Anda di halaman 1dari 25

PAPER

KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN PJOK


“Azas, Konsep, Prinsip dan Komponen Kurikulum”

Disusun oleh :
ANKI PAGAMO (19086013)

Dosen Pembimbing :
Dr. DAMRAH, M.Pd
Dr. ALDO NAZA PUTRA, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hadiahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan hidayah
sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul Azas, Konsep, Prinsip dan
Komponen Kurikulum. Salawat beserta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW karena beliaulah kita bisa sampai dengan dunia yang penuh
kemudahan seperti sekarang ini dan semoga kita diberikan kesehatan pada masa
pandemik ini dan kita semua bisa mendapat safaatnya di yaumil akhir nanti. Aamiin.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan paper ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah
berusaha untuk dapat menyusun paper ini dengan baik, namun penulis pun menyadari
bahwa kami memiliki akan adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan
maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pembimbing bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat
menyempurnakan paper ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Untuk itu
kami ucapkan terimakasih.

Padang, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………….…………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Permasalahan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ATAU ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

2.1 Komponen-Komponen Kurikulum ............................................................ 3


2.2 Pengembangan Komponen Kurikulum Dalam Praktek.............................. 12
2.3 Praktek Pengembangan Kurikulum Di Indonesia....................................... 16

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................… 19


3.2 Saran .......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan


karena kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan itu sendiri,
bahkan pendidikan tidak akan mungkin berjalan dengan baik atau tidak akan mencapai
tujuan jika tidak dijalankan sesuai dengan kurikulum.

Kurikulum memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu


dengan yang lainnya, yakni tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Komponen-komponen
tersebut baik secara sendiri maupun bersama menjadi dasar utama dalam
upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Setiap komponen harus saling berkaitan
satu sama lain, apabila salah satu komponen tidak berkaitan, maka sistem kurikulum
pun akan terganggu.

Kurikulum dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program
pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang
sempit, seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa macam mata
pelajaran. Apakah dalam lingkup yang luas atau sempit, kurikulum membentuk desain
yang menggambarkan pola organisasi dari komponen-komponen kurikulum dengan
perlengkapan penunjangnya.

Mengingat pentingnya kurikulum baik dalam pendidikan maupun kehidupan


umat manusia, maka penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan dan tidak akan bisa
mencapai kesempurnaan apabila penyusun kurikulum tidak memahami komponen-
komponen kurikulum. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk
memaparkan materi yang berkenaan dengan komponen-komponen kurikulum

1
1.2 Permasalahan

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis dapat menarik inti dari
permasalahan terkait pembahasan yakni masalah dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia, begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami
Indonesia. Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran
dan pendidikan Indonesia. Berikut salah satu masalah kurikulum (menurut sudut
pandang penulis) yaitu kurikulum membebani peserta didik.

Salah satu variabel yang memengaruhi sistem pendidikan nasional  adalah


kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang ada dalam
masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam
menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi. Sudah sepatutnya kalau kurikulum itu
terus berkembang seiring dengan realitas, perubahan, dan tantangan dunia pendidikan
dalam membekali peserta didik menjadi manusia yang siap hidup dalam berbagai
keadaan. Kurikulum harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial,
relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan
kemajuan teknologi

Kurikulum jangan sampai membebani peserta didik, seperti beban belajar yang
terlalu berat. Beban belajar di Indonesia saat ini mencapai 1.000-2.000 jam per tahun.
Bahkan sekolah-sekolah tertentu menerapkan jam belajar lebih lebih tinggi sehingga
memberatkan siswa. Beban jumlah jam pelajaran seperti itu terlalu berat, apalagi selain
tatap muka di kelas siswa harus mengikuti ekstrakurikuler dan mengerjakan pekerjaan
rumah. Jika dijumlahkan jam yang dibebankan pada siswa justru membuat siswa tidak
ada waktu untuk istirahat. Beban belajar siswa di Indonesia kelebihan 20% jika
dibandingkan dengan beban belajar siswa di luar negeri yang beban belajar siswa
berkisar 800-900 jam per tahun. Oleh karena itu, kurikulum harus dirancang sesuai
komponen-komponen kurikulum dalam rangka lebih mengembangkan segala potensi
yang ada pada peserta didik.

