Anda di halaman 1dari 11

Jurnal

EKONOMI
PEMBANGUN
AN
Kajian Ekonomi Negara
Berkembang
Hal: 31 – 41

STABILITAS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA:


SEBELUM DAN SESUDAH
PERUBAHAN SISTEM NILAI TUKAR
Sahabudin Sidiq
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Abstract

The objective of this study is to analyze the stability of money demand in Indonesia
before and after the change of exchange rate system, from managed floating exchange rate
to free floating exchange rate in the middle of 1997. And also to analyze the role of exchange
rate on the money demand in Indonesia.
The result shows that there are no change in stability of money demand for M1 and
any change in stability for M2. The role of exchange rate is very significant in money de-
mand in Indonesia not only for M1 but also for M2. Because of right now, the exchange rate
system is free floating exchange rate, where no government intervening, so that the govern-
ment should to maintain the exchange rate market more efficient.

Keywords: Money Demand, Managed floating exchange rate, free floating exchange rate,
stability of money demand

PENDAHULUAN apabila diikuti oleh mobilitas kapital secara


Krisis ekonomi dan moneter yang internasional semakin sempurna. Dengan
terjadi pada pertengahan tahun 1997 dika- mobilitas kapital internasional yang semakin
wasan Asia berawal dari turunnya nilai tukar sempurna akan sangat berpengaruh terhadap
mata uang “bath” Thailand terhadap dolar jumlah uang beredar (permintaan uang).
AS dan kemudian merembet ke negara- Dengan demikian, program yang dilakukan
negara Asia lainya. Akibatnya nilai tukar oleh BI adalah mempertahankan stabilitas
negara-negara di Asia juga mengalami de- harga, kestabilan harga ini sangat dipenga-
presiasi yang sangat besar terhadap dollar ruhi oleh stabilitas nilai tukar.
AS. Dampak krisis nilai tukar juga dirasakan Permintaan uang memegang peranan
sangat buruk bagi perekonomian Indonesia penting dalam perilaku kebjakan moneter di
dan telah mengakibatkan di berlakukannya setiap perekonomian. Banyak literatur yang
system nilai tukar mengambang bebas (free menjelaskan baik secara teoritis maupun
floating exchange rate) sejak pertengahan empiris dari permintaan uang bagi negara-
1997, yang sebelumnya menggunakan sis- negara maju maupun negara-negara yang
tem mengambang terkendali (managed sedang berkembang. Tidak dipungkiri bahwa
floating exchange rate). Hal ini mengakibat- kebijakan moneter telah banyak mencapai
kan pengaruh yang besar terhadap kebijakan tujuan-tujuan ekonomi. Friedman berpenda-
moneter yang dilakukan oleh Bank Indone- pat bahwa kebijakan moneter dapat mem-
sia (BI) mengingat nilai tukar merupakan berikan kontribusi dalam mencapai stabilitas
tolok ukur kestabilan perekonomian makro. ekonomi dengan mengendalikan besaran-
Secara teori, dalam sistem nilai tukar yang besaran moneter yang bergerak tidak ter-
mengambang penuh, akan semakin efektif kendali sehingga menjadi penyebab ketidak
stabilan ekonomi.

1
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 1, April 2005 Hal: 31 – 41

