Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN


( Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan)

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Naza Aulia Rahmah :  202213500129
Regghina Meybella S.  :   202213500179
Tarsila Thesa Felndity  : 202213500145
Faizah Jahro Rusyna : 202213500097
Eleonora Nabilah Putri : 202213500206

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN MIPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen Dr. Soeparlan Kasyadi, Dr.,
M.M. M.M. atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah
sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua
pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang Pengertian dan
Unsur-Unsur Pendidikan. Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan
bagi kita semuanya. Amin.

Jakarta, 14 September 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Be............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 1

1.3 Batasan Masalah.............................................................. 1

1.4 Tujuan Penulisan.............................................................. 2

1.5 Manfaat Penulisan............................................................ 2

1.6 Subjek dan Prosedur Penulisan.......................................... 2

BAB II ISI

2.1 Pengertian Pendidikan .................................................... 3

2.1.1 Batasan Tentang Pendidikan............................................ 3

2.1.2 Tujuan dan Proses Pendidikan......................................... 4

2.1.3 Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) .................. 6

2.1.4 Kemandirian Dalam Belajar ........................................... 9

2.2 Unsur-unsur Pendidikan................................................... 9

2.2.1 Peserta Didik..................................................................... 10

2.2.2 Pendidik........................................................................... 10

2.2.3 Interaksi Edukatif Peserta Didik dan Pendidik............... 11

2.2.4 Materi/Isi Pendidikan........................................................ 11


2.2.5 Konteks yang Mempengaruhi Pendidikan........................ 11

2.3 Pendidikan sebagai Sistem................................................ 12

2.3.1 Pengertian Sistem.............................................................. 12

2.3.2 Komponen dan Hubungan dalam Sistem.......................... 12

2.3.3 Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem Lain.......... 13

2.3.4 Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematis.......... 13

2.3.5 Keterkaitan antara Pengajaran dan Pendidikan................. 16

2.3.6 Pendidikan Prajabatan dan Pendidikan dalam Jabatan...... 17

2.3.7 Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal................... 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................... 20

3.2 Saran.................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA . ............................................................................ 21


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik


untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia seutuhnya. Tugas mendidik hanya
mungkin dilakukan dengan benar dan tepat sasaran, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas
tentang siapa manusia itu sebenarnya serta mengetahui pengertian dan unsur-unsur pendidikan .
Sebagai seorang calon pendidik kita pun harus melaksanakan tugas sebaik mungkin.
Karena pendidikan merupakan modal utama bangsa untuk menyonsong masa depan dan generasi
muda sekarang yang akan menjadi motor pengeraknya. Mengingat begitu pentingnya
pendidikan, maka para pendidik diharapkan dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam
proses pendidikan tersebut.
Untuk dapat menghindari kesalahan-kesalahan dan dapat melaksanakan tugas dengan
baik, maka kita harus mengetahui jawaban yang jelas dan benar tentang pendidikan itu
sebenarnya. Jawaban yang benar tentang pendidikan dapat diperoleh melalui pemahaman
terhadap unsur-unsur pendidikan, konsep dasar melandasinya, dan wujud pendidikan sebagai
sistem.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa isi, posisi tujuan, dan keharusan adanya rumusan pendidikan?
2) Apa unsur-unsur pendidikan dan makna yang terkandung di dalamnya?
3) Bagaimana arti pendidikan sebagai sistem ?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya permasalahan mengenai pembahasan tersebut, maka dalam hal
ini penulis akan membatasi masalah, yaitu:
1) Pengertian Pendidikan;
2) Unsur-unsur Pendidikan;
3) Pendidikan sebagai Sistem.
1.4 Tujuan Penulisan
1) Penulis dapat menjelaskan tentang pengertian dan unsur-unsur pendidikan.
2) Penulis dapat menjelaskan tentang makna-makna yang terkandung dalam unsur-unsur
pendidikan.
3) Penulis dapat menjelaskan tentang arti pendidikan dalam sistem.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Manfaat untuk mahasiswa
Penulis melakukan penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa, diantaranya dapat dijadikan sebagai salah satu solusi yang bisa menjembatani
permasalahan keterbatasan buku sumber yang dimiliki, sehingga kelak dapat menambah
wawasan mahasiswa dalam bidang pendidikan khususnya bagi calon-calon pendidik.
2) Manfaat untuk penulis
Manfaat untuk penulis yaitu memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pengertian
dan unsur-unsur pendidikan serta sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
3) Manfaat untuk penulis selanjutnya
Manfaat penulisan makalah ini untuk penulis selanjutnya adalah dapat digunakan sebagai
contoh dalam pembuatan makalah yang akan datang.

