gangguan jiwa itu ada dalam
kepribadian seseorang, sebagai bentuk; 1) kesalahan karakter yang serius atau sebagai 2)
konflik yang menyusup tajam dan dalam pada kehidupan kejiwaan. Tingkah laku abnormal
dan menyimpang itu selalu berkaitan dengan gangguan-gangguan internal yaitu berupa
kekuatan-kekuatan yang saling berkonflik, dan beroperasi mengganggu dalam kepribadian
seseorang.

Pada sisi lain penganut teori behavioristis mengembangkan teori refleks terkondisi pada
manusia dan binatang, yang menyatakan: prinsip-prinsip belajar pada tingkah laku
abnormal/menyimpang itu menjadi sumber penyebab dari tingkah laku abnormal. Menurut
teori ini tingkah laku abnormal, menyimpang (kalut, anarkis, kacau, sakit, psikopatologis
adalah bentuk kebiasaan-kebiasaan yang maladaptive;salah dalam penyesuaian dirinya. Maka
tingkah laku abnormal adalah bentuk tingkah laku lahirian/eksternal.

d. Teori Psikoanalisa dan Behaviorisme

Menurut toeri psikoanalisa sumber dari semua ganguan mental itu terletak dalam individu
sendiri, yaitu berupa pertempuran batin, antara dorongan-dorongan infantil melawan
pertimbangan yang matang dan rasional. Berkaitan dengan ini, simptom-simptom lahiriah
dalam bentuk tingkah laku abnormal dan menyimpang (gangguan mental) itu merupakan
bentuk permukaan dari gangguan-gangguan intrapsikis yang serius.

Teori yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini berpendapat bahwa faktor-faktor kultural
dan intrapersonallah yang menjadi sumber penyakit dari tingkah laku abnormal dan mental
disorder. Teori behavioristis yang dipelopori Ivan Pavlov berpendapat lain, semua tingkah
laku abnormal dan mental disorder itu timbul dari proses pengkondisian, dan tidak
menjelaskannya dari pengertian fiksasi atau motif-motif tidak sadar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai mental disorder. Secara lebih
sederhana mental disorder atau kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang
mengalami mental disorder atau kekalutan mental adalah :nampak pada jasmani yang sering
merasakan pusing, sesak napas, demam, dan nyeri pada lambung serta nampak pada
kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Adapun bentukbentuk mental disorder adalah psikopat, schizophrenia dan psikosa fungsional.
Disamping mental disorder, maka jasmani yang sehat antara ain ditandai dengan ciri-ciri;
memiliki energy, stamina atau daya tahan, kuat bekerja, dan badan selalu merasa sehat
nyaman.

3.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh orang tua untuk tetap engawasi dan mewaspadai segala
kemungkinan yang terjadi pada anak untuk menghindari permasalahan mental disorder.
DAFTAR PUSTAKA

Mubasyarah, 2013, Penganalan Dini Pendidikan Menal Disorder, Vol 4 (1), 127-444

Walgito, Bimo, 1982, Kesehatan Mental: Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas


Psikologi Universitas Negeri Gajah Mada

Berry choresyo, Soni Akhmad, Hery Wibowo, Kesadadran Masyarakat terhadap


Penyakit Mental Disorder, Vol2 (3), 301-444

Anda mungkin juga menyukai