Studi tentang permintaan uang di In- apabila telah mencapai full employment
donesia masih menarik sehubungan dengan uang tidak berperan dalam perkembangan
perkembangan kelembagaan di bidang keua- ekonomi karena pertambahan uang hanya
ngan dan berbagai kebijakan ahkir akhir ini akan mengakibatkan peningkatan harga
(Sugianto, 1994, hal 164). Berbagai perkem- yang proporsional dengan pertambahan uang
bangan kebijakan tersebut misalnya dibu- tersebut. Golongan Keynes mengemukakan
kanya pasar modal di Jakarta pada tahun bahwa pertambahan uang dalam keadaan
1977, deregulasi perbankan tahun 1988, dan perkonomian menghadapi pengangguran
yang terakhir ini diberlakukannya sistem yang relatif besar dapat menggalakkan pere-
nilai kurs mengambang bebas sejak tahun konomian. Sedangkan golongan moneteris
1997. Berbagai kebijakan ini membuka ke- lebih yakin akan peranan uang dalam
sempatan yang lebih luas bagi pelaku eko- perkembangan perekonomian, disamping
nomi di Indonesia dalam mengalokasikan menyadari adanya kemungkinan berlakunya
kekayaannya dibanding masa-masa sebe- kenaikan harga.
lumnya. Karena jumlah uang yang diminta
mungkin dipengaruhi oleh institusi yang Teori permintaan Uang Klasik
ada, kebijakan-kebijakan dan tingkat Pandangan klasik mengenai faktor
teknologi. Berbagai perkembangan terakhir yang menentukan permintaan uang dapat
ini mendorong untuk mengkaji kembali sta- dijelaskan dengan menggunakan teori kuan-
bilitas fungsi permintaan uang di Indonesia titas (quantity theory) dan teori sisa tunai
sejak diberlakukannya sistem nilai tukar (cash-balance theory). Dengan sederhana
bebas. Irving Fisher merumuskan teori kuantitas
Studi tentang permintaan uang di uang sebagai berikut (Sukirno, 1955, hlm. 77):
Indonesia telah banyak dilakukan. Keba-
nyakan studi-studi tersebut biasanya meng- MV = PT
gunakan variabel –varibel penjelas seperti Di mana M adalah penawaran uang, V
GNP, tingkat suku bunga dan tingkat harga adalah perputaran uang, P adalah tingkat
dalam analisis model regresinya. Akan tetapi harga dan T adalah volume barang yang
masih jarang memasukkan variabel nilai diperdagangkan dalam suatu tahun tertentu.
tukar sebagai variabel penjelasnya. Variabel Menurut Fisher, nilai V ditentukan
nilai tukar ini mencerminkan pengaruh oleh kebiasaan pembayaran gaji dan efisiensi
fluktuasi perekonomian dunia terhadap lembaga keuangan. Oleh karena faktor-fak-
perekonomian Indonesia. Sehingga tujuan tor ini tiak selalu berubah, nilai V relatif
studi ini adalah disamping untuk melihat tetap. Pada suatu periode tertentu (misalnya
pengaruh masing-masing varabel penjelas satu tahun), kuantitas barang yang diperda-
dan juga untuk melihat stabilitas fungsi per- gangkan T jumlahnya tertentu. Dalam ke-
mintaan uang di Indonesia sesudah dan se- seimbangan (full employment) nilai T adalah
belum perubahan sistem nilai tukar, dari tetap dan telah mencapai tingkat yang
sistem mengambang terkendali menjadi maksimum. Berdasarkan keyakinan bahwa
mengambang bebas. nilai V dan T adalah tetap, ahli-ahli ekonomi
klasik berpendapat bahwa perubahan dalam
LANDASAN TEORI penawaran uang hanya akan mempengaruhi
Dalam melihat peranan uang bagi tingkat harga.
perekonomian sebenarnya ada beberapa Pandangan klasik yang kedua adalah
pandangan yang berbeda oleh para ahli eko- teori cash-balance theory yang dikembang-
nomi. Golongan Klasik berpendapat bahwa kan oleh A. Marshall dan A.C Pigou. dari
Cambridge University. Teori ini pada patan. Semakin besar pendapatan seseorang
dasarnya sama dengan teori kuantitas uang, atau masyarakat semakin besar permintaan
tetapi cara pendekatannya sangat berbeda. uang untuk tujuan transaksi. Keynes juga
Dalam teori ini tidak menekankan pada berpendapat permintaan uang untuk berjaga-
hubungan antara penawaran uang dan ting- jaga tergantung pada pendapatan berkaitan
kat harga. Akan tetapi yang ditekankan dengan cadangan untuk sesuatu hal yang tak
adalah mengenai tujuan masyarakat dalam terduga. Semakin besar pendapatan seseo-
permintaan uang dan bagaimana faktor ini rang atau masyarakat maka semakin besar