1.6 Subjek dan Prosedur Penulisan


Subjek penulisan yang di ambil adalah pengertian dan unsur-unsur pendidikan.
Prosedur penulisan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan bahasan yang akan dijadikan bahan penulisan.
2) Mengumpulkan informasi tentang pengertian dan unsur-unsur pendidikan.
3) Menyusun semua informasi yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah yang telah
diuraikan.
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN

2.1.1 Batasan Tentang Pendidikan


Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka
tidak semua batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti
pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli
beraneka ragam dan kandungannya berbeda dari yang satu dengan yang lain. Perbedaan
tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda


berdasarkan fungsinya.

a. Pendidikan sebagai Proses Transpormasi Budaya.


Sebagai proses transportasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain. Seperti bayi lahir
sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan
masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan
tertentu, larangan-larangan dan anjuran-anjuran, dan ajakan tertentu seperti
yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut Seperti bahasa, menerima
tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawian, bercocok tanam, dan seterusnya.
Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari
generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai
yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab dan lain-lain, yang kurang cocok diperbaiki, dan yang tidak cocok diganti
misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan kini diganti dengan
pendidikan seks melalui pendidikan formal.
Nah Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata
mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas
menyiapkan peserta didik untuk hari esok. Suatu masa dengan pendidikan yang
menuntut banyak persyaratan baru yang tidak pernah diduga sebelumnya, dan malah
sebagian besar masih berupa teka-teki. Dengan menyadari bahwa sistem pendidikan
itu merupakan subsistem dari sistem pembangunan nasional maka misi pendidikan
sebagai transpormasi budaya harus sinkron dengan beberapa penyataan GBHN yang
memberikan tekanan pada upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi


Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistemtis dan sistematik terarah pada terbentuknya kepribadian
peserta didik.
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu:
1) Pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa, oleh mereka yang
sudah dewasa, dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
2) Pendidikan diri sendiri.
Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Misalnya Bayi
yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan
juga kepribadian yang tertentu. ia baru merupakan individu, belum suatu
pribadi karena untuk menjadi suatu pribadi perlu didapatkan bimbingan,
latihan-latihan, dan pengalaman dalam bergaul dengan lingkungan sekitar
khususnya dengan lingkungan pendidikkan.
Bagi mereka yang sudah dewasapun perlu di tuntut adanya
pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan
meningkatnya tantangan hidup yang selalu berubah

Oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap


bersinambungan (prosedural) dan sistematik oleh karena berlangsung dalam semua
situasi kondisi, disemua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah,
dan masyarakat). Pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasaan serta harkat
dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat indonesia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga
mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembanguan bangsa.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara


Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara di artikan sebagai
suatu kegiatan terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga
negara yang baik. Bagi kita warga negara yang baik itu di artikan sebagai
pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara. hal ini di tetapkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa segala warga
negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dan tidak ada kecualinya.

d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja


Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing perserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.

d. Definisi Pendidikan Menurut GBHN


GBHN 1988 memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai
berikut: “Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangssa, mewujudkan
manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun
dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
Definisi tersebut menggambarkan terbentuknya manusia yang utuh sebagai
tujuan pendidikan. Pendidikan memperhatikan kesatuan aspek jasmani dan rohani,
aspek diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,
serta segi serba keterhubungan manusia dengan dirinya (konsentris), dengan
lingkungan sosial dan alamnya (horisontal), dengan tuhannya (vertikal).
2.1.2 Tujuan dan Proses Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang


sifatnya abstrak. Tujuan bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas
sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan
pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam
kondisi tertentu, tempat tertentu, dan dalam waktu tertentu dengan
menggunakan alat tertentu.

