Anda di halaman 1dari 63

EKONOMI SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Refnida, M.E.

DISUSUN OLEH :

TITANIA NOVIANA

(A1A119074)

Prodi Pendidikan Ekonomi

FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan bahan ajar mata kuliah ekonomi
syariah dengan baik dan benar.Bahan ajar ini diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa
dalam mempelajari ekonomi syariah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu refnida selaku dosen pengampu yang
telah mendukung dalam penyusunan bahan ajar ini. Kami menyadari masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi yang perlu disempurnakan sehingga
menjadi bahan ajar yang efektif dan efesien dalam menunjang pembelajaran ekonomi syariah.
Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi sempurnya
bahan ajar ini.

Jambi , Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DALAM EKONOMI ISLAM............1

I. TUJUAN PEMBELAJARAN.........................................................................1
II. MATERI PEMBELAJARAN.........................................................................1
1.1 Teori Permintaan.......................................................................................2
1.2 Teori Penawaran........................................................................................6
1.3 Elastisitas Permintaan Dan Penaaran....................................................10

BAB II PENDAHULUAN...............................................................................................16

PERILAKU KONSUMSI ISLAMI................................................................................16

I. TUJUAN PEMBELAJARAN.......................................................................16
II. MATERI PEMBELAJARAN.......................................................................16
II.1............................Teori Nilai Guna dan Hubungannya dengan Masalah
....................................................................................................................17
II.2................................................Kebutuhan (Need) dan Keinginan (Want)
....................................................................................................................21
II.3............................................................Norma dan Etika dalam Konsumsi
....................................................................................................................23

BAB III PENDAHULUAN..............................................................................................26

TEORI PRODUKSI ISLAMI.........................................................................................26

I. TUJUAN PEMBELAJARAN.......................................................................26
II. MATERI PEMBELAJARAN.......................................................................26
3.1 Prinsip Produksi dalam Islam................................................................26
3.2 Faktor- factor Produksi...........................................................................28
3.3 Biaya Produksi.........................................................................................31
3.4 Pengaruh pajak , bunga bank, zakat dan bagi hasil

iii
terhadap biaya produksi.........................................................................32
3.5 Pemaksimuman Keuntungan..................................................................34
3.6 Motif Produksi..........................................................................................34
3.7 Norma dan Etika dalam Produksi..........................................................35

BAB IV PENDAHULUAN..............................................................................................37

DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM ISLAM..........................................................37

I. TUJUAN PEMBELAJARAN.......................................................................37
II. MATERI PEMBELAJARAN.......................................................................37
4.1 Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan.....................................37
4.2 Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan dalam Islam..............................41
4.3 Tujuan Distribusi Pendapatan dalam Islam.........................................45

BAB V PENDAHULUAN.................................................................................................4

MEKANISME PASAR ISLAMI....................................................................................48

I. TUJUAN PEMBELAJARAN.......................................................................48
II. MATERI PEMBELAJARAN.......................................................................48
5.1 Mekanisme Pasar Dalam Sistem Ekonomi Konvensional....................49
5.2 Mekanisme Pasar Dalam Islam..............................................................50
5.3 Teori Harga..............................................................................................51
5.4 Keseimbangan Pasar................................................................................56
Daftar Pustaka..................................................................................................................58

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini materi pembelajaran yang disajikan adalah : Teori
Permintaan Teori Penawaran, Elastisitas Permintaan dan Penawaran.

TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DALAM EKONOMI ISLAM

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

MAHASISWA : Untuk memahami teori Permintaan Teori dan Penawaran dalam ekonomi
islam dan mengetahui elastisitas Permintaan dan Penawaran.

II. MATERI PEMBELAJARAN

Permintaan dan penawaran merupakan dua aktivitas yang mendasari kegiatan


perekonomian. Permintaan dan penawaran juga merupakan dua kata yang paling sering
digunakan oleh para ekonom, keduanya merupakan kekuatan-kekuatan yang membuat
perekonomian pasar bekerja. Sedangkan mekanisme pasar itu sendiri adalah interaksi yang
terjadi antara permintaan (demand) dari sisi konsumen dan penawaran (supply) dari sisi
produsen, sehingga harga yang diciptakan merupakan perpaduan dari kekuatan masing-
masing pihak tersebut. Oleh karena itu, perilaku permintaan dan penawaran merupakan
konsep dasar dari kegiatan bisnis.
Perbedaan prinsip antara permintaan dan penawaran dalam Islam dengan konfensional
adalah terletak pada factor utama dalam mempengaruhi permintaan dan penawaran. Menurut
ekonomi konfensional titik beratnya pada harga, jika harga tinggi maka permintaan akan
turun, begitu pula sebaliknya. Sedangkan dalam ekonomi Islam ini titikberatnya pada faedah,
kemaslahatan ataupun manfaat suatu barang, sedangkan harga bukanlah tinjauan dasar dalam
ekonomi Islam, tapi sisi religiuslah yang menjadi faktor utama. Dengan demikian, pandangan
ekonomi Islam mengenai permintaan, penawaran dan mekanisme pasar ini relatif sama
dengan ekonomi konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk
berperilaku ekonomi yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan
moral Islami yang merupakan prinsip Islam dalam berekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakatdalam melakukan kegiatan ekonominya.

1
1.1 Teori Permintaan
Secara umum permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta padasuatu pasar
tertentu dengan tingkat hargatertentu pada tingkat pendapatan tertentu. Besar kecilnya
perubahan permintaanditentukan oleh besar kecilnya perubahanharga.Jika ini terjadi maka
berlakuperbandingan terbalik antara harga terhadapharga permintaan dan berbanding
lurusdengan penawaran.Hukum permintaanmenyatakan “bila harga suatu barang naik,maka
permintaan barang tersebut turun,sebaliknya jika harga suatu barang turunmaka
permintaan terhadap suatu barangtersebut akan naik”.

Menurut N.Gregory Mankiw dalam bukunya yang berjudul “pengantar mikro ekonomi”
menyebutkan bahwa permintaan adalah sejumlah barang yang diinginkan dan dapat dibeli
oleh pembeli. Kita tahu bahwa untuk barang apapun, ada banyak hal yang menentukan
jumlah yang akan diminta pembeli, namun ketika kita menganalisis bagaimana pasar bekerja,
suatu hal yang sangat berperan adalah harga barang tersebut. Jumlah permintaan barang
menurun ketika harga barang naik dan meningkat ketika harga barang turun.Hal ini berarti
jumlah permintaan barang berbanding terbalik dengan harga. Hubungan antara harga dengan
jumlah permintaan ini berlaku untuk hamper semua barang dalam ekonomi, dan dalam
kenyataannya, para ekonom dimanapun menyebut hal ini sebagai hokum permintaan. Jika
hal-hal lain tetap, ketika suatu barang naik jumlah permintaan untuk barang tersebut akan
turun. Sebaliknya ketika harga turun jumlah permintaan naik.

A. Hukum Permintaan

Hukum permintaan adalah hokum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat
negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah
barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta
meningkat, karena pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Dari hipotesa di atas dapat disimpulkan,
bahwa:

1) Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang dapat
digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila barang tersebut
turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut.

2
2) Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang, sehingga memaksa
konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik harganya. Pada
hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hokum permintaan tersebut
berlaku jika keadaan atau faktor- faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap/
ceteris paribus). Kemudian dalam hukum permintaan terhadap barang halal sama dengan
permintaan dalam ekonomi pada umumnya, yaitu berbanding terbalik terhadap harga,
apabila harga naik, maka permintaan terhadap barang halal tersebut berkurang, dan
sebaliknya dengan asumsi cateris paribus.

Seorang individu di pasar akan dipengaruhi oleh harga;

Tabel:

Harga Kuantitas Yg Diminta (Q) Pereode

1000 200 A

900 250 B

800 325 C

750 400 D

600 450 E

500 525 F

Pada Tabel diatas tampak bahwa bila jumlah barang yang diminta
makin banyak maka harga akan meningkat.Sebaliknya bila jumlah barang yang
diminta makin sedikit, maka harga akan turun.Secara visual perilaku barang yang
diminta, harga dan waktu menurut teori permintaan dapat dilukiskan dalam gambar
berikut

3
B. Konsep permintaan dalam Perspektif Ekonomi Islam
Konsep permintaan dalam islam menilai suatu komoditi (barang atau jasa)tidak semuanya
bisa dikonsumsi maupundigunakan, dibedakan antara yang halal dengan yang haram .Oleh
karena itu, dalam teori permintan Islami membahas permintaan barang halal, sedangkan
dalampermintaan konvensional, semua komoditidinilai sama, bisa dikonsumsi dandigunakan.
QS. Al Maidah: 87-88
“Hai orang-orang yang beriman, janganlahkamu haramkan apa-apa yang telahdihalalkan bagi
kamu, dan janganlah kamumelampaui batas. Sesungguhnya Allah tidakmenyukai orang-
orang yang melampaui batas“ (87)
“ Dan makanlah makanan yang halal lagibaik dari apa yang Allah telah rezekikankepadamu,
dan bertaqwalah kepada AllahYang kamu beriman kepada-Nya” . (88)
Menurut Ibnu Taimiyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu yang
digambarkan dengan istilah raghbah filal-syai. Yang diartikan sebagai Jumlahbarang yang
diminta. Secara garis besar,permintaan dalam ekonomi Islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun adabatasan batasan tertentu yang harusdiperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya. Islam mengharuskan untuk mengkonsumsi barang yang halal
lagi thoyyib. Aturan Islam melarang seorangmuslim memakan barang yang haram,kecuali
dalam keadaan darurat dimanaapabila barang tersebut tidak dimakan, makaakan berpengaruh
pada kesehatan muslimtersebut.Selain itu, dakam ajaran Islam orangyang mempunyai banyak
uang tidakdiperbolehkan membelanjakan uangnyasemau hatinya.Batasan anggaran
belumcukup untuk membatasi konsumsi. Batasanlain yang perlu diperhatikan adalah
seorangmuslim tidak boleh berlebihan (ishrof), danharus mengutamakan
kebaikan(maslahah)islam tidak menganjurkanpermintaan suatu barang dengan tujuan
kemegahan, kemewahan, kemubadziran.Bahkan Islam memerintahkan bagi yangsudah
mencapai nishab, untuk menyisihkandari anggarannya untuk membayar zakat,
infaq, dan shodaqoh.

4
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ Fatawa menjelaskan, bahwa hal-hal yang
mempengaruhi permintaan suatu barang antara lain:
1) Keinginan atau selera masyarakat terhadap suatu barang yang berbeda daan selalu
berubah-ubah. Dimanaketika masyarakat telah memiliki selera terhadap suatu barang
maka hal ini akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang tersebut.
2) Jumlah para peminat terhadap suatu barang. Jika jumlah masyarakat yang menginginkan
barang tersebut semakin banyak, maka harga barang tersebut akan semakin meningkat.
3) Jumlah para peminat terhadap suatu barang Dimana tingkat pendapatan merupakan salah
satu ciri kualitas pembeli yang baik. Semakin besar tingkat pendapatan,semakin tinggi
kualitas manyarakat untuk membeli.
4) Lemah atau kuatnya kebutuhan suatu . Apabila kebutuhan terhadap suatu barang itu
tinggi maka permintan terhadap barang itu juga tinggi
5) Cara pembayaran (tunai atau angsuran).Jika pembelian barang tersebut dengan transaksi
tunai, biasanya permintaannya lebih tinggi
6) Besarnya biaya transaksi. Apabila biaya transaksi dari suatu barang rendah, maka
permintaan akan meningkat

D. Perbedaan konsep ekonomi Islam dengan konvensional terhadap teori permintaan


Definisi dan factor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan, antara
permintaan konvensional dan islammempunyai kesamaan. Ini dikarenakan bahwa keduanya
merupakan hasil dari penelitian kenyataan di lapangan (empiris) dari tiap-tiap unit ekonomi.
Namun terdapat perbedaan yang mendasar diantara keduanya, diantaranya:
1) Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum
dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan islam berprinsip
pada entitas utamanya yaitu islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh
Alla SWT. Permintaan islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya
berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-
teori, tetapi juga berasal dari firman-firman Tuhan (relevation), yang menggambarkan
bahwa ekonomi islam didominasi oleh variable keyakinan religi dalam mekanisme
sitemnya.

5
2) Sementara itu dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan
keuntungan dan materialisme.Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi
konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah
informasi danimajinasi manusia.Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan
memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.

3) Konsep permintaan dalam islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram.

4) Dalam teori permintaan islam membahas permintaan barang halal, barang haram, dan
hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan konvensional, semua komoditi
dinilai sama, bias dikonsumsi atau digunakan.

5) Dalam motif permintaan islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap
barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-
niali kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwaegoisme merupakan nilai
yangkonsisten dalam mempengaruhiseluruh aktivitas manusia.

6) Permintaan islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan ataukemenangan akhirat (falah)


sebagaiturunan dari keyakinan bahwa adakehidupan yang abadi setelahkematian yaitu
kehidupan akhirat,sehingga anggaran yang ada harusdisisihkan sebagai bekal
untukkehidupan akhirat.

1.2 TEORI PENAWARAN


Penawaran (supply) dalam ilmu ekonomi adalah banyaknya barang atau jasa yang
tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap waktu
tertentu.Jadi penawaran dapat didefinisikan yaitu banyaknya barang yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan padatingkat harga tertentu.
Hukum penawaran menerangkan apabila harga sesuatu barang meningkat, kuantitas
barang ditawar akan meningkat dan apabila harga sesuatu barang menurun, kuantitas barang
yang ditawar akan menurun. Hukum ini menunjukkan wujud hubungan positif antara tingkat
harga dankuantitas barang yang ditawar. Hal ini disebabkan karena harga yang tinggi
member keuntungan yang lebih kepada produsen, jadi produsen akan menawarkan lebih
banyak barang. Harga yang tinggi menyebakan produsen berpendapat barang tersebut sangat
6
diminta oleh konsumen tetapi penawarannya kurang di pasaran. Produsen akan
menambahkan penawaran untuk memenuhi permintaan.
Teori penawaran yaitu teori yang menerangkan sifat penjual dalam menawarkan barang
yang akan dijual. Gerakan sepanjang dan pergeseran kurva penawaran perubahan dalam
jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran.
Dengan kata lain definisi penawaran bisa juga dijelaskandengan proses atau gejala sustitusi
pada umumnya sumber sumber dan teknik produksi yang digunakan oleh seorang produsen
dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam dan jumlah produk.
A. Hukum Penawaran

Hukum penawaran menunjukkan hubungan harga dengan jumlah barang yang


ditawarkan. Hukum penawaran berbunyi ”jika harga barang turun, maka jumlah barang yang
ditawarkan turun, dan sebaliknya, jika harga barang naik, maka jumlah barang yang
ditawarkan naik.” Sehingga hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan
adalah hubungan positif. Hal tersebutlah menyebabkan mengapa bentuk kurva permintaan
turun dari kiri atas ke kanan bawah.

