MAKALAH
Disusun oleh :
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wata’ala. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Berkat ridho dan rahmat-Nya kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga dapat memberi manfaat khususnya bagi
mahasiswa dan umumnya bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan tidak
luput dari berbagai kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika
penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan kearah yang lebih baik, sehingga makalah ini dapat
memberikan manfaat. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang mendukung dan membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
segala bantuan, dorongan, dan bimbingan yang telah diberikan menjadi nilai
ibadah dimata Allah Subhanahu wata’ala. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
2.1 Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Pengembangan Teori
Pendidikan dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
......................................................................................................................
4
2.2 Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Praktek Pendidikan Di Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat
......................................................................................................................
7
2.3 Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Landasan Pendidikan Keguruan
dan Tenaga Kependidikan Secara Nasional
......................................................................................................................
16
BAB III PENUTUP
...............................................................................................................................
31
3.1 Kesimpulan
..............................................................................................................
31
3.2 Saran
..............................................................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................................................................
33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
juga dilakukan oleh sekolah dengan memperkuatnya serta dikontrol oleh
masyarkat sebagai lingkungan sosial anak.
Dalam mewujudkan proses pengembangan potensi manusia secara matang,
maka seyogianya perlu dirumuskan atau direncanakan suatu pendidikan yang
mampu memberikan wadah dalam mengupayakan pengembangan potensi setiap
individu yang beraneka ragam. Terkait hal tersebut dapat terlihat pentingnya
landasan pedgogik dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, dimana
pedagogik dapat membantu untuk lebih mudah dalam memahami objek dan
perencanaan upaya berikutnya terhadap objek lebih efektif. Dalam penerapannya
selama ini, landasan pedagogik telah berusaha memberikan kontribusi terhadap
pendidikan, baik dalam perkembangan teori pendidikan maupu praktik. Begitu
pula dampak atau implikasinya terhadap pendidikan keguruan dan bagi para
tenaga kependidikannya.
2
1.3.3 Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui serta menambah wawasan
mengenai implikasi landasan pedagogik terhadap landasan pendidikan
keguruan dan tenaga kependidikan secara nasional dan internasional.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
memberi batasan terhadap pengertian pendidikan keluarga sebagai usaha yang
dilakukan oleh ayah dan ibu sebagai orang yang diberi tanggung jawab untuk
memberikan nilai-nilai, akhlak, keteladanan dan kefitrahan.
Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang tokoh pendidikan Indonesia,
juga menyatakan bahwa dalam keluarga bagi setiap orang (anak) adalah alam
pendidikan permulaan. Untuk pertama kalinya, orang tua (ayah maupun ibu)
berkedudukan sebagai penuntun (guru), pengajar, pembimbing dan sebagai
pendidik yang utama diperoleh oleh anak. Dalam konteks sentra keluarga, Ki
Hajar Dewantara sangat peduli dalam memperhatikan, bahkan meminta para
orang tua untuk mendidik anak-anak sejak usia dini (alam keluarga). Alam
keluarga itu adalah suatu tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan
pendidikan kesusilaan dan kesosialan. Sehingga boleh dikatakan, bahwa keluarga
itu tempat pendidikan yang lebih sempurna sifat dan wujudnya dari pada tempat-
tempat lainnya, guna untuk melangsungkan pendidikan ke arah kecerdasan budi
pekerti (pembentukan watak individual) dan sebagai persediaan hidup
kemasyarakatan.
Maka teori pendidikan keluarga tidak hanya sekedar tindakan (proses), tetapi
ia hadir dalam praktek dan implementasi, yang dilaksanakan orang tua (ayah-ibu)
dengan nilai pendidikan pada keluarga.
5
adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di
dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.
6
Dari tiga hal tersebut di atas, yang kedua dan ketigalah yang terutama menjadi
kawasan dari kajian masyarakat sebagai pusat pendidikan. Namun perlu
ditekankan bahwa tiga hal tersebut hanya dapat dibedakan, sedangkan dalam
kenyataan sering sukar dipisahkan.
7
Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi diri dengan
orang tuanya, melainkan juga mengidentifikasi diri dengan kehidupan masyarakat
dan alam sekitarnya.