menentukan jumlah uang yang diperlukan pula cadangan uang tunai untuk hal-hal yang
masyarakat. Marshall berpendapat bahwa tak terduga.
tujuan memegang uang adalah untuk Permintaan uang untuk tujuan spe-
membiayai transaksi yang dilakukan. kulasi hanya dikenal oleh pengikut Keynes
Seterusnya Pigou menambah alasan lain dari sedang kaum Klasik tidak sependapat ten-
masyarakat memegang uang yaitu untuk tang hal tersebut. Dalam permintaan uang
berjaga-jaga. Dengan notasi yang sama untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat
formulasi Marshall sebagai berikut: bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga
M = k PT semakin rendah permintaan uang tunai oleh
= kY seseorang atau masyarakat. Alasanya adalah
dimana: k = 1/V semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin
Secara matematis formulasi Marshall besar ongkos memegang uang tunai se-
sama dengan formulasi Irving Fisher, namun hingga seseorang atau masyarakat lebih baik
implikasinya berbeda. Marshall memandang membeli obligasi. Sebaliknya semakin ren-
bahwa individu/masyarakat selalu meng- dah tingkat bunga maka semakin rendah
inginkan sebagian tertentu dari penda- ongkos memegang uang tunai dan semakin
patannya (Y) dalam bentuk uang tunai (k). besar seseorang atau masyarakat menyimpan
Sehingga kY merupakan keinginan individu/ uang tunai.
masyarakat terhadap uang tunai. Berdasarkan pada penjelasan diatas,
permintaan uang total menurut Keynes
Teori Permintaan Keynes adalah sebagai berikut: (M/P)d = f(Y) + k(r),
Teori permintaan uang dari Keynes artinya permintaan uang riil tergantung pada
merupakan bagian dari teori makro yang di tingkat pendapatan (Y) yaitu untuk transaksi
tuangkan dalam bukunya The General The- dan berjaga-jaga dan tergantung pada ting-
ory of Employment, Interest and Money kat bunga (r) untuk tujuan spekulasi.
(Budiono, 1985, hal 27). Pada teori ini
Keynes mengemukakan sesuatu yang ber- Teori Permintaan Uang Friedman
beda dengan teori permintaan uang tradisi Menurut pandangan Friedman per-
klasik. Perbedaan tersebut terletak pada mintaan uang ditentukan oleh faktor-faktor
penekanan oleh Keynes pada fungsi uang berikut: tingkat harga, suku bunga obligasi,
yang lain yaitu sebagai penyimpan kekayaan suku bunga ‘equities’, modal fisik dan
(store of value) dan bukan hanya sebagai
kekayaan (Sukirno, 2000, hal. 418). Menge-
alat transaksi saja (means of Exchange) saja.
Didalam teorinya Keynes membagi permin- nai peranan harga dalam mementukan per-
taan uang atas tiga motif yaitu untuk tran- mintaan uang, Friedman berpendapat dika-
saksi, berjaga-jaga dan untuk spekulasi. renakan memegang uang adalah salah satu
Permintaan uang untuk transaksi dan cara untuk menyimpan kekayaan. Cara-cara
berjaga-jaga tergantung pada tingkat penda- yang lain adalah menyimpan dalam bentuk
harta keuangan (financial asset) seperti ob-
ligasi, deposito dan saham, menyimpan dalam negeri, tingkat bunga luar negeri, dan
dalam harta tetap (tanah dan rumah) dan nilai kurs.
kekayaan manusiawi. Dengan semakin terbukanya pereko-
Berdasarkan pada faktor-faktor yang nomian Indonesia, maka peranan nilai tukar
mempengaruhi permintaan uang seperti rupiah dan tingkat bunga luar negeri sangat
diatas, teori permintaan yang didasarkan penting dalam mempengaruhi permintaan
pada teori kuntitas modern yang dikem- uang di Indonesia. Dalam tulisan ini fungsi
bangkan oleh Friedman dapat dinyatakan permintaan uang di Indonesia yang penulis
dalam persamaan berikut: gunakan adalah sebagai berikut:
MD = f (P, r, rFC, Y) MD = f (GDP, R, LIB, IF, ER)
D
Dimana M permintaan uang nominal, P Dimana MD adalah permintaan uang riil (M1
adalah tingkat harga, r adalah suku bunga, dan M2), GDP adalah tingkat pendapatan, R
rFC adalah tingkat pengembalian modal dari adalah tingkat bunga dalam negeri, LIB
modal fisik dan Y adalah pendapatan dan adalah tingkat bunga luar negeri, IF adalah
kekayaan. Apabila dipertimbangkan pula tingakat inflasi, dan ER adalah nilai kurs
