Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Karena hanya berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami susun ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah ”Pengantar Pendidikan ”. Semoga jerih payah kami dicatat sebagai amal baik yang
nantinya bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi seluruh mahasiswa pada umumnya.
Dalam makalah ini akan kami uraiakan tentang “Hubungan anatara pendidikan dengan proses
pembelajaran, pengajaran, pelatihan, pembimbingan dan pembinaan” yang mungkin masih
terdengar asing ditelinga kita sekalian.
Dalam penyusunan karya tulis ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah Subhanahu Wa ta’ala atau Tuhan Yang Maha ESA. Karena dengan rahmat-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan karya tulis ini.
2. Kepada semua pihak yang telah membantu dengan tulus hingga terselesaikannya tugas ini, khususnya
kepada ibu ERNAWATI, S.Si, S.Pd., M.Pd.
3. Dosen – dosen yang selalu memberi motivasi kepada kami, serta memberi tugas Karya Tulis Ilmiah.
3. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan semangat baik materil maupun spiritual.
4. Teman-teman yang selalu mendukung, membantu, dan memberi dorongan untuk selalu berkarya.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
dosen ataupun pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaannya tulisan ini.
PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Revolusi di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata telah mempengaruhi hampir
seluruh sendi-sendi kehidupan manusia modern, termasuk dalam dunia pendidikan dengan munculnya
istilah-istilah seperti e-learning, e-book sampai e-education. Revolusi ini juga berpengaruh pada paradigma
pendidikan akan “tempat” belajar, dimana gedung sekolah yang berdiri tegak dengan atap dan dinding akan
semakin tak populer karena manusia bisa belajar di mana saja dengan bantuan teknologi. Di sini yang
terpenting adalah interaksi manusia itu dengan materi pelajaran dan proses terusannya, pemahaman dan
penguasaan ilmu. Di mana (sekolah?) atau kapan (pagi atau siang?) tidak lagi menjadi pertanyaan penting
sebab otak manusia sekarang sudah terbiasa dengan konsep ruang dan waktu yang bersifat relatif.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan
pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar
perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Moh. Surya (1997) menyebutkan
bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya,
proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya
mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Oleh karena itu,
George R. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik
dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang
efektif. Lebih lanjut, peserta didik harus dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi
kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai
penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Oleh
karena itu, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik(child centered), tidak tergantung pada text
book atau metode pengajaran tekstual.
PEMBAHASAN
Sementara itu, John Dewey, seorang pemikir pendidikan sekaligus yang mengenalkan teori pendidikan
pragmatis, menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan melalui rekonstruksi pengalaman
berkelanjutan. Pendidikan adalah proses pengembangan kapasitas para siswa untuk bisa mengontrol
lingkungan dan memenuhi seluruh kualifikasi yang mereka butuhkan.[4] Bagi Dewey, pendidikan adalah
proses pembentukan pemahaman, sikap, dan perilaku demokrasi, menikmati demokratisasi dalam
kehidupan sosial, proses pengembangan kreatifitas dan inovasi dalam suasana demokratis, dan proses
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta keahlian untuk digunakan dalam kehidupan profesi
mereka. Dengan demikian, konsep pendidikan bagi Dewey adalah konsep holistik, komprehensif, tidak
hanya terjadi dalam kelas, tapi terus bergulir dalam kelas, di luar kelas, dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat, baik untuk konteks kehidupan profesi maupun sosial.
Penjelasan kedua ilmuan di atas, semakin memperkuat bahwa pendidikan merupakan target ideal dari
sebuah proses pembelajaran, dibantu dengan penjelasan-penjelasan guru yang memberikan keterangan
mendalam tentang berbagai prinsip yang harus dijaga setiap siswa sebagai seorang terpelajar. Jika
disederhanakan, pendidikan itu digunakan untuk menjelaskan tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh
orang dewasa untuk menghantarkan para siswa agar memiliki kematangan berpikir, emosi, fisik, dan
berkembangnya secara optimal seluruh unsur kemanusiaan, agar menjadi warga negara yang produktif
dan bisa diterima kelompoknya secara reciprocal. Sementara pengajaran terbatas dengan proses
transformasi pengetahuan dan ketrampilan baik dilakukan secara instruksional maupun dengan cara siswa
aktif didampingi oleh guru sebagai tutornya. Pendidikan tidak sesempit pembelajaran yang hanya fokus
pada peningkatan pemahaman dan pembinaan ketrampilan vokasional. Lebih dari itu, ia juga terfokus
pada bagaimana terbentuknya jiwa yang matang, selalu berpikir rasional, tidak emosional, dan dapat
mengembangkan kehidupan harmonis dengan lingkungannya, memiliki sikap empati dan cinta terhadap
sesama, serta mampu mengembangkan keadamaian dalam kehidupan sosial.
Bimbingan dalam UU No. 20/2003UU 20/3 merupakan UU sisdiknas pertama yang menyebut istilah konselor
(sebutan profesional guru BK dalam proses pembimbingan) sebagai tenaga pendidik. Hal ini tertuang dalam pasal 1
ayat 6 yang berbunyi : pendidikan adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konseloring,
pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan. Bimbingan menurut Tolbert dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2007:10)
mendefinisikan bimbingan (guidance) sebagai berikut : “ Bimbingan merupakan keseluruhan program atau semua
kegiatan dan layanan yang ada dalam lembaga pendidikan yang di arahkan pada membantu individu dalam
merencanakan dan melaksanakan penyesuaian diri dengan semua aspek dalam kehidupan sehari-hari. Bimbingan
tidak terpisahkan dari pendidikan dan merupakan bagian penting dari program pendidikan. Bimbingan memiliki
makna yang lebih luas, dan bersifat kolektif.
Pembinaan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu usaha untuk pembinaan kepribadian yang mandiri
dan sempurnah serta dapat bertanggung jawab, atau suatu usaha, pengaruh, perlindungan dalam bantuan yang
diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih cepat untuk membantu anak agar cakap
dalam melaksanakan tugas hidup sendiri,pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (diciptakan oleh orang dewasa
seperti sekolah, buku pintar hidup sehari - hari, bimbingan dan nasehat yang memotifasinya agar giat belajar), serta
ditunjukkan kepeda orang yang lebih dewasa.
Istilah pembinaan atau berarti “ pendidikan “, yang merupakan pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepadsa anak yang belum dewasa. Selanjutnya pembinaan atau kelompok orang lain agar menjadi
dewasa atau mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan materi diatas secara umum pengertian pendidikan adalah
sebagai usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara
aktif mengembangkan potensu dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
dapat diartikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan yang lebih
baik. Secara sederhana pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat
mengerti, faham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berfikir.
3.2. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa sebagai calon pendidik dapat memahami materi tentang hubungan pendidikan
agar kelak bisa mengaplikasikannya pada proses pelatihan dalam dunia pendidikan, serta dapat melatih
kemampuan dalam pembuatan karya ilmiah.
2. Bagi penulis
Diharapkan menjadi awal pelatihan dalam persiapan materi pelajaran pendidikan pada proses mengajar
ketika menjadi seorang tenaga pendidik serta terus melatih kemampuan pembuatan karya ilmiah.