Dalam lingkungan keluarga anak tinggal sampai ia meninggalkan keluarga
untuk membentuk kelurga sendiri (menikah). Jadi, dimulainya pendidikan
lingkungan keluarga itu sejak anak lahir ke dunia dari kandungan ibunya sampai
sang anak meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga baru. Ada beberapa
pihak yang terlibat dalam pembentukan anak dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat
hidup sesuai dengan tuntunannya. Demi perkembangannya dan pendidikan anak,
keluarga harus melaksanakan fungsi-fungsi keluarga dengan baik dan seimbang,
diantaranya:
a) Fungsi Edukasi: keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak
dimana tanggung jawab dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur tri
pusat pendidikan. Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan
yang dihayati anak didik sebagai iklim pendidikan dan mengundangnya
pada perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan
dengan memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang memadai.
Bagi anak, keluarga merupakan tempat/alam pertama dikenal dan
merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk menerima pendidikan.
Orang tua secara kodrati langsung memikul sebagai tenaga pendidik, baik
bersifat sebagai pemelihara, pengasuh, pembimbing, pembina atau sebagai
guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya.
b) Fungsi Sosialisasi: sosialisi dapat diartikan sebagai belajar sosial, artinya
anak mempelajari nilai-nilai sosial. Kehidupan anak dan duniannya
merupakan suatu kehidupan dua dunia yang utuh, terpadu dan dihayati
anak sebagai suatu kesatuan hidup di dunia. Keluarga merupakan
lingkungan pertama kali memperkenalkan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan keluarga bertugas
tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki kepribadian yang
utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik.
8
Keluarga menjadi penghubung dengan anak dengan kehidupan sosial,
dengan pembiasan nilai-nilai norma-norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai-nilai kelompok, nilai
keagamaan dan nilai kemasyarakatan lainnya. Dalam kelauragalah pertama
kali berlangsung proses memanusiakan manusia (Humanisasi).
c) Fungsi Proteksi: sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman damai,
dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagian
batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi
kebutuhan pangan, sandang dan papan, dan lain-lain. Selain itu juga
perlindungan mental dan moral. Nilai suatu perlindungan yang diberikan
keluarga tidak saja terletak pada materi dan kualitas serta frekuensinya,
melainkan tergantung pada iklim perasaan yang menyertai pemberian
lindungan itu dengan kesungguhan dan penerimaan lindungan oleh pihak
yang bersangkutan (anak). Keluarga bertindak sebagai pemberi layanan
atau bantuan kepada anak, sedangkan dari pihak anak diperlukan
kesediaan untuk menerimanya. Perlindungan ini tidak semata-mata
diperuntukan bagi anak, melainkan untuk setiap anggota.
d) Fungsi Afeksi: sebagai tempat untuk menumbuh kembangkan rasa cinta
dan kasih sayang anatar sesama anggota keluarga dan masyarakat dan
lingkungan sekitar. Selain itu keluarga harus dapat menjalan tugasnya
menjadi lembaga interkasi dalam ikatan batin yang kuat antar anggota,
sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam kehidupan
keluarga itu sendiri. Ikatana batin yang kuat ini harus dapat dirasakan oleh
setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
Fungsi afeksi diwarnai oleh kasih sayang serta kehangatan yang terpancar
dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan. Dalam
pelaksanaan fungsi perasaan, yang terpenting ialah bahasa yang diiringi
mimik yang serasi serta irama yang senada. Fungsi afeksi tersebut
dicurahkan dari orang tuanya melalui interaksi kasing sayang dan
kehangatan sehingga memberikan suasana keluarga yang harmonis karena
saling memberikan kasih sayang diantara anggotanya. Kasih sayang dan
9
kehangatan yang diberikan oleh orang tua kalau terlalu berlebihan akan
memanjakan anak, sedangkan kalau terlalu kurang akan gersang atau
kekeringan. Karena itu fungsi ini perlu dijalankan dengen proposional
sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi.
e) Fungsi Religius: mendorong keluarga sebagai wahana insan-insan yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, bermoral, berakhlak
dan berbudi pekerti luhur sesuai degan ajaran agamanya. Untuk menjalan
fungsi ini keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak
kepada kehidupan beragama dengan menciptakan iklim keluraga yang
religius sehingga dapat dihayati oleh anggota keluarganya. Tujuannya
bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah keagaman melainkan
mengetahui kedudukan sebagai mahluk hidup yang dicipatakan dan
dilimpahi nikmat tanpa henti sehingga menggugah untuk mengisi dan
mengarahkan kehidupannya kepada pengabdian Tuhan.
f) Fungsi Ekonomi: mendorong keluarga sebagai tempat pemenuhan
kebutuhan ekonomi, fisik dan material yang sekaligus mendidik keluarga
hidup efisien, ekonomis dan rasional.
g) Fungsi Rekreasi: keluarga harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi
semua anggota keluarga. Oleh karena itu, keluarga hendaknya mampu
menciptakan suasana ltersebut agar timbul keseimbangan pribadi, dan
keluarga dapat memberikan perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-
hari.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih
dominan melalui domain permainan. Keluarga merupakan dunia anak pertama
yang memberikan sumbangan mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga
lambat laun membentuk konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang
tepat. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasikan
dirinya dengan orang tuanya, melainkan juga mengidentifikasikan dirinya dengan
kehidupan masyarakat dan alam sekitar.