pandangan Friedman mengenai permintaan dolar US terhadap rupiah.
uang riil, maka persamaan permintaan uang Data yang digunakan adalah data
dinyatakan: kuartalan periode 1990.1-2004.2 yang
diperoleh dari laporan Bank Indonesia.
MD/P = f(P, r, Y*) Adapun data-data yang diperlukan dalam
Dimana MD/P adalah permintaan uang riil, penelitian ini meliputi jumlah uang beredar
P adalah tingkat kenaikan harga, r adalah (M1 dan M2), Pendapatan Domestik Bruto
tingkat bunga dan Y* adalah nilai penda- (GDP), tingkat suku bunga dalam negeri
patan dan kekayaan riil. (suku bunga deposito 3 bulanan), tingkat
Model permintaan uang riil diatas suku bunga luar negeri (Libor 3 bulanan),
tingkat inflasi, indek harga konsumen dan
masih dalam bentuk umum, Secara spesifik,
nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
bentuk fungsi diatas masih sangat dipenga- Dalam tulisan ini akan melihat apli-
ruhi oleh faktor-faktor lain seperti perkem- kasi Model Koreksi Kesalahan (ECM) pada
bangan institusi keuangan dan kelembagaan permintaan uang di Indonesia dengan penga-
lainnya yang terkait didalam perekonomian ruh masing-masing varibel penjelasnya dan
dan juga oleh kebijkan-kebijakan yang dila- untuk melihat stabilitas parameter fungsi
kukan oleh pemerintah. permintaan uang sebelum dan sesudah pe-
rubahan sistem nilai tukar, diuji dengan
SPESIFIKASI MODEL ChowTest.
Ada tiga isu mendasar tentang studi
permintaan-permintaan uang baik di negara Model Koreksi Kesalahan (Error Correction
maju maupun dinegara berkembang, per- Model, ECM)
tama, tentang definisi uang, kedua tentang Secara umum ECM sering digunakan
variabel-variabel yang menjelaskan dan sebagai salah satu model dinamis yang pa-
ketiga, tentang stabilitas permintaan uang. ling banyak diterapkan dalam penelitian em-
Di dalam tulisan ini definisi uang yang di- piris. Metode ini adalah suatu regresi tung-
pakai adalah uang dalam arti sempit (M1) gal yang menghubungkan deferensi pertama
dan uang dalam arti luas (M2). Sedangkan variabel bebas dan tingkatan variabel yang
variabel-variabel penjelasnya adalah Pen- dimundurkan (lagged level variable) untuk
dapatan riil, tingkat inflasi, tingkat bunga semua variabel dalam model. Bentuk umum
dari Error Correction Model (ECM) adalah Unit Dickey-Fuller test. Hasil pengujian unit
sebagai berikut: root terhadap variabel-variabel yang diguna-
DYt = kan dalam analisa ini dapat diringkas seperti
+ +2 Xt-1 + 3 (Xit-1 –Yt-1)
0 tampak pada Tabel 1.
1DXit Dari output analisa tersebut dapat
Dimana:
DYt = Yt – Yt-1 disimpulkan bahwa estimasi stasioneritas
DXit = Xit – Xit-1 variabel memiliki derajat yang berbeda-
Dengan mengacu bentuk umum ECM dalam beda, varibel-variabel inflasi, tingkat bunga
tulisan ini digunkan model sebagai berikut: dalam negeri, tingkat bunga luar negeri dan
nilai kurs stasioner pada derajat 0 (nol) baik
DLRMt = 0 + 1 DLGDPt + 2DRt + 3 untuk DF dan ADF, Sedangkan Variabel-
DLIBt + 4 DIFt + 5 DERt + variabel M1, M2 dan GDP untuk nilai DF
6 LGDPt-1 + 7Rt-1 + 8 LIB t-1 dan ADF-nya tidak stasioner.
+ 9 ERt-1 + 10ECMt-1
Dimana: Pengujian Derajat Integrasi
D(X) = Xt – Xt-1 Uji derajat integrasi yang merupakan
ECM = LGDPt-1 + Rt-1 + LIB t-1 + IFt-1 + ERt- kelanjutan dari uji akar-akar unit apabila
1 - LRMt-1 data (variabel) belum stasioner seluruhnya
ECM = Error Corection Model pada derajat 0 (nol). Pengujian ini dilakukan
Dengan menggunakan model ECM dengan menurunkan varibel sebanyak satu
maka mampu menjelaskan perilaku data kali. Seperti halnya pada uji akar-akar unit,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. pengujian ini juga menggunakan Dickey
Untuk pengaruh jangka pendek dapat dilihat Fuller Test seperti tampak pada Tabel 2.
dari variabel independen yang dideferensikan. Berdasarkan Tabel 2 didapatkan selu-
ruh nilai DF dan ADF dari semua variabel
ANALISIS DATA signifikan, sehingga dapat disimpulkan
Pengujian Unit Root bahwa semua varibel stasioner pada derajat
Pengujian terhadap stasioneritas data 1 (satu) dengan menggunakan Dickey Fuller
pada penelitian ini menggunakan Uji akar Test.

