Anda di halaman 1dari 12

Stimulus ekonomi bagi pelaku usaha agar dapat bertahan dimasa pandemi sekarang

Beberapa Stimulus Fiskal yang Diberikan oleh Pemerintah agar dapat bertahan
dimasa pandemi serta tetap mampu mempekerjakan pekerja/buruh. Direktur Pelaksana IMF
Kristalina Georgieva mengatakan, akibat virus ini, sepertiga dari 189 negara anggota IMF
akan terimbas. Georgieva mengatakan IMF saat ini memprediksi pertumbuhan ekonomi
global 2020 akan berada di bawah level 2,9% dan perkiraan revisi akan dikeluarkan dalam
beberapa minggu mendatang.

Perubahan pandangan ini akan merepresentasikan lebih dari penurunan 0,4 poin
persentase dari tingkat pertumbuhan 3,3% 2020 yang IMF perkirakan pada Januari
berdasarkan meredanya ketegangan perdagangan AS-China.

"Pertumbuhan tahun ini akan jatuh di bawah level tahun lalu," kata Georgieva. Dia
menolak untuk mengatakan apakah krisis kesehatan yang meningkat dapat mendorong
ekonomi dunia ke dalam resesi. Georgieva dan Presiden Bank Dunia David Malpass
menggarisbawahi pentingnya tindakan terkoordinasi untuk membatasi dampak ekonomi dan
manusia dari virus. Reuters menyebut, IMF menyediakan dana senilai US$ 50 miliar dalam
dana darurat untuk anggota yang mencakup pinjaman berbunga sangat rendah, sehingga
dapat membantu negara-negara miskin dalam menghadapi pandemi corona. "Ini adalah durasi
wabah yang saat ini sulit untuk diprediksi," katanya kepada Reuters. Dia menambahkan
bahwa efektivitas langkah-langkah mitigasi akan memainkan peran kunci dalam menentukan
dampak ekonomi.

Melambatnya ekonomi global tentu akan berdampak pada ekonomi di dalam negeri.
Di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan telah menyusun berbagai
skenario pertumbuhan ekonomi tahun ini di tengah ancaman virus corona. Menurut Sri
Mulyani, efek wabah virus corona terhadap ekonomi diperkirakan masih dapat diatasi
sehingga ekonomi tumbuh di atas 4% pada tahun ini. Namun, dengan skenario yang lebih
berat, ekonomi Indonesia diproyeksi hanya akan tumbuh 2,5% dan bahkan 0%. Sementara
itu, Bank Indonesia juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari
semula 5%-5,4% menjadi hanya 4,2%-4,6%.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan revisi pertumbuhan ekonomi ini
tidak terlepas dari efek penyebaran wabah virus corona atau Covid-19. "Covid-19 juga
memberikan tantangan bagi Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sistem
keuangan," kata Perry dalam telekonferensi Kamis (19/3). BI juga merevisi proyeksi
pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 3% menjadi 2,5% dengan risiko yang cenderung
bisa ke bawah.

Demi memperkecil efek virus corona bagi perekonomian, pemerintah telah merilis berbagai
stimulus fiskal yang ditujukan bagi masyarakat dan sektor-sektor yang terdampak. Ke depan,
pemerintah masih akan terus mengeksplorasi berbagai langkah yang bisa dilakukan untuk
membendung efek covid-19 terhadap perekonomian. Beberapa stimulus aying yang telah
digelontorkan pemerintah antara lain, pada paket stimulus pertama difokuskan untuk
meredam risiko pada sektor pariwisata yaitu hotel, restoran, dan kawasan wisata di
daerah-daerah. 

Pada paket stimulus berikutnya, pemerintah memberikan insentif pajak untuk meredam
dampak wabah virus corona. Sebagai aying hukumnya, Kementerian Keuangan telah
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 23 tahun 2020 tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona. 

Kemenkeu memberikan empat jenis insentif pajak terkait ketentuan Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 21, PPh pasal 22 impor, PPh pasal 25 dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).  