B. Konsep penawaran dalam perspektifekonomi Islam


Membahas teori penawaran Islami, kita harus kembali kepada sejarah penciptaan
manusia.Bumi dan manusia tidak diciptakan pada saat yang bersamaan. Dalam
memanfaatkan alam yang telah disediakan Allah bagi keperluan manusia, larangan yang
harus dipatuhi adalah “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Larangan ini
tersebar di banyak tempat dalam Al-Qur'an dan betapa Allah sangat membenci mereka yang
berbuat kerusakan di muka bumi.
Secara umum tidak banyak perbedaan antara teori permintaan konvensional dengan
Islami sejauh hal itu dikaitkan dengan variabel atau faktor yang turut berpengaruh terhadap
posisi penawaran. Bahkan bentuk kurva secaraumum pada hakekatnya sama. Satu aspek
penting yang memberikan suatu perbedaan dalam pespektif ini kemungkinan besar berasal
dari landasan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-nilai Islam.
Yang pertama adalah bahwa Islammemandang manusia secara umum, apakah sebagai
konsumen atau produsen, sebagai suatu objek yang terkait dengan nilainilai. Nilai-nilai yang
paling pokok yang didorong oleh Islam dalam kehidupan perekonomian adalah
kesederhanaan, tidak silau dengan gemerlapnya kenikmatan duniawi (zuhud) dan ekonomis
(iqtishad). Inilah nilai-nilai yang seharusnya menjadi trend gaya hidup Islamic man.

7
Yang kedua adalah norma-norma Islam yang selalu menemani kehidupan manusia yaitu
halal dan haram. Produk-produk dan transaksipertukaran barang dan jasa tunduk kepada
norma ini. Hal-hal yang diharamkan atas manusia itu pada hakekatnya adalah barang-barang
atau transaksi-transaksi yang untuk memenuhi keinginannya dengan cara apapun, ia adalah
makhluk rasional. Ketika produsen berusaha memaksimalkan keuntunganan, dengan
mengabaikan tanggung jawab sosial, ia adalah makhluk rasional dan tidak perlu
dikhawatirkan.Begitu juga dengan konsumen yang ingin memaksimalkan nilai guna (utility)
ketika membeli suatu produk, maka ia berjalan pada jalur rasionalitas dan hal itu secara
ekonomi adalah baik.
Dengan kedua batasan ini, maka lingkup produksi dan pada gilirannya adalah lingkup
penawaran itu sendiri dalam ekonomi Islam menjadi lebih sempit dari pada yang dimilikioleh
ekonomi konvensional. Dengan demikian terdapat dua penyaringan (filtering) yangmembuat
wilayah penawaran (domain) dalam ekonomi Islam menyempit, yaitu filosofi kehidupan
Islam dan norma moral Islam.

C. Faktor yang mempengaruhi penawaran terhadap suatu barang


Faktor yang mempengaruhi penawaran menurut Ibnu Khaldun adalah banyaknya
permintaan tingkat keuntunganrelative (tingkat harga), tingkat usaha manusia (produktifitas)
misalnya besarnya tenaga buruh termasuk termasuk ilmu pengetahuan yang dimiliki dan
keterampilan yang dimiliki, keamanan dan ketenangan serta kemampuan teknik dan
perkembangan secara keseluruhan. Adapun faktor-faktor yang lain yang mempengaruhi
penawaran terhadap suatu barang:

1) Harga barang, apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, jumlah
barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika harga barang yang
ditawarkan turun, jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun.
2) Harga barang pengganti, apabila harga barang pengganti meningkat, penjual akan
meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan.
3) Biaya produksi, berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti
biaya untuk membeli bahan baku, gaji pegawai, penolong dan lain sebaginya.
4) Kemajuan teknologi, sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang
ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam
menghasilkan barang dan jasa.

8
5) Pajak, ketetapan pemerintah terhadap suatu produk sangat berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya harga.
6) Perkiraan harga pada masa depan, jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa
naik, sedangkan penghasilan masyarakat tetap maka perusahaan akan menurunkan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
7) Kondisi alam, Kondisi alam seperti terjadi banjir, gempa bumi dan sebagainya.Bisa
mengakibatkan penawaran barang-barang tertentu berkurang khususnya barang-barang
hasil pertanian.

D. Perbedaan konsep ekonomi Islam dengan konvensional terhadap teori penawaran

Dijelaskan bahwa penawaran berkorelasi positif terhadap harga (P).Ini berarti bahwa
semakin tinggi suatu hargaproduk, semakin memberikan insentif kepada produsen untuk
meningkatkan produksinya dan kemudian menawarkannya kepada konsumen yang
membutuhkan.Sebaliknya, semakin rendah suatu harga produk, semakin berkurang insentif
bagi produsen untuk memproduksi dan menawarkannya. Hal ini disebabkankarena makin
rendah suatu harga, makinkecil suatu keuntungan atau malah timbul kerugian. Sebagai suatu
agen ekonomiyang rasional, produsen akan memutuskan produksinya. Dengan demikian
dapatlah digambarkan dalam sebuah diagram dimana sumbu vertical adalah harga dan sumbu
horizontal adalah jumlah produk yang ditawarkan kepada masyarakat bahwa kurva
penawaran sebagai kurva yang naik ke kanan. Kedudukan kurva ini bias berpindah atau
bergeser bergantung kepada factor-faktor yang mempengaruhinya.
Disamping itu, ongkos produksi juga merupakan faktor penting dalam menentukan
penawaran suatu produk.Ongkos produksi pada gilirannya ditentukan oleh harga dari faktor
input. Perubahan dalam harga-harga factor input umumnya dikarenakan adanya perubahan
dalam laju pajak dan subsidi. Sekalipun diasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan dalam
kebijakan fiscal pemerintah berkaitan dengan perpajakan atau subsidi, masih ada factor lain
yang sangat berperan dalammenentukan kedudukan penawaran dalam perekonomian
konvensional. Kemajuan teknologi berperan sangat penting dalam mengurangi ongkos
produksi karena perubahan dalam teknologi yang lebih maju memungkinkan dipakainya cara-
cara produksi yang jauh lebih efisien dan tentu saja lebih murah daripada sebelumnya.
Dengan demikian dapatlah diringkaskanbahwa aspek penawaran (Qs) dalam ekonomi
konvensional ditentukan oleh beberapa variable antara lain harga (P), ongkos produksi (C),
teknologi (T) dan factor input (Pt), ceteris paribus. Secara matematis dapat diungkapkan
9
dalam sebuah fungsi umum Qs = f (P, C, T, Pf). Sekalipun banyak faktor yangmempengaruhi
tingkatan penawaran, dalam analisis ilmu ekonomihanya menggunakan harga sebagai ukuran
utama dalam membuat diagram penawaran.

1.3 Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Elastisitas merupakan ukuran pembeli dan penjual bereaksi terhadap kondisi yang
ada. Kondisi yang dimaksud berkaitan dengan perubahan harga. Dengan kata lain, elastisitas
merupakan tingkat kepekaan permintaan dan penawaran terhadap perubahan harga.

A. Pengertian elastisitas Permintaan


Elastisitas permintaan adalah alat atau konsep yang digunakan untuk mengukur derjat
kepekaan atau respon perubahan jumlah atau kualitas barang yang dibeli sebagai akibat
perubahan faktor yang mememngaruhi. Pada dasarnya ada tiga variabel yang memengaruhi
elastisitas permintaan , yaitu elastisitas harga permintaan, elastisitas silang, elastisitas
pendapatan.
 Elastisitas harga permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah tingkat kepekaan atau respons jumlah alibat
perubahan harga barang. Dengan kata lain,perbandingan dari presentasi perubahan jumlah
barang yang diminta dan persentase perubahan dengan harga dipasar,sesuai hukum
permintaan, yaitu jika harga naik maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.Dalam analisis.
Elastisitas harga permintaan dinyatakan sebagai elastisitas permintaan. Nilai perbandingan
antara persentase perubahan jumlah diminta dengan persentase perubahan harga disebut
koefisien elastisitas permintaan.

 Rumus perhitungan
Elastisitas permintaan digunakan untuk menjelaskan tingkat kepekaan permintaan
suatu barang terhadap perubahan harga barang. Angka yang yang mengukur besarnya
pengaruh perubahan harg atas perubahan jumlah barang yang diminta disebut koefisien
elastisitas permintaab yang dilambangkan E
Adapun rumusnya :
Ed = %jumlah barang yang diminta setelah perubahan
%perubahan harga
Atau
10
∆Qd P1
Ed= ×
∆P Qd1

Q2−Q1 ∆Q ∆Q P1
AtauEd = Atau ×
Q1 Q ∆P Q1
P 2−P1 ∆P
P1 P

Keterangan
Q = jumlah barang yang diminta sebelum perubahan
Q =jumlah barang yang dimnta setelah perubahan
P = Harga barang sebelum perubahan
P = harga setalah perubahan
∆Q= selisih barang yang diminta
∆P = selisih harga barang
Contoh : jika harga televisi berwarna turun dari Rp. 1.000.000 menjadi Rp.800.000,
permintaan meningkat dari 20 Unit menjadi 40 unit. Elastisnya adalah ....
Jawab :
P0 = Rp.1000.000 Q0= 20 Unit
P1= Rp.800.000 Q1= 40 Unit
∆Q P1 20 800.000
Ed = × = × =2
∆ P Q 1 200.000 40

Harus diingat,elastisitas permintaan harus digambarkan dengn angka negatif sebagai tanda
adanya hubungan negatif antara perubahan harga dengan permintaan .

 Elastisitas Silang
Koefisien yang menunjukan besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang
apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan silang
atau elastisitas silang.
Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, sifat
penghubung di antara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang. Besarnya elastisitas
silang (Es) dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
% peruba h anpermintaan ∆ Q ∆ P
Es = = =
% peruba h anharga Q P

11
Q1−Q P 1−P
Es = :
Q P

Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran perintaan produk lain mak
elastisitas silang (Exy) merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi
dengan persentase perubahan harga dari barang Y .
Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y ) bersifat komplementer
(pelengkap) terhadap barang lain,tanda elastisitas silangnya adalah negatif .
misalnya,kenaikan hargatinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.
Apabila barang lain tesebut bersifat subtitusi (pengganti),tanda elastisitas silangnya
adalah positif. Misalnya, kenaikan jumlah permintaan daging sapi dan sebaliknya

 Elastisitas Pendapatan
Koefisien yang menunjukan besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang sebagai
akibat dari perubahan pendapatan pembelian dinamakan elastisitas penerimaan pendapatan
atau elastisitas pendapatan. Besarnya elastisitas pendapatan (Ey) dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut :

% peruba h ankuantitasdiminta
Ey =
% peruba h anpendapatan

Apabila yang terjadi adalah kenaikan pendapatan yang berakibat naiknya jumlah
barang yang diminta ,tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta disebut
barang normal atau superior.
Apabila kenaikan dalam pendaptan berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang
diminta ,tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut
barang inferior atau giffen.

b. Jenis-jenis Elastisitas Permintaan


Permintaan tidak elastis sempurna : elastisitas = 0 . perubahan harga tidak
memengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian,kurvanya berbentuk vertikal. Kurva
berbentuk vertikal berarti berapa pun harga yang ditawarkan,kuantitas barang/jasa tetap tidak
berubah. Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun
harganya naik terus,kuantitas yang tersedia tetap terbatas).

12
Perminntaan tidak elastisitas: elastisitas < 1 . persentase perubahan kuantitas
permintaan < persentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis dapat dilihat pada
produk kebutuhan . misalnya beras,meskipun harganya naik,orang akan tetap membutuhkan
beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu memskipun dapat dihemat
penggunaannya,tidak akan sebesar kenaikan sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya
,jika harga beras turun,konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan
harga. Halini karena konsumsi beras memiliki keterbatas (misalnya rasa kenyang).
Permintaan uniter elastis: elastisitas = 1 . persentase perubahan kuantitas permintaan
= persentase perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat
disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini lebih sebagai pembatas antara permintaan
elastis dan tidak elastis,sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki
uniter elastis.
Permintaan elastis: elastisitas > 1. Persentase perubahan kuantitas
permintaan>persentase perubahan harga . hal ini sering terjadi pada produk yang mudah
dicari substitusinya. Misalnya pakaian,makanan ringan,dan sebagainya. Kerika harganya
naik.konsumen akan mudah menemukan barang pengggantinya.
Permintaan elastis sempurna:elastisitas tidak terhingga. Pada harga tertentu pasar
sanggup membeli semua barang yang ada dipasar. Akan tetapi,kenaikan harga sedikit akan
menjatuhkan permintaan menjadi 0 . dengan demikian,kurvanya berbentuk horisontal.
Contoh produk yang permintaanya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang/jasa
yang memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual ditempat yang berbeda atau
diproduksi oleh produsen yang berbeda.

 Faktor-faktor yang memengaruhi elastisitas permintaan


1. Ada beberapa faktor yang menetukan elastis harga permintaan,yaitu :
1) Ada atau tidaknya barang pengganti dipasar
2) Jumlah pengguna atau tungkat kebutuhan dari barang
3) Jenis barang dan pola prefdensi konsumen
4) Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga
atau periode waktu penggunaan barang
5) Kemampuan relatif anggrana untuk mengimpor barang.
2. Elastisitas akan besar apabila:
1) Banyak barang substitusi yang baik
2) Harga relatif tinggi
13
3) Banyak kemungkinan pengguanaan barang lain

3. Elastisitas umumnya kecil, apabila :


1) Benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
2) Barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak dan dengan harga
rendah
3) Tidak ada barang sibstitusi yang baik dan benda tersebut sangat dibutukan

Pengertian elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara seberapa besar perubahan jumlah


barang yang ditawarkan sebagi akibat perubahan harga.

peruba h anjumla h yangditawarkan kenaikanharga


Es = :
jumla h yangditawarkan h arga
∆Q
Es =
Q
∆P
P

Koefisisen elastisitas yang diperoleh adalah positif akibat dari korelasi yang positif
antara perubahan harga dan peubahan jumlah barang yang diminta.Elastisitas penawaran
mempunyai sifat-sifat yang bersamaan dengan elastisitas permintaan,yaitu elastis
sempurna,elastis ,elastisitas uniter,tidak elastis, dan tidak elastis sempurna.
Elastis sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua barangnya pada
satu harga tertentu.bentuk kurva penawarannya sejajar dengan sumbu datar. Tidak elastis
sempurna terwujud apabila penjual tidak dapat menambah penawarannya walaupun harga
bertambah tinggi. Bentuk kurva penawarannya sejajar sumbu tegak.
Kurva penawaran yang tidak elastis, elasyis uniter dan elastis bergantung pada
perubahan harga. Pada elastisitas uniter apabila kurva bermula dari titik 0,kurva penawaran
yang tidak elastis apabila perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil
terhadap penawaran. Kurva penawaran elastis apabila perubahan harga menyebabkan
perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.

14
 Jenis-jenis Elastisitas Penawaran
 Penawaran tidak elastis sempurna : elastisitas = 0 . penawaran tidak dapat ditambah pada
tingkat harga berapapun sehingga kurva penawaran (S) akan terlihat vertikal.
 Penawaran tidak elastis : elastisitas < 1 . perubahan penawaran lebih kecil darpada
perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif kecil
terhadap penawaran.
 Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1 . perubahan penawaran sama dengan perubahan
harga .
 Penawaran elastis : elastisitas > 1 . perubahan penawaran lebih besar daripada perubahan
harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif besar terhadap
penawaran.
 Penawaran elastis sempurna : elastisitas tidak terhingga.perusahaan dapat menyuplai
berapa pun kebutuhan pada satu tingkat tertentu. Perusahaan mampu mnyuplai pada biaya
per unit konstan dan tidak ada limitt kapasitas produksi.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi Elastisitas Penawaran


 Barang hasil pertanian inelastis karena sukar untuk dikurangi atau ditambahb dengan
segera pabila terjadi perubahan harga. Sebaliknya ,barang hasil industri lebih bersifat
elastic
 Dalam jangka pendek, jika terjadi perubahan harga,produsen sulit untuk mengubah barang
yang ditawarkan sehingga penawarannya bersifat inelastis. Sebaliknya ,dalam jangka
pendek yang produsennya mampu mengubah biaya tetap ,sifat penawarannya lebih elastis.
 Munculnya atau menghilangnya produk saingan.
 Adanya terobosan untuk membuat barang baru.
Ada dua faktor penting dalam menentukan elstisitas penawaran,yaitu sifat perubahan biaya
produksi dan jangka waktu penawaran tersebut dianalisis.

