Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

(INOVASI PEMBELAJARAN SAINS)

“Konsep Dasar Inovasi Pendidikan”

Kelompok 2:
Nengah Nitriani A 202 19 029
Ni Luh Parwati A 202 19 030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas dan patut penulis ucapkan, selain memanjatkan
puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul “Konsep
Inovasi Dasar Pendidikan”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Palu, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 4


2.1 Pengertian Inovasi .......................................................................... 4
2.2 Pengertian Inovasi Pendidikan ....................................................... 5
2.3 Inovasi dan Modernisasi ................................................................. 6

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 9


3.1 Makna Hakiki Inovasi Penddidikan ............................................... 9
3.1.1 Inovasi Pendidikan ............................................................... 9
3.1.2 Prinsip-prinsip Inovasi Pendidikan....................................... 10
3.1.3 Tujuan Inovasi Pendidikan ................................................... 11
3.1.4 Arah Inovasi Pendidikan ...................................................... 11
3.2 Sasaran Inovasi Pendidikan ............................................................ 12
3.2.1 Guru ...................................................................................... 12
3.2.2 Siswa..................................................................................... 12
3.2.3 Kurikulum............................................................................. 13
3.2.4 Fasilitas ................................................................................. 13
3.2.5 Lingkup Sosial Masyarakat .................................................. 13

iii
3.3 Bentuk-bentuk Inovasi Pendidikan ................................................. 14
3.3.1 Top Down Model .................................................................. 14
3.3.2 Buttom Up Model ................................................................. 14

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 15


4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 15
4.2 Saran ............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan lingkungan lokal, regional, dan internasional saat
ini berimplikasi terhadap penanganan penyelenggaraan pendidikan pada setiap
jenjang pendidikan yang ada. Berkaitan dengan perkembangan tersebut,
kebutuhan untuk memenuhi tuntutan meningkatkan mutu pendidikan sangat
mendesak, terutama dengan ketatnya kompetitif antarbangsa di dunia dalam saat
ini (Rusdiana, 2014).
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek
kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk
menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan
memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi
dan efektivitas.
Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak henti-hentinya
berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kebutuhan akan
layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi
mereka, telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan
tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan
perkembangan anak, perkembangan zaman, situasi, kondisi, dan kebutuhan
peserta didik.
Keberhasilan pembaharuan pendidikan sesungguhnya sangat tergantung
pada apa yang guru perbuat dan pikirkan. Hal ini sejalan dengan pemikiran
Fullan (1991:344) yang menyatakan: “improvements in schools will not occur
without changes in the qualities of learning experiences on the part of those who
run the schools”. Pembelajaran dan pendidikan di sekolah menjadi efektif jika
orang yang diminta untuk menjadi guru adalah orang yang berkualitas dan
sekolah diorganisasi untuk menstimulasi dan menghargai setiap pelaksanaan
pembaharuan (Zakso, 2010).

1
Jika pembaharuan pendidikan harus dilaksanakan, maka pembaharuan
tersebut menghendaki agar para guru memahami diri mereka sendiri dan
dipahami oleh yang lain. Selain itu, kita juga harus memahami aturan-aturan
yang berlaku di dunia pendidikan.
Dalam pembaharuan pendidikan, faktor siswa juga menjadi
sesuatu yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Dalam kaitan dengan
siswa ini, perlu dinamika komitmen guru dan siswa agar pendidikan sukses.
Proses dan tahapan pembaharuan itu ada kaitannya dengan masalah
pengembangan (development), penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination),
perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation) dan
evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka
penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi judul
makalah yaitu: “Konsep Dasar Inovasi Pendidikan”. Dalam penulisan ini
diharapkan dapat mendeskripsikan bagaimana konsep dasar inovasi pendidikan
sains agar mampu menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan jaman.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penulisan ini yaitu:
1. Bagaimana makna hakiki inovasi pendidikan?
2. Apa saja sasaran inovasi pendidikan?
3. Bagaimana bentuk-bentuk inovasi pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan yaitu:
1. Dapat mengetahui makna hakiki inovasi pendidikan
2. Dapat mengetahui sasaran inovasi pendidikan
3. Dapat mengetahui bentuk-bentuk inovasi pendidikan