Table 1. Uji Stasionaritas Dickey Fuller

Variabel Nilai DF Signifikasi Nilai ADF Signifikansi


D(LRM1) 1,3826 **** 1,3494 ****
D(LRM2) 1,5662 **** 0,8475 ****
D(LGDP) 1,5504 **** 1,1093 ****
D(IF) 4,5030 * 4,4669 *
D(R) 4,3468 * 4,3227 *
D(LIB) 3,4620 ** 3,4497 **
D(ER) 3,6403 * 3,8475 *
Keterangan: * : signifikan 1%
** : Signifikan 5%
*** : Signifikan 10%
**** : Tidak Signifikan
Table 2. Uji Derajat Integrasi Dickey Fuller

Variabel Nilai DF Signifikasi Nilai ADF Signifikansi


D(LRM1) 2,9005 *** 3,0153 ***
D(LRM2) 3,2885 *** 3,4579 ***
D(LGDP) 2,9996 *** 3,1704 ***
D(IF) 5,3609 * 5,3004 *
D(R) 4,4528 * 4,4004 *
D(LIB) 4,4558 * 4,5093 *
D(ER) 4,8173 * 4,7614 *
Keterangan: * : signifikan 1%
** : Signifikan 5%
*** : Signifikan 10%

PENGUJIAN ASUMSI KLASIK Apabila koefisien parameternya dari persa-


Uji Mulikolinieritas
maan regresi tersebut signifikan secara sta-
Uji multikolineritas yang digunakan
tistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam
dengan menggunakan matrik korelasi. Nilai
yang didapat menunjukkan tidak adanya model empiris terdapat heteroskedastisitas,
korelasi antar variabel independent dalam dan sebaliknya jika koefisien dari parame-
model empiris, karena nilai r2 yang didapat ter-parameter tersebut tidak signifikan se-
lebih kecil dari R2 regersi utamanya. cara statistik maka tidak terjadi heteroske-
dastisitas. Dengan melihat tabel 3 dapat
Uji Heteroskedastisitas diamati bahwa koefisien parameter-para-
Uji heterokedatisitas yang digunakan meternya tidak ada yang signifikan sacara
dengan metode Park, yaitu dengan meregre- statistik, maka dapat disimpulkan bahwa
sikan logaritma dari residual kuadratnya model regresi tidak terdapat heteroskedas-
dengan variabel-variabel independennya. tisitas.