15
BAB II
PENDAHULUAN

Pada bagian ini pendahuluan ini materi pembelajaran yang disajikan adalah : Teori
Nilai Guna dan Hubungannya dengan Teori Masalah, Kebutuhan (Need) dan Keinginan
(Want), Norma dan Etika dalam Konsumsi.

PERILAKU KONSUMSI ISLAMI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

MAHASISWA : Untuk memahami Teori Nilai Guna dan Hubungannya dengan Teori
Masalah, Kebutuhan (Need) dan Keinginan (Want), Norma dan Etika dalam Konsumsi.

II. MATERI PEMBELAJARAN

Teori perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih


diantara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya (resources)
yang dimilikinya. Teori perilaku konsumen rasional dalam paradigm ekonomi konvensional
didasari pada prinsip-prinsip dasar utilitarisme.
Teori perilaku konsumen yang dibangun berdasarkan syariah islam, memiliki
perbedaan yang mendasar dengan teori konvensional. Perbedaan ini menyangkut nilai dasar
yang menjadi fondasi teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi
anggaran untuk berkonsumsi.
Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim :
1. Keyakunan adanya hari kiamat dan kehidupan di akhirat, prinsip ini mengarahkan
konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia.
2. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral agama islam,
bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki.

16
3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yag dengan sendirinya
bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta merupakan alat untuk
mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar.
Dan perumpmaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai) dan Allah
Maha melihat apa yang kita perbuat.

II.1 Teori Nilai Guna dan Hubungannya dengan Teori Maslahah

A. TEORI NILAI GUNA


Teori nilai guna yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang
diperoleh seseorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang tertentu. Didalam teori
ekonomi, kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang dinamakan utility atau nilai
guna. Kalau kepuasan terhadap suatu benda semakin tinggi, maka semakin tinggi nilai
gunanya. Sebaliknya bila kepuasan terhadap suatu barang semakin rendah maka semakin
rendah pula nilai gunanya.

Dalam teori nilai guna dibedakan menjadi dua pengertian :

1. Nilai guna total


Dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan
sejumlah barang tertentu.
2. Nilai guna marjinal
Nilai guna marginal berarti pertambahan (atau pengurangan) pengunaan satu unit barang
tertentu.

Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna
marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang diperoleh
seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang
tersebut terus menambah konsumsinya atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai
guna akan menjadi negative apabila konsumsi atas barang tersebut ditambah satu unit lagi,
maka nilai guna total akan menjadi sedikit. Pada hakikatnya hipotesis ini menjelaskan bahwa
pertambahan yang terus menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus
menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsinya. Misalnya,

17
apabila seseorang yang berbuka puasa atau baru selesai berolahraga memperoleh sejumlah
kepuasan daripadanya, dan jumlah kepuasan itu akan menjadi bertambah tinggi apabila ia
dapat meminum segelas air lagi.

Hukum nilai guna marginal akan dapat dimengerti dengan lebih jelas apabila
digambarkan dalam contoh sebagai berikut :

Contoh : perhatikan tabel dibawah ini

Jumlah apel yang Total utility Marginal utility


dimakan
0 0 0
1 30 30
2 50 20
3 65 15
4 69 4
5 68 -1
6 64 -4
7 57 -7

(sumber : http://memoryhanik.blogspot.com/2016/11/teori-kepuasan-konsumen-dalam.html?m=1)

Tabel diatas menunjukkan ketika makan apel yang keempat, total nilai gunanya
meningkat dan nilai marginalnya positif. Ini berarti kepuasan seseorang memakan apel
mencapai tingkat kepuasan maksimal pada apel yang keempat.

Namun, ketika makan apel yang kelima total utility menurun dan marginal utility nya
adalah negative. Bila ia makan apel lagi, akan mengurangi tingkat kepuasan. Penurunan nilai
guna dikenal dengan hukum nilai guna marginal yang semakin menurun (the law of
diminishing marginal utility). Dalam keadaan seperti ini, seorang konsumen harus
menghentikan konsumsi terhadap barang tersebut. Karena hal itu menimbulkan disutily yang
dalam istilah fiqih dikenal dengan mafsadah (kerusakan).

B. HUBUNGAN TEORI NILAI GUNA DAN TEORI MASLAHAH


Syariah islam menginginkan manusia mencapai dan memelihara kesejahteraannya. Imam
Shatibi menggunakan istilah ‘maslahah’, yang maknanya lebih luas dari sekedar utilityatau
kepuasan dalam terminologi ekonomi konvensional. Maslalah merupakan tujuan hukum
‘syara’ yang paling utama.

18
Menurut Imam Shatibi, maslahah adalah sifat atau kemampuan barang dan jasa yang
mendukung elemen-elemen dan tujuan dasar dari kehidupan manusia di muka bumi ini (Khan
dan Ghifari, 1992). Kegiatan-kegiatan ekonomi meliputi produksi, konsumsi, dan pertukaran
yang menyangkut maslahah tersebut harus dikerjakan sebagai suatu ‘religious duty’ atau
ibadah. Tujuannya bukan hanya kepuasan di dunia tapi juga kesejahteraan di akhirat. Semua
aktivitas tersebut yang memiliki maslahah bagi umat manusia, disebut ‘needs’ atau
kebutuhan. Dan semua kebutuhan ini harus dipenuhi.

Mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan adalah tujuan dari


aktivitas ekonomi islami, dan usaha pencapaian tujuan itu adalah salah satu kewajiban dalam
beragama.

Adapun sifat-sifat maslahah sebagai berikut :

1. Maslahah bersifat subjektif dalam arti bahwa setiap individu menjadi hakim bagi
masing-masing dalam menentukan apakah suatu perbuatan merupakan suatu maslahah atau
bukan bagi dirinya. Namun, berbeda dengan konsep utility, criteria maslahah telah ditetapkan
oleh syariah dan sifatnya mengikat bagi semua individu. Misalnya, bila seseorang
mempertimbangkan bunga bank member maslahah bagi dirin dan usahanya, namun syariah
telah menetapkan keharaman bunga bank, maka penilaian individu tersebut menjadi gugur.
2. Maslahah orang per seorang akan konsisten dengan maslahah orang banyak. Konsep
ini sangat berbeda dengan konsep Pareto Optimum, yaitu keadaan optimal dimana seseorang
tidak dapat meningkatkan kepuasan atau kesejahteraannya tanpa menyebabkan penurunan
kepuasan atau kesejahteraan orang lain.
3. Konsep maslahah mendasari semua aktivitas ekonomi dalam masyarakat, baik itu
produksi, konsumsi, maupun dalma pertukaran dan distribusi.

Dalam ekonomi islam kepuasan dikenal dengan maslahah dengan pengertian terpenuhi
kebutuhan baik bersifat fisik maupun spiritual. Islam sangat mementingkan keseimbangan
kebutuhan fisik dan non fisik yang didasarkan atas nilai-nilai syariah. Seorang muslim untuk
mencapai tingkatan kepuasan harus mempertimbankan beberapa hal, yaitu barang yang
dikonsumsi adalah halal, baik secara dzatnya maupun secara memperolehnya, tetapi tidak
bersikap isrof (royal) dan tabzir (sia-sia). Oleh karena itu, kepuasan seorang muslim tidak
didasarkan banyak sedikitnya barang yang dikonsumsi, tetapi didasarkan atas berapa besar
nilai ibadah yang didapatkan dari yang dikonsumsinya.

19
Dalam teori maslahah, kepuasan bukan didasarkan pada banyaknya barang yang
dikonsumsi, tetapi didasarkan pada baik atau buruknya sesuatu itu terhadap dirinya. Bila
dalam mengkonsumsi sesuatu kemungkinan mengandung mudarat, maka lebih baik
menghindari kemudaratan tersebut. Karena akibat dari kemudaratan yang ditimbulkan
mempunyai akses lebih besar daripada mengambil sedikit manfaatnya (Rozalinda, 2014).
Sehingga perilaku konsumsi seorang muslim harus senantiasa mengacu pada tujuan syariat,
yaitu memelihara maslahat dan menghindari mudarat.

Dalam ekonomi konvensional, konsumsi bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility).


Namun konsumsi dalam islam tidak hanya bertujuan untuk mencari kepuasan fisik,
melainkan pertimbangan maslahah yang diperoleh nya. Imam Asy-Syathibi mengatakan
bahwa Kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila dapat memelihara lima unsur pokok,
yaitu agama (ad-din), jiwa (an-nafs), akal (al-‘aql), keturunan (an-nasl) dan harta (al-mal).
Semua pemenuhan kebutuhan barang dan/atau jasa ada untuk mendukung terpeliharanya
kelima unsur tersebut. Tujuannya bukan hanya kepuasan didunia, tetapi juga kesejahteraan di
akhirat.

Berdasarkan kelima unsur diatas, maslahah dapat dibagi dua jenis : pertama maslahah
terhadap unsur-unsur yang menyangkut dunia dan akhirat, dan kedua, maslahah terhadap
unsur-unsur yang menyangkut hanya kehidupan akhirat.

Dengan demikian seorang individu islam akan memiliki dua jenis pilihan :

1. Berapa bagian pendapatannya yang akan dialokasikan untuk maslahah jenis pertama
dan berapa untuk maslahah jenis kedua.
2. Bagaimana memilih di dalam maslahah jenis pertama, berapa bagian pendapatannya
yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dunia (dalam rangka
mencapai ‘kepuasan’ di akhirat) dan berapa bagian untuk kebutuhan akhirat.
Pada tingkat pendapatan tertentu, konsumen islam, karena memiliki alokasi untuk hal-hal
yang menyangkut akhirat, akan mengkonsunsi barang lebih sedikit. Hal yang membatasinya
adalah konsep maslahah tersebut diatas. Tidak semua barang/jasa yang memberikan
kepuasan/utility mengandung maslahah didalamnya, sehingga tidak semua barang/jasa dapat
dan layak dikonsumsi oleh umat islam. Dalam membandingkan konsep ‘kepuasan’
dengan’pemenuhan kebutuhan’ (yang terkandung dalam maslahah), kita perlu
membandingkan tingkatan-tingkatan tujuan hukum syara’ yakni antara daruriyyah,
tahsiniyyah dan hajiyyah. Penjelasan dari masing-masing tingkatan itu sebagai berikut :

20
a) Daruriyyah : tujuan daruriyyah merupakan tujuan yang harus ada dan mendasar bagi
penciptaan kesejahteraan di dunia dan akhirat, yaitu mencakup terpeliharanya lima elemen
dasar kehidupan yakni jiwa, keyakinan atau agama, akal/intelektual, keturunan dan keluarga
serta harta benda. Jika tujuan daruriyyah diabaikan, maka tidak aka nada kedamaian yang
timbul adalah kerusakan (fasad) di dunia dan kerugian yang nyata di akhirat.
b) Hajiyyah : syariah bertujuan untuk memudahkan kehidupan dan menghilangkan
kesempitan. Hukum syara dalam kategori ini tidak dimaksudkan untuk memelihara lima hal
pokok tadi melainkan menghilangkan kesempitan dan berhati-hati terhadap lima hal pokok
tersebut.
c) Tahsiniyyah : syariah menghendaki kehidupan yang indah dan nyaman didalamnya.
Terdapat beberapa povisi dalam syariah yang dimaksudkan untuk mencapai pemanfaatan
yang lebih baik, keindahan dan simplifikasi dari daruriyyah dan hajiyyah. Misalnya
dibolehkannya memakai baju yang nyaman dan indah.

Mengurangi konsumsi suatu barang sebelum mencapai kepuasan maksimal adalah


prinsip konsumsi yang diajarkan Rasulullah, seperti makan sebelum lapar, dan berhenti
sebelum kenyang. Karena tambahan nilai guna yang diperoleh akan semakin menurun apabila
seseorang terus mengkonsumsinya. Hukum nilai guna marginal yang semakin menurun
menjelaskan bahwa penambahan terus-menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak
akan menambah kepuasan dalam konsumsi, karena tingkat kepuasan terhadap barang tersebut
akan semakin menurun. Sebab itulah islam menekankan sikap sederhana dalam konsumsi.
Sebaliknya sikap israf (berlebih-lebihan) dan tabzir (sia-sia) dalam konsumsi dilarang.

Teori nilai guna apabila dianalisis dari teori maslahah, kepuasan bukan didasarkan atas
banyaknya barang yang dikonsumsi tetapi didasarkan atas baik atau buruknya sesuatu itu dan
lingkungannya. Jadi, perilaku konsumsi seorang muslim harus mudharat.mengacu pada
tujuan syariat, yaitu memelihara maslahah dan menghindari

2.2 KEBUTUHAN DAN KEINGINAN


Sebagaimana kita pahami dalam pengertian ilmu ekonomi konvensional, bahwa ilmu
ekonomi pada dasarnya mempelajari upaya manusia baik sebagai individu maupun
masyarakat dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna
memenuhi kebutuhan (yang pada dasarnya tidak terbatas) akan barang dan jasa. Kelangkaan
akan barang dan jasa timbul apabila kebutuhan (keinginan) seseorang atau masyarakat
ternyata lebih besar dibandingkan tersedianya barang dan jasa tersebut. Jadi kelangkaan ini

21
muncul apabila tidak cukup barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
tersebut.

Ilmu ekonomi konvensional tampaknya tidak membedakan antara kebutuhan dan


keinginan. Karena keduanya memberikan efek yang sama bila tidak terpenuhi yakni
kelangkaan. Dalam kaitan ini, imam al-Ghazali tampaknya telah membedakan dengan jelas
antara keinginan (raghbah dan syahwat) dan kebutuhan (hajat), sesuatu yang tampaknya agak
sepele tapi memiliki konsekuensi yang amat besar dalam ilmu ekonomi. Dari pemilahan
antara keinginan (wants) dan kebutuhan (needs), akan sangat terlihat betapa bedanya ilmu
ekonomi islam dengan ilmu ekonomi konvensional.

Menurut Imam al-Ghazali kebutuhan (hajat) adalah keinginan manusia untuk


mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan menjalankan fungsinya. Kita melihat misalnya dalam hal kebutuhan akan
makanan dan pakaian. Kebutuhan makanan adakah untuk menolak kelaparan dan
melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk menolak panas dan dingin. Pada tahap
ini mungkin tidak bisa dibedakan antara keinginan dan kebutuhan dan terjadi persamaan
umum antara homo economicus dan homo islamicus. Namun manusia harus mengetahui
bahwa tujuan utama diciptakan nafsu ingin makan adalah untuk menggerakkannya mencari
makanan dalam rangka menutup kelaparan, sehingga fisik manusia tetap sehat dan mampu
menjalankan fungsinya secara optimal sebagai hamba Allah yang beribadah kepada-Nya.
Disinilah letak perbedaan mendasar antara filosofi yang melandasi teori permintaan islami
dan konvensional. Islam selalu mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan tujuan
utama manusia diciptakan. Manakala manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka
esensinya pada saat itu tidak berbeda dengan binatang ternak yang makan karena lapar saja.