2
BAB II

PEMBAHASAN ATAU ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Untuk memecahkan masalah yang ada dalam bagian permasalahan di atas, maka
dari itu perlu adanya koreksi terkait apa yang sangat mendasari permasalahan itu terjadi.
Yang di tangkap oleh penulis disini adalah bagaimana cara kita sebagai calon pendidik
untuk menganalisis praktek pengembangan kurikulum di Indonesia dan memahami
komponen-komponen kurikulum yang tepat dan efektif untuk diterapkan siswa/siswi
kita.

Oleh Karena itu, penulis akan menjabarkan pemecahan masalah dari


permasalahan tersebut. Dengan menjelaskan secara rinci terlebih dahulu mengenai
Komponen-komponen kurikulum.

2.1 Komponen-Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu.


Sistem kurikulum memiliki enam komponen, yaitu : komponen tujuan, komponen
isi/materi pelajaran, komponen media (sarana dan prasarana), komponen metode atau
strategi pencapaian tujuan, komponen proses belajar mengajar, dan komponen evaluasi.
Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala
salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan
dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan
tergganggu.

a. Komponen tujuan

Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan


pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan
yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di sekolah dapat diukur
dari seberapa jauh dan seberapa banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam

3
setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang
akan atau harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Meskipun rumusan tujuan pendidikan dari suatu negara dengan negara lain berbeda,
tetapi sebenarnya memiliki esensi yang sama secara umum. Menurut Sadulloh (1994)
yang mengutip pendapat Hummel, tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau
tiga jenis nilai utama yaitu:

(1) otonomi yang memberikan setiap individu dan kelompok untuk memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan mereka mengelola kehidupan
mereka sendiri;

(2) equity (kesetaraan) dalam kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan budaya


maupun ekonomi dengan jalan memberikan kepada mereka dasar-dasar
pendidikan yang setara;

(3) survival, memberi izin kepada semua bangsa untuk menularkan dan memperkaya
warisan budaya kepada semua generasi dengan memberikan panduan pendidikan
untuk saling memahami.

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat


secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.

Tujuan pendidikan nasional selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional


yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah
atau satuan pendidikan tertentu. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan
bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

4
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.

2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.

3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Tujuan kurikulum biasanya terbagi atas tiga level atau tingkatan, yaitu sebagai
berikut.

1) Tujuan Jangka Panjang (aims) Tujuan ini, menggambarkan tujuan hidup yang
diharapkan serta didasarkan pada nilai yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak
berhubungan langsung dengan tujuan sekolah, melainkan sebagai target setelah
anak didik menyelesaikan sekolah, seperti; “bertanggung jawab sebagai warga
negara”, “bangsa berbangsa Indonesia” dan sebagainya.

2) Tujuan Jangka Menengah (goals) Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang
berdasarkan pada jenjangnya, terdapat tujuan sekolah SD, SMP, SMA dan lain-
lainnya.

3) Tujuan Jangka Pendek (objective) Tujuan yang dikhususkan dicapai pada


pembelajaran di kelas, misalnya; siswa dapat mengerjakan perkalian dengan
betul, siswa dapat mempraktekkan sholat, dan sebagainya.

Dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua tujuan, yaitu sebagai
berikut.

1) Tujuan yang dicapai secara keseluruhan Mata Pelajaran/Bidang Studi Tujuan ini
biasanya meliputi aspek-aspek pengetahuan (pengetahuan), keterampilan
(psikomotor), sikap (afektif), dan nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki oleh

5
para lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Hal tersebut juga disebut
tujuan lembaga (institusional).

2) Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi Tujuan ini biasanya disebut
dengan tujuan kurikuler. Pada kurikulum yang sekarang berlaku, tujuan ini
tertulis dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Mata
Pelajaran, Kompetensi Dasar. Setelah dijabarkan oleh guru diperoleh Indikator
dan Tujuan Pembelajaran.

b. Komponen isi/materi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program tiap-tiap bidang studi tersebut.
Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan
yang ada.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menentukan isi atau content yang
dibakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu perencana kurikulum harus menyeleksi
isi agar menjadi lebih efektif dan efisien. Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan,
antara lain sebagai berikut.

1) Kebermaknaan (signifikasi): kebermaknaan suatu isi/materi diukur dari bagaimana


esensi atau posisinya dalam kaitan dengan isi materi disiplin ilmu yang lain.
Konten kurikulum dalam wujud konsep dasar atau prinsip dasar mendapat
prioritas utama dibandingkan dengan konsep atau prinsip yang kurang
fundamental.

2) Manfaat atau kegunaan: adapun parameter kriteria kebermanfaatan isi adalah


seberapa jauh dukungan yang disumbangkan oleh isi/materi kurikulum bagi
operasionalisasi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

3) Pengembangan manusia: kriteria pengembangan manusia mengarah pada nilai-


nilai demokratis, nilai sosial, atau pada pengembangan sosial.

6
Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:

1) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminologi, orang, dan tempat serta kejadian

2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari


kekhususankekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala. Dengan perkataan lain, konsep merupakan abstraksi dari sekumpulan
fakta/informasi/stimulus yang memiliki ciri sama. Setiap konsep memiliki nama,
definisi, contoh, atribut, dan nilai.

3) Teori; merupakan penjelasan mengenai hubungan antara suatu konsep dengan


konsep lain. Teori merupakan seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau
preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik
tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan– hubungan antara variabel-
variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

4) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber


dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

5) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

6) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran


yang harus dilakukan peserta didik.

7) Hukum, merupakan teori yang teruji kebenarannya.

8) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan


dalam materi.

9) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.

10) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata
dalam garis besarnya.

7
11) Postulat, adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan.
Dalam biologi postulat yang terkenal adalah postulat Koch tentang kuman
penyebab penyakit.

c. Komponen media (sarana dan prasarana)

Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media merupakan perantara


untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Oleh
karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara tepat terhadap
pokok bahasan yang disajikan pada peserta didik akan mempermudah peserta didik
dalam menanggapi, memahami isi sajian guru dalam pengajaran.

d. Komponen strategi pembelajaran

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pengajaran, tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal
itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur
kegiatan, baik yang secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam
pengajaran.

Strategi/metode/model pembelajaran sangat ditentukan oleh karakteristik substansi


yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya. Tidak ada satu pun strategi/metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua substansi pelajaran
secara sama baiknya. Substansi (isi) pelajaran tertentu memiliki karakteristik tertentu,
sehingga hanya cocok untuk diajarkan dengan cara tertentu pula.

Tujuan-tujuan pelajaran yang bersifat prosedural, psikomotorik serta terstruktur


dengan baik, diajarkan setahap demi setahap, sangat baik kalau guru menggunakan
pembelajaran langsung. Sementara itu, keterampilan sosial yang mencakup bagaimana
berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama, mengutarakan ide, akan sangat cocok bila
diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif. Begitu pula kemampuan pemecahan
masalah, hanya dapat dilatihkan secara baik bila siswa diberi kesempatan untuk

8
melakukan praktik pemecahan masalah. Kesempatan semacam itu dapat diperoleh siswa
jika pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah seperti inkuiri,
diskoveri dan yang sejenis dengan itu.

Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi pembelajaran di kelas hendaknya


dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah rasa, dan olah otak. Strategi
pembelajaran yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang digunakan harus mampu
melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi siswa.

e. Komponen proses belajar mengajar

Komponen ini sangat penting dalam sistem pembelajaran, sebab diharapkan melalui
proses belajar mengajar akan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik. Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan indikator
keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,


merupakan indikator kreativitas dan efektivitas guru dalam mengajar. Kecenderungan
proses pembelajaran adalah terjadi perubahan paradigma dan mengajar ke
pembelajaran. Perubahan yang dimaksud ditandai dengan terjadi perubahan sebagai
berikut.