1.  insentif PPh Pasal 21 akan diberikan kepada para pemberi kerja dari klasifikasi 440
lapangan usaha yang tercantum dalam  lampiran PMK 23/2020 dan merupakan
perusahaan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Melalui insentif ini,
pemerintah akan menanggung PPh Pasal 21 dari pegawai dengan penghasilan bruto
tetap dan teratur, yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 200 juta dalam setahun. 
Untuk mendapatkan insentif ini, pemberi kerja dapat menyampaikan
pemberitahuan untuk pemanfaatan insentif PPh Pasal 21 kepada Kepala KPP
terdaftar. Insentif pemerintah ini akan diberikan sejak Masa Pajak April 2020 hingga
September 2020.
2.  insentif PPh Pasal 22 Impor yang dipungut oleh Bank Devisa atau Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) pada saat Wajib Pajak melakukan impor barang. WP
yang dapat dibebaskan dari pungutan ini adalah usaha yang sesuai dengan kode
klasifikasi pada lampiran PMK 23/2020 dan telah ditetapkan sebagai Perusahaan
KITE.
Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 harus
diajukan oleh WP secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP Pusat terdaftar.
Jangka waktu pembebasan dari pemungutan PPh berlaku sejak tanggal Surat
Keterangan Bebas diterbitkan sampai dengan tanggal 30 September 2020.
3.  pemerintah memberikan insentif pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 30%
dari angsuran yang seharusnya terutang. Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal
25 dilakukan dengan menyampaikan pemberitahuan pengurangan besarnya angsuran
secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar.  Jika WP memenuhi kriteria
insentif tersebut, maka pengurangan besarnya angsuran akan berlaku sampai dengan
Masa Pajak September 2020.
4.   insentif PPN bagi WP yang memiliki klasifikasi lapangan usaha terlampir di PMK
23/2020 dan telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE. Selain itu, Pengusaha Kena
Pajak (PKP) ini adalah WP yang PPN lebih bayar restitusinya paling banyak Rp 5
miliar. 

Dengan syarat ini, WP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran


pajak sebagai PKP berisiko rendah. Jika PKP tersebut memenuhi syarat, maka Surat
Pemberitahuan Masa PPN yang diberikan pengembalian pendahuluan berlaku untuk Masa
Pajak sejak PMK 23/2020 diundangkan sampai dengan Masa Pajak September 2020 dan
disampaikan paling lama tanggal 31 Oktober 2020.

Selain stimulus fiskal, pemerintah juga memberikan beberapa stimulus non fiskal untuk
mendorong kegiatan ekspor impor antara lain yaitu :

a. penyederhanaan dan pengurangan jumlah larangan dan pembatasan (Lartas) untuk


aktivitas ekspor,
b. penyederhanaan dan pengurangan Lartas untuk aktivitas impor bahan baku sektor
tertentu, seperi produk besi baja, garam industri, gula. tepung dan bahan baku industri
manufaktur.
c. Pemerintah juga mempercepat proses ekspor dan impor untuk traders yang memiliki
reputasi baik.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, kebijakan


stimulus yang kedua ini terdiri dari stimulus fiskal maupun non fiskal dengan estimasi alokasi
anggaran sebesar Rp 22,9 triliun. Sebelumnya,dalam paket kebijakan stimulus ekonomi yang
pertama total alokasi anggaran yang digelontorkan sebesar Rp 10,3 triliun.

Tak hanya itu, pemerintah juga terus memberikan stimulus lanjutan. Untuk menopang
konsumsi rumah tangga miskin, pemerintah juga akan menyediakan jaring pengaman sosial
dengan berbagai tahapan. Mulai dari pemberian bantuan lewat Program Keluarga Harapan
(PKH) bagi setidaknya 10 juta penerima manfaat dan bantuan sosial (bansos) untuk 15 juta
penerima manfaat. Pemerintah juga tengah mengkaji untuk menaikkan nilai manfaat yang
akan diberikan untuk setiap keluarga penerima.

Selain itu, pemerintah juga akan memberikan insentif bagi mereka yang terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK) melalui BPJS Ketenagakerjaan dengan pemberian pelatihan dan
pemberian santunan Rp 1 juta per kepala.

Insentif juga akan diberikan untuk menangani wabah Covid-19 khususnya di bidang
kesehatan. Termasuk biaya perawatan bagi pasien yang positif Covid-10, pengadaan
peralatan penunjang para medis seperti alat pelindung diri (APD), test kid, serta obat-obatan
lainnya. Bagi tenaga medis yang saat ini berada di garda terdepan dalam memerangi wabah
Covid-19, terutama mereka yang bekerja di rumahsakit rujukan juga akan diberikan insentif.

Pemerintah telah memutuskan untuk memberikan insentif bagi para tenaga medis, dari mulai
dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi, perawat serta tenaga medis lainnya dengan
besaran tertentu, mulai Rp 5 juta per bulan untuk tenaga medis lainnya, hingga yang terbesar
Rp 15 juta untuk dokter spesialis.

Guna menjaga stabilitas sistem keuangan, Menkeu yang juga Ketua Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) juga telah mepersiapkan dan menyempurnakan protokol manajemen krisis
jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan


Luky Alfirman  mengatakan Kemenkeu pun telah memiliki langkah-langkah penanganan
yang sesuai dengan protokol manajemen krisis.