Anehnya, ilmu ekonomi konvensional tidak terlalu merisaukan adanya perbedaa ini,
mereka tetap berpendirian bahwa kebutuhan adalah keinginan dan sebaliknya. Padahal
konsekuensinya dari penyamaan ini berakibat pada terkurasnya sumber-sumber daya alam
secara membabi buta dan menciptkan ketidakseimbangan ekologi yang gawat. Maka tidak
heran jika sekarang terjadi bermacam-macam bencana alam yang mengerikan disebabkan
karena doktrin keinginan sama dengan kebutuhan.

Lebih jauh imam al-Ghazali menekankan pentingnya niat dalam melakukan konsumsi
sehingga tidak kosong dari makna dan steril. Konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah
kepada Allah SWT. Disini tampak pula pandangan integral beliau tentang falsafah hidup

22
seorang muslim. Pandangan ini tentu sangat berbeda dengan dimensi yang melekat pada
konsep konsumsi konvensional. Pandangan konvensional yang materialis melihat bahwa
konsumsi merupakan fungsi dari keinginan, nafsu, harga barang, pendapatan dan lain-lain
tanpa memperdulikan pada dimensi spiritual karena itu dianggapnya berada di luar wilayah
otoritas ilmu ekonomi. Tidak ada yang dapat menghalangi perilaku homo economics kecuali
kemampuan dananya. Tidak ada perasaan apakah konsumsi sekarang akan berpengaruh
kepada masa depan dirinya (misalnya mengkonsumsi alcohol dan merokok), masa depan
umat manusia (misalnya, menguras minyak bumi, menebangi hutan, proses industri yang
menimbulkan polusi udara dan air).

2.3 NORMA DAN ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM


Perihal konsumsi, islam telah mengatur dengan adanya beberapa etika dan moral yang
secara jelas dalam Al-Qur’an yang telah dicurahkan dengan pemikiran para ahli ekonomi.
Kegiatan konsumsi merupakan akhir dari kegiatan ekonomi yang merupakan sebagai
pengukuran sebuah produk apakah diterima oleh masyarakat ataukah tidak yang artinya
kegiatan pemasaran adalah kunci dari sebuah produk. Dalam mengkonsumsi dalam islam
tidak hanya mementingkan apakah Cuma kebutuhan itu terpenuhi tetapo ada batasan yang
harus diperhatikan. Batasan tersebut antara lain tidak bolehnya mengkonsumsi berlebihan,
dalam kemewahan, tidak bolehnya hidup kikir, sederhada dan beberapa batasan yang lainnya.
Konsumsi merupakan pemakaian atau penggunaan manfaat dari barang dan jasa.
Sehingga konsumsi merupakan tujuan yang penting dari produksi tetapi yang tujuan
utamanya adalah konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Islam adalah agama
komprehensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan, yang mengatur segala tingkah laku
manusia, bahan tidak ada satu sistem kemasyarakatan, baik modern atau lama, yang
menetapkan etika untuk manusia dan mengatur segala aspek kehidupan manusia sampai pada
persoalan detail selain islam, termasuk dalam hal ini, konsumsi. Bahkan konsumsi seruan dari
Allah kepada manusia untuk hidupnya di dunia ini agar dapat menjalankan perannya sebagai
khalifah di bumi. Sehingga segala hal yang kita lakukan di dunia ini tidak terlepas dari
norma-norma dan ajaran islam sehingga dalam hal konsumsi pun kita harus mengikuti
kaidah-kaidah islam.

Setiap orang yang mukmin berusaha mencari kenikmatan dengan mematuhi perintah-
Nya dan memuaskan dirinya sendiri dengan barang-barang dan anugerah yang diciptakan
(Allah) untuk umat manusia demi kemaslahatan umat. Konsumsi berlebih-lebihan yang
merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan dikutuk dalam islam disebut

23
dengan Israf (Pemborosan) atau TABIR (Menghambur-gambaran harta tanpa guna). Tabzir
berarti menggunakan harta dengan cara yang salah, yakni menuju tujuan yang terlarang
seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar hukum atau dengan cara tanpa aturan.
Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebihan untuk hal-hal yang melanggar hukum
dalam hal seperti : makanan,pakaian,tempat tinggal dan sebagainya. Ajaran islam
menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara wajar dan berimbang, yakni pola
yang terletak diantara kekikiran dan pemborosan. Konsumsi yang melampaui tingkat wajar
dianggap israf dan tidak di senangi Islam,

Etika Islam dalam hal konsumsi yaitu:

1. Tauhid (Kesatuan)

Dalam perspektif Islam, konsumsi dilakukan dalam rabgka beribadah kepada Allah
SWT, sehingga senantiasa berada dalam hukum Allah (Syariah). Karena itu, orang mukmin
berusaha menacari kenikmatan dengan menaati perintah-Nya dan memuaskan dirinya sendiri
dengan barang-barang dan anugerah yang diciptakan Allah untuk umat manusia.

2. Adil (Keadilan)

Islam memperbolehkan manusia untuk menikmati berbagai karunia kehidupan dunia


yang diciptakan Allah SWT.

Pemanfaatan atas karunia Allah harus dilakukan secara adil sesuai dengan syariah,
sehingga disamping mendapatkan keuntungan materiil, ia juga sekaligus merasakan kepuasan
Spiritual.

3. Free Will (Kehendak Bebas)

Manusia diberikan kekuasaan untuk mengambil keuntungan dan manfaat sebanyak-


banyaknya sesuai dengan kemampuannya atas barang-barang ciptaan Allah. Atas segala
karunia yang diberikan Allah, manusia dapat berkehendak bebas, namun kebebasan ini
tidaklah berarti bahwa manusia terlepas dari qadha dan qadar Allah yang merupakan hukum
sebab-akibat yang didasarkan pada pengetahuan dan kehendak Allah. Sehingga kebebasan
dalam melakukan aktivitas haruslah tetap memiliki batasan agar jangan sampai menzalimi
pihak lain.

4. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.

24
Karena yang diberikan kepada kita hanyalah sebuah titipan dari-Nya, dan Allah akan
mengambil kapanpun dia mau.

5. Halal

Islam membatasi kebebasan dari kehendak dengan hanya mengkonsumsi barang yang
halal yang menunjukkan nilai kebaikan, kesucian keindahan serta menimbulkan maslahah
yang paling optimal.

6. Sederhana

Hal yang paling penting yang harus dijaga dalam berkonsumsi adalah menghindari sifat
boros dan melampaui batas sehingga, israh dilarang dalam islam.

Beberapa Sikap atau Norma yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Menjauhi berhutang setiap muslim diperintahkan untuk menyeimbangkan pendapatan


dengan pengeluarannya. Jadi berhutang sangat tidak di anjurkan, kecuali untuk keadaan
terpaksa atau darurat

2. Tidak hidup mewah dan boros

25
BAB III

PENDAHULUAN

Pada bagian ini pendahuluan ini materi pembelajaran yang disajikan adalah : Prinsip
Produksi dalam Islam Faktor- Faktor Produksi, Biaya Produksi, Pengaruh Pajak, Bunga
Bank, Zakat, dan Bagi Hasil Terhadap Biaya Produksi, Pemaksimuman Keuntungan, Motif
Produksi, dan Norma dan Etika dalam Produksi.

TEORI PRODUKSI ISLAMI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
MAHASISWA : Untuk memahami Prinsip Produksi dalam Islam, Faktor- Faktor
Produksi, Biaya Produksi, Pengaruh Pajak, Bunga Bank, Zakat, dan Bagi Hasil Terhadap
Biaya Produksi, Pemaksimuman Keuntungan, Motif Produksi, dan Norma dan Etika dalam
Produksi.

III. MATERI PEMBELAJARAN


Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan
ekonomi yang tak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus di
akui bahwa produksi merupakan titk pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak akan ada distribusi
tanpa produksi. Dari teori mikro kita memperoleh informasi, kemajuan ekonomi pada tingkat
individu maupun bangsa lebih dapat di atur dengan tingkat produktivitasnya,daripada
kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan ekspornya ketimbang agregat
impornya.Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu: apa
yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa diproduksi. Cara
pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala
ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja
sebagai salah satu dari emapat faktor produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber
alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah
perbedaan.

3.1 Prinsip produksi dalam islam


Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang
kemudian di manfaatkan oleh konsumen. Secara teknis, produksi adalah proses

26
mentransformasikan input menjadi output. M.N Siddiqi berpendapat, bahwa produksi
merupakan penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan
kemaslahatan bagi masyarakat
Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf hidup manusia dan
kemakmuran suatu bangsa. Al-Qur’an telah meletakkan landasan yang sangat kuat terhadap
produksi. Dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul banyak di contohkan bagaimana umat Islam di
perintahkan untuk kerja keras dalam mencari penghidupan agar mereka dapat melangsungkan
kehidupannya dengan lebih baik. Seperti(QS. Al-Qashash[28]: 73) yang artinya: “supaya
kamu mencari karunia Allah, mudah-mudahan kamu bersyukur”.
Muhammad Abdul Mannan mengemukakan, prinsip fundamental yang harus di
perhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Keunikan konsep
Islam mengenai kesejahteraan ekonomi terletak pada pertimbangan kesejahteraan umum
yang lebih luas yang menekankan persoalan moral, pendidikan, agama dan persoalan lainnya.
Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkaitan
satu sama lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sejalan dengankegiatan
konsumsi. Misalnya, adanya keharusan mengkonsumsi makanan dan minuman halal serta
pelanggaran mengonsumsi makanan dan minuman haram. Kegiatan produksi juga harus
sejalan dengan syari’at, yakni hanya memproduksi makanan dan minuman yang halal.

Islam memberikan ajaran mengenai prinsip-prinsip produksi, sebagai berikut:

a) Tugas manusia dibumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi


dengan ilmu dan amalnya.
Allah menciptakan bumi dan langit beserta segala apa yang ada diantara
keduanya karena sifat Rahmaandan Rahiim-Nyakepada manusia, akan tetapi tuhan
tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti
melepaskan dirinya dari Al-Qur‟an dan Hadist.Firman Allah dalam QS Al-Mulk:15:

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-Nya, dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.

Produksi dalam ekonomi Islam adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan
manusia untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi
sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini dapat dijelaskan dalam semua aktifitas produksi

27
barang dan jasa yang dilakukan seorang muslim untuk memperbaiki apa yang
dimilikinya, baik berupa sumber daya alam dan harta dan dipersiapkan untuk bisa
dimanfaatkan oleh pelakunya atau oleh umat Islam.

b) Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Islam membuka lebar


penggunaan metode ilmiah yang di dasarkan pada penelitian, eksperimen, dan
perhitungan.
c) Teknik produksi di serahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia.
d) Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama islam menyukai
kemudahan, menghindari mudharat dan menghasilkan manfaat.

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi, antara lain:

a) Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi. Islam
dengan tugas mengklaifikasikan barang-barang atau komuditas ke dalam kategori.
b) Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara
keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
c) Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta
mencapai kemakmuran kebutuhan yang dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang
ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah atau
agama, terpiliharanya nyawa, akal dan keturunan atau kehormatan, serta
untuk kemakmuran material.
d) Tujuan produksi dalam islam dilakukan untuk kemandirian umat, untuk itu
hendaknya umat memiliki kemampuan, keahlian, dan prasarana yang memungkinkan
terpenuhnya kebutuhan pengembangan peradaban.
e) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baikkualitas spiritual maupun mental
dan fisik. Dengan demikian kualitas spiritual terkait dengan kesadaran
rohaninya, kualitas mental terkait dengan etos kerja, intelektual, kreaktifitasnya,
serta fisik menyangkut kekuatan fisik, kesehatan efisiensi, dan sebagainya.

3.2 Faktor-Faktor Produksi

Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi yang dihasilkan di


namakan dengan fungsi produksi. Faktor produksi dapat di bedakan ke dalam empat
golongan yaitu, tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian. Faktor-faktor produksi di kenal
dengan istilah input dan jumlah dan jumlah produksi di istilahkan dengan output.

28
Dalam teori ekonomi, dalam menganalisis produksi, selalu di misalkan bahwa tiga
faktor produksi (tanah, modal, dan keahlian) adalah tetap jumlahnya.hanya tenaga kerja yang
di pandang sebagai faktor yang berubah-ubah jumlahnya.
1.      Modal
Modal menduduki tempat yang spesifik. Dalam masalah modal, ekonomi Islam
memandang modal harus bebas dari bunga. M.A. Mannan berpendapat, bahwa modal adalah
sarana produksi yang menghasilkan, bukan sebagai faktor produksi pokok, melainkan sebagai
sarana untuk mengadakan tanah dan tenaga kerja. Semua benda yang menghasilkan
pendapatan selain tanah harus dianggap sebagai modal termasuk barang-barang milik umum.
Yang dimaksud modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat di gunakan
untuk melakukan proses produksi. Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau
hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut.
Firman Allah dalam QS.Al-Baqarah (2): 279:
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu, dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya”.
Modal dapat di golongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan
pemilikan, serta berdasarkan sifatnya.
a.       Berdasarkan sumbernya, modal dapat di bagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing.
modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Modal asing adalah
modal yang bersumber dari luar perusahaan.
b.      Berdasarkan bentuknya, modal di bagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal
konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Modal abstrak
adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan.
c.       Berdasarkan pemilikannya, modal di bagi menjadi modal individu dan modal masyarakat.
Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber
pendapatan bagi pemiliknya. Sedangkan yang di maksud modal masyarakat adalah modal
yang dimiliki oleh pemerintah dan di gunakan untuk kepentinhan umumdalam proses
prosuksi.
d.      Berdasarkan sifatnya, modal di bagi menjadi modal tetap dan modal lancar. Modal tetap
adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang . modal lancar adalah modal
yang habis di gunakan dalam satu kali proses produksi.
2.      Tenaga Kerja
29
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani
yang di curahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah
suatu barang. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang diakui oleh setiap sistem
ekonomi baik ekonomi islam, kapitalis, dan sosialis.
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi, bahkan menjadikannya
sebagai sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang mampu, lebih dari itu Allahakan
memberi balasan yang setimpal yang sesuai dengan amal atau kerja sesuai dengan firman
Allah dalam QS. An-Nahl(16) ayat 97:
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dariapa yang telah mereka kerjakan”.
Tenaga kerja manusia dapat di klasifikasikan menurut tingkatnya (kualitasnya) yang
terbagi atas:
a.       Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik
formal maupun non formal.
b.      Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian
berdasarkan latihan dan pengalaman.
c.       Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained), adalah tenaga kerja yang
mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
3.      Tanah
Tanah adalah faktor produksi yang penting mencangkup semua sumber daya alam
yang digunakan dalam proses produksi. Ekonomi Islam mengakui tanah sebagai faktor
ekonomi untuk dimanfaatkan secara maksimal demi mencapai kesejahteraan ekonomi
masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Firman Allah dalam QS.Al-A'raf(7)ayat 58:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang
bersyukur”.
4.      Kewirausahaan
Dalam sistem ekonomi islam, organisasi sebagai faktor produksi yang mempunyai
ciri-ciri yaitu pertama, dalam ekonomi islam produksi lebih didasarkan pada equity
based(kekayaan) daripada loan based(pinjaman). Kedua sebagai akibatnya, pengertian
30
keuntungan biasanya mempunyai arti yang luas dalam kerangka ekonomi karena
dalam sistem ekonomi islam tidak mengenal bunga.
Firman Allah dalam QS. Al-Qashash (28) ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau ketrampilan yang digunakan seseorang
dalam mengkoordinir faktor-faktor produk.Sumber daya pengusaha yang di sebut juga
kewirausahaan. Berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam
rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efesien. Untuk mengatur
dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi pengusaha harus mempunyai kemampuan
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan usaha. Organisasi
sebagai faktor produksi dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep dalam ekonomi
konvensional. Dalam sistem ekonomi Islam, organisasi sebagai faktor produksi yang
mempunyai ciri-ciri yaitu:
a.       pertama, dalam ekonomi Islam produksi lebih di dasarkan pada equity based (kekayaan) dari
pada loan based (pinjaman).
b.      Kedua sebagai akibatnya, pengertian keuntungan biasanya mempunyai arti yang luas dalam
kerangka ekonomi karena dalam sistem ekonomi Islam tidak mengenal bunga.
c.       Ketiga, karena sifat terpadu organisasi inilah tuntutan akan integritas moral, ketetapan dan
kejujuran dalam accounting jauh lebih diperlukan dari pada organisasi konvensional dimana
para pemodal tidak menjadi bagian dari manajemen.
d.      Keempat, faktor manusia dalam produksi stategi usaha mempunyai signifikasi lebih diakui
dibandingkan manajemen lainnya yang di dasarkan pada pemaksimalan keuntungan atau
penjualan.
3.3 Biaya Produksi

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya
merupakan harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk
memperoleh pendapatan.