Tabel 3. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park

M1 M2
Variabel T-stat signifikansi T-stat signifikansi
DLGDP 0.7823197 0.4382 1.2943713 0.2023
DR 0.2107129 0.8341 1.2790640 0.2176
DLIB -0.9459131 0.3494 -0.5405851 0.5915
DIF -0.4704049 0.6404 -0.4049483 0.6875
DER 0.4408203 0.6615 -0.5322753 0.5972
LDGP(-1) 1.4991868 0.1410 0.7799126 0.4396
R(-1) 0.3575086 0.7224 0.5071509 0.6059
LIB(-1) 0.1660358 0.8689 -1.0296469 0.3088
IF(-1) -0.0171157 0.9864 -1.5155168 0.1332
ER(-1) 1.0762563 0.2877 -1.5178028 0.1362
ECM1(-1) -0.8850411 0.3809 - -
ECM2(-1) - - 1.494438 0.1473
Uji Autokorelasi Test. Hasil pengolahan data menunjukkan
Dalam uji autokorelasi ini menggu- bahwa nilai J-B untuk M1 adalah 10.21724
nakan uji Breusch-Godfrey (B-G). uji ini yang nilainya lebih kecil dari χ2(0.01;10) tabel
mengasumsikan bahwa faktor pengganggu = 23.2093, artinya residual ut model berdis-
ut diturunkan dengan mengikuti ρth-order tribusi normal pada signifikansi 99%. Untuk
autoregressive scheme dimana persamaan M2 nilai J-B adalah 6.005234 l lebih kecil
tersebut diturunkan dari model awal. Per- dari χ2(0.01;10) tabel = 23.2093, artinya resi-
samaan model faktor pengganggu ut adalah dual ut model juga berdistribusi normal pada
sebagai berikut: signifikansi 99%.
U = ρ1 Ut-1+ ρ2 Ut-2 + …..+ ρn Ut-n + et
HASIL ESTIMASI ECM
Dimana et merupakan faktor penggangu Dalam bagian ini akan dibahas
dengan rata-rata nol (Zero mean) dan de- penaksiran error correction, dengan mema-
ngan varian yang konstan. sukkan deviasi yang terjadi dalam jangka
Dari hasil perhitungan didapat besar- panjang dan dinamika jangka pendek. Di
nya nilai χ2 hitung = n*R2 sebesar 5,017434 dalam model ini, dinamka jangka pendek
untuk M1 dan untuk M2 sebesar 5.13675, dibuat dengan memasukkan perbedaan per-
sementara nilai χ2 (2) tabel dengan α= 5% tama (first-difference). Penyesuaian jangka
sebesar 5.99147 dengan demikian disimpul- panjang dilakukan dengan cara memasukkan
kan bahawa, dalam model empiris tidak ter- error correction yang ditaksir dalam bagian
dapat autokorelasi. sebelumnya. Model dasar dalam penelitian
ini sebagai berikut:
PENGUJIAN NORMALITAS
Pengujian Normalitas mempunyai DLRM = β0 + β1 DLGDP + β2 DR + β3
asumsi bahwa distribusi probabilitas dari DLIB + β4 DIF + β5 DER + β6
gangguan ut memiliki rata-rata yang diha- LGDP(-1) + β7 ΒR (-1) + β8LIB
rapkan sama dengan nol. Uji yang diguna- (-1) + β9IF(-1) + β10ER(-1) +
kan dalam penelitian ini adalah Jarque-Bera β11ECM (-1)

Tabel 4.
Uji Normalitas

M1 M2
Uji Statistics Probabilitas Statistiks Probabilitas
JB 10.21724 0.006044 6.005234 0.0496657
Catatan: - Jarque-Bera (JB) adalah uji untuk normalitas
Tabel 5. Estimasi permintaan uang jangka pendek

Variabel Koefisien (M1) Koefisien (M2)


C -0.31545 -0.219
(-0.884) (0.276)
DLGDP 0.62561* 0.6641*
(11.955) (16.756)
DR 0.00151 0.0050**
(0.525) (2.298)
DLIB 0.02887 0.1717
(1.471) (1.1553)
DIF -0.00015 0.00085
(-0.1257) (0.9464)
DER 0.00002* 0.00002*
(2.687) (3.568)
ECM1(-1) 0.000025**
(2.132)
ECM2(-1) 0.000033*
(3.716)
R2 = 0.813 R2 = 0.881
Adj. R2 = 0.766 Adj. R2 = 0.851
DW-stat = 2.129 DW-stat = 2.082
F-stat = 17.386 F-stat = 29.693
Catatan: Signifkan pada level 1% (*)
Signifkan pada level 5% (**)