2
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang terkait dalam dunia pendidikan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh
melalui penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna hakiki inovasi pendidikan
2. Untuk mengetahui sasaran inovasi pendidikan
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk inovasi pendidikan

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini dengan kajian pustaka. Yakni dengan
mengkaji buku-buku, jurnal atau referensi yang relevan sesuai dengan topik-topik
yang di bahas.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Inovasi


Kata “innovation” (bahasa inggris) sering diterjemahkan segala hal yang
baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972). Untuk memperluas wawasan serta
memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu tentang
pengertian discovery, invention, dan innovation sebelum membicarakan tentang
pengertian inovasi pendidikan.
Diskoveri (discovery) adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda
atau hal yang ditentukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Invensi
(invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi
manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada,
kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Inovasi (innovation) ialah suatu ide,
barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invensi maupun
diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.
Pengertian Inovasi menurut Everett M. Rogers (1971), mendefisisikan
bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari
dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk
diadopsi. Pengertian Inovasi menurut Stephen Robbins,
mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk
memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002, inovasi adalah
kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan
mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang
baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
ada ke dalam produk atau proses produksi.
Ansyar, Nurtain (1991), menjelaskan bahwa Inovasi adalah gagasan,
perbuatan, atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu untuk menjawab

4
masalah yang dihadapi. Menurut Santoso (1974), Tujuan utama Inovasi adalah
meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang, dan sarana, termasuk struktur dan
prosedur organisasi.

2.2 Pengertian Inovasi Pendidikan


Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan,
diantaranya:
1. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus
bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapat pendidikan, yang secara
komulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern mengkehendaki dasar-dasar
pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus menerus, dan
dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep
pendidikan seumur hidup.
3. Berkembangnyaa teknologi yang mempermudah manusia dalam menguasai
dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani
sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi dirasakan karena berbagai
persoalan datang, baik dari luar maupun dari dalam sistem pendidikan itu sendiri,
diantaranya:
1. Sumber-sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber
yang ada secara efektif dan efisien.
2. Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur,
kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik, dan sebagainya.
3. Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap, serta belum peka
terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan
datang.
4. Masih kabur dan belum mantapnya konsepsi tentang pendidikan dan
interpretasinya dalam praktek.
Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan pemikiran
kembali yang mendalam dan pendekatan yang baru yang progresif. Pendekatan ini

5
harus selalu didahului dengan penjelajahan yang mendahului percobaan, dan tidak
boleh semata-mata atas dasar coba-coba. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran
kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan hanya
dengan caraa yang tradisional atau komersial. Gagasan dan pendekatan baru yang
memenuhi ketentuan inilah yang dinamakan inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau
inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan
ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil
invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup
hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem
dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun
sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional.

2.3 Inovasi Dan Modernisasi


Pada waktu membicarakan inovasi sering orang mengajukan
pertanyaan tentang modernisasi, karena antara keduanya tampak persamaan
yaitu kedua-duanya merupakan perubahan sosial. Agar dapat mengetahui
apa perbedaan dan juga kaitan antara inovasi dan modernisasi, perlu
dipahami apa inovasi dan apa modernisasi, baru kemudian dicari kaitan
antara keduanya. Inovasi telah dibicarakan maka sekarang dibicarakan
modernisasi.
Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga
mengandung berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah modern
ini digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem
politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,
perumahan, pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada umumnya kata
modern digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang

6
lebih baik, lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan
kesejahteraan hidup.
Inkeles mengemukakan secara detail tentang ciri-ciri manusia modern,
berdasarkan penelitiannya pada masyarakat yang industrinya sudah maju.
Antara lain ia ada 11 aspek yang menjadi tanda (karakteristik) manusia
modern yaitu:
1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, artinya jika menghadapi
tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk
kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya,
tidak menutup diri terhadap perubahan.
2. Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artinya siap untuk menerima
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya partisipasi
dalam bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan
penduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan
sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di
sekitarnya.
3. Berpandangan yang luas, artinya pendapat-pendapatnya tidak hanya
berdasarkan apa yang ada pada dirinya, tetapi mau menerima pendapat
yang datang dari luar dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan
pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang
berbeda dengan dirinya.
4. Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat. Manusia modern akan
selalu berusaha memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di
lingkungannya dan juga informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan
kehidupannya.
5. Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan
datang daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan
mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk
berfikir bagaimana masa sekarang dan yang datang.
6. Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia moden

7
selalu direncanakan sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun
jangka panjang.
7. Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan
pemikiran manusia daripada takdir atau pembawaan. Ia percaya bahwa
manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.
8. Manusia modern menghargai ketrampilan teknik dan juga
menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.
9. Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern memiliki
wawasan yang lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan.
10. Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain
terutama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.
11. Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan
akan mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil
produksi dari suatu industri.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat kaitan antara inovasi dan


modernisasi. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial,
perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi
menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru
bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada
adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum
maju ke yang sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu
inovasi sebagai tanda adanya modernisasi. Misalnya untuk meningkatkan
kesejahteraan perlu diadakan transmigrasi.
Transmigrasi merupakan hal yang baru bagi masyarakat, maka
transmigrasi adalah suatu inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima ide
transmigrasi dan mau melaksanakan transmigrasi berarti sudah memenuhi
ciri masyarakat modern yang siap menghadapi perubahan dan meninggalkan
pola pikir tradisi yang bersemboyan (bahasa Jawa) ”mangan ora mangan yen
kumi” artinya meskipun tidak makan asal tetap berkumpul dengan sesama
saudara.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Makna Hakiki Inovasi Pendidikan


Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah
invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benarbenar
baru, artinya hasil karya manusia. Adapun discovery adalah penemuan sesuatu
(benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya).
Secara etimologi, inovasi berasal dari bahasa Latin, yaitu innovaation
yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya innovo, yang artinya
memperbarui dan mengubah. Jadi, inovasi adalah perubahan baru menuju arah
perbaikan dan berencana (tidak secara kebetulan) (Idris, Lisma Jamal, 1992: 70).
Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru
dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery.
Inovasi sering diartikan pembaharuan, penemuan dan ada yang
mengaitkan dengan modernisasi. Perubahan dan inovasi, keduanya sama dalam
hal memiliki unsur yang baru atau lain dari sebelumnya. Inovasi berbeda dari
perubahan karena dalam inovasi dalam unsur kesengajaan. Pembaharuan
misalnya, dalam hal pembaharuan kebijakan pendidikan mengandung unsur
kesengajaan dan pada umumnya istilah pembaharuan dapat disamakan dengan
inovasi (Suryo Subroto, 1990: 127). Pada dasarnya, inovasi adalah ide, produk,
kejadian, atau metode yang dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang
atau unit adopsi yang lain, baik hasil invensi maupun hasil discovery (Ibrahim,
1998).
3.1.1 Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam
pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit, yaitu tingkat lembaga
pendidikan, maupun arti luas, yaitu sistem pendidikan nasional.
Inovasi dalam dunia pendidikan dapat berupa apa saja, produk ataupun
sistem. Produk misalnya, seorang guru menciptakan media pembelajaran mock up