31
Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan. Dalam arti sempit biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan terentu. Dalam arti luas biaya
adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan menciptakan produk yang diproduksi perusahaan tersebut.
Dari definisi di atas dapat di simpulkan, bahwa terdapat empat unsur dalam biaya
yaitu:
1)      pengorbanan sumber ekonomi
2)      Diukur dalam satuan uang
3)      telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
4)      Untuk mencapai tujuan tertentu
Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat di bedakan kepada dua
jenis, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya yang selalu berubah (variabel cost).
Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan biaya total (total cost).

3.4 Pengaruh pajak , bunga bank, zakat dan bagi hasil terhadap biaya produksi

Pengenaan pajak atas suatu barang yang diproduksi/dijual akan memengaruhi


keseimbangan pasar barang. Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan
harga jual barang tersebut naik. Sebab setelah dikenakan pajak produsen akan mengalihkan
beban pajak tersebut ke konsumen, yaitu dengan jalan menawarkan harga jual yang lebih
tinggi. Akibatnya, harga keseimbangan yang tercipta di pasar menjadi lebih tinggi dari pada
harga keseimbangan sebelum pajak, sedangkan jumlah keseimbangan menjadi lebih sedikit.
Pajak di kenakan atas penjualan selalu menambah harga barang yang ditawarkan,
sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran, sedangkan fungsi permintaannya tetap.
Pajak dapat mempengaruhi nilai keseimbangan pasar sebuah barang seperti jumlah
keseimbangan dan harga keseimbangan pasar barang tersebut. Keseimbangan pasar dapat di
temukan ketika nilai Qd = Qs atau Pd = Ps. Pajak dapat menurunkan jumlah permintaan
barang di pasar karen asetelah dikenakan pajak para produsen akan menaikkan harga barang
mereka. Jika sebelum terkena pajak fungsi penawaran barangnya adalah Ps = a + Bq maka
setelah terkena pajak fungsi penawarannya akan menjadi Ps = a + bQ +t.

32
Adapun zakat menurut para ahli fikih, ialah hak tertentu yang diwajibkan Allah SWT
terhadap harta kaum Muslimin yang diperuntukkan bagi mereka, yang dalam Quran disebut
kalangan “fakir miskin dan mustahik lainnya” sebagai tanda syukur atas nikmat Allah SWT
dan untuk mendekatkan diri kepadaNya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya.

Definisi ahli fiqih lain yang diterangkan Abdurrahman Qadir, zakat merupakan
kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang Islam setelah memenuhi kriteria tertentu.
Dalam Al-Quran terdapat 32 kata zakat, 82 kali diulang dengan menggunakan istilah yang
merupakan sinonim dari zakat, yaitu kata sedekah dan infaq. Pengulangan tersebut
mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi, dan peranan yang sangat
penting dalam Islam.

Berdasarkan perintah zakat yang diturunkan Allah dalam Al-Quran. Sebanyak 29 kali
perintah zakat disandingkan dengan perintah shalat, hal ini menjelaskan bahwa betapa
perintah zakat sama pentingnya dengan perintah shalat sebagai pilar utama dalam rukun
Islam. Perintah zakat bukan sekedar praktik ibadah yang memiliki dimensi spiritual, tapi juga
dimensi sosial yang secara sosiologis bertujuan untuk meratakan kesejahteraan dari
masyarakat yang kaya kepada masyarakat yang miskin secara adil.

Bunga bank hukumnya dilarang dalam Islam, sebagaimana Islam melarang untuk
mengambil riba apa pun jenisnya, bunga bank merupakan salah satu riba yang tidak
diperbolehkan untuk diambil dalam Islam. Larangan riba dalam Al-Quran diturunkan dalam
beberapa tahap. Berikut dalil larangan riba dalam Al-Quran :

ْ ُ‫ض َعفَ ٗۖة َوٱتَّق‬


١٣٠ َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬ ْ ُ‫وا اَل ت َۡأ ُكل‬
ۡ َ‫وا ٱلرِّ بَ ٰ ٓو ْا أ‬
َ ٰ ‫ض ٰ َع ٗفا ُّم‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.”[42]

Ayat ini turun pada tahun ke-3 hijriah. Secara umum, ayat ini harus dipahami bahwa
kriteria berlipat ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya riba (jikalau bunga berlipau
ganda maka riba, tetapi jikalau kecil bukan riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari
praktik pembungaan uang pada saat itu.

ِ ‫ب ِّمنَ ٱهَّلل‬ ْ ُ‫أ َذن‬Šۡ Šَ‫وا ف‬Š


ٖ ‫ ۡر‬Š‫وا بِ َح‬ ْ Šُ‫إِن لَّمۡ ت َۡف َعل‬Šَ‫ ف‬٢٧٨ َ‫و ْا إِن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬Š
ٓ ٰ Šَ‫ا بَقِ َي ِمنَ ٱلرِّ ب‬Š‫ُوا َم‬
ْ ‫وا ٱهَّلل َ َو َذر‬Š ْ Šُ‫ا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬Šَ‫ٰيَٓأَيُّه‬
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬Š
٢٧٩ َ‫َو َرسُولِ ِۖۦه َوإِن تُ ۡبتُمۡ فَلَ ُكمۡ ُر ُءوسُ أَمۡ ٰ َولِ ُكمۡ اَل ت َۡظلِ ُمونَ َواَل تُ ۡظلَ ُمون‬

33
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”

Ayat ini turun pada tahun 9 hijriah. Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan
apa pun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Ini merupakan ayat terakhir yang
diturunkan Allah mengenai riba.

3.5 Pemaksimuman Keuntungan

Bagaimana perusahaan mencapai keuntungan yang maksimum? Keuntungan


maksimum dapat dicapai apabila perbedaan antara hasil penjualan dengan biaya produksi
mencapai tingkat yang paling besar. Keuntungan di peroleh apabila hasil penjualan melebihi
dari biaya produksi. Sementara itu, kerugian akan dialami apabila hasil kurang dari biaya
produksi.
Dalam menganalisis suatu usaha, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu biaya
produksi yang dikeluarkan dan hasil penjualan dari barang-barang produksi. Di dalam jangka
pendek, pemaksimuman keuntungan oleh suatu perusahaan dapat di cari dengan dua cara
yakni; membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total dan menunjukkan hasil
penjualan marginal sama dengan biaya marginal. Keuntungan adalah perbedaan antara hasil
penjualan total yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Keuntungan akan
mencapai maksimim apabila perbedaan di antara keduannya adalah maksimum.
Berkaitan dengan keuntungan dalam produksi, Imam Al-Ghazali tidak menolak
kenyataan bahwa mencari keuntungan merupakan motif utama dalam perdagangan. Namu ia
memberikan penekanan dalam etika bisnis, bahwa keuntungan yang hakiki yang dicari adalah
keuntungan di akhirat.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan bantuan kurva atau biaya rata-rata dan
biaya marginal. Pemaksimiman keuntungan di capai pada tingkat produksi di mana hasil
penjualan marginal (marginal revenue/ MR) sama dengan biaya marginal (MC), MR=MC.
Marginal revenue merupakan tambahan hasil penjualan yang diperoleh perusahaan dari
menjual satu unit lagi barang yang diproduksi.

3.6 Motif Produksi

34
Dalam teori ekonomi, berbagai jenis perusahaan dipandang sebagai unit-unit badan
usaha yang mempunyai tujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Pembahasan
produksi dalam ekonomi konvensional senantiasa mengusung maksimalisasi keuntungan
sebagai motif utama sekaligus sebagai tujuan dari keputusan ekonomi. Strategi, konsep dan
tekhnik produksi semua di arahkan untuk mencapai keuntungan maksimum, baik dalam
jangka pendek, maupun jangka panjang. Produsen dalam sistem ekonomi ini adalah profit
seeker atau profit maximizer.
Motif untuk memaksimumkan keuntungan di pandang tidak salah dalam islam. Upaya
untuk mencari keuntungan merupakan konsekuensi logis dari aktivitas produksi seorang
karena keuntungan itu merupakan rezeki yang diberukan Allah SWT kepada manusia.
Maslahah dalam perilaku produsen terdiri atas dua komponen, yaitu manfaat dan bekrah.

3.7 Norma dan Etika dalam Produksi

Adapun nilai-nilai yang penting dalam bidang produksi adalah :


1.  Ihsan dan Itqan (sungguh-sungguh) dalam berusaha
Islam tidak hanya memerintahkanmanusia untuk bekerja dan mengembangkan hasil
usahannya (produktivitas), tetapi Islam memandang setiap usaha seseorang sebagai ibadah
kepada Allah SWT dan jihad di jalan Allah SWT. M. Abdul Mun’in Al-Jamal, dalam hal ini
mengemukakan hal yang sama bahwa usaha dan peningkatan produktivitas dalam pandangan
Islam adalah sebagai ibadah, bahkan aktivitas perekonomian ini dipandang semulia-mulianya
nilai. Karena hanya dengan bekerja setiap individu dapat memenuhi hajat hidupnya, hajat
hidup keluarga, berbuat baik kepada karib kerabat, memberikan pertolongan dan ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan kemaslahatan umum.
2. Iman, Taqwa, Maslahah, dan Istiqomah
Iman, taqwa dan istiqomah merupakan pendorong yang sangat kuat untuk
memperbesar produksi melalui kerja keras dengan baik, ikhlas, dan jujur dalam melakukan
kegiatan produksi yang dibutuhkan untuk kepentingan umat, agama, dan dunia.
3.            Bekerja pada Bidang yang Dihalalkan Allah SWT
Selanjutnya, akhlak utama yang harus diperhatikan seseorang Muslim dalam bidang
produksi secara pribadi maupun kolektif adalah bekerja pada bidang yang dihalalkan Allah
SWT. Oleh karena itu, setiap usaha yang mengandung unsur kezaliman dan mengambil hak
orang lain dengan jalan yang bathil, seperti mengurangi takaran timbangan dan sebagainnya,
memperoleh sesuatu yang tidak diimbangi dengan kerja atau pengorbanan yang setimpal
seperti riba dan sejenisnya, harta yang di hasilkan dari barang yang haram seperti khamar,

35
atau bekerja dibidang pekerjaan yang tidak dibenarkan manurut syari’at seperti kerja di bar
atau diskotik diharamkan Islam.
Dalam sistem ekonomi kapitalis ataupun sosialis tidak mengenal batas-batas halal dan
haram, hanya mementingkan segi keuntungan semata, tanpa memperhatikan apakah yang di
produksi itu bermanfaat atau memudaratkan, sesuai dengan norma atau tidak. Dalam sistem
ekonomi Islam, seseorang Muslim tidak diperbolehkan menanam sesuatu yang memabukkan
seperti hasysi (ganja) atau yang memudaratkan seperti tembakau

36
BAB IV
PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini materi pembelajaran yang disajikan adalah : Pengertian dan
Prinsip Distribusi Kekayaan, SEktor- Sektor Distribusi Pendapatan, Tujuan Distribusi
Pendapatan dalam Islam.

DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM ISLAM

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

MAHASISWA : Untuk memahami Pengertian dan Prinsip Distribusi Kekayaan, SEktor- Sektor
Distribusi Pendapatan, Tujuan Distribusi Pendapatan dalam Islam.

II. MATERI PEMBELAJARAN

Dalam era globalisasi ini banyak kita lihat kesenjangan sosial yang terjadi di dalam
masyarakat antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini salah satunya dikarenakan adanya
ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan ataupun tidak diaplikasikan dengan maksimal
distribusi pendapatan di dalam masyarakat.
Distribusi pendapatan adalah penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari hasil
pekerjaan, jasa atau niaga. Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran
pendapatan di suatu wilayah atau daerah.

4.1 Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan


A. Pengertian Distribusi Pendapatan
Istilah ini terdiri atas 2 kata, yaitu distribusi dan pendapatan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), distribusi bermakna pembagian, penyaluran, dan pengiriman,
sedangkan pendapatan artinya adalah hasil kerja usaha, pencarian, dan sebagainya . Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan adalah suatu usaha penyaluran
dan pembagian hasil kerja usaha, niaga, ataupun jasa dengan berupa harta atau uang kepada
setiap anggota masyarakat. Muhammad Anas Zarqa, dalam makalahnya mengatakan bahwa
distribusi memiliki 4 makna utama, yaitu : Pertukaran (exchange), sumbangan sukarela

37
(voluntary contribution), dan Kepemilikan sosial (social authority). “Distribusi pendapatan
dapat diartikan sebagai sumbangan sukarela menurut prinsip-prinsip kebutuhan dan
kewajiban-kewajiban moral tanpa menggunakan kekuatan kekuasaan atau
kepemilikan.Distribusi pendapatan adalah penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat
dari hasil pekerjaan, jasa atau niaga. Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat
penyebaran pendapatan di suatu wilayah atau daerah.
Apabila dalam suatu wilayah terjadi ketimpangan kekayaan, itu artinya distribusi
pendapatan di wilayah tersebut belum berjalan dengan efektif. Ketimpangan kekayaan yang
menciptakan jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin tersebut bisa jadi karena
kesalahan sistem dalam distribusi pendapatan atau bisa jadi karena sistem yang ada belum
diaplikasikan secara maksimal dalam kehidupan.