10
Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan peletak dasar kepribadian
anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap
pengaruh-pengaruh atau pengalaman-pengalaman selanjutnya, yang akan datang
kemudian. Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan didalam
keluarga , anak akan menyerap norma-norma pada anggota keluarga, dari ayah,
ibu maupun saudara-saudara yang lainnya. Oleh karena itu tugas dan pokok orang
tua wajib memberika perhatian, didikan dan ditanamkan rasa kasih sayang kepada
anaknya terlepas dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang
kependidikan yang resmi.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Tirtarahadja, La Sula, 2000) suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan
pendidikan, seseorang (pendidikan individu) maupun pendidikan sosial. Keluarga
itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan
pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak,
tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun,
pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pendidikan keluarga juga merupakan
pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya untuk dipersiapkan di
masyarakat kelak.
11
masyarakat. Oleh sebab itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk
menyiapkan manusia indonesia sebagai individu, warga masyarakat, warga negara
dan warga dunia di masa depan.
Sekolah diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal,
yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Bab II
pasal 3 UU no. 20 tahun 2003). Mengacu pada sistem pendidikan nasional,
sekolah sebagai lembaga pendidikan yang tergolong pada jalur pendidikan formal
memiliki karakter jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a. Fungsi dan tujuan pendidikan sekolah
Sekolah sebagai lembaga sosial dimana melaksanakan fungsi sosial
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya. Soleh sugianto (Babang
Robandi, 2007) mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebagai lembaga sosial,
yaitu:
Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anak-anak
dalam mempelajari cara-cara hidup ditempat mereka lahir.
Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan mentransformasi kebudayaan,
dan
Sekolah berfungsi sebagai menyeleksi murid untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu sekolah hendaknya berperan sebagai masyarakat belajar, yaitu
masyarakat yang memiliki tata kehidupan yang mengatur hubungan antara guru
dan lingkunganya yang membelajarkan murid untuk mencapai tujuan pendidikan
dalam suasana yang menyenangkan.
Di sekolah anak belajar dalam kehidupan, atau dengan kata lain sekolah
mencerminkan kehidupan masyarakat sekelilingnya. Sekolah tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat, dan apa yang diajarkan di
sekolah hendaknya sesuai dengan tuntutan zaman serta perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Sekolah merupakan tempat mempelajari hal-hal yang
tidak dapat dipelajari dalam kehidupan biasa (khususnya keluarga). Materi yang
12
diajarkan di sekolah berhubungan langsung dengan usaha pengembangan ilmu
pengetahuan, memberikan sejumlah keterampilan dan kecakapan tertentu,
langsung atau tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
13
Sedangkan kaitannya antara masyarakat dan pendidikan, menurut Tirtahardja
dan La Sulo (2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan
(jalur sekolah) maupun yang tidak dikembangkan (jalur luar sekolah).
2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat,
baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi
pendidikan.
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang,
maupun yang dimanfaatkan. Manusia berusaha mendidik dirinya sendiri
dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di
masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
Aspek pertama masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, menunjukan
bahwa masyarakat berusaha untuk menyelenggarakan pendidikan, misalnya
mendirikan Yayasan pendidikan berbasis formal seperti pendidikan dari taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi, maupun menyelenggarakan pendidikan
non-formal seperti kursus-kursus. Pada aspek ketiga, di masyarakat tersedia
berbagai sumber belajar, seperti kegiatan majelis ta’lim, teman sebaya anak
dimana mereka bermain bersama. Sedangkan, fungsi masyarakat sebagai pusat
pendidikan akan tergantung kepada perkembangan masyarakat itu sendiri beserta
sumber-sumber lainnya yang tersedia. Beberapa Koentjaraningrat (Tirtarahardja,
La Sulo, 2000) tipe masyarakat di Indonesia:
a. Masyarakat tipe berkebun yang amat sederhana, hidup dengan berburu dan
belum memiliki kebiasaan menanam padi. Sistem kemasyarakatannya
berupa desa terpencil tanpa diferensiasi dan stratifikasi (perbedaan dan
tingkat kehidupan) yang berarti.
b. Masyarakat pedesaan yang berdasarkan sistem cocok tanam di ladang
ataupun di sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem kemasyarakatannya
adalah komunikasi petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial
sedang, dan yang merasakan diri sebagai bagian bawah dari kebudayaan
yang lebih besar.