“Dalam kondisi terburuk, kita sudah punya KSSK. Kami juga punya first line  dan  second
line of defense  yang menjadi payung jika kondisi ekonomi semakin memburuk. Namun tentu
itu tidak kami harapkan terjadi,”  kata Luky beberapa waktu lalu.

Salah satu langkah penanganan tersebut adalah Bonds Stabilization Framework (BSF). BSF


merupakan kerangka kerja jangka pendek dan menengah untuk mengantisipasi dampak krisis
pada pasar surat berharga negara (SBN) domestik.

Dengan menempuh BSF, pemerintah dalam jangka pendek akan melakukan pembelian SBN
di pasar sekunder, sedangkan dalam jangka menengah pemerintah membentuk bond
stabilization fund. Untuk menopang likuiditas dunia usaha, pemerintah kini tengah menjajaki
penerbitan Recovery Bond.
Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso
mengatakan Recovery Bond rencananya akan diterbitkan dalam denominasi rupiah. Surat
utang ini nantinya akan dibeli oleh Bank Indonesia (BI) atau investor swasta lain sehingga
mengalirkan dana segar untuk pemerintah. 

Kemudian dana dari surat utang tersebut akan disalurkan oleh pemerintah untuk dunia usaha
melalui skema kredit khusus. 

“Skema kredit khusus ini nantinya kami buat seringan mungkin bagi pengusaha untuk
membangkitkan kembali usahanya,” jelas Susi.

Namun, ada dua syarat bagi perusahaan yang hendak memanfaatkan skema kredit
khusus tersebut yaitu :

a. perusahaan tidak boleh melakukan PHK terhadap pekerjanya sama sekali.


b. kalaupun perusahaan terpaksa melakukan PHK, perusahaan harus mempertahankan
90% dari jumlah pekerjanya tanpa melakukan pemotongan gaji.

Restrukturisasi kredit

Di sektor keuangan, OJK juga mengeluarkan beberapa kebijakan countercyclical  melalui


POJK tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan countercyclical dampak
penyebaran covid-19. POJK ini berisi antara lain:

Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk
debitur yang terkena dampak penyebaran covid-19, termasuk debitur UMKM. 

Kebijakan stimulus ini, terdiri dari penilaian kualitas kredit hanya berdasarkan ketepatan
pembayaran pokok dan atau bunga untuk kredit hingga Rp 10 miliar.

Bank bisa melakukan restrukturisasi untuk seluruh kredit tanpa melihat batasan plafon kredit
atau jenis debitur, termasuk debitur UMKM. Kualitas kredit yang dilakukan restrukturisasi
ditetapkan lancar setelah direstrukturisasi.

Perubahan anggaran

Berbagai langkah ini tentu akan berdampak pada postur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Tak hanya dari sisi belanja, tetapi juga dari sisi pembiayaan. 

Untuk mengakomodasi pembengkakan anggaran penanganan Covid-19, Menteri Keuangan


Sri Mulyani telah merelaksasi defisit APBN 2020 dari asumsi awal 1,76% terhadap PDB atau
Rp 307,2 triliun menjadi 2,5% dari PDB atau sekitar Rp 432,2 triliun. Dengan begitu,
proyeksi tambahan defisit anggaran mencapai Rp 125 triliun. 

Lantaran berbagai insentif terus bergulir yang akan beferek ke anggaran, pemerintah kini
tengah menyiapkan postur APBN perubahan dengan kemungkinan pelebaran defisit anggaran
yang melebihi batas yang ditetapkan Undang-Undang (UU) No.17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yaitu sebesar 3% terhadap PDB.
Dalam konferensi pers yang digelar secara virtual Selasa (24/3) lalu, Sri Mulyani
mengungkapkan saat ini fokus pemerintah adalah kesehatan dan keselamatan masyarakat dan
mengurangi risiko ekonomi bagi masyarakat dan dunia usaha terutama dari kemungkinan
kebangkrutan. Karenanya, pemerintah saat ini tidak akan memaksakan agar defisit di bawah
3% sesuai UU.

Menurutnya, landasan hukum untuk APBN Perubahan 2020 akan diputuskan langsung oleh
Presiden Joko Widodo. Kemungkinan besar melalui penerbitan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perppu) sesuai rekomendasi yang disampaikan oleh Badan
Anggaran DPR.

Menkeu juga menegaskan KSSK yang beranggotakan Kementerian Keuangan bersama Bank
Indonesia, OJK dan LPS juga telah berkomunikasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
baik Banggar maupun Komisi XI untuk membahasnya. 