B. Menurut konsep ekonomi umum

Distribusi adalah klasifikasi pembayaran berupa sewa, upah, bunga modal dan laba,
yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh tenaga kerja, modal dan
pengusaha-pengusaha. Dalam proses distribusi penentuan harga yang dipandang dari si
penerima pendapatan bukanlah dari sudut si pembayar biaya-biaya, distribusi juga berarti
sinonim untuk pemasaran. Kadang-kadang distribusi dinamakan sebagai functional
distribution. Pendapatan juga diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang
dihasilkan dari penggunaan sumber daya properti manusia.
Distribusi pendapatan merupakan proses peredaran ataupenyaluran harta dari yang
empunyakepada pihak yang berhak menerimanyabaik melalui proses distribusi
secarakomersial maupun melalui proses yangmenekankan pada aspek keadilan
sosial.Tujuannya adalah untuk memenuhikebutuhan hidup tiap individu muslimmaupun
untuk meningkatkankesejahteraannya, human falah.

C. Menurut konsep ekonomi Islam


Distribusi pendapatan merupakan suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan
produk) kepada faktor-faktor produksi yang ikut menentukan pendapatan. Adapun prinsip
utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatan dan pembagian
hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat
melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja. Selain itu,
ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam akvitas ekonomi suatu
38
pemerintahan amatlah penting, hal ini dikarenakan distribusi itu sendiri menjadi tujuan utama
dari kebijakan fiskal dalam suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi,
seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak yang bersifat individu
maupun pajak perusahaan). Akan tetapi masyarakat juga dapat melaksanakan swadaya
melalui pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini pemerintah tidak terlibat langsung dalam
mobilisasi pengelolaan pendapatan ZIS yang diterima. Sementara Anas Zarqa
mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan
antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain, seperti warisan,
sedekah, wakaf dan zakat. Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa di atas, dapat
diketahui bahwa pada dasarnya ketika kita berbicara tentang aktivitas ekonomi di bidang
distribusi, maka kita akan berbicara pula tentang konsep ekonomi yang ditawarkan oleh
Islam. Hal ini lebih melihat pada bagaimana Islam mengenalkan konsep pemerataan
pembagian hasil kekayaan negara melalui distribusi tersebut, yang tentunya pendapatan
negara tidak terlepas dari konsep-konsep Islam, seperti zakat, wakaf, warisan dan lain
sebagainya.
Secara khusus dalam perspektif Islam, menurut Afzalurrahman konsep distribusi
memiliki maksud yang luas, yaitu peningkatan dan pembagian hasil kekayaan dan
pendapatan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan. Sehingga kekayaan yang ada dapat
melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja, atau hanya
pada segelintir orang saja.

‫ا ِء ِم ْن ُك ْم‬ŠŠَ‫ُول َولِ ِذى ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َم َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل كَي الَ يَ ُكونَ دُولَةً بَ ْينَ األَ ْغنِي‬
ِ ‫َما اَفَا َء هللاُ َعلَى َرسُولِ ِه ِم ْن اَ ْه ِل ْالقُ َرى فَلِلَّ ِه َولِل َّرس‬
ِ ‫َو َما اَتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا هللاَ اِ َّن هللاَ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

“apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar
di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah sagat keras hukuman-Nya.” Islam telah membolehkan
kepemilikan pribadi (privat property), namun Islam menentukan bagaimana cara
memilikinya. Islam juga telah memberikan izin kepada individu untuk mengelola harta yang
menjadi hak miliknya, namun Islam telah menentukan bagaimana cara mengelolanya. Islam
juga memperhatikan perbedaan kuat dan lemahnya akal serta fisik manusia, ssehingga karena

39
perbedaan tersebut, Islam selalu membantu individu yang lemah serta mencukupi kebutuhan
orang yang membutuhkan. Islam mewajibkan kepada manusia, di mana di dalam harta orang-
orang kaya terdapat hak bagi para fakir miskin.
Distribusi harta kekayaan merupakan masalah yang sangat urgen dalam mewujudkan
pemerataan ekonomi masyarakat. Pentingnya distribusi harta kekayaan dalam ekonomi Islam
tidak berarti tidak memperhatikan keuntungan yang diperoleh dari produksi. Maka dalam
distribusi, ada beberapa prinsip dasar, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip keadilan atau pemerataan
 Kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus menyebar
kepada seluruh masyarakat.
 Macam-macam faktor produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi secara
adil. Islam menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih harta kekayaan, terlepas
dari tingkatan sosial, kepercayaan dan warna kulit. Islam menjamin akan tersebarnya harta
kekayaan di masyarakat dengan adanya distribusi yang adil.

b. Prinsip persaudaraan atau kasih sayang


 Menggambarkan adanya solidaritas individu dan sosial dalam masyarakat Islam, bentuk
nyata ini tercermin pada pola hubungan sesama muslim. Rasa persaudaraan sejati yang tidak
akan terpecah-belah oleh kekuatan-kekuatan duniawi inilah yang mempersatukan individu
ke dalam masyarakat.
 Peradaban manusia mencapai tingkat universalitas yang sesungguhnya, yaitu adanya saling
bersandar, saling membutuhkan yang dihayati oleh seorang muslim maupun masyarakat
Islam yang akan memperkokoh solidaritas seluruh anggota masyarakat dalam aspek
kehidupan yang termasuk juga aspek ekonomi.

c. Prinsip jaminan sosial


 Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip semata, melainkan
menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang sempurna seperti zakat, sedekah dan
lain-lain.
 Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: (1) bahwa SDA harus dinikmati oleh
semuah makhluk Allah. (2) adanya perhatian terhadap fakir miskin terutama oleh orang
yang punya uang. (3) kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar pada kalangan
orang kaya saja. (4) perintah untuk berbuat baik kepada orang lain. (5) orang Islam yang

40
tidak punya kekayaan harus mampu dan mau menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan
sosial. (6) larangan berbuat baik karena ingin dipuji orang (riya’). (7) jaminan sosial itu
harus diberikan kepada mereka yang telah disebutkan dalam al-Qur’an sebagai pihak yang
berhak atas jaminan sosial itu.

4.2 Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan dalam Islam

Peran institusi dalam distribusi dapat dipahami melalui beberapa sektor berikut:
A. Sektor Pemerintahan
Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud jika pemerintah benar-benar berperan
dalam mencukupi kebutuhan masyarakat, baik dasar/primer, sekunder, mapun tersier. Atas
dasar itu, pemerintah dilarang untuk berhenti pada pemenuhan kebutuhan dan pelayanan
primer masyarakat saja, namun harus berusaha untuk mencukupi seluruh kebutuhan
komplemen lainnya selama tidak bertentangan dengan syariah sehingga tercipta kehidupan
masyarakatyang sejahtera.Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar
tidak mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor penghambat untuk terciptanya
mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah memiliki otoritas untuk menghilangkanhambatan
tersebut karena ketidakmampuan atau kurang sadarnya masyarakat.
Masalah penimbunan yang marak dilakukan pengusaha, monopoli dan oligopoli
pengusaha besar pada komoditas tertentu, asimetris informasi, terputusnya jalur distribusi
dengan menghalangi barang yang akan masuk ke pasar, maupun cara-cara lain yang dapat
menghambat mekanisme pasar.Pemerintah bertugas menegakkan kewajiban yang harus
dilaksanakan setiap individu dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan,
tugas pemerintah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma menjadi undang-
undang, dan memindahkan keindahan etika menjadi tindakan sehari-hari. Pemerintah juga
berperan sebagai penjamin terciptanya distribusi yang adil serta menjadi fasilitator
pembangunan manusia dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

B. Sektor Publik
Kesejahateraan ekonomi merupakan hasil dari kerja seluruh elemen yang ada di
masyarakat, baik pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Dalam menciptakan keadilan
ekonomi, bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun juga merupakan kewajiban
masyarakat untuk mewujudkannya. Dengan menyadari setiap individu dalam masyarakat

41
membutuhkan individu yang lainnya, maka masyarakat bekerja tidak selalu untuk
kepentingan dirinya, namun juga untuk kepentingan orang lain.
Antara muslim satu dan muslim lainnya ibarat satu tubuh yang saling melengkapai
antara satu dan lainnya. Meskipun manusia diciptakan berbeda-beda, namun dengan
perbedaan itulah setiap manusia dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan
masyarakat secara berbeda-beda. Masyarakat dituntut untuk menyadari akan peran
pentingnya dalam menciptakan keadilan distribusi dan mempersempit kesenjangan ekonomi
dengan menunaikan kewajiban zakat, mewakafkan sebagian harta yang dimiliki untuk
kepentingan masyarakat, mengaktifkan hukum waris sebagai jaminan terhadap keluarga,
berinfak serta bersedekah sebagai penyediaan layanan sosial.
Secara makro peran ekonomi Islam dalam menciptakan keadilan ekonomi di
Indonesia dapat diharapkan melalui aplikasi kebijakan ekonomi, optimalisasi peran institusi
distribusi seperti pemerintah dan masyarakat, sehingga melahirkan kesadaran baik
pemerintah maupun masyarakat dalam menciptakan keadilan ekonomi dengan
mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan berpihak pada masyarakat,
bukan pada segelintir orang atau kelompok yang memiliki kepentingan, sehingga bangsa ini
semakin jauh dari kesejahteraan.

 Distribusi Pendapatan Sektor Rumah Tangga


Nilai-nilai islam merupakan faktor endogen dalam rumah tangga muslim. Seluruh
kegiatan ekonomi didalamnya harus berlandaskan nilai-nilai islam. Yang dimulai dari proses
produksi, konsumsi, transaksi, dan investasi. Aktivitas tersebut kemudian menjadi muara
bagaimana seorang muslim melaksanakan proses distribusi pendapatan yang dimiliki.
Distribusi pendapatan ini dalam konteks rumahtangga tidak akan terlepas dari
shadaqah. Shadaqah dalam konteks terminology Al-Qur’an bisa dipahami dalam dua aspek,
yaitu: shadaqah wajibiah dan shadaqah nafilah. Berikut ini penguraian dari bentuk-bentuk
distribusi pendapatan pada sector rumah tangga yakni:
1) shadaqah wajibah yang bisa diartikan sebagai bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga
yang memiliki kaitan dengan instrument distriusi pendapatan berbasis kewajiban.
Untuk kategori ini bisa berarti kewajiban seseorang sebagai muslim dengan muslim
lainnya, seperti:
a) Nafkah, yaitu kewajiban untuk menyediakan kebutuhan yang diberikan kepada orang-
orang yang menjadi tanggungannya.

42
b) Zakat, merupakan kewajiban seorang muslim untuk menyisishkan sebagian hartanya,
untuk nantinya akan didistribusi kepad pihak yang berhak menerimanya.
c) Waris, yaitu pembagian harta yang ditinggalkan oleh orang yang sudah meninggal
kepada ahli warisnya.
2) shadaqah nafilah (sunnah) yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang
berkaitan dengan instrument distribusi pendapatan berbasis amalan sunat, seperti:
a) Infak, yaitu sedekah yang diberikan kepada orang lain jika kondisi keuangan
rumahtangganya sudah melebihi batas kebutuhan dasarnya.
b) Aqiqah, yakni kegiatan pemotonngan kambing untuk anak yang dilahirkannya,
ketentuannya dua ekor untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan.
c) Wakaf, yakni menahan harta milik guna diambil manfaatnya untuk kepentingan umum
sesuai dengan ajaran islam.
3) Ketiga, hudud (hukuman) adalah instrument yang besifat aksidental dan merupakan
konsekuensi dari berbagai tindakan. Atau dengan kata lain, instrumen ini tidak bisa
berdiri sendiri, tanpa adanya tindakan illegal yang dilakukan sebelumnya, di antaranya
adalah:
a) Kafarat, yakni tebusan terhadap dosa yang dilakukan oleh seorang muslim, misalnya
melakukan hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan. Salah satu pilihan
dari hukuman yang diberikan adalah memberi makan fakir miskin sebanyak 60 orang.
b) Dam/diyat, yakni tebusan atas tidak dialkukannya suatu syarat dalam pelaksanaan
ibadah, seperti tidak melaksanakan puasa tiga hari pada saat melaksanakan ibadah haji.
c) Nazar, yakni perbuatan untuk menafkahkan atau mengorbankan sebagian harta yang
dimiliki untuk mendapatkan keridhaan allah SWT. Atas keberhasilan mencapai
sesuatau yang diinginkannya.
Dari uraian di atas, yang menjadi penekanan dalam konsep distribusi pendapatan
adalah adanya hak Allah Swt dan Rasul-Nya serta muslim lainnya dari setiap pendapatan
seorang muslim. Hal ini juga diarahkan sebagai bentuk takaful ijtima’I (jaminan sosial)
seorang muslim dengan keluarga dan dengan orang lain, sehingga menjamin tidak terjadinya
ketidak seimbangan pendapatan.
Berbeda dengan ajaran ekonomi manapun, ajaran Islam dalam menegaskan bahwa
distribusi pendapatan rumah tangga ada skala prioritas harus diperhatikan. Indikator
kebutuhan dan Batasan yang mendasari distribusi pendapatan dalam islam adalah maqasid
al-syariah. Secara umum tujuan syariat islam itu adalah mewujudkan kemaslahatan manusia
di dunia dan akhirat, secara berurutan tingkatankemaslahhatan itu ada tiga yaitu dharuriyat,
43
hajiyyat, dan tahsiniyyat. Dari seluruh kepemilikan asset, pertama yang harus dikeluarkan
atau didistribusikan adalah kebutuhan keluarga. Jika masih surplus dahulukan membayar
uang. Kemudian, dari sisa asset yang ada, skala yang harus diprioritaskan adalah
membayarkan zakat ketika aset tersebut sudah memenuhi syarat, baik nisab maupun haulnya.
Sedangkan pendistribusian lain seperti infaq, udhiyah, wakaf, dan lain-lain, dilakukan setelah
terpenuhinya kewajiban-kewajiban. Pelaksanaannya sepenuhnya diserahkan kepada
keleluasaan setiap muslim.