Nah maka dari itu Ada berapa hal yang menyebabkan mengapa tujuan
khusus itu diperlukan antara lain:
1) Pengkhususan tujuan memungkinkan dilaksanakannya tujuan umum melalui
proses pendidikan.
2) kekhususan dari peserta didik, yaitu yang terkait dengan jenis kelamin,
pembawaan dan minatnya, kemampuan orang tuanya, lingkungan
masyarakatnya.
3) Kepribadian yang menjadi sasaran untuk dibentuk atau dikembangkan
bersifat kompleks sehingga perlu dirinci dan dikhususkan, aspek apa yang
akan dikembangkan.
4) Adanya tahap-tahap pengembangan pendidikan.jika proses dari satu tahap
pendidikan tercapai disebut satu tujuan sementara telah tercapai. Misalnya:
tujuan SD, tujuan SMP, dan seterusnya.
5) Adanya kekhususan masing-masing lembaga penyelenggara pendidikan
seperti pendidikan, kesehatan, pertanian dan laian-lain ataupun jalur
pendidikan seperti jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar
sekolah.
6) Adanya tuntutan persyaratan pekerjaan di lapangan yang harus dipenuhi oleh
peserta didik sebagai pilihan.
7) Diperlukannya teknik tertentu yang menunjang pencapaian tujuan leih lanjut
misalnya membaca dan menulis dalam waktu yang relatif pendek.
8) Adanya kondisi situasional, yaitu peristiwa-peristiwa yang secara kebetulan muncul
tanpa direncanakan.
9) Kemampuan yang ada pada pendidik

Di dalam praktek pendidikan khususnya di sistem persekolahan terdapat


sejumlah tujuan. Umumnya ada 4 jenjang tujuan, yaitu: tujuan umum, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.

a) Tujuan umum pendidikan nasional indonesia ialah manusia pancasila.


b) Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan
tertentu untuk mencapainya. Misalnya, pendidikan tingkat SD berbeda
dengan tujuan pendidikan tingkat menengah dan seterusnya.
c) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajar.
Misalnya, tujuan IPA, IPS, Matematika, dan lain-lain.
d) Tujuan instruksional, yaitu materi kurikulum yang berupa bidang studi
terdiri dari pokok-pokok bahasan dan sub-subpokok bahasan. Tujuan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan disebut tujuan instruksional.

b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas
proses pendidikan terbagi pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas
pengolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantungan.
Walaupun salah satu komponennya tidak cukupbaik, seperti tersedianya sarana
dan prasarana serta biaya yang cukup, tapi tidak ditunjang dengan pengolaan
yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikan
pula sebaliknya, jika pengolaannya baik tetapi di dalam kondisi serba
kekuranagan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

Karna Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu


terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab
berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya
dimungkinkan karena adanya pengalaman belajar yang optimal itu. Disini jelas
bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan memegang peranan penting.
Pengelolaan pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena itu setiap guru wajib mengikuti dngan
seksama inovasi-inovasi pendidikan terutama yang diseminasikan secara meluas
oleh pemerintah seperti PPSI, belajar tuntas (mastery learning), pendekatan
CBSA dan keterampilan proses, muatan lokal dalam kurikulum, dan lain-
lainnya agar dapat mengambil manfaatnya.

2.1.3 Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)

Konsep ini akan dikemukakan secara rinci karena mndasari arah baru dunia
pendidikan. Ide dan konsep pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur
hidup yang secara operasional sering pula disebut “pendidikan sepanajang raga”
bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai konsep yang lebih ilmiah dan sekaligus sebagai
gerakan global yang merambah keberbagai negara memang baru mulai dirasakan pada
tahun 70-an. Pada zaman Nabi Muhammad saw. 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu
telah disirkan atau dibentuk dalam suatu imbauan; “tuntutlah ilmu mulai sejak di buaian
hingga keliang lahat. Dalam kenyataan hidup sehari-hari.

PSH bertumpuh pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses bersinambungan yang berlangsung
sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang
lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh Comenius 3 abad yang lalu (di abad 16) dan
Jhon Dewey 40 tahun yang lalu (yaitu tahun 50-an). Tokoh pendidikan Johan Amos
Comenius (1592-1671) mencetuskan konsep pendidikan bahwa tujuan pendidikan adalah
untuk membuat persiapan yang berguna di akhirat nanti. Sepanjang hidup manusia adalah
proses penyiapan diri untuk kehidupan di akhirat. Dunia ini adalahbuku yang paling besar
dan paling lengkap yang tidak akan habis dikaji untuk dipahami dan diambil manfaatnya
sepanjang hayat.

Selanjutnya PSH didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk


pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasiannya dan
penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda
ke usia palaing tua. (Cropley; 67).

Implikasi pendidikan sepanjang hayat


Dengan diterimanya konsep PSH sebagai konsep dasar pendidikan maka berarti
sifat kodrati pendidikan, yaitu upaya memperolaeh bekal untuk mengatasi masalah hidup
sepanjang hiduplebih menembus dan menjiwai penyelenggaraan semua sistem
pendidikan yang ada, yang sudah melembaga atau belum.