14
c. Masyarakat pedesaan yang berdasarkan sistem cocok tanam di ladang
ataupun di sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem kemasyarakatannya
adalah komunikasi petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial agak
kompleks.
d. Masyarakat perkotaan yang memiliki ciri-ciri pusat pemerintahan dengan
sektor perdagangan dan industri yang lemah. Tipe masyarakat
metropolitan, yang mengembangkan sektor perdagangan dan industri.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan dalam menjalankan fungsinya
sebagai pusat pendidikan akan sangat dipengaruhi tipe dari masyarakat itu sendiri
kebudayaan sebagai bagian dari masyarakat.
Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-
nilai, kepercayaan, tingkah laku dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh
semua anggota masyarakat tertentu. Salah satu hasil karya bangsa indonesia dari
kebudayaan merupakan pancasila, sehingga diakui dan dijadikan dasar serta
pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebudayaan dengan wujud kelakuan berpola, misalnya pola kehidupan yang
berlaku di masyarakat seperti sistem marga dalam kehidupan keluarga bagi suku
batak, melaksanakan upacara ngaben bagi masyarakat Bali. Sedangkan,
kebudayaan wujud fisik misalnya bangunan-bangunan seperti masjid istiqlal, jalan
tol, candi borobudur dsb.
Masyarakat, kebudayaan, dan pendidikan merupakan tiga komponen tersebut
tidak dapat dipisahkan, dimana kebudayaan dan pendidikan bagian dari
masyarakat. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan dirinya
sendiri, yaitu manusia berbudaya, kebudayaan itu sendiri dibentuk, dilestarikan,
atau dikembangkan melalui pendidikan.
15
2.3 Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Landasan Pendidikan
Keguruan dan Tenaga Kependidikan Secara Nasional
16
pendidikan (tugas professional, kemanusiaan dan civic). Rambu-rambu yang
dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tiga
sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah,
analisis tugas kelulusan serta pilihan nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu
yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaahan interpretif, normative dan kritis
itu, seperti telah diutarakan didalam bagian uraian dimuka, dirumuskan kedalam
perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi
perancang serta implementasi program yang dimaksud. Dengan demikian,
perangkat rambu-rambu yang dimaksud merupakan batu ujian didalam menilai
perancang dan implementasi program, maupun didalam “mempertahankan”
program dari penyimpngan-penyimpangan pelaksanaan ataupun dari serangan-
serangan konseptual.
17
Akan tetapi, penulis lebih menarik kesimpulan bahwa maju atau tidaknya
suatu pendidikan tentunya adanya koordinasi yang baik antar berbagai aspek.
Guru atau tenaga kependidikan merupakan komponen penting dalam kemajuan
pendidikan. Misalkan; Guru-guru di Finlandia untuk sekolah dasar harus sudah
bersertifikasi S2 (Magister). Sedangkan di Indonesia, masih S1 bahkan ada yang
latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan pendidikan di sekolah dasar.
Finlandia mungkin saat ini pendidikan masih nomer satu di dunia, namun penulis
menganalisa juga bahwa Finlandia hanya memiliki warga seikitar 5 juta jiwa
mendiami lebih dari 330.000 km2, sehingga sekolah dibebaskan biaya. Dengan
kondisi seperti ini juga akan mempengaruhi akan kemajuan pendidikan. Namun,
hal terpenting saat ini yang saharusnya dilakukan ialah dengan mengoptimalkan
keprofesionalan guru dalam mendidik meskipun dengan segala keterbatasan.
Insya Alloh dengan usaha yang optimal dengan disertai doa, semoga pendidikan
di Indonesia lebih baik lagi.