1) Berpusat pada guru beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa

2) Berorientasi disiplin (mapel tertentu) beralih ke pembelajaran yang integratif.

3) Berorientasi topik tertentu beralih ke pembelajaran berorientasi masalah.

4) Pembelajaran mengikuti alur tertentu (standardized) beralih ke pembelajaran


dengan alternatif-alternatif.

9
f. Komponen evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas,


evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan
pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Wright dalam (Sudrajat, 2010) bahwa: “curriculum evaluation may
be defined as the estimation of growth and progress of students toward objectives or
values of the curriculum”

Sementara itu, dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
sebagai evaluasi program, untuk mengakses kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas
pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.
Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan
proses dan hasil belajar siswa.

Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang akan


dievaluasi. Dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan
kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif berbeda
dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi
kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain.
Sementara itu, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan,
questionnare, inventori, interview, dan catatan anekdot.

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan


pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu
sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang
digunakan.

Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah
dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan

10
peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran,
cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya (Sukmadinata, 1997)

Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum,


yaitu:

(1) pendekatan penelitian (analisis komparatif);

(2) pendekatan obyektif; dan

(3) pendekatan campuran multivariasi.

Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah


Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan
bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang
digunakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model
ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program
dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment
mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi sebagai berikut.

1) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan
dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan, seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan,
sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah
ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.

2) Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan,


seperti: dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf
pengajar, sarana, dan prasarana, media pendidikan yang digunakan dan
sebagainya.

3) Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :


pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh
para pengajar, pengelolaan program, dan lain-lain.

11
4) Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup:
jangka pendek dan jangka lebih panjang.

2.2 Pengembangan Komponen Kurikulum Dalam Praktek

a. Keterkaitan Sistematika Dengan Pengembangan Komponen

Lubis Hasibuan menyatakan komponen-komponen kurikulum harus dapat di


implentasikan secara baik dalam pelaksanaan kurikulum. Sebelum komponen
kurikulum diimplementasikan, pendidik perlu terlebih dahulu mengetahui apa yag
dimaksud dengan sistematika komponen kurikulum. Sistematika komponen kurikulum
adalah tatanan logis terhadap fungsi komponen- komponen kurikulum .

Lebih lanjut Lubis Hasibuan menyatakan bahwa persoalan pokok dalam sistematika
kurikulum adalah apa yang menjadi fungsi dari suatu komponen kurikulum terhadap
komponen kurikulum yang lain, sehingga penataan terhadap fungsi dari komponen-
komponen kurikulum itu membentuk sistematika komponen kurikulum yang lebih utuh
dan sistematis diimplementasikan. Berkaitan dengan itu dapat dikemukakan beberapa
contoh seperti tertera berikut ini:

1) Apakah tujuan pendidikan telah dirumuskan atas dasar materi kurikulum yang
sudah tersedia, ataukah sebaiknya, tujuan pendidikan terlebih dahulu harus
dirumuskan dan tujuan tersebut adalah menentukan materi apa yang harus
disusun guna mencapai target pendidikan dimaksud.

2) Apakah pemilihan metode intruksional disesuaikan dengan sifat organisasi


kurikulum ataukah lebih ditentukan oleh fasilitas yangtersedia, ataukah lebih
berorientasi kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

3) Apakah mutu kurikulum yang hendak disesuaikan dengan potensi dan stabilitas
peserta didik, atau peserta didik itu yang dituntut untuk menguasai kurikulum
dengan mutu yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dengan mempelajari urutan komponen kurikulum disuatu sekolah maka dengan


sendirinya akan dapat disistematiskan kurikulum tersebut. Perlu digarisbawahi bahwa di

12
dalam buku (dokumen) kurikulum jarang dicantumkan alasan-alasan mengapa suatu
komponen kurikulum ditempatkan pada urutan tertentu.

b. Contoh Model Praktis Pengembangan Komponen Kurikulum

Komponen kurikulum biasanya selalu didasarkan atas model pengembangan


kurikulum yang digunakan. Oleh sebab itu mempelajari beberapa model pengembangan
kurikulum perlu dilakukan, terutama model pengembangan komponen kurikulum yang
dilakukan oleh guru-guru di sekolah-sekolah.