Terdapat ciri khas PSH yang diharapkan menjadi pendidikan masa kini dan masa
mendatang yaitu:
a) PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan
nyata di luar sekolah.
b) PSH menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan. Sedangkan bersekolah hanya sebagian kecil dari keseluruhan
proses yang di alami seseorang selama hidup.
c) PSH lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan.
d) PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama
didalam proses pendidikan, yang mengarah pada pendidikan diri sendiri (self
education), autodidak yang aktif kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah,
dan tahan bantingan dan yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar belajar
(learning society)

Di samping cirri-ciri tersebut yang menjadi alasan mengapa PSH perlu digalakanb
adalah juga:
a) Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hidup.
b) Sekolah tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tak
menentuh dan cepat berubah.
c) Pendidikan masa balita mempunyai peranan penting sebagai pondasi pembentukan
kepribadian dan bagi aktualisasi diri. Sekolah tidak dapat mengisi pendidikan di masa
balita itu.
d) Sekolah tradisional mengganggu pemerataan keadilan untuk memperolah kesempatan
berpendidikan.
e) Biaya penyelenggaraan sekolah tradisional sangat mahal.

2.1.4 Kemandirian dalam Belajar

a. Arti dan Prinsip yang Melandasi


kemandirian dalam belajar diartiakan sebagai aktivitas belajar yang
berlangsungnya lebih di dorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung
jawab sendiri dari pembelajar.
Konsep kemndirian dalam belajar betumpu pada prinsip bahawa individu yang
belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan,
pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri,
apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.
b. Alasan yang Menopang
Serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang memperkuat
konsep kemandirian dalam belajar. Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny
S.,1988: 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
1) perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para
pendidik (khususnya guru) mengajarkan konsep dan fakta kepada peserta didik.
2) Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif. Untuk mnghadapi
kondisi seperti itu perlu ditanamkan sikap ilmiah kepada peserta didik seperti
keberanian bertanya, berpikir kritis dan analitis dalam menemukan sebab-sebab,
dan pemecahan terhadap masalah.
3) Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mampu memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkret
dan wajar sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengalami atau
mempraktekan sendiri.
4) Dalam proses pendidikan dan pembelajaran konsep seyogianya tidak dilepaskan
dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

Konsep dasar kemndirian dalam belajar sebagaimana dikemukakan ini


membawa implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khususnya guru,
dan peranan peserta didik.

Belajar diartiakan sebagai aktivitas pengembanagan diri melalui pengalaman


bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar. Mengajar
diartikan sebagai aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara
menemukan sesuatu (bukan memberi sesuatu) berdasarkan kemampuan yang dimiliki
oleh pengajar.

2.2 UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

Proses pendidikan melibatakan banyak hal, yaitu:


1) Subjek yang dibimbing (peserta didik)
2) Orang yang membimbing (pendidik)
3) Interksi antara peserta didik dengan pendidik (intraksi edukatif)
4) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7) Tempat di mana pristiwa bimbinganberlangsung (lingkungan pendidkan)

2.2.1 Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut
demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadiyang memiliki ciri khas dan
otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna
memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik adalah:
a) individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik. Anak sejak lahir memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan atau di
aktualisasikan tersebut membutuhkan bantuan dan bimbingan.

b) Individu yang sedang berkembang.


Yang dimaksud dengan berkembang ialah perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik
secara wajar, baik di tujukan kepada diri sendiri ataupun penyesuaian dengan lingkungan.
Sejak manusia lahir atau masih berada dalam kandungan, ia berada dalam proses
perkembangan. Tiap fase berbeda dengan fase lainnya, perbedaan-perbedaan ini meliputi
minat kebutuhan, kegemaran, emosi, intelegensi. Perbedaan tersebut harus diketahui
pendidik pada masing-masinng tingkat perkembangan tersebut.

c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.


Dalam proses perkembangannya, peserta didik membutuhkan bantuan dan bimbingan.
Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak terlepas dari ibunya. Setelah ia
bertumbuh menjadi ddewasa, ia sudah dapat hidup sendiri, hal ini menunjukan bahwa ada
dua hal mengenjala peserta didik:
1) Keadaan yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan hal ini
menimbulkan kewajiban orang tua untuk membantunya.
2) Adanya kemampuan mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan bimbingan
agar bantuan bimbigan tersebut mencapai hasil, maka harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak.

d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.