1) Jenjang Pendidikan
Pada umumnya jenjang pendidikan di Indonesia, Jepang, dan Finlandia
memiliki kesamaan. Ketiga negara tersebut juga sama-sama menerapkan wajib
belajar 9 tahun. Namun untuk jenjang sarjana di Finlandia hanya memerlukan
waktu studi tiga tahun. Perbedaan yang sangat mencolok antara pendidikan di
Indonesia dan di negara lain terletak pada kesan prestige jika dapat memasuki
universitas, sehingga siswa berlomba-lomba masuk ke universitas bergengsi
walaupun dengan kemampuan rendah. Di Finlandia siswa-siswa yang memiliki
kemampuan rendah diarahkan untuk memasuki sekolah-sekolah vokasi untuk
18
mempersiapkan diri masuk ke dunia kerja, sehingga kemampuan-kemampuan
siswa benar-benar dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Aspek
Jenjang Indonesia Jepang Finlandia
Pendidikan
Wajib Wajib belajar sembilan Wajib belajar sembilan Wajib belajar sembilan
Belajar tahun pendidikan dasar tahun pendidikan dasar tahun pendidikan dasar dan
dan menengah dimulai dan menengah berlaku menengah dimulai ketika
ketika anak berusia 7 untuk penduduk berusia anak berusia 7 tahun hingga
tahun hingga 16 tahun. 6 tahun hingga 15 tahun 16 tahun
Pra- Pra-pendidikan dasar Pendidikan anak usia Selama sebelum usia anak
pendidikan atau dinamakan dengan dini memang tidak menginjak usia wajib
pendidikan usia dini termasuk dalam belajar, anak dapat
diselenggarakan bagi pendidikan yang berpartisipasi dalam
anak sejak lahir sampai diwajibkan, namun pendidikan anak usia dini.
dengan enam tahun dan pemerintah Pihak yang berwenang
bukan merupakan menyediakan sekolah dapat memberikan pra-
prasyarat untuk TK atau yg disebut pendidikan dasar di
mengikuti pendidikan dengan Youchien. sekolah, hari-pusat
dasar. Selain itu juga ada perawatan, dan perawatan
Hoikuen (day care). keluarga sehari di rumah
Perbedaan antara atau tempat lain yang
Youchien dan Hoikuen sesuai. Partisipasi dalam
hanya terletak pada pendidikan anak usia dini
jam belajarnya. adalah sukarela tetapi di
Youchien hanya dari kota berkewajiban untuk
pukul 8;50-13:30, memberikan pendidikan
sedangkan Hoikuen anak usia dini.
dimulai sejak pukul
07:00-19:00. Hoikuen
diperuntukkan untuk
anak-anak yang orang
tuanya bekerja dan
tidak ada yang bisa
menjaganya. Oleh
karena itu, salah satu
syarat mendaftarkan ke
sekolah ini adalah surat
keterangan bahwa
kedua orang tua
bekerja.
19
th} : 13 – 15 tahun th} : 13 – 15 tahun. 13 – 15 tahun
20
Pendidikan Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi terdiri
Tinggi terdiri dari terdiri dari dari:
1. Pendidikan 1. Universitas ( 大 学 1. Universitas (yliopisto,
akademik yang daigaku) universitet)
memiliki fokus 2. Akademi Teknologi Fokus universitas pada
dalam penguasaan ( 短 期 大 学 tanki penelitian dan
ilmu pengetahuan. daigaku) memberikan pendidikan
Jenjang: 3. Sekolah Tinggi yang lebih teoretis.
a. Sarjana (S1) Teknik (Koto- Misalnya, dokter adalah
selama 4 senmon-gakko) lulusan universitas.
tahun. 4. Sekolah Kejuruan Jenjang:
b. Program (Senmon-gakko) a. Bachelor's Degree
Profesi, (S1) selama 3 tahun
Magister (S2) Jenjang : .
selama 2 b. Master's Degree
a. Sarjana (S1) selama
tahun. (S2) selama 2
4 tahun. Khusus
c. Program tahun.
untuk kedokteran 6
Spesialis (SP) c. Doctorate Degree
tahun.
dan Program (S3)
b. Program Master
Doktoral (S3)
(S2) selama 2
selama 3 2. Politeknik
tahun.
tahun. (ammattikorkeakoulu,
c. Program Doktor
2. Pendidikan vokasi yrkeshögskola, atau
(S3) selama 3
yang disingkat dengan
tahun.
menitikberatkan AMK/Yh).
pada persiapan Politeknik fokus pada
lulusan untuk keterampilan praktis dan
mengaplikasikan jarang melakukan
keahliannya. penelitian, tetapi apa
Jenjang : yang mereka lakukan
Diploma I, II, II terlibat langsung dalam
dan IV proyek-proyek
pembangunan industri.
