Disusun oleh :
ANKI PAGAMO (19086013)
Dosen Pembimbing :
Dr. DAMRAH, M.Pd
Dr. ALDO NAZA PUTRA, M.Pd
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita hadiahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan hidayah
sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul Azas, Konsep, Prinsip dan
Komponen Kurikulum. Salawat beserta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW karena beliaulah kita bisa sampai dengan dunia yang penuh
kemudahan seperti sekarang ini dan semoga kita diberikan kesehatan pada masa
pandemik ini dan kita semua bisa mendapat safaatnya di yaumil akhir nanti. Aamiin.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan paper ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah
berusaha untuk dapat menyusun paper ini dengan baik, namun penulis pun menyadari
bahwa kami memiliki akan adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan
maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pembimbing bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat
menyempurnakan paper ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Untuk itu
kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………….…………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program
pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang
sempit, seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa macam mata
pelajaran. Apakah dalam lingkup yang luas atau sempit, kurikulum membentuk desain
yang menggambarkan pola organisasi dari komponen-komponen kurikulum dengan
perlengkapan penunjangnya.
1
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis dapat menarik inti dari
permasalahan terkait pembahasan yakni masalah dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia, begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami
Indonesia. Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran
dan pendidikan Indonesia. Berikut salah satu masalah kurikulum (menurut sudut
pandang penulis) yaitu kurikulum membebani peserta didik.
Kurikulum jangan sampai membebani peserta didik, seperti beban belajar yang
terlalu berat. Beban belajar di Indonesia saat ini mencapai 1.000-2.000 jam per tahun.
Bahkan sekolah-sekolah tertentu menerapkan jam belajar lebih lebih tinggi sehingga
memberatkan siswa. Beban jumlah jam pelajaran seperti itu terlalu berat, apalagi selain
tatap muka di kelas siswa harus mengikuti ekstrakurikuler dan mengerjakan pekerjaan
rumah. Jika dijumlahkan jam yang dibebankan pada siswa justru membuat siswa tidak
ada waktu untuk istirahat. Beban belajar siswa di Indonesia kelebihan 20% jika
dibandingkan dengan beban belajar siswa di luar negeri yang beban belajar siswa
berkisar 800-900 jam per tahun. Oleh karena itu, kurikulum harus dirancang sesuai
komponen-komponen kurikulum dalam rangka lebih mengembangkan segala potensi
yang ada pada peserta didik.
2
BAB II
Untuk memecahkan masalah yang ada dalam bagian permasalahan di atas, maka
dari itu perlu adanya koreksi terkait apa yang sangat mendasari permasalahan itu terjadi.
Yang di tangkap oleh penulis disini adalah bagaimana cara kita sebagai calon pendidik
untuk menganalisis praktek pengembangan kurikulum di Indonesia dan memahami
komponen-komponen kurikulum yang tepat dan efektif untuk diterapkan siswa/siswi
kita.
a. Komponen tujuan
3
setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang
akan atau harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Meskipun rumusan tujuan pendidikan dari suatu negara dengan negara lain berbeda,
tetapi sebenarnya memiliki esensi yang sama secara umum. Menurut Sadulloh (1994)
yang mengutip pendapat Hummel, tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau
tiga jenis nilai utama yaitu:
(1) otonomi yang memberikan setiap individu dan kelompok untuk memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan mereka mengelola kehidupan
mereka sendiri;
(3) survival, memberi izin kepada semua bangsa untuk menularkan dan memperkaya
warisan budaya kepada semua generasi dengan memberikan panduan pendidikan
untuk saling memahami.
4
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan kurikulum biasanya terbagi atas tiga level atau tingkatan, yaitu sebagai
berikut.
1) Tujuan Jangka Panjang (aims) Tujuan ini, menggambarkan tujuan hidup yang
diharapkan serta didasarkan pada nilai yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak
berhubungan langsung dengan tujuan sekolah, melainkan sebagai target setelah
anak didik menyelesaikan sekolah, seperti; “bertanggung jawab sebagai warga
negara”, “bangsa berbangsa Indonesia” dan sebagainya.
2) Tujuan Jangka Menengah (goals) Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang
berdasarkan pada jenjangnya, terdapat tujuan sekolah SD, SMP, SMA dan lain-
lainnya.
Dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua tujuan, yaitu sebagai
berikut.
1) Tujuan yang dicapai secara keseluruhan Mata Pelajaran/Bidang Studi Tujuan ini
biasanya meliputi aspek-aspek pengetahuan (pengetahuan), keterampilan
(psikomotor), sikap (afektif), dan nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki oleh
5
para lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Hal tersebut juga disebut
tujuan lembaga (institusional).
2) Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi Tujuan ini biasanya disebut
dengan tujuan kurikuler. Pada kurikulum yang sekarang berlaku, tujuan ini
tertulis dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Mata
Pelajaran, Kompetensi Dasar. Setelah dijabarkan oleh guru diperoleh Indikator
dan Tujuan Pembelajaran.
b. Komponen isi/materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program tiap-tiap bidang studi tersebut.
Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan
yang ada.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menentukan isi atau content yang
dibakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu perencana kurikulum harus menyeleksi
isi agar menjadi lebih efektif dan efisien. Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan,
antara lain sebagai berikut.