Pada diri anak adad kecenderungan memantapkan diri, hal ini menyimpulkan kewajiba
orang tua untuk setapak demi setapak memberi kebebasan dengan dimaksudkan agar
peserta didik memperoleh kesempatan memantapkan diri, bertanggung jawab serta sesuai
dengan kepribadiannya sendiri.
2.2.2 Pendidik

Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam 3 lingkungan yaitu; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhddap pendidikan ialah orang
tua, guru, pemimpin, program pembelajaran, Latihan, dan masyarakat atau organisasi
Hal yang penting untuk diperhatiakn ialah persoalan kewibawaan.
a. apa yang dimaksud kewibawaan?
Kewibawaan merupakan suatu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain
sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan
tersebut.
b. Bagaimana kewibawaan timbul?
Kewibawaan mendidik hanya dimiliki oleh mereka yang sudah dewasa. Yang dimaksud
adalah kedewassan rohani yang ditopang kedewasan jasmani. Kedewasan jasmani
tercapai bila individu telah mencapai puncak perkembangan jasmani yang optimal; jadi
telah mencapai proporsi yang sudah mantap. Kedewasaan rohani tercapai bila individu
telah memiliki cita-cita hidup dan pandangan hidup yang tetap. Orang dewasa adalah
orang yang mampu mempertanggung jawabkan segenap aktifitas yang terkait dengan
statusnya, yang dimaksud dengan bertanggung jawab ialah kemampuan untuk
menyatukan diri dengan norma-norma dalam hidupnya
c. Bagaimana memelihara kewibawaan?
Ibarat cahaya lampu bagaimana pun juga suatu kewibawaan dapat memudar jika tidak
dirawat dan dibina. Ada 3 sendi kewibawan yang menurut M.J Langeveld harus dibina
(Langeveld,1995:42-44) yaitu kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.
d. Bagaimana kewibawaan di transformasikan?
~ Untuk dapat mengikuti kewibawaan maka peserta didik harus mengganti tentang
kewibawaan hal ini dapat diperoleh perantaraan, pergaulan dengan pendirian
~ harus menyadari bahwa ia hanyalah sekedar pengantar kewibawaan dan dirinya bukan
kewibawaan itu sendiri sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidik dalam
menggeluti kewibawaan yang dibencinya dibawakan oleh pendidik dan bukannya
menuruti pendidiknya.

2.2.3 Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dan Pendidik


interaksi edukatif paad dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta
didik dan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasikan
isi, metode, beserta alat-alat pendidikan.

2.2.4 Materi/Isi Pendidikan


Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi sudah diramu dalam kurikulum
yang akan disajiakan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi inti maupun
muatan lokal. Materi ini bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan
persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan
kebhinnekaan kekayaan budaya sesuai dengan kodndisi lingkungan. Dengan demikian
jiwa dann semangat bhinneka tunggal ika dapat ditumbuhkembangkan.

2.2.5 Konteks yang Mempengaruhi Pendidikan

a. Alat dan Metode


alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat
jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat dan metode
diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan yang
kuratif.
1) Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman.
2) Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiaki, misalnya ajakan, contoh,
nasihat, dorongan, pemberiankepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.
Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal yang
perlu diperhatiakan, yaitu:
a) Kesesuaiannya dengan tujuan yang diinginkan.
b) Kesesuaiannya dengan peserta didik.
c) Kesesuaiannya dengan pendidik sebagai si pemakai.
d) Kesesuaiannya dengan situasi dan kondisi saat digunakan alat tersebut.

Persyaratan tersebut harus diperhatikan agar jangan sampai salah arah sebab kesalahan
pemakaian alat dan metode menjadikan peserta didik frustasi dan mungkin salah arah.

b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)


lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

2.3 PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

2.3.1 Pengertian Sistem

Banyak definisi yang digunkan untuk menjelaskan arti kata “sistem”, di


antaranya sebagai berikut:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu
himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang M. Amirin 1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan
dan berkaitan sesuia dengan rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
(Tatang M. Amirin 1992:10)
Sekalipun demikian, definisi yang berbeda-beda mengenai sistem
mengandung unsur persamaan yang dapat dipandang sebagai ciri umum dari system,
yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstruktur
- Kesatuan tersebut terdiri dari sejumlah komponen yang saling berpengaruh
- Masing-masing komponen mempunyai fungsi tertentu dan secara bersama-sama
melaksanakan fungsi struktur, yaitu mencapai tujuan system.