9
untuk pembelajaran. Sistem misalnya, cara penyampaian materi di kelas dengan
tanya jawab ataupun yang lainnya yang bersifat metode. Inovasi dapat dikreasikan
sesuai pemanfaatannya, yang menciptakan hal baru, memudahkan dalam dunia
pendidikan, serta mengarah pada kemajuan.
Inovasi di sekolah, terjadi pada sistem sekolah yang meliputi Komponen-
komponan yang ada. Di antaranya adalah sistem pendidikan sekolah yang terdiri
atas kurikulum, tata tertib, dan manajemen organisasi pusat sumber belajar. Selain
itu, yang lebih penting adalah inovasi dilakukan pada sistem pembelajaran (yang
berperan di dalamnya adalah guru) karena secara langsung yang melakukan
pembelajaran di kelas ialah guru. Keberhasilan pembelajaran sebagian besar
tanggung jawab guru.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu, mungkin sudah lama
dikenal pada konteks sosial atau sesuatu itu sudah lama dikenal, tetapi belum
dilakukan perubahan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah
perubahan, tetapi tidak semua perubahan merupakan inovasi (Idris, Lisma Jamal,
1992: 71).
3.1.2 Prinsip-prinsip Inovasi Pendidikan
Peter M. Drucker dalam bukunya Innovation and Enterpreneurship
(Tilaar, 1999: 356), mengemukakan beberapa prinsip inovasi, yaitu sebagai
berikut.
a. Inovasi memerlukan analisis berbagai kesempatan dan kemungkinan yang
terbuka. Artinya, inovasi hanya dapat terjadi apabila mempunyai kemampuan
analisis.
b. Inovasi bersifat konseptual dan perseptual, artinya yang bermula dari
keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat diterima
masyarakat.
c. Inovasi harus dimulai dengan yang kecil. Tidak semua inovasi dimulai
dengan ideide besar yang tidak terjangkau oleh kehidupan nyata manusia.
Keinginan yang kecil untuk memperbaiki suatu kondisi atau kebutuhan hidup
ternyata kelak mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap kehidupan
manusia selanjutnya.

10
d. Inovasi diarahkan pada kepemimpinan atau kepeloporan. Inovasi selalu
diarahkan bahwa hasilnya akan menjadi pelopor dari suatu perubahan yang
diperlukan. Apabila tidak demikian maka intensi suatu inovasi kurang jelas
dan tidak memperoleh apresiasi dalam masyarakat.
3.1.3 Tujuan Inovasi Pendidikan
Tujuan utama dari inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan,
yaitu kemampuan sumber tenaga, uang, sarana, dan prasarana, termasuk struktur
dan prosedur organisasi. Jadi, keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua
tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaikbaiknya
(Hasbullah, 2001:189).
Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai ialah terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya. Tujuan lain dilakukannya inovasi pendidikan adalah untuk
memecahkan masalah pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia
kependidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan lebih pesat.
3.1.4 Arah Inovasi Pendidikan
a. Invetion (penemuan). Invetion meliputi penemuan/penciptaan tentang suatu
hal yang baru. Invetion merupakan adaptasi dari hal-hal yang telah ada. Akan
tetapi, pembaharuan yang terjadi dalam pendidikan terkadang
menggambarkan suatu hasil yang sangat berbeda dengan yang terjadi
sebelumnya.
b. Development (pengembangan). Pembaharuan harus mengalami
pengembangan sebelum masuk dalam dimensi skala yang besar. Development
sering bergandengan dengan riset sehingga prosedur-prosedur “research and
development” (R & D) digunakan dalam pendidikan.
c. Diffusion (penyebaran). Persebaran ide baru dari sumber kepada
pemakai/penyerap yang terakhir.
d. Adaption (penyerapan). Beberapa tahap yang penting dalam penerapan
inovasi pendidikan.

3.2 Sasaran Inovasi Pendidikan

11
Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri
sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti
inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa.
3.2.1 Guru
Agar dunia pendidikan dapat lebih inovatif diperlukan guru yang
berkompeten dan memiliki kreativitas yang tinggi. Guru harus mempunyai cara
menyampaikan pembelajaran agar belajar itu menarik dan mudah dimengerti.
Peran guru pada inovasi di sekolah tidak terlepas dari tatanan pembelajaran yang
dilakukan di kelas. Guru harus tetap memerhatikan sejumlah kepentingan siswa,
di samping harus memerhatikan suatu tindakan inovasinya.
Langkah-langkah perubahan yang dilakukan oleh seorang gurupun tidak
terlepas dari beberapa aspek kompetensi yang harus dicapai, seperti:
(a) Planning Instructions (Merencanaan Pembelajaran);
(b) Implementing Instructions (Menerapkan Pembelajaran);
(c) Performing Administrative Duties (Melaksanakan TugasTugas
Administratif);
(d) Communicating (Berkomunikasi);
(e) Development Personal Skills (Mengembangkan Kemampuan Pribadi);
(f) Developing Pupil Self (Mengembangkan Kemampuan Peserta Didik).
3.2.2 Siswa
Siswa sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses
belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses
belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui
penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen
yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila
siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan
mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan
merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen
(Rusdiana, 2014).