 Distribusi Pendapatan Sektor Negara


Prinsip-prinsip ekonomi yang dibangun di attas nilai moral islam mencanangkan
kepentingan distribusi pendapatan secara adil. Sarjana muslim banyak membicarakan
objektivitas perekonomian berbasis islam pada level negara terkait dengan penjaminan level
minimum kehidupan bagi mereka yang berpendapat di bawah kemampuan pemenuhan
kebutuhan dasar. Negara wajib bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan materi bgi
lingkungan sosial maupun individu dengan memaksimalkan pemanfaatan atas sumber daya
yang tersedia. Karena itu, negara wajib mengeluarkan kebijakan yang mengupayakan
stabilitas ekonomi, pembangunan sosial ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang merata dan
lain sebgainya. Negara juga bertanggung jawab atas manajemen kepemilikan public yang
pemanfaatannya diarahkan untuk seluruh anggota masyarakat.
Dalam pengelolaan sumber daya, negara harus mampu mendstribusikan sumber daya
yanga ada dengan baik. Artinya, kesempatan tidak hanya diberikan kepada sekelompok
tertentu saja. Kebijakan distribusi menganut kesamaan dalam kesempatan kerja, pemerataan
kesejahteraan dan peman faatan lahan yang menjadi hak publik, pembelaan kepentingan
ekonomi untu kelompok miskin, menjaga keseimbangan sosial dan investasi yang adil dan
merata.
Ajaran islam memberikan otoritas kepada pemerintah dalam mengatur pendapatan
dan pengeluaran negara. Pemerintah diberikan kewenangan mengatur pendapatan dan
pengeluaran negara. Pemerintah diberikan kewenangan mengatur pendapatan negara melalui
penarikan pajak BUMN dan sebagainya. Disamping itu pemerintah juga diberikan
kewenangan untuk membelanjakan anggaran untk kepentingan bangsa dan negara misalnya,
pemberian subsisdi, pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya. Semua keistimewaan
tersebut harus diarahkan untuk mememnuhi kepentingan bangsa dan negara.
Kebijakan ekonomi politik diarahkan untuk melayani kepenntingan individu dan umum
sekaligus. Model ini memfkuskan kepada keseimbangan, dan harmonisasi kedua kepentingan
44
tersebut. Kebijakan politik ekonomi islam juga melayani kesejahteraan materiil dan
kebutuhan sepiritual. Aspek ekonomi politik islam yang dilakukan oleh para penguasa adalah
dalam rangka mengurusi dan melayani umat. Seperti yang dinyatakan dalam kaidah fiqih “
Tindakan seorang penguasa terhadap rakyatnya harus senantiasa mengacu kepada
kemaslahatan”

 Distribusi Pendapatan Sektor Industri


Distribusi pendapatan sektor industri terdiri dari mudharabah, musyarakah, upah
maupun sewa. Mudharabah merupakan bentuk kerjasama antara pihak pemodal (shohibul
maal) dengan pengusaha (mudharib) dengan sistem bagi hasil. Pemodal, sebagai pihak yang
mempunyai kelebihan harta namun, tidak punya kesempatan ataupun waktu untuk
engembangkan hartanya. Ia mendistribusikan sebagian kekayaanya kepada pengusaha dala
bentuk investasi jangka pendek ataupun jangka panjang secara mudharabah (bagi hasil).
Musyarakah merupakan kerja sama beberapa pemodal dalam mngelola suatu usaha dengan
sistem bagi hasil. Distribusi kekayaan seperti ini merupakan bentuk distribusi dalam bentuk
investasi , baik jangja pendek maupun jangka panjang. Dengan berhimpunnya beberapa
pemodal dalam mendirikan suatu prusahaan seperti PT ataupun CV tentu akan memberikan
peluang kepada masyarakat menjadi tenaga kerja pada perusahaan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mendapat pendapatan dalam bentuk upah/gaji. Di samping
itu, rumah tangga yang mempunyai lahan ataupun bangunan yang digunakan perusahaan juga
akan mendapatkan pendapatan dalam bentuk sewa.

4.3 Tujuan Distribusi Pendapatan dalam Islam


Menurut Rozalinda (2014: 140), sejatinya tujuan dari ditribusi pendapatan dalam
Islam yakni sebagai wujud implementasi dari maqashid syariah (tujuan umum syariat Islam).
Adapun beliau lebih mengelompokkan lebih rinci lagi mengenai tujuan distribusi pendapatan
dalam Islam, diantaranya sebagai berikut:
a. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah dalam distribusi pendapatandapat dilihat dari penyaluran zakat.
Misalnya, penyaluran zakat kepada para muallaf. Ia memiliki tujuan dakwah untuk orang
kafir yang diharapkan keIslamannya dan mencegah keburukannya, atau orang Islam yang
diharapkan bertambah kuat iman dan keIslamannya.Begitu juga terhadap para muzakki,
dengan menyerahkan sebagian hartanya karena Allah Ta‟ala berarti mereka meneguhkan
jiwa mereka kepada iman dan ibadah.
45
b. Tujuan Pendidikan
Secara umum, tujuan yang terkandung pada distribusi pendapatan dalam perspektif
ekonomi Islam adalah pendidikan akhlak al karimah seperti suka memberi, berderma, dan
mengutamakan orang lain, serta mensucikan diri dari akhlak al mazmumah seperti pelit, loba
dan mementingkan diri sendiri.
c. Tujuan sosial
Tujuan sosial terpenting dalam distribusi pendapatan adalah: Pertama, memenuhi
kebutuhan kelompok yang membutuhkan dan menghidupkan prinsip solidaritas di dalam
masyarakat muslim. Kedua, mengutamakan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu
dan masyarakat. Ketiga, mengikis sebab sebabkebencian dalam masyarakat sehingga
keamanan dan ketentraman masyarakat dapat direalisasikan karena distribusi kekayaan yang
tidak adil akan berdampak pada kemiskinan dan meningkatkan kriminalitas. Keempat,
mewujudkan keadilan di tengah masyarakat.
d. Tujuan ekonomi
Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan yaitu: (1).pengembangan dan
pembersihan harta, baik dalam bentuk infak sunah maupun infak wajib. Hal ini mendorong
pelakunya untuk selalu menginvestasikan hartanya dalam bentuk kebaikan. (2).
Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan terpenuhinya kebutuhan
modal usaha mereka. Hal ini akan mendorong setiap orang untuk mengembangkan
kemampuan dan kualitas kerja mereka. (3). memberi andil dalam merealisasikan
kesejahteraan ekonomi karena tingkat kesejahteraan ekonomi sangat berkaitan dengan tingkat
konsumsi. Kemudian tingkat konsumsi tidak hanya berkaitan dengan pemasukan saja,
namun, juga berkaitan dengan cara pendistribusiannya di antara anggota masyarakat. (4).
penggunaan terbaik dari sumber sumber ekonomi
Distribusi sama dengan produksi dan konsumsi yang mana mempunyai tujuan, di
antara tujuan-tujuan itu adalah:
1) Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Moral yang paling penting dan efektif yang Allah perintahkan adalah untuk menyebarkan
kesejahteraan nasional melalui prinsip kekayaan yang melebihi kebutuhan yang tersisa
setelah semua kebutuhan terpenuhi. Orang Islam diperintahkan untuk memerintahkan
hartanya sampai kebutuhan fakir miskin terpenuhi.
2) Mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.

46
Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang kaya dan miskin akan
mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya melahirkan sikap permusuhan
dan perpecahan dalam masyarakat.
3) Untuk mencucikan jiwa dan harta.
Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat kikir, dan akan
menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia.
4) Untuk membangun generasi yang unggul.
Distribusi juga bertujuan untuk membangun generasi penerus yang unggul, khususnya
dalam bidang ekonomi, karena generasi muda merupakan penerus dalam sebuah
kepemimpinan suatu bangsa.
5) Untuk mengembangkan harta.
Pengembangan ini dapat dilihat dari dua sisi. Yang pertama sisi spiritual, berdasarkan al
Qur’an dalam surat al Baqarah:276.
‫ار أَثِ ٍيم‬ ِ ۗ َ‫ص َد ٰق‬
ٍ َّ‫ت َوٱهَّلل ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬ َّ ‫يَمۡ َحقُٱللَّهُٱل ِّربَ ٰو ْا َوي ُۡربِي ٱل‬
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
Kedua, sisi ekonomi, dengan adanya distribusi harta kekayaan maka akan mendorong
terciptanya produktivitas, daya beli dalam masyarakat akan meningkat.

47
BAB V
PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini materi pembelajaran yang disajikan adalah : Mekanisme
Pasar dalam Sistem Ekonomi Konvensional, Mekanisme pasar dalam Islam, Teori Harga,
Keseimbangan Pasar ( Market Equilibrum ).

MEKANISME PASAR ISLAMI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

MAHASISWA : Untuk memahami Mekanisme Pasar dalam Sistem Ekonomi Konvensional,


Mekanisme pasar dalam Islam, Teori Harga, Keseimbangan Pasar ( Market Equilibrum).

II. MATERI PEMBELAJARAN

Islam adalah agama yang sempurna dan dinamis, hal ini dikarenakan islam mengatur
seluruh aspek kehidupan baik itu yang bersifat aqidah maupun muamalah (jual beli).Pasar
merupakan jantung perekonomian bangsa, maju mundurnya perekonomian sangat bergantung
kepada kondisi pasar. Pentingnya pasar sebagai wadah aktifitas tempat jual beli tidak hanya
dilihat dari fungsinya secara fisik, namun aturan, norma dan yang terkait dengan masalah
pasar. Dengan fungsi di atas, pasar jadi rentan dengan sejumlah kecurangan dan juga
perbuatan ketidakadilan yang menzalimi pihak lain. Karena peran pasar penting dan juga
rentan dengan hal-hal yang dzalim, maka pasar tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat,
yang antara lain terkait dengan pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar. Dalam
istilah lain dapat disebut sebagai mekanisme pasar menurut Islam dan intervensi pemerintah
dalam pengendalian harga.

Melihat pentingnya pasar dalam Islam bahkan menjadi kegiatan yang terakreditasi serta
berbagai problem yang terjadi seputar berjalannya mekanisme pasar dan pengendalian harga,
maka pembahasan tentang tema ini menjadi sangat menarik dan urgen untuk kami
bahas.Adapun mekanisme pasar islam ini juga merupakan suatu solusi bagi mekanisme pasar
konvensional yang membenarkan praktek monopolistic rent yakni mengambil keuntungan di

48
atas keuntungan normal, sedangkan pada sistem mekanisme pasar islam sendiri hal ini sangat
dilarang.

5.1 Mekanisme Pasar Dalam Sistem Ekonomi Konvensional

Mekanisme Pasar Dalam Sistem Ekonomi Konvensional dikenal tiga sistem


ekonomi yaitu ekonomi pasar bebas, ekonomi komunisme, dan Islam.
a) Sistem ekonomi pasar bebas
Permulaan abad ke-18, kebanyakan ahli ekonomi berkeyakinan, bahwa sistem
ekonomi dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang paling efisien demi
mewujudkan kemakmuran masyarakat yang paling optimum adalah sistem pasar bebas.
Keyakinan ini dipelopori oleh Adam Smith yang dikemukakan dalam bukunya An Inquiry
into the Nature and Cause of the Wealth of Nationsyang diluncurkan tahun 1776.
Dalam buku ini Adam Smith banyak mengemukakan beberapa pendapatnya.
Adam Smith mengemukakan, suatu perekonomian tidak perlu adanya ikut campur
dari pemerintah. Dengan adanya ikut campur dari pemerintah maka suatu
perekonomian menjadi tidak efisien. Namun menurut Adam Smith pemerintah juga
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan perekonomian. Akan tetapi peran
pemerintah yaitu sebatas sebagai penyedia dan pengembangan infrastruktur dalam
menjalankan administrasi pemerintahan.
Menurut Adam Smith, perekonomian dengan sendirinya mengatur dan
membuat penyesuaian dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi. Pengaturan yang
bebas dari campur tangan pemerintah akan mewujudkan kegiatan ekonomi yang
efisien.Kelebihan sistem pasarini adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang
efisien. Dalam sistem ekonomi ini, pasar sangat berperan penting dalam mengendalikan
perekonomian, termasuk jenisdan jumlah komoditi barang yang akan diproduksi.
b) Sistem perekonomian Komunis
Dalam sistem perekonomian perencanaan pusat, peran pemerintah sangat
dominan. Jenis dan jumlah komoditi barang ditentukan dan diatur oleh pemerintah.
Suatu sistem pengaturn kagiatan ekonomi dimn tanah, unit produksi dan seluruh peralatan
produksi dimiliki oleh pemerintah. Oleh sebab itu, sebagian besar kegiatan
ekonomi dikarenakan dan diatur oleh pemerintah, dengan demikian pemerintah memegang
peran penting dalam menyelesaikan persoalan ekonomi yang pokok.

49
c) Sistem ekonomi Islam
Dalam pelaksanaannya, sebenarnya sistem ekonomi tidak ada yang secara mutlak
tidak ada campur tangan pemerintah. Dalam mekanisme pasar bebas, peran pasar
memang sangat dominan, tetapi secara langsung maupun tidak langsung tentu saja
ada campur tangan pemerintah. Kebanyakan negara menggunakan sistem ekonomi
campuran.Karena sistem ekonomi campuran dirasa sesuai. Tujuan adanya campur tangan
pemerintah dalam sistem perekonomian adalah:
1) Mengurangi akibat buruk yang ditimbulkan oleh meknisme pasar bebas
2) Menyediakan kebutuhan yang cukup untuk masyarakat sehingga mudah untuk
mendapatkannya
3) Untuk mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan
4) Menjamin adanya keadilan dalam masyarakat
5) Untuk memastikan bahwa perumbuhan eonomi dapat dilakukan dengan efisien.

5.2 Mekanisme Pasar Dalam Islam


Dalam sistem ekonomi Islam, pada dasarnya yang diutamakan adalah
kebebasan. Masyarakat diberikan kebebasan untuk melakukan transaksi barang dan
jasa. Akan tetapi, kebebasan yang ada dalam Ekonomi Islam bukanlah kebebasan
mutlak seperti yang ada dalam ekonomi kapitalis. Dalam Ekonomi Islam kebebasan itu
juga dibatasi oleh aturan-aturan, aturan-aturan tersebut diantaranya adalah tidak
merugikan pihak lain dalam bertransaksi, dan mengutamakan kemaslahatan
bersama dalam kegiatan ekonomi.
Mekanisme pasar dalam Islam sudah menjadi perhatian para ulama klasik. Al-
Ghazali menjelaskan proses evolusi pasar. Secara alami, manusia selalu
membutuhkan orang lain. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia juga memerlukan
tempat penyimpanan dan pendistribusian semua kebutuhan mereka, kemudian dari sinilah
terbentuk pasar.Menurut Abu Yusuf, tidak ada batasan tentang ketentuan mahal dan
murahnya suatu harga pasar. Murahdan mahalnya harga pasar merupakan ketentuan
Allah.
Harga juga ditentukan oleh permintaan (supply) dan penawaran (demand).
Menurut Ibn Taimiyah, mekanisme pasar dalam Islam adalah pasar bebas, harga
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Kenaikan harga tidak selalu
disebabkan oleh ketidakadilan dari para pedagang, harga merupakan hasil interaksi

50
antara permintaan dan penawaran yang terbentuk karena faktor yang komplek.Sistem
ekonomi Islam menganut prinsip pasar bebas dan pasar persaingan sempurna.
Dalam sistem ekonomi Islam, negara tidak ikut campur dalam kegiatan
ekonomi. Namun, negara berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap mekanisme
pasar, mencegah dan manindaklanjuti perilaku kecurangan, dan spekulasi. Dalam sejarah
ekonomi Islam ketika terjadi kenaikan harga barang padamasa Rasulullah saw,
para sahabat datang kepada beliau dan meminta untuk menetapkan harga-harga pasar.
Namun, beliau menolak dan menjawab bahwa Allah adalah penetap harga dan pemberi
rezeki.
Dengan mengacu pada kehidupan pasar pada masa Rasulullah saw., dan sikap
yang diambil Rasulullah saw. dalam menghadapi kenaikan harga-harga pasar
merupakan bentuk dari mekanisme pasar Islami. Dan mekanisme pasarIslami ini
merupakan mekanisme pasar yang mengutamakan kemaslahatan bersama dengan
mengutamakan keadilan dan tidak merugikan salah satu pihak. Selain itu mekanisme pasar
Islami juga memiliki berbagai ciri-ciri. Diantara ciri khas mekanisme pasar Islami
adalah:
a. Kebebasan orang untuk keluar masuk pasar
b. Adanya informasi yang cukup tentang kekuatan-kekuatan pasar dan barang dagangan.
c. Dilenyapkannya monopolistik dan dihapuskannya kolusi diantara penjual dan
pembeli.
d. Kenaikan dan penurunan harga disebabkan oleh permintaan dan penawaran.
e. Adanya homogenitas dan standardisasi produk agar terhindar dari pemalsuan
dan penipuan produk.
f. Terhindar dari penyimpangan kebebasan ekonomi yang jujur seperti sumpah
palsu, kecurangan dalam takaran, timbangan maupun ukuran.

