Dosen Pengampu :
Prof. Drs. H. H. Khairinal, Dpt. BA., M.Si.
Disusun Oleh :
TITANIA NOVIANA
A1A119074
Penuis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................i
KATA PENGANTAR.................................ii
DAFTAR ISI..............................................iii
BAG I Penyimpangan Psikologi Sosial ....1
1.1 Teori-teori penyimpangan Sosial...........1
1.2 Penyimpangan Psikologi Sosial.............2
1.3 Sebab - Sebab Terjadinya
Penyimpangan Sosial.............................9
1.4 Dampak Perilaku
Penyimpangan Psikologi Sosial.............9
BAGIAN II Pemecahan Masalah
Psikologi Sosial.........................................13
2.1 Aspek-Aspek Masalah.........................13
2.2 Kesulitan dalam
Memecahkan Masalah..........................14
2.3 Strategi Pemecahan Masalah...............15
BAGIAN III Problem-problem yang
Dihadapi dalam Pembentukan
Teori-teori Psikologi Sosial......................20
DAFTAR PUSTAKA................................25
iii
BAGIAN 1
Penyimpangan Psikologi Sosial
1
nonkonformitas. Perilaku yang tidak
menyimpang disebut konformitas, yaitu
bentuk interaksi seseorang yang berusaha
bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari, tidak semua orang
bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat.
1. Kriminalitas
(Sumber : jawapos.com)
Perubahan sosial yang terjadi dalam
kehidupan memberi peluang bagi setiap
orang untuk berubah, tetapi perubahan
2
tersebut tidak membawa setiap orang ke arah
yang dicita-citakan. Hal ini berakibat
terjadinya perbedaan sosial berdasarkan
kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun
pergaulan. Perubahan sosial tersebut dapat
membawa seseorang atau kelompok ke arah
tindakan yang menyimpang karena
dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak
terpenuhi atau terpuaskan dalam
kehidupannya.
Perbuatan kriminal yang muncul di
masyarakat secara khusus akan diuraikan
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial
yang menimbulkan kesenjangan kehidupan
atau jauhnya ketidaksamaan sosial.
Akibatnya, tidak semua orang mendapat
kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan
tersebut menyebabkan setiap orang memiliki
penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak
dan kewajibannya. Setiap orang harus
mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban
yang dilakukan.
3
2. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
( Sumber : kiblat.net )
Bangsa Indonesia yang sedang
membangun perlu memiliki sistem
administrasi yang bersih dan berwibawa,
bebas dari segala korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Masalah korupsi menyangkut
berbagai aspek sosial dan budaya, maka Bung
Hatta (dalam Mubyarto) mengatakan bahwa
korupsi adalah masalah budaya. Apabila hal
ini sudah membudaya di kalangan bangsa
Indonesia atau sudah menjadi bagian dari
kebudayaan bangsa akan sulit untuk
diberantas. Akibatnya, hal tersebut akan
menghambat proses pembangunan nasional.
Untuk memberantas korupsi, tidak hanya satu
atau beberapa lembaga pemerintahan saja
4
yang harus berperan,rakyat Indonesia harus
bertekad untuk menghilangkan korupsi.
3. Kenakalan Remaja
( Sumber : dinsos.jatengprov.go.id )
Kenakalan remaja merupakan disintergasi
dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu
karena tindakan yang mereka lakukan dapat
meresahkan masyarakat. Oleh karena itu,
kenakalan remaja disebut sebagai masalah
sosial. Munculnya kenakalan remaja
merupakan gejolak kehidupan yang
disebabkan adanya perubahan-perubahan
sosial di masyarakat, seperti pergeseran
fungsi keluarga karena kedua orangtua
bekerja sehingga peranan pendidikan
keluarga menjadi berkurang.
5
4. Alkoholisme
( Sumber : winnetnews.com )
Minuman alkohol mempunyai efek negatif
terhadap saraf. Alkohol dapat mengakibatkan
mabuk dan tidak dapat berpikir secara
normal. Akibatnya seorang pemabuk mudah
melakukan tindakan yang tidak terkendali
baik secara fisik, sosial, maupun psikologis
sehingga merugikan dirinya maupun orang
lain. Penyimpangan lain seperti perusakan,
penganiayaan, dan bahkan pembunuhan.
6
5. Penyalahgunaan Narkotika.
( Sumber : qureta.com )
Penyalahgunaan narkotika adalah
penggunaan narkotika tanpa izin dengan
tujuan hanya untuk memperoleh kenikmatan.