Misalnya perawat
adalah lulusan sekolah
teknik. (Namun,
lanjutan gelar ilmu
keperawatan ada di
universitas).
Jenjang:
a. Polytechnic
Bachelor's Degree
(S1) selama 3-4
tahun .
b. Polytechnic
Master's Degree
tahun. (S2) selama
1-2
21
2) Anggaran Pendidikan
Anggaran biaya pendidikan di Indonesia memiliki kesamaan dengan
Finlandia yaitu sekitar 20 % dari total anggaran belanja negara, sedangkan untuk
Jepang, pemerintah memberikan anggaran biaya pendidikan yang cukup tinggi,
yaitu sekitar 31,6 % dari total anggaran belanja negara. Dalam aspek pembiayaan
pendidikan, Jepang dan Indonesia memiliki kesamaan, yaitu penggratisan biaya
pada jenjang pendidikan dasar. Sedangkan untuk jenjang selanjutnya siswa harus
mengeluarkan biaya pribadi. Namun biaya pendidikan di Jepang tergolong rendah
dibanding dengan Amerika dan Inggris. Sedangkan di Finlandia pemerintah
menggratiskan biaya pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga universitas
dan segala keperluan yang berhubungan dengan pendidikan, misalnya makan
siang, ongkos transportasi, dan buku.
22
pendidikan dari buku.
jenjang SD sampai
SMP.
3) Tenaga Pendidik
Untuk tenaga pendidik yaitu guru, Finlandia memiliki kualifikasi guru paling
tinggi. Di Finlandia, guru merupakan profesi yang sangat diminati dan peluang
untuk menjadi guru sangat kecil karena proses perekrutan yang sangat ketat. Sama
halnya dengan di Finlandia, di Jepang, guru juga merupakan profesi yang sangat
dihormati. Walaupun kualifikasi guru dijepang lebih rendah daripada di Finlandia,
proses perekrutan guru di Jepang juga sangat ketat. Untuk di Indonesia sendiri,
sedang digalakkan program-program untuk peningkatan kualitas guru. Program
terbaru dari pemerintah ialah, adanya program PPG untuk mendapatkan sertifikat
mengajar bagi guru. Kesejahteraan guru di Jepang dan Finlandia juga jauh diatas
Indonesia jika dilihat dari jumlah gaji yang diterima.
Proses Proses perekrutan guru Untuk menjadi guru di Seorang guru calon harus
Perekrutan di indonesia Jepang para calon guru memiliki nilai yang
23
menggunakan ujian harus menjalani kuliah di sangat baik dan harus
nasional CPNS atau universitas keguruan untuk memerangi perlawanan
jika diperlukan mendapat lisensi guru.
sengit untuk menjadi
mendesak di daerah- Kalau tidak masuk ke
daerah yang dalam universitas seorang guru. Hanya
membutuhkan guru, keguruan, mereka harus sekitar 10% dari pelamar
diadakan ujian CPNS menjalani semacam kursus
untuk program tertentu
setingkat daerah. yang diselenggarakan oleh
badan pemerintah Jepang, berhasil.
yang bisa mengeluarkan
lisensi untuk menjadi guru.
Gaji Gaji guru di Indonesia 156.500 yen sampai Rata-rata guru bergaji
berkisar antara Rp 2 512.100 yen yaitu sekitar USD28.780 atau Rp321
juta hingga Rp 5 juta Rp18 juta hingga Rp 60
juta per tahun atau
rupiah per bulan. juta per bulan untuk guru
SD dan SMP, sedangkan sekitar Rp 27 juta per
gaji guru SMA sedikit
24
lebih tinggi. Grade bulan.
menggambarkan periode
kerja. Seorang guru muda
akan memperoleh 156,500
yen per bulan, dengan kurs
hari ini setara dengan Rp.
18 juta.
4) Proses Pembelajaran
Untuk proses pembelajaran, pada intinya sama yaitu berfokus pada peserta
didik. Namun pada kenyataannya di Indonesia masih banyak pembelajaran yang
berfokus pada guru. Jumlah mata pelajaran yang dipelajari di Indonesia lebih
banyak daripada di Jepang dan Finlandia. Lagi-lagi Indonesia masih menekankan
kuantitas daripada kualitas.
25
Peran Guru Sebagai fasilitator Sebagai fasilitator Sebagai fasilitator.
Ada 3 prinsip Dalam satu kelas
mengajar guru- terdapat tiga guru,
guru di Jepang, satu guru sebagai
yaitu guru utama dengan
1. Tanoshii kualifikasi S2 dan
jugyou (kelas dua guru pembatu
harus dengan kualifikasi
menyenangkan) S1.