Dengan demikian, system dapat diartikan sebagai suatu kesatuan integral dari
sejumlah komponen. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling
berpengaruh dengan fungsinya masing-masing, tetapi secara fungsi komponen-
komponen itu terarah padaa pencapaian satu tujuan (yaitu tujuan dari sistem).

2.3.2 Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen untuk
melihat komponen system Pendidikan. Toffler (1970) menganalogikan sekolah
dengan sebuah pabrik. Memang sebenarnya usaha Pendidikan itu tidak dapat
disamakan dengan pabrik. Tetapi dilihat dari segi proses mekanismenya, ada
persamaan antara keduannya. Yaitu:
Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses
menjadi (out put). Guru dan tenaga non guru, administrtasi sekolah, kurikulum,
anggaran Pendidikan, sarana dan prasarana merupakan masukan instrumental
(instrumental input) yang memungkinkan dilaksanakan pemrosesan masukan mentah
menjadi tamatan. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar,
kependudukan, politik dan keamanan Negara merupakan faktor lingkungan atau
masukan lingkungan (environmental input).

2.3.3 Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubahan Kedudukan dari
Sistem
Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing
sebagai suatu sistem. Pendidikan nonformal, pendidikan formal, dan pendidikan
informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
Pada gambar di bawah ini, pendidikan formal sebagai subsistem (komponen) dari
sistem pendidikan dapat merupakan sebuah system yang memiliki
subsistem/komponen-komponen: sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan
tinggi.

2.3.4 Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik

a. Cara Memandang Sistem


Perubahan cara memandang suatu system dari komponen menjadi system
ataupun sebaliknya suatu sistem menjadi komponen dari system yang lebih besar,
tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu system atau
dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
Jika sebuah komponen suatu system dipisahkan dari komponen-komponen
yang lain, dan dikaji secara tersendiri, maksudnya tidak lain ialah agar komponen
tersebut dapat dianalisis secara lebih mendalam. Bagian-bagianya
(subkomponennya) dapat dianalisis fungsinya secara lebih khusus dan mendalam,
demikian pula hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain dapat dipahami
lebih seksama, sehingga dapat ditemukan cara-cara pemecahan masalah secara lebih
baik.
Selanjutnya, memandang suatu system dalam konteks ruang lingkup yang
lebih besar (suprasistem) mempunyai manfaat agar kita memandang suatu persoalan
tidak lepas dari hal-hal yang melatarbelakangi atau yang mewadahinya. Sebab
dibalik sebuah system sebagai produk budi daya atau rekayasa, sperti system
pendidikan, tentu terdapat konsep dan cita-cita.

b. Analisis Sistem dalam Pendidikan


Penggunaan analisis system dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efisien dan efektif.
Prinsip utama dari penggunaan analisis system ialah: Bahwa kita
dipersyaratkan untuk berpikir secara sistematik, artinya kita harus memperhitungkan
segenap komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan.
Cara demikian, memungkinkan kita untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan
setelah melihat suatu alternatif sebagai satu-satunya yang dapat digunakan. Jika
seorang guru mendapati muridnya sering absen belajar, tidak sepantasnya terus
langsung menetapkan sebuah cara pemecahan, misalnya dengan menghukumnya,
dengan dalih karena murid tersebut pemalas. Cara demikian sangat tidak bijaksana
karena tidak didasarkan kepada cara pemecahan yang sistematik. Seorang guru harus
menempuh cara pendekatan yang sistematik (menyeluruh) dan berusaha melacak
semua hal yang diperkirakan menjadi penyebab masalah.
Berdasarkan pelacakan yang seksama terhadap hal-hal yang mungkin menjadi
penyebab, ditemukanlah bahwa murid tersebut banyak absen karena diberikan tugas
oleh pamannnya tempat menumpang untuk membantu menyiapkan kedai nasi
sehingga waktu belajar tersita. Jika demikian maka pemecahannya akan menjadi lain.
Tidak harus menghukumnya akan tetapi dengan pendekatan kepada pamannya agar
diberikan waktu untuk belajar.
Dengan demikian, jika tujuan system tidak tercapai sepenuhnya, maka dapat
diusahakan:
a. Menemukan komponen yang mengandung kelemahan.
b. Menemukan hubungan antarkomponen yang mengandung kelemahan; dan
c. Memperbaiki komponen dan ataupun hubungan antarkomponen yang lemah
tersebut.