6
Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminologi, orang, dan tempat serta kejadian
5) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
9) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
10) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata
dalam garis besarnya.
7
11) Postulat, adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan.
Dalam biologi postulat yang terkenal adalah postulat Koch tentang kuman
penyebab penyakit.
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pengajaran, tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal
itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur
kegiatan, baik yang secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam
pengajaran.
8
melakukan praktik pemecahan masalah. Kesempatan semacam itu dapat diperoleh siswa
jika pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah seperti inkuiri,
diskoveri dan yang sejenis dengan itu.
Komponen ini sangat penting dalam sistem pembelajaran, sebab diharapkan melalui
proses belajar mengajar akan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik. Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan indikator
keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
9
f. Komponen evaluasi
Sementara itu, dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
sebagai evaluasi program, untuk mengakses kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas
pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.
Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan
proses dan hasil belajar siswa.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah
dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan
10
peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran,
cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya (Sukmadinata, 1997)
1) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan
dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan, seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan,
sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah
ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
11
4) Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup:
jangka pendek dan jangka lebih panjang.
Lebih lanjut Lubis Hasibuan menyatakan bahwa persoalan pokok dalam sistematika
kurikulum adalah apa yang menjadi fungsi dari suatu komponen kurikulum terhadap
komponen kurikulum yang lain, sehingga penataan terhadap fungsi dari komponen-
komponen kurikulum itu membentuk sistematika komponen kurikulum yang lebih utuh
dan sistematis diimplementasikan. Berkaitan dengan itu dapat dikemukakan beberapa
contoh seperti tertera berikut ini:
1) Apakah tujuan pendidikan telah dirumuskan atas dasar materi kurikulum yang
sudah tersedia, ataukah sebaiknya, tujuan pendidikan terlebih dahulu harus
dirumuskan dan tujuan tersebut adalah menentukan materi apa yang harus
disusun guna mencapai target pendidikan dimaksud.
3) Apakah mutu kurikulum yang hendak disesuaikan dengan potensi dan stabilitas
peserta didik, atau peserta didik itu yang dituntut untuk menguasai kurikulum
dengan mutu yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
12
dalam buku (dokumen) kurikulum jarang dicantumkan alasan-alasan mengapa suatu
komponen kurikulum ditempatkan pada urutan tertentu.
Isi / Materi
Ujian
Gambar Model 3
14
Meskipun diakui bahwa model ketiga di atas dipandang lebih representatif dari
model satu dan dua, namun model ketiga juga masih dipandang belum utuh untuk
merepresentasikan semua komponen kurikulum.
Dari berbagai persoalan yang belum terjawab yaitu persoalan yang
mempersoalkan tentang tujuan, yaitu pertanyaan:
7) Apakah yang saya harapkan dari para peserta didik supaya saya dapat
mengetahui keberhasilan dari tujuan pengajaran yang saya lakukan?
Dengan munculnya pertanyaan ke tujuh di atas, maka lahirlah model
pengembangan komponen kurikulum yang sudah dipandang representatif seperti terlihat
pada gambar berikut:
Gambar Model 4
15
2.3 Praktek Pengembangan Kurikulum di Indonesia
Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia
pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran :
kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya 9. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang
tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
16
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan materi pelajaran
dirinci lagi : petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK) materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 menyungsung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,mendiskusikan, hingga mela
porkan. Model ini disebut Cara belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leamin
g (SAL). Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat
adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Penolakan CBSA bermunculan.
17
Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran
diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Kurikulum ini memiliki
empat komponen utama, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas,
kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan berbasis sekolah. Meski baru diujicobakan,
tapi di sejumlah sekolah kota-kota di pulau jawa, dan kota besar di luar pulau jawa telah
menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa
sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
KTSP 2006
Asal 2006 uji coba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka
dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mengharapkan siswa produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
Menggunakan pendekatan saintifik. Pelajarannya digabungkan secara keseluruhan
dikaitkan antara pelajaran yang satu dengan yang lain. Berorientasi pada pembentukan
karakter siswa. Mendidik siswa untuk melakukan pengamatan/observasi, bertanya dan
bernalar.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
3.2 Saran
komponen kurikulum.
Kita sebagai mahasiswa yang akan menjadi calon pendidik juga harus bisa
memahami komponen-komponen kurikulum, pengembangannya, serta bagaimana
prakteknya pada pembelajaran di sekolah agar dapat menjadi bekal kita untuk dapat
mengajarkan para peserta didik dengan kurikulum yang tepat sasaran. Kita juga
diharapkan bisa untuk lebih berinovasi lagi untuk mengembangkan pendidikan di
Indonesia agar bisa menarik perhatian seluruh siswa di sekolah dan mau ikut serta
dalam pembelajaran.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://lesmananugraha.blogspot.com/2014/09/pengertian-kurikulum-dan-
komponen.html
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-
kurikulum/
https://rinidelmasari.wordpress.com/2015/01/16/makalah-praktek-pengembangan-
kurikulum-di-indonesia/
https://www.academia.edu/36999148/Praktek_Pengembangan_Kurikulum_di_Indone
sia_docx
https://www.banjirembun.com/2013/01/komponen-komponen-dan-model.html
https://www.academia.edu/31465676/MAKALAH_KOMPONEN_KURIKULUM
21