Berikut ini beberapa contoh model praktis pengembangan komponen kurikulum

Gambar Model I Pengembangan Komponen Kurikulum

Isi / Materi

Ujian

Dari model di atas, sekurang-kurangnya guru telah mengembangkan dua


pertanyaan fundamental di dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Pertanyaan
yang dimaksud adalah:

1) Mengapa saya mengerjakan mata pelajaran ini?

2) Bagaimana saya mengetahui keberhasilan saya dalam mengajarkan mata


pelajaran ini?

Model yang dikemukakan di atas disebut model sederhana, sehingga dipandang


belum sepenuhnya mempresentasikan semua komponen kurikulum ke dalam
prakteknya. Karena itu diperlukan model lain, seperti yang ditampilkan berikut ini:

Gambar Model 2 Pengembangan Komponen Kurikulum


13
Dari model di atas terlihat guru telah mengembangkan pertanyaan pada dirinya
menjadi empat pertanyaan selain dari dua pertanyaan yang telah dikemukakan pada
model pertama. Empat pertanyaan tersebut yaitu:
1) Mengapa saya mengerjakan mata pelajaran ini?
2) Bagaimana saya mengetahui bahwa saya berhasil mengajarkan bahan ini?
3) Metode apa yang paling tepat untuk saya gunakan?
4) Bagaimana saya mengorganisir isi/materi pelajaran?

Dari model 2 di atas kenyataannya masih melalaikan pertanyaan- pertanyaan


seperti
5) Buku-buku bacaan apakah yang seharusnya digunakan dalam mata pelajaran ini?
6) Alat/media pengajaran yang manakah yang sangat membantu untuk mata
pelajaran ini?
Berdasarkan kelemahan pada dua model yang ditampilkan telah mendorong
munculnya model ketiga yang dilakukan oleh guru, sebagai berikut:

Gambar Model 3

14
Meskipun diakui bahwa model ketiga di atas dipandang lebih representatif dari
model satu dan dua, namun model ketiga juga masih dipandang belum utuh untuk
merepresentasikan semua komponen kurikulum.
Dari berbagai persoalan yang belum terjawab yaitu persoalan yang
mempersoalkan tentang tujuan, yaitu pertanyaan:
7) Apakah yang saya harapkan dari para peserta didik supaya saya dapat
mengetahui keberhasilan dari tujuan pengajaran yang saya lakukan?
Dengan munculnya pertanyaan ke tujuh di atas, maka lahirlah model
pengembangan komponen kurikulum yang sudah dipandang representatif seperti terlihat
pada gambar berikut:
Gambar Model 4

15
2.3 Praktek Pengembangan Kurikulum di Indonesia

Rencana Pelajaran 1947


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer
plan”. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran. Lebih popular ketimbang
curriculum (bahasa inggris). Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-
sekolah pada 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, plus garis-garis besar pengajarannya. Yang diutamakan pendidikan
watak,kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Rencana Pelajaran Terurai 1952


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana
Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali Di penghubung era
presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.Fokusnya
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi :
moral, kecerdasan, emosional/artistic, keprigelan(keterampilan), dan jasmaniah.

Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia
pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran :
kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya 9. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang
tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan

16
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan materi pelajaran
dirinci lagi : petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK) materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 menyungsung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,mendiskusikan, hingga mela
porkan. Model ini disebut Cara belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leamin
g (SAL). Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat
adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Penolakan CBSA bermunculan.

Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” tetapi perpaduan tujuan dan proses belum
berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai
terlalu berat. Dari muatan nasional hingga local. Materi muatan local disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-
kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Alhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum
super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999.Tapi perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi.

17
Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran
diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Kurikulum ini memiliki
empat komponen utama, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas,
kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan berbasis sekolah. Meski baru diujicobakan,
tapi di sejumlah sekolah kota-kota di pulau jawa, dan kota besar di luar pulau jawa telah
menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa
sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

KTSP 2006
Asal 2006 uji coba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka
dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mengharapkan siswa produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
Menggunakan pendekatan saintifik. Pelajarannya digabungkan secara keseluruhan
dikaitkan antara pelajaran yang satu dengan yang lain. Berorientasi pada pembentukan
karakter siswa. Mendidik siswa untuk melakukan pengamatan/observasi, bertanya dan
bernalar.

Demikianlah praktek pengembangan kurikulum di Indonesia, semua


kurikulum selalu berupaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan berusaha
membuat kurikulum yang relevan, efesien dan efektif.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu.


Sistem kurikulum memiliki enam komponen, yaitu : komponen tujuan, komponen
isi/materi pelajaran, komponen media (sarana dan prasarana), komponen metode atau
strategi pencapaian tujuan, komponen proses belajar mengajar, dan komponen evaluasi.

Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan


pendidikan. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak
didik dalam kegiatan belajar mengajar. Komponen media merupakan perantara untuk
menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan. Komponen strategi pembelajaran yaitu strategi yang digunakan harus
mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi siswa. Komponen proses
belajar mengajar yaitu terjadi perubahan-perubahan tingkah laku pada diri peserta didik.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai evaluasi program, untuk mengakses kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.

Pengembangan Komponen Kurikulum Dalam Praktek yaitu Keterkaitan Sistematika


Dengan Pengembangan Komponen komponen-komponen kurikulum harus dapat di
implentasikan secara baik dalam pelaksanaan kurikulum. Sebelum komponen
kurikulum diimplementasikan, pendidik perlu terlebih dahulu mengetahui apa yag
dimaksud dengan sistematika komponen kurikulum. Sistematika komponen kurikulum
adalah tatanan logis terhadap fungsi komponen- komponen kurikulum .

19
3.2 Saran

Dalam kesempatan ini kami memahami, bahwa kurikulum adalah sarana


untuk mencapai tujuan pendidikan. Maka kami sangat menyarankan bahwa kurikulum
adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yang leih baik lagi. Selain itu, kami
juga menyarankan agar kurikulum dapat dipahami oleh setiap orang terutama yang
terkiprah dalam dunia pendidikan. Dalam menyusun kurikulum sebaiknya mengikuti
aturan dalam membuat kurikulum, seperti mengikuti kaidah dalam komponen-

komponen kurikulum.

Kita sebagai mahasiswa yang akan menjadi calon pendidik juga harus bisa
memahami komponen-komponen kurikulum, pengembangannya, serta bagaimana
prakteknya pada pembelajaran di sekolah agar dapat menjadi bekal kita untuk dapat
mengajarkan para peserta didik dengan kurikulum yang tepat sasaran. Kita juga
diharapkan bisa untuk lebih berinovasi lagi untuk mengembangkan pendidikan di
Indonesia agar bisa menarik perhatian seluruh siswa di sekolah dan mau ikut serta
dalam pembelajaran.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://lesmananugraha.blogspot.com/2014/09/pengertian-kurikulum-dan-
komponen.html

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-
kurikulum/

https://rinidelmasari.wordpress.com/2015/01/16/makalah-praktek-pengembangan-
kurikulum-di-indonesia/

https://www.academia.edu/36999148/Praktek_Pengembangan_Kurikulum_di_Indone
sia_docx

https://www.banjirembun.com/2013/01/komponen-komponen-dan-model.html

https://www.academia.edu/31465676/MAKALAH_KOMPONEN_KURIKULUM

21

Anda mungkin juga menyukai