2. Wakaru ko
(anak harus
mengerti)
3. dekiru ko (anak
harus bisa)
26
e) Bahasa Indonesia
f) Bahasa Inggris
c) Peminatan Bahasa
1) Bahasa dan
Sastra
Indonesia
2) Bahasa dan
Sastra Inggris
3) Bahasa dan
Sastra Arab
4) Bahasa dan
Sastra
Mandarin
27
Sumber: Farizan (2015)
5) Evaluasi Pendidikan
Pada sistem evaluasi terdapat perbedaan yang mencolok antara Indonesia
dengan Jepang dan Finlandia. Sistem evaluasi di Indonesia cenderung membuat
siswa tertekan dengan segala kriteria yang ada. Sedangkan di Finlandia
menekankan pada progress belajar siswa itu sendiri, sehingga siswa tidak merasa
tertekan. Adanya sistem peringkat juga membuat siswa dengan peringkat bawah
merasa minder dan secara psikologi perasaan-perasaan tersebut dapat
menghambat proses belajar siswa.
UAN Adanya Ujian Akhir Tidak ada ujian Tidak ada ujian
Nasional yang digunakan nasional untuk nasional untuk
untuk menentukan kelulusan menentukan menentukan
siswa SD, SMP, dan SMA. kelulusan. Penilaian kelulusan.
Tetapi bukan menjadi acuan kelulusan siswa SMP
satu-satunya untuk dan SMA tidak
menentukan kelulusan. berdasarkan hasil
Kelulusan juga ditentukan final test, tapi
oleh nilai ujian akhir sekolah akumulasi dari nilai
dan nilai rapor. ulangan harian, ekstra
kurikuler, mid test
dan final test.
28
seperti ujian masuk dan humaniora.
SMA. Tahap kedua, Untuk bahasa dan
siswa harus matematika, ada dua
mengikuti ujian tingkat ujian yaitu
masuk yang dasar dan lanjutan.
dilakukan masing-
masing universitas,
yaitu ujian
masuk universitas.
Skor kelulusan adalah
akumulasi ujian
masuk nasional dan
ujian di setiap
perguruan tinggi.
Sistem Ujian kenaikan kelas yang Tidak ada ujian Tidak ada ujian
kenaikan dilakukan setiap tahun pada kenaikan kelas pada kenaikan kelas.
kelas setiap jenjang pendidikan. jenjang pendidikan Menggunakan sistem
dasar tidak, tetapi automatic promotion
siswa yang telah siswa secara otomatis
menyelesaikan proses naik kelas.
belajar di kelas satu
secara otomatis akan
naik ke kelas dua,
demikian seterusnya.
Ujian akhir juga tidak
ada sehingga siswa
yang telah
menyelesaikan
studinya di tingkat
SD dapat langsung
mendaftar ke SMP.
Akan tetapi sekolah
tetap mengadakan
ulangan atau test
kecil untuk tetap
memacu kualitas dan
kuantitas belajar
29
remidial. matematika. pencapaian
Untuk kelas 4 belajar sesuai
hingga kelas 6, dengan tahap
dilakukan test IQ perkembanganny
untuk melihat a. Jadi proses
kemampuan dasar penilaian di
siswa. Hasil tes Finlandia
ini digunakan mengacu pada
sebagai bahan diri siswa sendiri.
acuan dalam Setiap pelajar
memberikan diberi otonomi
perhatian lebih khusus untuk
kepada siswa- menentukan
siswanya jadwal ujiannya
terutama bagi untuk mata
siswa yang pelajaran yang
kemmpuannya menurutnya
dibawah normal. sudah dia kuasai
4. Pada tingkat
SMP dan SMA,
sama ada dua
kali ulangan
yaitu mid test
dan final test.
Akan tetapi tidak
bersifat wajib
atau pun
nasional. Namun
di beberapa
provinsi tetap
melaksanakan
ujian. Final test
dilaksanakan
serentak selama
tiga hari, dengan
materi ujian yang
dibuat oleh
sekolah
berdasarkan
standar dari
Educational
Board di setiap
provinsi.