12
3.2.3 Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi
program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah
dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum
memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa
adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya,
maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu
sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya
sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan
pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan
berjalan searah.
3.2.4 Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan
dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam
pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut
mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya
fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan
berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal
yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh
karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu
diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan
sebagainya.
3.2.5 Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, lingkup sosial masyarakat tidak
secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut, tetapi bisa membawa dampak,
baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Secara
langsung atau tidak, masyarakat terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin
dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih
baik, terutama masyarakat tempat peserta didik itu berasal. Keterlibatan

13
masyarakat dalam inovasi pendidikan akan membantu inovator dan pelaksana
inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

3.3 Bentuk-Bentuk Inovasi Pendidikan


Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diberikan dua buah model
inovasi yang baru, yaitu sebagai berikut.
3.3.1 Top-down Model
Top-down model, yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak
tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan, seperti halnya
inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Kemendiknas dan Kemenag selama ini.
Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara
mengajak, menganjurkan, bahkan memaksakan suatu perubahan untuk
kepentingan bawahannya. Bawahan tidak punya otoritas untuk menolak
pelaksanaannya. Contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas adalah Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan Pembangunan,
Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar Jarak
Jauh, dan lainlain. Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak
selamanya berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain
penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh, baik
dalam perencananaan maupun pelaksanaannya.
3.3.2 Bottom-up Model
Inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu
inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan
pencipta sama-sama terlibat, mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan.
Oleh karena itu, masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu
inovasi yang mereka ciptakan.
Bottom-up model adalah model inovasi dan hasil ciptaan dari bawah serta
dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.
Model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari
sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut model Bottom-Up
Innovation.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam pendidikan.
Timbulnya inovasi didalam pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan
tantangan yang pelu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan
progresif. Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki aspek-
aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien.
2. Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri,
tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya seperti guru, siswa,
kurikulum, fasilitas, lingkup sosial masyarakat.
3. Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diberikan dua buah model inovasi
yang baru, yaitu sebagai berikut:
a. Top-down model, yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu
sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan, seperti halnya
inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Kemendiknas dan Kemenag selama ini.
b. Bottom-up model adalah model inovasi dan hasil ciptaan dari bawah serta
dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan penyelenggaraan dan mutu
pendidikan.

4.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadikan kita menjadi calon tenaga pengajar
yang baik dan juga diharapkan bagi teman-teman terutama calon tenaga pengajar untuk
memberikan kritik maupun saran yang sifatnya membangun terhadap isi makalah yang
kami buat ini guna untuk perbaikan makalah kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, M. dan Nurtain, H. (1991). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.


Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Everett, M. Rogers, with F. Floyd Shoemaker. (1971). Communication of


Innovation : A Cross Cultural Approach. London : The Free Press.

Fullan, Michael G. (1991). The New Meaning of Educational Change. Second


Edt. New York: Teacher Collage Press Published

Hasbullah. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Ibrahim. (1998). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dikti Proyek

Rusdiana. (2014). Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Santoso, S. (1974). Media Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Subandiyah. (1992). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Yogyakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.

Suryosubroto. (1990). Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Tilaar H.AR. (1999). Beberapa Agenda reformasi Pendidikan Nasional. Jakarta:


Tera Indonesia

Wojowasito, S. 1972. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung : Shinta Dharma


Bandung.

Zahara Idris dan Lisma Jamal. (1992). Pengantar Pendidikan 1. Jakarta : PT


Gramedia Widiasarana Indonesia.

Zakso, Amrazi. (2010). Inovasi Pendidikan di Indonesia antara Harapan dan


Kenyataan. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 1 No 1 April
2010

16

Anda mungkin juga menyukai