Perubahan pada APBN 2020 memang dibutuhkan karena berbagai faktor. 

a. landasan indikator makroekonomi yang menjadi dasar perhitungan anggaran telah


mengalami perubahan besar. Mulai dari asumsi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar
rupiah, harga minyak, hingga suku bunga.
b.  perubahan besar juga terjadi pada alokasi anggaran seiring dengan Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 4 Tahun 2020 yang meminta adanya realokasi dan refocussing
belanja pada APBN untuk penanganan Covid-19 di Indonesia.
Belanja kementerian dan lembaga, serta transfer ke daerah mengalami perubahan
signifikan seiring dengan respons kebijakan pemerintah untuk menanggulangi wabah
Covid.
Begitu pula dengan paket-paket kebijakan stimulus yang dikeluarkan pemerintah,
menurut Sri Mulyani, membutuhkan landasan hukum baru bagi APBN agar
pemerintah dapat mengakomodasi keluarnya paket-paket stimulus yang dibutuhkan
selanjutnya.

BI juga lakukan aksi

Di sisi moneter, BI juga melakukan berbagai langkah untuk mendukung stimulus fiskal yang
telah digelontorkan pemerintah guna meredam efek virus corona terhadap perekonomian.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Kamis (19/3) BI kembali memangkas
suku bunga BI 7 day reverse repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5% dan suku
bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 3,75% dan suku bunga lending facility sebesar
25 bps menjadi 5,25%. 

Selain itu, Bank Indonesia juga telah menetapkan tujuh langkah kebijakan sebagai
kelanjutan stimulus yang sudah digelontorkan BI sebelumnya untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di tengah penyebaran virus corona. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, langkah ini dilakukan demi memperkuat bauran
kebijakan yang diarahkan untuk mendukung upaya mitigasi risiko untuk mendorong
momentum  pertumbuhan ekonomi.

Ketujuh langkah kebijakan BI tersebut adalah: 


1. BI akan memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas
rupiah baik di pasar spot, domestic non deliverable forward (DNDF) maupun
pembelian SBN di pasar sekunder.
2. BI akan memperpanjang tenor repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang
setiap hari dalam jumlah berapapun untuk memperkuat pelonggaran likuiditas rupiah
perbankan. Kebijakan ini telah berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.
3. BI akan menambah frekuensi lelang forex swap tenor satu bulan, tiga bulan, enam
bulan dan 12 bulan dari tiga kali seminggu menjadi setiap hari guna memastikan
kecukupan likuiditas di pasar uang. Kebijakan ini berlaku efektif mulai 19 Maret
2020.
4.  BI akan memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan
pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan
untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah
diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri. 
5. mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening rupiah dalam negeri
(Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF,
sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di
Indonesia. Kebijakan ini berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari
semula 1 April 2020.
6. memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam rupiah sebesar 50
basis poin (bps) yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan
pembiayaan ekspor-impor, ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada
UMKM dan sektor-sektor prioritas lain. Kebijakan ini berlaku efektif sejak 1 April
2020.
7. memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi
penyebaran Covid-19 melalui:

ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas
alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi
pembayaran secara nontunai.
mendorong penggunaan pembayaran nontunai dengan menurunkan biaya Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), dari perbankan ke Bank Indonesia yang
semula Rp 600 menjadi Rp 1 dan dari nasabah ke perbankan semula maksimum Rp
3.500 menjadi maksimum Rp 2.900, berlaku efektif sejak 1 April 2020 sampai
dengan 31 Desember 2020; dan
mendukung penyaluran dana nontunai program-program Pemerintah seperti
Program Bantuan Sosial PKH dan BPNT, Program Kartu Prakerja, dan Program
Kartu Indonesia Pintar-Kuliah.

"Berbagai langkah kebijakan Bank Indonesia tersebut ditempuh dalam koordinasi yang
sangat erat dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memitigasi dampak
COVID-19 sehingga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga, serta
momentum pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan," kata Perry dalam telekonferensi
hasil rapat Dewan Gubernur BI Kamis (19/3).