Penilaian
kelulusan siswa
SMP dan SMA
tidak
berdasarkan hasil
final test, tapi
akumulasi dari
nilai ulangan
harian, ekstra
kurikuler, mid
test dan final
30
test.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori maupun praktek pendidikan perlu dipelajari dimana teori–teori
pendidikan dalam implikasi pedagogik sebagai pedoman dan pegangan untuk
seseorang dalam mendidik baik dikeluarga, sekolah dan masyarakat. Teori
pendidikan sangat dibutuhkan untuk dapat mempersiapkan suatu praktek
pendidikan yang terencana dan memiliki tujuan akhir yang jelas. Serta, Manusia
memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman.
Pengalaman itu terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya
pendidikan, itulah disebut lingkungan pendidikan, khususnya terjadi pada tiga
lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan sekolah, kelurga dan masyarakat. Ketiga
lingkungan tersebut memberikan pengaruh dan warna bagi perkembangan anak
dan mengarungi kehidupan kelak. Keluarga merupakan lingkunagn pertama dan
utama, merupakan dasar pengembangan watak bagi anak dalam mengikuti
perkembangan pendidikan selanjutntnya
Implikasi landasan pedagogik terhadap landasan kependidikan keguruan dan
tenaga kependidikan nasional, sistem pendidikan Indonesia pada dewasa ini
belum dapat dikategori sebagai kiblatnya pendidikan dunia, berdasarkan versi NF
MED 2017 dalam Youth Corps Indonesia, sistem pendidikan terbaik di dunia
yakni Finlandia, Jepang, Korea Selatan, Denmark dan Russia. Adakalanya jika
diliat dari sistem pendidikan kelima negara tersebut sejogianya Indonesia bisa
meniru dan menjadikan referensi bagi sistem pendidikan yang ada di negara ini
untuk kemajuan sistem pendidikan di Indonesia dan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia di Indonesia.
31
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas maka dapat disarankan
sebagai berikut ini:
1. Bagi pendidik, disarankan untuk benar-benar mengetahui dan
memahami prespektif tujuan dan isi pendidikan hal ini bertujuan
untuk memberikan peserta didik pandangan mengenai implikasi
landasan pedagogik terhadap pengembangan teori dan praktek pendidikan
di indonesia dan dunia.
2. Bagi mahasiswa program pascasarjana, disarankan untuk mengerti
prespektif tujuan dan isi pendidikan hal ini nantinya untuk
diimplementasikan untuk memberikan wawasan kepada peserta
didiknya kelak.
3. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan referensi
bagi penulis dan pembaca.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Malatuny, Yakob Godlif. (2016, 20 Oktober). “Kajian Tentang Implikasi
Landasan Pedagogik Terhadap Pengembangan Teori dan Praktik
Pendidikan di Indonesia dan Dunia”. [online]. Diakses pada
https://godliefmalatuny.blogspot.com/2016/10/kajian-tentang-implikasi-
landasan.html
Munir Ramli. (2008). Alokasi Anggaran Pendidikan Jepang.
http://murniramli.wordpress.com/2008/10/20/alokasi-anggaran-
pendidikan-jepang/.
Murni Ramli. (2007). Gaji Guru di Jepang.
http://murniramli.wordpress.com/2007/02/15/gaji-guru-di-jepang/ .
Murni Ramli. (2007). Kurikulum SMA di Jepang.
http://murniramli.wordpress.com/2007/04/13/kurikulum-sma-di-jepang/.
Nani Roslinda. (2013). Membandingkan Sistem Pendidikan Finlandia dengan
Sistem Pendidikan Indonesia.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/16/membandingkan-sistem-
pendidikan-finlandia-dengan-sistem-pendidikan-indonesia-534276.html.
Pusdatin. (2013). APBNP 2013: Anggaran Pendidikan Naik Jadi Rp 345,335
Triliun.
http://www.setkab.go.id/berita-9235-apbnp-2013-anggaran-pendidikan-
naik-jadi-rp-345335-triliun.html.
Sadulloh, Uyoh. (2007). Filsafat Pendidikan. Bandung: Cipta Utama.
Sadulloh, Uyoh. (2010). Pedagogik, ilmu mendidik. Bandung: Alfabeta
Selo Soemarjan. 1962, Sosiologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Gajah Mada
Press, 1962), hlm. 127.
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. (2014) . Pedagogik Teoritis Sistematis.
Bandung : Percikan Ilmu.
Tadjab. (1994). Perbandingan Pendidikan Surabaya, Penerbit:Abidarma
Wildan Maulana. (2012). Penilaian Siswa di Finlandia - Pendidikan Dasar.
http://www.slideshare.net/wildan.m/penilaian-siswa-di-finlandia-
pendidikan-dasar.
34