Penyimpangan sosial yang timbul adalah
pembunuhan, pemerkosaan pencurian,
perampokan.
Penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun
ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita
amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di
media cetak maupun elektronika yang hampir
setiap hari memberitakan tentang
penangkapan para pelaku penyalahgunaan
narkoba oleh aparat keamanan. Kebanyakan
pelakunya adalah remaja belasan tahun,
mereka pasti sudah mengerti tentang bahaya
7
mengkonsumsi narkoba, tapi mengapa
mereka menggunakannya.
6. Penyimpangan Seksual
( Sumber : macorp.co.id )
Penyimpangan Seksual adalah bentuk
penyimpangan yang berkaitan dengan
masalah seksual.penyimpangan seksual
merupakan juga tingkah laku seksual yang
tidak lazim dijalankan. Penyimpangan sosial
yang timbul adalah pemerkosaan,
homoseksual, lesbian , bermesraan di tempat
umum, Pelacuran, dan lain sebagainya.
Penyimpangan ini bisa terjadi akibat adanya
keinginan dan kemauan.Penyimpangan
seksual dianggap menyimpang karena
melanggar norma- norma yang berlaku.
8
1.3 Sebab - Sebab Terjadinya
Penyimpangan Sosial
Adapun sebab-sebab terjadinya perilaku
menyimpang menurut Setiadi (2011; 215)
yaitu:
1. Sikap mental yang tidak sehat
2. Ketidakharmonisan dalam keluarga
3. Pelampiasan rasa kecewa
4. Dorongan kebutuhan ekonomi,
5. Pengaruh lingkungan & media massa
6. Ketidaksanggupan menyerap norma
7. Proses sosialisasi nilai-nilai subkultur
menyimpang
8. Kegagalan dalam proses sosialisasi
9. Adanya ikatan sosial yang berlainan.
10
c. Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan
dan dekat dengan perbuatan dosa.
11
a. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban
dan ketidakharmonisan dalam
masyarakat.
b. Merusak tatanan nilai, norma, dan
berbagai pranata sosial yang berlaku di
masyarakat.
c. Menimbulkan beban sosial, psikologis,
dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d. Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-
unsur lain yang mengatur perilaku
individu dalam kehidupan masyarakat.¹
BAGIAN II
Pemecahan Masalah Psikologi Sosial
12
Pemecahan masalah merupakan
keterampilan kognitif yang bersifat
kompleks, dan mungkin merupakan
kemampuan paling cerdas yang dimiliki
manusia (Chi & Glaser dalam Matlin, 1989).
Menurut Matlin (1989), pemecahan
masalah diperlukan ketika seorang individu
mempunyai keinginan untuk meraih sebuah
tujuan tertentu dan tujuan itu belum tercapai.
2.1 Aspek-Aspek Masalah
Matlin (1989) mengemukakan bahwa
dalam memecahkan masalah, ada baiknya
memperhatikan aspek-aspek dari masalah,
yaitu:
1. Kondisi nyata yang dihadapi, misalnya
seorang mahasiswa yang tidak memiliki
handphone padahal semua teman di
kampusnya sudah memiliki handphone.
Mahasiswa ini sudah meminta dibelikan
pada orang tuanya, namun ternyata orang
tuanya tidak memiliki dana yang cukup
untuk membeli handphone.
13
2. Kondisi yang diinginkan, misalnya
mahasiswa tersebut di atas menginginkan
handphone model terbaru seperti yang
dimiliki teman-temannya
3. Aturan atau batasan yang ada, misalnya si
mahasiswa tersebut memegang teguh nilai,
bahwa ia tidak boleh mendapatkan barang
dengan cara yang melanggar norma,
seperti mencuri.
14
namun ia tidak memahami masalah yang
sebenarnya.
3. Kegagalan dalam menggunakan informasi
yang tersedia. Hal ini terjadi jika individu
tidak memiliki pengetahuan yang
memadai terkait dengan masalah yang
dihadapi.
4. Kegagalan dalam mengenali atau
mempertanyakan asumsi yang ada. Hal ini
terjadi jika individu tidak memahami
adanya asumsi, teori atau aturan yang
terkait dengan masalah yang dihadapi.
5. Kegagalan dalam mempertimbangkan
berbagai alternatif yang ada. Hal ini terjadi
jika individu tidak memiliki kemampuan
berfikir divergen yang memungkinkannya
untuk melihat berbagai alternatif
penyelesaian masalah.
16
banyak dihadapi dan diajarkan cara
penyelesaiannya di bangku sekolah.