Hingga Selasa (24/3), BI menyatakan telah melakukan injeksi likuiditas di pasar uang dan
perbankan hampir Rp 300 triliun, yakni melalui pembelian SBN Rp 168 triliun, repo Rp 55
triliun dan dari penurunan GWM sebesar Rp 75 triliun.
Ke depan, Perry bilang, BI akan terus menempuh berbagai langkah dengan menggunakan
berbagai instrumen yang ada untuk memperkuat dan menstabilisasi pasar valas dan pasar
keuangan. "BI bersama pemerintah dan OJK juga akan menyediakan berbagai aspek yang
berkaitan dengan penyediaan pembiayaan perbankan," jelasnya.

https://fokus.kontan.co.id/news/ekonomi-porak-poranda-akibat-corona-bagaimana-langkah-
penyelamatan-oleh-pemerintah-1?page=all

A. Stimulus Ekonomi Pemerintah untuk Tekan PHK


Pemerintah tidak tinggal diam menghadapi ancaman PHK massal akibat wabah virus corona
ini. Sejumlah stimulus ekonomi sudah diberikan mulai dari stimulus fiskal, finansial,
moneter, hingga stimulus jaminan sosial.
Dari stimulus fiskal, pemerintah telah menyusun sejumlah insentif bagi perusahaan untuk
meringankan beban usahanya. Stimulus yang diberikan kepada dunia usaha antara lain
penggratisan PPh 21 bagi pekerja sektor pengolahan dengan penghasilan maksimal Rp 200
juta per tahun.
Kemudian, pembebasan PPN impor diberikan untuk pengusaha yang melakukan impor
dengan tujuan ekspor, terutama bagi industri kecil dan menengah. Pemerintah juga
mengurangi PPh 25 sebesar 30 persen untuk sektor tertentu dan memberikan kemudahan
impor tujuan ekspor (KITE) bagi industri kecil dan menengah. Selanjutnya, pemerintah
mempercepat restitusi PPN bagi 19 sektor tertentu untuk menjaga likuiditas pelaku usaha.
Selain kepada pengusaha, insentif juga disiapkan untuk masyarakat miskin, rentan miskin,
dan kelompok yang ekonominya terdampak Covid-19. Bantuan sosial tambahan pun
disiapkan, berupa paket sembako bagi masyarakat terdampak di DKI Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi.
Melalui Polri, pemerintah akan meluncurkan 'Program Keselamatan' yang ditujukan bagi
pengemudi taksi, bus, truk, dan kernet. Mereka semua akan mendapat program pelatihan
kerja dan insentif dengan total nilai Rp 600 ribu per orang per bulan selama tiga bulan.
"Ini seperti kartu prakerja, yakni program keselamatan oleh Polri yang mengombinasikan
bansos dan pelatihan. Targetnya 197 ribu pengemudi. Anggarannya Rp 360 miliar," kata
Presiden Jokowi.
Stimulus finansial memberikan keringanan dan pelonggaran kredit atau utang bagi UMKM
dan individu. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan kemudahan pelonggaran cicilan,
baik keringanan jangka waktu, suku bunga, maupun cicilan pokok dan bunga yang bisa
disesuaikan.
Yang tidak kalah penting, stimulus ekonomi di sisi moneter dalam hal ini di bawah komando
Bank Indonesia (BI). BI terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan
melakukan intervensi ke pasar uang.
Stabilitas rupiah yang ditandai dengan menguatnya rupiah atas dolar AS menjadi sangat
penting bagi industri yang bergantung pada bahan impor dan bagi perusahaan yang memiliki
utang dalam bentuk dolar AS. Dengan stimulus-stimulus ini, PHK massal diharapkan bisa
dicegah. Perusahaan tetap beroperasi dan karyawan mendapat gaji.
Bagaimana Cara Mencegah PHK Massal?