Hasil pengolahan data menunjukkan koefisiennya bukan elastisitas, maka arti dari
bahwa nilai ECM untuk M1 dan M2 meng- nilai tersebut adalah jika rupiah terdepresiasi
indikasikan bahwa hasil regresi signifikan, sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan per-
berarti model ECM adalah valid dan varia- mintaan uang riil (M1) naik sebesar 0.0002
bel yang diamati berkointegrasi. Bila dilihat milyar rupiah.
dari nilai F-statistiknya, baik untuk M1 dan Untuk permintaan uang riil (M2),
M2, secara bersama-sama variabel indepen- variabel GDP signifikan positip pada level
dennya mempengaruhi variabel dependen. α=1%, nilai koefisien sebesar 0.6641, arti-
Selanjutnya dalam analisa jangka nya setiap kenaikan GDP sebesar 1% meng-
pendek, untuk permintan uang riil (M1), akibatkan kenaikan permintaan uang riil
variabel GDP signifikan positip pada level (M2) sebesar 0.6641 %. Variabel nilai tukar
α=1%. Nilai koefisien variabel GDP sebesar juga signifikan positif pada level α=1% de-
0.62561, artinya bila ada kenaikan GDP ngan nilai koefisien sebesar 0.00002, artinya
sebesar 1% mengakibatkan kenaikan per- setiap terjadi depresiasi rupiah sebesar 1
mintaan uang riil (M1) sebesar 0.63%, hal rupiah mengakibatkan kenaikan permintaan
ini sesuai dengan teori permintaan uang. uang riil (M2) sebesar 0.00002 milyar
Variabel nilai tukar (ER) juga menunjukkan rupiah. Kemudian juga variabel tingkat suku
signifikan positip pada level α=1% dengan bunga dalam negeri (deposito) signifikan
nilai koefisien sebesar 0.00002, karena nilai positif pada level α=%. Nilai koefisiennya
sebesar 0.0050, artinya bila terjadi kenaikan fikan negatif dengan permintaan uang riil
suku bunga deposito sebesar 1% mengaki- baik untuk M1 dan M2, artinya bila terjadi
batkan kenaikan permintaan uang riil (M2) depresiasi rupiah akan mengakibatkan ke-
sebesar 0.0050 milyar rupiah. Kenaikan naikan permintaan uang riil, hal ini berbeda
yang relatif kecil ini terjadi mungkin dengan analisis jangka pendek. Alasannya
masyarakat lebih tertarik berinvestasi pada adalah bila rupiah terdepresiasi, dalam
barang-barang tak bergerak (tanah, rumah) jangka panjang masyarakat akan lebih suka
dari pada deposito meskipun terjadi kenai- memegang dollar US dibandingkan dengan
kan suku bunga deposito. rupiah, akibatnya permintaan uang riil akan
Dalam analisis jangka panjang, me- menurun juga untuk variabel tingkat bunga
rupakan serangkaian proses penyesuaian dalam negeri (suku bunga deposito) mem-
yang akan membawa setiap shock pada ke- punyai hubungan signifikan positif terhadap
seimbangan. Dengan kata lain jangka pan- permintaan uang riil (M2). Nilai koefisien
jang merupakan periode yang memungkin- tingkat bunga dalam negeri sebesar
kan penyesuaian penuh untuk setiap peruba- 0.002984, artinya bila tingkat bunga dalam
han yang terjadi. negeri meningkat 1% akan meningkatkan
Berdasar tabel. 5 dapat dijelaskan permintaan uang riil (M2) sebesar 0.002984
bahwa dalam jangka panjang, variabel nilai milyar rupiah.
kurs (ER) mempunyai hubungan yang signi-

Tabel 6. Estimasi permintaan uang jangka panjang

Variabel Koefisien (M1) Koefisien (M2)