c. Saling Hubungan Antarkomponen


Hubungan fungsional antarkomponen ini berupa hubungan yang bersifat
dinamis antarkomponen-komponen dan gerak fungsi dari seluruh komponen terarah
kepada tujuan system. Tanpa ada hubungan yng fungsional antarkomponen, suatu
komponen yang baik kondisinya praktis tidak mempunyai arti dalam pencapaian
tujuan sistem.
Dilihat dari segi pencapaian tujuan, pada prinsipnya setiap system dibangun
dengan maksud untuk pencapaian tujuan secara optimal. Jika optimasi pencapaiaan
tujuan tetap dipertahankan, akan tetapi masih terdapat komponen yang kualitasnya
kurang baik ataupun komponen yang berubah, logikanya harus ada komponen lain
yang dapat mengimbangi atau menutup kekurangan dengan menggantikan fungsi dari
komponen yang pertama tadi. Jika tidak, maka target tujuan tidak tercapai. Misalnya,
dalam system pengajaran, kekurangan pada komponen peralatan pengajaran tidak
mengganggu pencapaaian target tujuan system jika dapat diimbangi oleh komponen
guru yang mahir dalam mengajar. Demikianlah pula sebaliknya guru yang kurang
terampil dalam mengajar dapat ditunjang alat bantu mengajar yang memadai.

d. Hubungan Sistem dengan Suprasistem


Telah dijelaskan bahwa di dalm suatu system, komponen-komponen saling
berhubungan. Hal ini wajar, sebab pada dasarnya setiap system saling berhubungan
dengan sistem yang lain. Misalnya, sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem
Pendidikan. Satu sama lain tidak dapat dipisahkan antara sistem tersebut karena
terdapat hubungan fungsional yang bersifat saling menunjang. Oleh karena itu, sistem
Pendidikan hanya dapat berkembang dan terbina dengan baik apabila strategi
pengembangannya memindahkan pengembangan dari sistem-sistem yang lain.
Sistem-sistem yangn lain tersebut secara keseluruhan membentuk sebuah
suprasistem.

e. Proses dan Tujuan Sistem Pendidikan


Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa sistem Pendidikan memproses
masukan mentah dengan menggunakan masukan instrumental sehingga menjadi
keluaran yang dikehendaki, maka menjadi tujuan dari sistem Pendidikan.

2.3.5 Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan


Istilah pengajaran dapat dibedakan dari pendidikan, tetapi sulit dipisahkan. Jika
yang dipersoalkan atau yang menjadi tekanan aspeknya adalah ilmu pengetahuan maka
itu disebut dengan pengajaran. Akan tetapi, jika yang menjadi persoalan atau yang
menjadi tekanan aspeknya adalah pengembangan sikap maka itu disebut dengan
Pendidikan.

Pengajaran (Instruction)
- Lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetahuan tentang
bidang/program tertentu seperti pertanian kesehatan dan lain-lain.
- Makan waktu relatif pendek
- Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis.
Pendidikan (Education)
 Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-
nilai)
 Makan waktu relatif Panjang
 Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi

Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah
sebagai berikut:
a) Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Masing-masing saling mengisi.
b) Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat
dipahami lebih baik.
c) Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan
membentuk wadah, sedang pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap
meskipun isi bervariasi dan berubah.

2.3.6 Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan dalam Jabatan


(Inservice Education) sebagai Sebuah Sistem
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada
calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu seperti STM tiga
tahun, diploma III matematika tiga tahun, ataupun strata I jurusan matematika empat
tahun untuk dibekali menjadi pekerja di bidang teknik guru matematika pada SMP
ataupun guru matematika pada SLTA.
Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan
kepada orang-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain.
Tenggang waktunya sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, serempak dengan
kemajuan zaman dan perkembangan masyarakat, khususnya dunia kerja yang
semakin hari semakin berkembang dan semakin bervariasi. Sehubungan dengan itu,
terjadi pergeseran cara memandang kedua macam pendidikan tersebut.
Dahulu pada masa dimana pekerjaan lebih bersifat statis dan kurang
bervariasi, ada kecenderungan pendidikan prajabatan diutamakan sedangkan
pendidikan dalam jabatan tidak dipandang sebagi suatu yang penting selaku sarana
penyiapan tenaga kerja maupun selaku upaya pengembangan diri sebagai anggota
masyarakat yang senantiasa ditantang oleh kemajuan. Ada kecenderungan pendidikan
prajabatan menyediakan tenggang waktu yang cukup lama dengan maksud agar
calon-calon pekerja yang dididik dapat diberikan bekal semantap-mantapnya sebelum
terjun ke lapangan kerja.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa semakin hari porsi pendidikan
dalam jabatan semakin bertambah besar sehingga relaatif hampir sama dengan porsi
pendidikan prajabatan. Di samping itu, kedudukannya juga menjadi bertambah
penting. Dengan kata lain pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan
merupakan dua macam paket program pendidikan yang terikat dalam suatu system
pendidikan yang terpadu.