Sementara untuk masalah yang bersifat ill
defined, tampaknya masih cukup banyak
yang kesulitan dalam menyelesaikannya.
Hal ini membuat pelajar atau mahasiswa
akan merasa kesulitan mengidentifikasi
masalah yang serba tidak pasti ketika
mereka menghadapi situasi nyata dalam
kehidupan.
b) Kurangnya pengetahuan yang terkait
dengan masalah, sehingga menyulitkan
individu dalam memahami masalah dan
melihat alternatif solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah
c) Kecenderungan ingin cepat menemukan
solusi, sehingga terkadang individu tidak
sabar dan tidak mau membuang waktu
untuk memahami masalah dengan lebih
komprehensif.
19
BAGIAN III
20
Untuk menghindari kelemahan dari istilah
yang diambil dari pembendaharaan istilah
sehari-hari, ada sarjana-sarjana yang lebih
suka membentuk istilah sendiri. Kelemahan
dari cara ini adalah bahwa istilah yang dipilih
lebih sukar didefinisikan dan lebih sukar
diingat. Oleh karena itu, usaha yang banyak
dilakukan oleh para sarjana adalah membuat
definisi operasional dari suatu istilah.
Misalnya : istilah “kepemimpinan”. Seorang
disebut mempunyai kepemimpinan jika
mendapatkan minimal sekian persen suara
yang mendukungnya dalam suatu
pemungutan suara. Akan tetapi definisi
operasional ini juga mempunyai kelemahan
yaitu terlalu khusus, hanya berlaku dalam
situasi tertentu sehingga sukar dilakukan
generalisasi. Selain itu, ada kemungkinan
bahwa setelah dioperasionalkan definisi itu
tidak cocok lagi dengan konsep semula.
21
Setiap data yang digunakan sebagai dasar
untuk menyusun teori harusnya reliable
(dapat dipercaya kebenarannya). Akan tetapi,
data yang reliable sulit diperoleh dalan
psikologi sosial karena faktor-faktor berikut
ini :
b. Sumber data
Dalam ilmu alam atau kimia, bahan-bahan
penelitian dapat diperoleh dimana saja dan
kapan saja dengan kualitas yang hampir sama
22
asalkan sudah menemui criteria tertentu.
Dalam psikologi sosial, bahan penelitiannya
adalah manusia,yang walaupun dipilih
berdasarkan kriteria tertentu, tetapi tidak bisa
diperoleh bahan penelitian yang baku.
Masalahnya, manusia disuatu tempat atau
waktu tertentu bisa berbeda sekali dari
manusia di tempat atau waktu yang lain.
Ketidakcermatan atau mungkin juga
ketidakjujuran dari peneliti bisa besar sekali
pengaruhnya. Ketidakcermatan dan
ketidakjujuran ini tidak mudah diketahui oleh
peneliti lain karena penelitian sosial pada
umumnya tidak mudah diulang kembali oleh
peneliti lain seperti halnya dengan ilmu alam.
c. Pengendalian eksperimental
Seperti telah diuraikan diatas, data yang
memenuhi syarat untuk suatu teori adalah
data yang diperoleh dari pengamatan dalam
situasi yang terkontrol. Dengan perkataan
lain, data diperoleh dari suatu eksperimen,
dimana faktor-faktor yang menentukan
23
dikontrol oleh peneliti. Akan tetapi, dalam
psikologi sosial hal ini sulit dilakukan karena
variable-variabel yang berpengaruhbanyak
sekali dan banyak diantaranya yang tidak
diketahui.
24
4. Penentuan Jenis Teori
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Sarlito Wirawan. 2015. Teori-Teori
Psikologi Sosial. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
25
Marlina, Leni &Ismail Bakhtaruddin. 2013.
Penyimpangan Sosial Dalam Novel
Hati Yang Bercahaya Karya Wiwid
Prasetyo. Jurnal Penyimpangan sosial.
FBS Universitas Negeri Padang. Akses
01-02-2020.
Matlin, W, M. 1989. Cognition. Second
Edition. New York: Holt, Rineheart and
Winston, Inc.
26
https://dosenpsikologi.com/cara-
menyelesaikan-masalah-menurut-
psikologi
https://www.dosenpendidikan.co.id/bentuk-
penyimpangan-sosial/
https://layanabk.weebly.com/prilaku-
menyimpang-penyebab-dan-
dampaknya.html¹
http://blog.unnes.ac.id/zakiyatur/wp-
content/uploads/sites/98/2015/11/perila
ku-menyimpang.pdf
27