Shinta Kamdani menyebutkan ada dua hal yang menjadi tumpuan bagi dunia usaha dalam
menekan potensi gelombang PHK. Keduanya adalah stimulus kredit dan penurunan beban
finansial perusahaan.
Shinta menjelaskan stimulus kredit berupa relaksasi kredit, penurunan suku bunga kredit, dan
restrukturisasi kredit akan membantu perusahaan dalam pengadaan cash flow. Upaya lain
juga bisa dilakukan seperti mempercepat pencairan restitusi pajak untuk mempertahankan
kemampuan finansial perusahaan.
Faktor kedua, penurunan beban-beban finansial perusahaan yang sifatnya tidak urgent atau
non-primer bisa ditunda atau dikoreksi besarannya. Hal ini bisa dilakukan dengan
menurunkan tarif listrik sesuai dengan penurunan harga minyak dunia maupun penundaan
pembayaran semua bentuk pajak, bea, dan pungutan lain.
Penurunan beban juga bisa dilakukan dalam bentuk penundaan kewajiban pembayaran
tunjangan hari raya (THR) hingga iuran BPJS Kesehatan. "Ini dilakukan agar perusahaan
punya cukup dana untuk menggaji karyawan selama mungkin sampai kondisi berangsur
normal," ujar Shinta.
Shinta mengatakan, kedua faktor tersebut sudah dilakukan perusahaan semaksimal mungkin.
Beberapa perusahaan sudah berhasil merestrukturisasikan utangnya. Sementara itu, sebagian
lain masih dalam proses dengan bank atau institusi jasa keuangan lain.
Banyak perusahaan juga sudah mengajukan klaim untuk insentif fiskal dan meminta
percepatan restitusi pajak. Namun, Shinta menjelaskan, insentif ini belum banyak membantu
karena pemerintah hanya berfokus pada sektor manufaktur.
Untuk upaya lain, Shinta menambahkan, perusahaan juga mengkaji kembali dan merevisi
struktur pengeluaran perusahaan. Dari ulasan (review) ini, banyak aspek pengeluaran yang
dapat dihilangkan atau setidaknya dipangkas. Upaya tersebut dilakukan oleh pelaku usaha
agar perusahaan punya cukup dana untuk bertahan hidup dan melaksanakan kewajiban-
kewajiban usaha, termasuk menggaji karyawan.
Shinta menekankan, kedua faktor tersebut hanya akan efektif mencegah PHK apabila
pemerintah aktif memastikan stimulus-stimulusnya berjalan lancar serta memberikan efek
langsung yang signifikan terhadap relaksasi beban cash flow keuangan. Upaya ini pun
sifatnya hanya menunda PHK, bukan menghentikan PHK. Pasalnya, Shinta menjelaskan,
selama wabah terus menyebar, kondisi ekonomi hanya akan semakin buruk.
Pemerintah menargetkan dapat membantu 6 juta pekerja terdampak tekanan ekonomi akibat
pandemi Covid-19 sampai akhir tahun. Sebanyak 5,6 juta di antaranya merupakan pekerja
informal yang akan dibantu melalui kartu prakerja.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Askolani, mengatakan,
bantuan kepada 400 ribu pekerja sektor formal akan diberikan melalui BPJS Ketenagakerjaan
atau BP Jamsostek.
Republika.co.id/berita//q8kh09440/dampak-virus-corona-berpacu-mencegah-phk-massal

Langkah- Langkah antisipasi PHK akibat pandemi COVID-19 dari segi hukum
Dampak pandemi global COVID-19 ini sangat signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Pelemahan perekonomian diproyeksikan akan terjadi selama 4-6 bulan ke depan. Bahkan bisa
jadi lebih lama, karena kita belum bisa memprediksikan kapan wabah ini bisa teratasi dengan
tuntas. Pada fase awal wabah ini di Indonesia, sektor pariwisata, penerbangan, perhotelan,
ritel dan restoran langsung terpukul. Dampak terhadap sektor lain, perlahan akan semakin
terasakan.
Hal ini tentu akan berimbas pada nasib pekerja. Meski pun Presiden Joko “Jokowi” Widodo
telah meminta pengusaha tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), namun opsi
ini dikhawatirkan masih akan ditempuh dalam menghadapi krisis saat ini. Di Jakarta saja
telah ada sebanyak 162,416 pekerja telah di-PHK dan dirumahkan tanpa upah sebagai imbas
COVID-19.
Situasi krisis saat ini bisa jadi membuat pengusaha tidak punya pilihan lain selain melakukan
PHK karena mereka harus menekan biaya operasional besar-besaran. Namun Undang-
Undang (UU) No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah menegaskan bahwa PHK
seharusnya menjadi langkah terakhir yang ditempuh. Sebelum melakukan PHK, UU
Ketenagakerjaan mengatur bagaimana pengusaha, buruh, serikat buruh, dan pemerintah harus
bekerja sama agar tidak terjadi PHK.
Menghindari PHK
Pengusaha, pekerja, serikat pekerja, dan pemerintah harus mampu menjalin kerja sama yang
mengantisipasi terjadinya PHK.
Berikut ini empat hal yang bisa dilakukan:
1. Lakukan dialog dua arah atau bipartit.
Pengusaha dan pekerja bersama dengan serikat pekerja perlu melakukan dialog secara
transparan sejak dini dalam mengantisipasi kondisi ketenagakerjaan akibat pandemi
COVID-19 ini.
Perusahaan yang karena sifat industrinya mengharuskan kehadiran pekerja maka harus
mengatur sistem kerja dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Selain itu, dialog bipartit juga perlu membahas antisipasi terhadap kondisi terburuk
hubungan kerja di antara mereka seperti efisiensi, pengaturan jam kerja, dan pembagian
kerja.Dialog ini menjadi pintu utama membangun pemahaman bersama menghadapi
dampak pandemi COVID-19 baik bagi perusahaan maupun pekerja.
2. Susun kebijakan ketenagakerjaan dalam situasi pandemi COVID-19.
Kebijakan ini harus merespons setiap perubahan yang terjadi akibat pandemi COVID-19
terhadap sistem kerja karyawan. Perubahan tersebut meliputi penerapan sistem bekerja
dari rumah, social distancing, pembatasan sarana transportasi umum, dan lockdown
terbatas yang saat ini sudah dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah. Saat ini ada 9
wilayah yang telah mendapat persetujuan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) seperti Jakarta lalu Bogor di Jawa Barat dan Tangerang Selatan di Banten.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja harus aktif dalam memberikan
informasi kebijakan untuk bekerja dan melakukan tinjauan kebijakan secara berkala.
Kebijakan yang bisa diterapkan misalnya kebijakan pengurangan hari dan jam kerja,
meliburkan/merumahkan pekerja, dan sebagainya.
Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan rencana mitigasi ketenagakerjaan dalam
menghadapi situasi kerja yang memburuk karena krisis ekonomi sebagai dampak
pandemi COVID-19.
Hal ini bisa dilakukan dengan pelaksanaan program pemerintah yang dapat menyerap
angkatan kerja besar dan program dukungan pengembangan keterampilan seperti
contohnya pemberian Kartu Pra Kerja bagi orang yang baru lulus sekolah dan sedang
mencari pekerjaan.
3. Realisasikan dan pantau implementasi paket insentif bagi pengusaha dan pekerja untuk
bertahan.
Pemerintah sudah menerbitkan paket insentif bagi pengusaha seperti pembebasan atau
pengurangan pembayaran pajak dan hibah anggaran untuk sektor usaha kecil.
Pemerintah sendiri berencana akan memberikan stimulus sebesar Rp 2 triliun untuk
meningkatkan daya beli pelaku koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM).
Selain itu, insentif sosial juga disiapkan oleh pemerintah bagi pekerja yang terkena PHK
atau tidak dapat bekerja seperti pekerja sektor non formal.
Insentif ini berbentuk bantuan langsung dan potongan biaya untuk kebutuhan fasilitas
yang disediakan pemerintah (listrik dan air). Kebijakan ini perlu dipastikan realisasi dan
dipantau agar tepat sasaran.
4. Lakukan dialog tiga arah (tripartit) antara pengusaha, pekerja/serikat pekerja dan
pemerintah.
Paralel dengan pemberian paket insentif bagi pengusaha dan pekerja, dalam situasi yang
sulit ini pemerintah juga harus menjadi pihak yang mampu menengahi dialog antara
pengusaha dengan pekerja dan serikat pekerja baik untuk mencegah terjadinya PHK.
Peran pemerintah dapat diupayakan sebagai penengah mencari solusi yang disepakati
kedua pihak terutama terkait pemenuhan hak-hak pekerja, apabila PHK tidak
terhindarkan.
Dalam hal ini pemerintah dapat membentuk Satuan Tugas Penanganan PHK agar lebih
respons terhadap permasalahan pengusaha dan pekerja selama pandemi ini dapat
diantisipasi dan diselesaikan sejak dini.
5. Risiko PHK Besar-besaran
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan pandemi COVID-19 akan berdampak
pada kelompok tertentu yang rentan terhadap pasar tenaga kerja dan menurunnya jumlah
lapangan kerja, serta kualitas kerja antara lain upah dan perlindungan sosial, Bahkan ILO
memprediksikan dalam kondisi terburuk akan ada hampir 25 juta pengangguran di
seluruh dunia akibat pandemi ini.
Opsi PHK bisa jadi langkah terakhir yang akan ditempuh. Langkah ini menjadi situasi
buruk terutama bagi pekerja. PHK akan berdampak sangat serius pada perekonomian
keluarga pekerja. Di sisi lain, pengusaha juga dalam posisi yang sulit karena harus
memenuhi kewajiban bagi karyawan yang mengalami PHK.
Tugas pemerintah dan kita dalam menyelesaikan pandemi COVID-19 ini masih panjang.
Penyelamatan warga dan menekan penyebaran virus menjadi fokus utama saat ini. Kita
berharap pandemi COVID-19 ini bisa segera teratasi dengan tuntas sehingga pemerintah
dengan dukungan semua pihak bisa segera memulihkan ekonomi.
https://theconversation.com/4-langkah-antisipasi-phk-akibat-pandemi-covid-19-dari-segi-
hukum-135471