C -0.31545 -0.21918
(-0.884) (0.276)
LGDP(-1) 0.02675 0.01669
(0.8683) (0.71552)
R(-1) 0.00142 0.002984**
(0.0696) (1.9241)
LIB(-1) -0.00254 -0.00103
(-0.4083) (-0.21748)
IF(-1) -0.00203 -0.00166
(-1.3177) (-1.42169)
ER(-1) -0.00002** -0.00003*
(-1.9040) (-3.7158)
ECM1(-1) 0.000025**
(2.132)
ECM2(-1) 0.000033*
(3.716)
R2 = 0.813 R2 = 0.881
Adj. R2 = 0.766 Adj. R2 = 0.851
DW-stat = 2.129 DW-stat = 2.082
F-stat = 17.386 F-stat = 29.693
Catatan: Signifkan pada level 1% (*)
Signifkan pada level 5% (**)
STABILITAS PARAMETER  Dalam jangka panjang variabel nilai
Untuk mengetahui bahwa persamaan kurs mempunyai hubungan yang signi-
yang dibuat sudah sesuai dengan spesifikasi, fikan negatif terhadap permintaan uang
perlu dilakukan uji stabilitas parameternya. riil baik untuk M1 dan M2 dan variabel
Dalam bagian ini akan dievaluasi konsis- tingkat bunga dalam negeri (suku bunga
tensi parameter sebelum dan sesudah peru- deposito) singnifikan positif hanya un-
bahan sistem nilai tukar dari sistem nilai tuk M2. Kondisi ini kemungkinan ter-
tukar mengambang terkendali menjadi me- jadi karena, data tingkat bunga yang di-
ngambang bebas. Dalam evaluasi stabilitas pakai adalah data deposito berjangka 3
parameter ini digunakan uji Chow (Gujarati, bulanan, bukan tingkat bunga domestik.
2000, hal. 222). Dalam uji ini, sampel data Dan bila dilihat dari nilai koefisiennya
dibagi menjadi dua periode yaitu sebelum relatif sangat kecil, sehingga responnya
perubahan sistem nilai tukar (1990.1- juga relatif kecil.
1997.2) dan sesudahnya (1997.3 – 2004.2)  Pengaruh nilai tukar sangat siginifikan
baik untuk M1 dan M2. Dari hasil perhitu- terhadap permintaan uang riil di Indo-
ngan menunjukkan bahwa F-hitung untuk nesia, ini dapat disimpulkan bahwa
permintaan uang riil M1 sebesar 2.407 lebih perekonomian Indonesia sangat rentan
kecil dari F-tabel=2.91. Sedangkan F-hitung terhadap fluktuasi perekonomian dunia,
untuk permintaan uang riil M2 sebesar 4.62. oleh karena itu perlunya pemerintah
lebih besar dari F-tabelnya. Sehingga dapat menjaga stabilitas nilai tukar. Dalam
disimpulkan bahwa tidak ada perubahan sistem nilai tukar yang mengambang
stabilitas parameter sesudah dan sebelum bebas ini, dimana campur tangan pe-
perubahan sistem nilai tukar untuk permin- merintah (inteverensi) relatif kecil.
taan uang riil M1 dan ada perubahan sta- Maka hal yang perlu dilakukan oleh
bilitas parameternya untuk permintaan uang pemerintah adalah menjaga agar pasar
riil M2. valuta asing lebih efisien.
 Untuk M1 tidak terjadi perubahan sta-
KESIMPULAN
bilitas parameter baik sebelum dan se-
 Dalam analisa jangka pendek menunjuk-
sudah perubahan sistem nilai tukar dari
kan bahwa variabel GDP berpengaruh
sistem nilai tukar mengambang terken-
signifikan dan positif terhadap permintaan
dali menjadi sistem nilai tukar me-
uang riil baik untuk M1dan M2. Varia-
ngambang bebas. Sedangkan untuk M2
bel nilai tukar juga secara statistik ber-
terjadi perubahan stabililtas parameter
pengaruh signifikan positif terhadap
setelah terjadi perubahan sistem nilai
permintaan uang riil baik untuk M1 dan
kurs .Hal ini dikarenakan difinisi uang
M2. Artinya bila nilai rupiah terdepresi-
M2 lebih luas dibanding dengan M1.
asi terhadap dolar US akan meningkat-
Banyak faktor-faktor eksternal (seperti
kan permintaan uang riil di Indonesia.
fluktuasi perekonomian dunia) yang
Hal ini terjadi karena masyarakat ba-
mempegaruhi M2, sehingga otoritas
nyak membutuhkan lebih banyak uang
moneter lebih sulit dalam mengen-
untuk transaksi akibat kenaikan harga-
dalikannya.
harga barang dan jasa akibat depresiasi
rupiah. Dan persentase kenaikan per-
mintaan uang nominal lebih besar dari
persentase kenaikan harga sehingga
permintaan uang riil akan meningkat.

40
DAFTAR PUSTAKA
Bose, Shekar and Hafizur Rahman, (1996), “The demand for Money in Canada A Cointegra-
tion Analysis”, International Economic Journal, Vol. 10 no 4. Winter.
Budiono, (1992), Eokonomi Moneter Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No 5, Yogya-
karta, Edisi 3, BPFE UGM.
Gujarati, Damodar, (1995), Basic Econometrics, Third Edition, New York, Mc Graw-Hill
International.
, (1999), Essential of Econometrics, Second edition, New York, Mc Graw–Hill Inter-
national.
Insukindro, (1993), Ekonomi Uang dan Bank, Yogykarta, BPFE UGM.
Iswardono, (1981), Uang dan Bank, Yogyakarta, BPFE UGM.
Kindleberger, C. P dan Peter H. Lindert, (1986), International economics, Alih bahasa oleh
Burhanudin Abdullah, Ekonomi International, Jakarta, Erlangga.
Krishna, D.V.G. (1996), “An Empirical analisis of Demand for Money in India (1969-90)”,
Finance India, Vol. 10 No. 3 September.
Prawoto, N., (2000), “Permintaan Uang d Indonesia Tahun 1976-1996 Konsep Keynesian
dan Moneteris Dengan Dendekatan PAM”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 5
No.1.
Sugianto, C., (1994), Ekonometri Terapan, Yogyakarta, Edisi 1, BPFE UGM.
Sukirno, Sadono, (2000), Makroekonomi Modern, Jakarta, Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai