Disusun Oleh :
Kelompok 1
Naza Aulia Rahmah : 202213500129
Regghina Meybella S. : 202213500179
Tarsila Thesa Felndity : 202213500145
Faizah Jahro Rusyna : 202213500097
Eleonora Nabilah Putri : 202213500206
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen Dr. Soeparlan Kasyadi, Dr.,
M.M. M.M. atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah
sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua
pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang Pengertian dan
Unsur-Unsur Pendidikan. Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan
bagi kita semuanya. Amin.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
2.2.2 Pendidik........................................................................... 10
3.2 Saran.................................................................................. 20
PENDAHULUAN
a. Tujuan Pendidikan.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Nah maka dari itu Ada berapa hal yang menyebabkan mengapa tujuan
khusus itu diperlukan antara lain:
1) Pengkhususan tujuan memungkinkan dilaksanakannya tujuan umum melalui
proses pendidikan.
2) kekhususan dari peserta didik, yaitu yang terkait dengan jenis kelamin,
pembawaan dan minatnya, kemampuan orang tuanya, lingkungan
masyarakatnya.
3) Kepribadian yang menjadi sasaran untuk dibentuk atau dikembangkan
bersifat kompleks sehingga perlu dirinci dan dikhususkan, aspek apa yang
akan dikembangkan.
4) Adanya tahap-tahap pengembangan pendidikan.jika proses dari satu tahap
pendidikan tercapai disebut satu tujuan sementara telah tercapai. Misalnya:
tujuan SD, tujuan SMP, dan seterusnya.
5) Adanya kekhususan masing-masing lembaga penyelenggara pendidikan
seperti pendidikan, kesehatan, pertanian dan laian-lain ataupun jalur
pendidikan seperti jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar
sekolah.
6) Adanya tuntutan persyaratan pekerjaan di lapangan yang harus dipenuhi oleh
peserta didik sebagai pilihan.
7) Diperlukannya teknik tertentu yang menunjang pencapaian tujuan leih lanjut
misalnya membaca dan menulis dalam waktu yang relatif pendek.
8) Adanya kondisi situasional, yaitu peristiwa-peristiwa yang secara kebetulan muncul
tanpa direncanakan.
9) Kemampuan yang ada pada pendidik
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas
proses pendidikan terbagi pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas
pengolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantungan.
Walaupun salah satu komponennya tidak cukupbaik, seperti tersedianya sarana
dan prasarana serta biaya yang cukup, tapi tidak ditunjang dengan pengolaan
yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikan
pula sebaliknya, jika pengolaannya baik tetapi di dalam kondisi serba
kekuranagan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
Konsep ini akan dikemukakan secara rinci karena mndasari arah baru dunia
pendidikan. Ide dan konsep pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur
hidup yang secara operasional sering pula disebut “pendidikan sepanajang raga”
bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai konsep yang lebih ilmiah dan sekaligus sebagai
gerakan global yang merambah keberbagai negara memang baru mulai dirasakan pada
tahun 70-an. Pada zaman Nabi Muhammad saw. 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu
telah disirkan atau dibentuk dalam suatu imbauan; “tuntutlah ilmu mulai sejak di buaian
hingga keliang lahat. Dalam kenyataan hidup sehari-hari.
PSH bertumpuh pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses bersinambungan yang berlangsung
sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang
lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh Comenius 3 abad yang lalu (di abad 16) dan
Jhon Dewey 40 tahun yang lalu (yaitu tahun 50-an). Tokoh pendidikan Johan Amos
Comenius (1592-1671) mencetuskan konsep pendidikan bahwa tujuan pendidikan adalah
untuk membuat persiapan yang berguna di akhirat nanti. Sepanjang hidup manusia adalah
proses penyiapan diri untuk kehidupan di akhirat. Dunia ini adalahbuku yang paling besar
dan paling lengkap yang tidak akan habis dikaji untuk dipahami dan diambil manfaatnya
sepanjang hayat.
Terdapat ciri khas PSH yang diharapkan menjadi pendidikan masa kini dan masa
mendatang yaitu:
a) PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan
nyata di luar sekolah.
b) PSH menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan. Sedangkan bersekolah hanya sebagian kecil dari keseluruhan
proses yang di alami seseorang selama hidup.
c) PSH lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan.
d) PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama
didalam proses pendidikan, yang mengarah pada pendidikan diri sendiri (self
education), autodidak yang aktif kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah,
dan tahan bantingan dan yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar belajar
(learning society)
Di samping cirri-ciri tersebut yang menjadi alasan mengapa PSH perlu digalakanb
adalah juga:
a) Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hidup.
b) Sekolah tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tak
menentuh dan cepat berubah.
c) Pendidikan masa balita mempunyai peranan penting sebagai pondasi pembentukan
kepribadian dan bagi aktualisasi diri. Sekolah tidak dapat mengisi pendidikan di masa
balita itu.
d) Sekolah tradisional mengganggu pemerataan keadilan untuk memperolah kesempatan
berpendidikan.
e) Biaya penyelenggaraan sekolah tradisional sangat mahal.
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut
demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadiyang memiliki ciri khas dan
otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna
memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik adalah:
a) individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik. Anak sejak lahir memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan atau di
aktualisasikan tersebut membutuhkan bantuan dan bimbingan.
Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam 3 lingkungan yaitu; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhddap pendidikan ialah orang
tua, guru, pemimpin, program pembelajaran, Latihan, dan masyarakat atau organisasi
Hal yang penting untuk diperhatiakn ialah persoalan kewibawaan.
a. apa yang dimaksud kewibawaan?
Kewibawaan merupakan suatu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain
sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan
tersebut.
b. Bagaimana kewibawaan timbul?
Kewibawaan mendidik hanya dimiliki oleh mereka yang sudah dewasa. Yang dimaksud
adalah kedewassan rohani yang ditopang kedewasan jasmani. Kedewasan jasmani
tercapai bila individu telah mencapai puncak perkembangan jasmani yang optimal; jadi
telah mencapai proporsi yang sudah mantap. Kedewasaan rohani tercapai bila individu
telah memiliki cita-cita hidup dan pandangan hidup yang tetap. Orang dewasa adalah
orang yang mampu mempertanggung jawabkan segenap aktifitas yang terkait dengan
statusnya, yang dimaksud dengan bertanggung jawab ialah kemampuan untuk
menyatukan diri dengan norma-norma dalam hidupnya
c. Bagaimana memelihara kewibawaan?
Ibarat cahaya lampu bagaimana pun juga suatu kewibawaan dapat memudar jika tidak
dirawat dan dibina. Ada 3 sendi kewibawan yang menurut M.J Langeveld harus dibina
(Langeveld,1995:42-44) yaitu kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.
d. Bagaimana kewibawaan di transformasikan?
~ Untuk dapat mengikuti kewibawaan maka peserta didik harus mengganti tentang
kewibawaan hal ini dapat diperoleh perantaraan, pergaulan dengan pendirian
~ harus menyadari bahwa ia hanyalah sekedar pengantar kewibawaan dan dirinya bukan
kewibawaan itu sendiri sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidik dalam
menggeluti kewibawaan yang dibencinya dibawakan oleh pendidik dan bukannya
menuruti pendidiknya.
Persyaratan tersebut harus diperhatikan agar jangan sampai salah arah sebab kesalahan
pemakaian alat dan metode menjadikan peserta didik frustasi dan mungkin salah arah.
Dengan demikian, system dapat diartikan sebagai suatu kesatuan integral dari
sejumlah komponen. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling
berpengaruh dengan fungsinya masing-masing, tetapi secara fungsi komponen-
komponen itu terarah padaa pencapaian satu tujuan (yaitu tujuan dari sistem).
2.3.2 Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen untuk
melihat komponen system Pendidikan. Toffler (1970) menganalogikan sekolah
dengan sebuah pabrik. Memang sebenarnya usaha Pendidikan itu tidak dapat
disamakan dengan pabrik. Tetapi dilihat dari segi proses mekanismenya, ada
persamaan antara keduannya. Yaitu:
Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses
menjadi (out put). Guru dan tenaga non guru, administrtasi sekolah, kurikulum,
anggaran Pendidikan, sarana dan prasarana merupakan masukan instrumental
(instrumental input) yang memungkinkan dilaksanakan pemrosesan masukan mentah
menjadi tamatan. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar,
kependudukan, politik dan keamanan Negara merupakan faktor lingkungan atau
masukan lingkungan (environmental input).
2.3.3 Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubahan Kedudukan dari
Sistem
Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing
sebagai suatu sistem. Pendidikan nonformal, pendidikan formal, dan pendidikan
informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
Pada gambar di bawah ini, pendidikan formal sebagai subsistem (komponen) dari
sistem pendidikan dapat merupakan sebuah system yang memiliki
subsistem/komponen-komponen: sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan
tinggi.
Pengajaran (Instruction)
- Lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetahuan tentang
bidang/program tertentu seperti pertanian kesehatan dan lain-lain.
- Makan waktu relatif pendek
- Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis.
Pendidikan (Education)
Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-
nilai)
Makan waktu relatif Panjang
Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi
Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah
sebagai berikut:
a) Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Masing-masing saling mengisi.
b) Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat
dipahami lebih baik.
c) Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan
membentuk wadah, sedang pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap
meskipun isi bervariasi dan berubah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anglin G.J.. 1991. Insructional technologi Past, Present, and Future.USA: Libraries Unlimited
Inc.
Shane, H.G.. 1984. Arti Pendidikan Bag i Masa Depan. Penterjemah: Dr. M.