Cara Mendaftar Insentif Jokowi untuk Korban PHK karena Corona

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan berbagai jurus untuk menyelamatkan


sekitar 6 juta pekerja yang berpotensi terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat
pandemik virus corona. Jurus dan bentuknya berbeda-beda.
1. Kartu Prakerja.
Untuk menjalankan program tersebut, Jokowi menggelontorkan anggaran sebesar Rp
20 triliun, naik 100 persen dari anggaran awal Kartu Prakerja yaitu Rp10 triliun.Anggaran
digunakan untuk biaya pelatihan sebesar Rp5,6 triliun, dana insentif Rp13,45 triliun, dana
survei Rp840 miliar, dan dana PMO Rp100 juta. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian
Keuangan Askolani menyebut setidaknya 5,6 juta pekerja korban PHK dan pekerja
informal yang akan dijaring dan diberi bantuan lewat program tersebut.
Nantinya, korban PHK yang dinyatakan berhak menerima bantuan tersebut akan
diberi dana pelatihan sebesar Rp1 juta per periode pelatihan. Peserta juga nantinya akan
diberikan bantuan tambahan senilai Rp600 ribu per bulan selama 4 bulan, dan insentif
mengisi survei sebesar Rp50 ribu per bulan selama tiga bulan.
Jadi, total bantuan korban PHK yang menjadi peserta program tersebut mencapai
Rp3,55 juta. Askolani mengatakan agar manfaat tersebut bisa benar-benar tepat sasaran,
setiap peserta Kartu Prakerja harus tetap menjalankan pelatihan kerja secara online.
Dengan begitu, faedah program Kartu Prakerja tidak berubah dati tujuan awal, yaitu
peningkatan kualitas pekerja, meski dimodifikasi untuk menangani dampak tekanan
ekonomi akibat pandemik corona.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan
peserta program Kartu Prakerja boleh mengambil pelatihan selanjutnya setelah
menuntaskan pelatihan pertama. Artinya, para peserta dapat menggunakan sisa nilai
pelatihan untuk membeli modul pelatihan kedua atau ketiga hingga 31 Desember
2020."Insentif akan ditransfer melalui rekening bank, atau e-wallet ke peserta," kata
Airlangga, Sabtu (11/4).Namun, Airlangga menyatakan insentif akan hangus jika setelah
ditetapkan menjadi penerima belum menggunakan kartu prakerja untuk pelatihan pertama.
2. Insentif Rp5 juta
Insentif tersebut digelontorkan untuk korban PHK melalui BP Jamsostek. Pemerintah
akan memberikan dana sebesar Rp1 juta per pekerja per bulan ditambah insentif Rp1 juta,
totalnya per peserta akan menerima Rp5 juta.
"Pekerja yang sudah ikut BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) yang kena PHK akan
dibantu mendapatkan dana ini. BPJS Ketenagakerjaa pun sudah siap melaksanakan dalam
waktu dekat," ucapnya.

3. Berbentuk program Padat Karya Tunai (PKT)


PKT ini gunanya untuk mempertahankan daya beli masyarakat desa yang terdampak
wabah virus corona. Bantuan tersebut menyasar mereka yang berpenghasilan rendah,
menganggur, dan setengah menganggur.
Presiden Jokowi menyebut pemerintah menyiapkan Rp16,9 triliun untuk melaksanakan
PKT di sejumlah kementerian yakni Kementerian PUPR, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kementerian PUPR menyiapkan dana PKT senilai Rp10,22 triliun yang disebar dalam
beberapa proyek. Salah satunya yaitu pemberian uang tunai kepada Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang baru pulang dari luar negeri agar mereka tetap memiliki penghasilan
di dalam negeri.
Selain itu, Kementerian PUPR juga akan merekrut 530 ribu tenaga kerja sebagai
realisasi atas program PKT. Sementara itu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi juga ditargetkan menyerap 59 ribu tenaga kerja.
Pembiayaan lainnya dilakukan melalui program percepatan peningkatan tata guna air
irigasi (P3TGAI), pemeliharaan rutin jalan dan jembatang, pengembangan infrastruktur
sosial ekonomi wilayah (PISEW), penataan kota tanpa kumuh (KOTAKU), serta tempat
pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (TPS 3R).Kemudian, dua program sanitasi
yang dianggarkan adalah program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(pamsimas) dan pembangunan baru dan peningkatan kualitas rumah swadaya."Selain
untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat, PKT juga
bertujuan mendistribusikan dana hingga ke desa dan pelososk," ujar Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200414084421-532-493304/daftar-insentif-
jokowi-untuk-korban-phk-karena-corona

Anda mungkin juga menyukai