5.3 TEORI HARGA


Dalam menetapkan harga di perlukan suatu pendekatan yang sistematis, yang mana
melibatkan penetetapan tujuan dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang
tepat.Harga adalah suatu nilai yang harus di keluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan
barang atau jasa yang memiliki nilai guna beserta pelayanannya.
Tujuan Penetapan Harga :
Harga bersifat fleksibel, dimana bisa disesuaikan. sebelum penenetapan harga perushaan
harus mengetahui tujuan dari penetapan harga itu sendiri apabila tujuannya sudah jelas maka
penetapan harga dapat dilakukan dengan mudah.

51
Dalam teori harga ada beberapa hal yang harus dipelajari untuk memahami secara
keseluruhan, yaitu di antaranya:
1) Fungsi Harga
Secara umum, harga dapat berfungsi sebagai berikut:
a) Sumber pendapatan atau keuntungan perusahaan untuk mencapai tujuan produsen.
b) Pengendali tingkat permintaan dan penawaran.
c) Memengaruhi program pemasaran dan fungsi bisnis lainnya bagi perusahaan. Harga
dapat berperan sebagai pengaruh terhadap
2) Faktor Penentu Harga
Penentuan harga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi:
a) Tujuan pemasaran (biaya, penguasaan pasar, dan usaha)
b) Strategi marketing-mix (aspek harga dan non harga)
c) Organisasi (struktur, skala, dan tipe).
Sedangkan Faktor eksternal meliputi:
a) Elastisitas permintaan dan kondisi persaingan pasar.
b) Harga pesaing dan reaksi pesaing terhadap perubahan harga;
c) Lingkungan eksternal lain, yaitu lingkungan mikro (pemasok, penyalur, asosiasi, dan
masyarakat) dan lingkungan makro (pemerintah, cadangan sumber daya, keadaan
sosial).
3) Batas Penentu Harga
Perubahan harga buka tanpa batas, melainkan terbatasi oleh permintaan (customer
demand), biaya (cost), dan persaingan (competition). Posisi atau tingkat harga akan
bergerak berfluktuasi dalam ruang gerak persaingan mengikuti kekuatan pesaing yang
lebih besar. Akan tetapi, perubahannya tidak melebihi batas harga tertinggi dari
permintaan pasar (batas atas) ataupun tidak lebih rendah dari biaya yang ditanggung
produsen (batas bawah)
4) Tahap Penentuan Harga
Khusus untuk produk baru, penentuan harga melalui prosedur berikut:
a) Memilih tujuan dan orientasi harga.
b) Memperkirakan permintaan produk dan perilakunya.
c) Memperkirakan biaya dan perilakunya.
d) Melakukan analisis perilaku pesaing;
e) Menetukan strategi harga;
f) Menyesuaikan harga akhir.
5) Tujuan Harga
Secara umum, penentuan harga mempertimbangkan batasan-batasan berikut:
a) Biaya bertujuan untuk mengendalikan keuntungan atau hanya untuk menutup
menutup biaya;
b) Permintaan pasar bertujuan untuk mengendalikan (memperluas ataupun
mempertahankan) penjualan atau market-share.
c) Persaingan harga akan bertujuan untuk mengendalikan (mengatasi atau menghindari)
persaingan.
6) Strategi Harga

52
a) Strategi Harga Berorientasi Pada Biaya
Strategi harga yang berorientasi pada biaya didasarkan pada perhitungan biaya (tetap
atau variabel) dan penentuan target keuntungan yang diinginkan (target pengembalian
investasi) untuk dapat menetapkan harga. Penentuan harga dilakukan berdasarkan hal-
hal berikut.Tingkat keuntungan tertentu, yaitu:
 Harga ditentukan menurut perhitungan biaya target keuntungan yang diharapkan.
 Besarnya keuntungan merupakan persentase dari biaya (cost-plus), harga Perolehan
(mark-up), atau harga jualnya.
 Melalui perilaku biaya (tetap ataupun variabel) dapat diperhitungkan tingkat atau
volume penjualan impas (break-even point).
b) Strategi Harga Berorientasi Pada Permintaan 
Penetapan harga yang berorientasi pada permintaan akan mempertimbangkan
kondisi permintaan pasar. Harga akan diserap apabila ada permintaan. Dengan kata
lain, harga dapat ditetapkan sesuai menurut tingkat permintaannya. Dengan demikian,
perusahaan perlu memahami tingkat permintaan terhadap barang yang
terbentuk.Dengan mempertimbangkan permintaan pasar, strategi harga dapat
diarahkan untuk mencapai tingkat atau penumbuhan penjualan (market-share),
mencakup:
 Diskriminasi harga
Di pasar yang heterogen, tingkat permintaan masing-masing kelompok (segmen)
pasar tidak sama. Oleh karena itu, penetapan harga dapat mengikuti perbedaan yang
ada di pasar atau produsen sengaja menciptakan perbedaan tersebut untuk
membedakan harga.Harga untuk produk yang sama dapat dibedakan menurut
pelanggan, bentuk produk, tempat, dan waktu.
 Perceived value pricing 
Pada dasarnya, pembeli lebih memperhatikan manfaat yang akan diterima dari
barangnya (bersifat psikologis) dari pada melihat besaran harga. Oleh karena itu,
produsen menciptakan harapan akan manfaat tersebut agar pembeli lebih
memperhatikannya (dengan mengabaikan besaran harga). Berdasarkan kenyataan ini,
harga dapat ditetapkan menurut manfaat yang akan diterima (expected perceived
value) bagi pembeli.
c) Strategi Harga Berorientasi Pada Persaingan 
Harga dapat bertahan di pasar persaingan apabila produsen memerhatikan harga-
harga pesaingnya (price competition), terutama price leadernya. Produsen dapat
menentukan harga yang sama, di atas atau dibawah harga pesaingnya (going rate
pricing). Adapun pada penawaran pekerjaan secara lelang, harga ditetapkan dengan
memperkirakan harga pesaingnya.

d) Kebijakan Harga Akhir


Harga yang sudah ditetapkan adakalanya perlu disesuaikan karena perubahan
yang terjadi di lingkungan pasar. Untuk melakukan antisipasi perubahan tersebut,
perlu dilakukan kebijakan harga. Penyesuaian harga (administered pricing)

53
mempertimbangkan fleksibilitas, siklus produk, potongan harga (diskon), jarak
geografis antara penjual dan pembeli, product mix, dan harga psikologis konsumen.

e) Metode Penetapan Harga


Menurut Ridwan Iskandar Sudayat, ada beberapa metode yang dapat
digunakan sebagai rancangan dan variasi dalam penetapan harga, yaitu sebagai
berikut.
 Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan (cost plus pricing
method). Metode harga ini adalah metode yang paling sederhana, yaitu penjualan atau
produsen menetapkan harga jual untuk satu barang yang besarnya sama dengan
jumlah biaya per unit ditambah jumlah untuk laba yang diinginkan (margin) pada
tiap-tiap unit tersebut. Formulanya menjadi:
Cost Plus Pricing Method = Biaya Total + Laba = Harga Jual

 Harga yang berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan suplai. Metode


penetapan harga yang lain adalah metode menentukan harga terbaik untuk mencabai
laba optimal melalui keseimbangan antara biaya dan permintaan pasar. Metode ini
paling cocok bagi perusahaan yang tujuan penetapan hargannya adalah memperoleh
keuntungan maksimal.
Dalam menentukan harga dan mendayagunakannya, ada beberapa pemahaman
tentang konsep-konsep istilah yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Biaya tetap total (total fixed cost)
2) Biaya variabel (variabel cost)
3) Biaya total (total cost)
4) Biaya marginal (marginal cost)

Penetapan Harga Menurut Pandangan Islam


Setelah perpindahan (hijrah) Rasulullah SAW ke Madinah, maka beliau menjadi
pengawas pasar (muhtasib). Pada saat itu, mekanisme pasar sangat dihargai. Salah satu
buktinya yaitu Rasulullah SAW menolak untuk membuat kebijakan dalam penetapan harga,
pada saat itu harga sedang naik karena dorongan permintaan dan penawaran yang dialami.
Bukti autentik tentang hal ini adalah suatu hadis yang diriwayatkan oleh enam imam hadis
(kecuali Imam Nasa’i. Dalam hadis tersebut diriwayatkan sebagai berikut :

‫ فقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬.َ‫قال النّاسُ يا رسول هللاِ غالَ السِّع ُر فسعِّرْ لنا‬

"‫دم وال‬ ْ ‫البُني‬ŠŠ‫ ٌد منكم يُط‬Š‫أن ألقَى هللا وليس أح‬


ٍ ‫ ٍة في‬Š‫بمظلم‬ ْ ‫وا‬ŠŠ‫رَّازق و إني ألر ُج‬Š‫ط ال‬ŠŠ‫إن هللا هو المس ِّع ُر الخالق القابِضُ الباس‬
َّ
‫"مال‬
ٍ .

“Manusia berkata saat itu, ‘Wahai Rasulullah harga (saat itu) naik, maka tentukanlah harga
untuk kami’. Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah adalah penentu harga, Ia
adalah penahan, Pencurah, serta Pemberi rezeki. Sesungguhnya aku mengharapkan dapat

54
menemui Tuhanku Diana salah seorang di antara kalian tidak menuntutku karena kezaliman
dalam hal darah dan harta.” 
Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan menetapkan harga
akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga yang
ditetapkan terlalu mahal, maka akan menzalimi pembeli; dan jika harga yang ditetapkan
terlalu rendah, maka akan menzalimi penjual.
Hukum asal yaitu tidak ada penetapan harga (al-tas’ir), dan ini merupakan
kesepakatan para ahli fikih. Imam Hambali dan Imam Syafi’i melarang untuk menetapkan
harga karena akan menyusahkan masyarakat sedangkan Imam Maliki dan Hanafi
memperbolehkan penetapan harga untuk barang-barang sekunder.
Mekanisme penentuan harga dalam islam sesuai dengan Maqashid al-Syariah, yaitu
merealisasikan kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara manusia. Seandainya
Rasulullah saat itu langsung menetapkan harga, maka akan kontradiktif dengan mekanisme
pasar. Akan tetapi pada situasi tertentu, dengan dalih Maqashid al-Syariah, penentuan harga
menjadi suatu keharusan dengan alasan menegakkan kemaslahatan manusia dengan
memerangi distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang terjadi di lapangan).
Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga ditentukan oleh keseimbangan
permintaan dan penawaran. Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli
bersikap saling merelakan . Kerelaan ini ditentukan oleh penjual dan pembeli dan pembeli
dalam mempertahankan barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh kemampuan penjual
untuk menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli, dan kemampuan pembeli untuk
mendapatkan harga barang tersebut dari penjual.
Akan tetapi apabila para pedagang sudah menaikkan harga di atas batas kewajaran,
mereka itu telah berbuat zalim dan sangat membahayakan umat manusia,maka seorang
penguasa (Pemerintah) harus campur tangan dalam menangani persoalan tersebut dengan
cara menetapkan harga standar. Dengan maksud untuk melindungi hak-hak milik orang lain.,
mencegah terjadinya penimbunan barang dan menghindari dari kecurangan para pedagang.
Inilah yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Kattab.

Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan antara
masing-masing pihak (freedom contract). Hal ini sesuai dengan al-Qur’an Surat an- Nisa’
ayat 29 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”(QS: An-Nisa’: 29)
2) Berdasarkan persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan terhambat bekerja
jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli setiap barang yang
penahanannya akan membahayakan konsumen atau orang banyak.
3) Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab
kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas melakukan
kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan

55
berdampak langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan
masyarakat secara luas.
4) Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip ini adalah
transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan
keadaan yang sesungguhnya.

5.4 KESEIMBANGAN PASAR


Keseimbangan atau ekuilibrium menggambarkan suatu situasi di mana semua
kekuatan yang ada dalam pasar, permintaan dan penawaran, berada dalam keadaan yang
seimbang sehingga setiap variabelyang terbentuk di pasar, harga dan kuantitas,
sudah tidak lagi berubah. Proses terjadinya keseimbangan dalam pasar berawal dari mana
saja, baik dari segi permintaan atau penawaran. Namun, dalam segi perubahan akan
terjadi pada satu sisi saja, sisi penawaran atau permintaan. Untuk proses
pencapaian keseimbangan pasar akan dijelaskan melalui grafik.
Pada grafik tersebutterlihat bahwa pada tingkat harga P1, maka barang yang
diminta akan sebesar QD1 sementara jumlah barang yang pasokan ke pasar akan sebesar
QS1. Bisa dilihatdalam gambar, bahwa jumlah barang yang dipasok melebihi
jumlah barang yang diminta sehingga terjadi kelebihan pasokan. Dalam situasi yang
seperti ini, maka harga cenderung tertekan ke bawah sehingga harga mengalami
penurunan. Ketika harga turun, maka hal ini di satu sisi akan mendorong permintaan
konsumen meningkat, tetapi di lain pihak penurunan harga ini akan menyebabkan jumlah
barang yang dipasok ke pasar menurun.

Ketika harga mencapai tingkat harga sebesar P2 jumlah barang yang diminta
adalah sebesar QD2 sementara jumlah barang yang dipasok besar adalah sebesar QD2.
Disini, terlihat masih ada kelebihan pasokan, namun besarnya sudah lebih rendah dari

56
keadaan sebelumnya. Sebagai akibatnya dari harga akan tertekan ke bawah, namun
demikian kekuatan penekan harga ke bawah semakin melemah. Kembali di sini produsen
akan mengurangi jumlah pasokan barang ke pasar sementara konsumen akan
meningkatkan jumlah barang yang diminta. Proses ini akan terus berlanjut sampai pada
akhirnya jumlah barang yang diminta tepat sama dengan jumlah barang yang dipasok
(QD= Qs) sehingga kekuatan antara permintaan dan penawaran berada dalam posisi
setimbang. Posisi yang setimbang ini dicapai pada tingkat harga sebesar P4. Pada posisi
ini kekuatan yang ada dalam pasar yang mendorong harga naik (permintaan) sama
dengan kekuatan yang menekan harga turun (pasokan/penawaran). Dalam situasi seperti
ini tidak ada lagi gerakan perubahan harga karena kekuatan yang ada dalam pasar sudah
seimbang.

57
DAFTAR PUSTAKA
An’im Fattach, An’im. 2017. Teori Permintaan Dan Penawaran Dalam Ekonomi Islam.Jurnal
Penelitian Ilmu Manajemen. Volume II No. 3. ISSN : 2502-3780.
Hafid, Abdul . 2015. Konsep Penawaran Dalam Perspektif Islam. Vol. 1, No. 2
Kalsum, Ummi. 2018. Distribusi Pendapatan dan Kekayaan dalam Ekonomi Islam. Jurnal
Studi Ekonomi dan Bisnis Islam. Volume 3, Nomor 1.
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/11/makalah-pengertian-keseimbanganpasar.html
http://assharrefdino.blogspot.com/2013/04/teori-harga-penetapan-harga.html
http://repository.radenintan.ac.id/6960/1/SKRIPSI.pdfhttp://fosimedia.web.id/journal/mekani
sme-pasar-islami-dan-pengendalian-harga/

http://pustakamediasyariah.blogspot.com/2015/05/makalah-pes-teori-harga-dalam-islam.html

58

Anda mungkin juga menyukai