2.3.7 Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah Sistem


Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa
rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku. Mulai dari jenjang sekolah dasar (SD)
sampai dengan perguruan tinggi (PT). Bagi warga negara yang tidak sempat
mengikuti atau menyelesaikan Pendidikan pada jenjang tertentu disediakan
Pendidikan non-formal yang bentuknya beraneka ragam mulai dari paguyuban,
sarasehan, kursus-kursus, kejar paket A dan B sampai gerakan-gerakan seperti PKK.
Selanjutnya juga Pendidikan informal sebagai suatu fase Pendidikan yang berada di
samping dan di dalam Pendidikan formal dan non formal yang sangat menunjang
keduanya.

Hal-hal yang menjadi faktor pendorong perkembangan pendidikan nonformal ialah:


- Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak dapat melanjutkan sekolah.
Sedangkan mereka terdorong untuk memasuki lapangan kerja dengan harus
memiliki keterampilan tertentu yang dipersyaratkan oleh lapngan kerja.
- Lapangan kerja, khususnya sektor swasta, mengalami perkembangan cukup pesat
dan lebih pesat ketimbang peerkembangan sector pemerintah. Masing-masing
lapangan kerja tersebut menuntut persyaratan-persyaratan khusus, yang lazimnya
belum dipersiapkan oleh pendidikan formal..
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal
ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan
pendidikan daalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumber daya
manusia sangat tergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut
berperanan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa:


1) Pendidikan merupakan wahana penting untuk membangun mahasiswa. Pada gilirannya
manusia hasil pendidikan itu menjadi sumberdaya pembangunan. Karena itu, pendidik dalam
melaksanakan tugasnya diharapkan tidak membuat kesalahan-kesalahan dalam prosesnya.
Sebab kesalahan mendidik dapat berakibat fatal bagi generasi yang akan datang.
2) Kesalahan dalam mendidik hanya dapat dihindari jika pendidik memahami apa hakikat
pendidikan itu. Gambaran yang jelas dan benar tentang pendidikan dapat diperoleh melalui
pengkajian terhadap arti dan tugas pendidikan, konsep-konsep mendasarinya, unsur-
unsurnya, dan kepaduan antara unsur tersebut.
3.2 Saran
Setelah penulis membahas dan mengkaji tentang pengertian dan unsur-unsur pendidikan,
penulis mendapatkan banyak manfaat dari hasil pembahasan tersebut diantaranya pengetahuan
tentang hakikat suatu pendidikan dan tentunya unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Adapun
saran yang ingin disampaikan penulis dari pembahasan materi ini diantaranya:
1) Dengan mengetahui pengertian dan unsur-unsur pendidikan ini, minimal kita bisa
menerapkanya dalam pendidikan di negeri ini dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi
untuk pendidikan kita kedepannya.
2) Kepada pihak fakultas agar bisa menambah buku-buku penunjang yang dapat dimanfaatkan
oleh para mahasiswa, untuk menambah wawasannya dalam bidang pendidikan khususnya
bagi calon-calon pendidik.
3) Untuk para penulis yang akan datang hendaknya memilih objek penulisan yang lebih
menarik.
DAFTAR PUSTAKA

Anglin G.J.. 1991. Insructional technologi Past, Present, and Future.USA: Libraries Unlimited
Inc.

Conney, Semiawan.1988.Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.Gramedia.

Innotech. 1976. System Approach. Manila, (modele 16)

Mardiatmadja, B.S.. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kasinus.

Tatang, M. Amirin. 1992. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: Rajawali Pers.

Shane, H.G.. 1984. Arti Pendidikan Bag i Masa Depan. Penterjemah: Dr. M.

Ansyur. Pustekom Dikbud. Jakarta: CV Rajawali.

Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan Dan Belajar. Jakarta. PT Gramedia.

Tirtaraharja, Umar. 1990. Dasar-Dasar Kependidikan. Ujung Pandang: FIP-IKIP.

Conry, Setiawan.1988. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai