Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA


REFORMASI POLITIK
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pancasila)

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Putri Ra’ina : 202213500112
Jenny Aulia Defira : 202213500115
Naza Aulia Rahmah : 202213500129
Nur Zahratul Wardah : 202213500185

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini sebagai tugas mata kuliah Pancasila.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen Sumiah
Nasution, S.S., M.A. S.S., M.A. atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah
diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai yang kami harapkan. Dan
kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik. Untuk lebih jelas simak
pembahasannya dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran
sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.

Jakarta, 30 September 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Pengertian Paradigma ....................................................................... 3
2.2 Pengertian Reformasi ........................................................................ 4
2.3 Pancasila Sebagai Paradigma Politik ................................................ 5
2.4 Reformasi Partai Politik .................................................................... 8
2.5 Reformasi Atas Kehidupan Politik ................................................... 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 12
3.2 Kesimpulan ....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang yang tidak mengerti akan arti penting dari Pancasila
sebagai paradigma reformasi politik. Paradigma menempati posisi tinggi dan
penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila
secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas pancasila
sebagai dasar Negara.
Hal ini sesuai kenyataan objektif bahwa pancasila adalah dasar Negara
Indonesia, sedangkan Negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup
manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolak
ukur prnyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah
sebagai pijakan terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan Reformasi?
3. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma reformasi
politik?

1.3 Tujuan

Sudah merupakan Sunatullah bahwa siapapun yang membuat sesuatu


pastilah mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Begitu pula dengan makalah
ini, penulis juga mempunyai tujuan dan maksud dalam pembuatan makalah
ini, di antaranya sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan tentang pengertian pancasila.

1
2. Dapat menjelaskan tentang perngertian reformasi.
3. Dapat menganalisis teori tentang Pancasila sebagai paradigma
reformasi politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paradigma


Kata paradigma dari bahasa Inggris (paradigm), mengandung
pengertian sebagai model, pola atau contoh. Menurut Thomas S. Kuhn,
paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu
sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, serta cara penerapan
dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter
ilmu pengetahuan tersebut.
Paradigma juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan masalah yang dianut
oleh suatu masyarakat pada masa tertentu.Paradigma juga diartikan sebagai
pandangan mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, paradigma
sebagai alat bantu para ilmuan dalam merumuskan tentang apa yang harus
dipelajari, tentang apa yang harus dijawab, dan bagaimana seharusnya
menjawab yang berkaitan dengan persoalan tersebut. Pancasila sebagai
paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normative menjadi dasar,
kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia.
Nilai-nilai dasar pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia.
Hakikat manusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat
manusia yang momopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan
martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan
dilaksanakan diberbagai bidang yang mencangkup seluruh aspek kehidupan
manusia. Pembangunan meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan

3
pertahanan keamanan. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Meskipun sampai sekarang pemikiran tentang pancasila masih
bergerak disekitar pemahaman etnis, berupa sejumlah daftar kebajikan dan
keharusan dalam hubungan manusia. Implementasinya kedalam penghayatan
dan pengamalan nampaknya dipengaruhi oleh pemikiran theologies, seolah-
olah pancasila sudah mempunyai sistem smbol yang memenuhi diri.

2.2 Pengertian Reformasi


Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu
sistem negara dibawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan
membubarkan bangsa dan negara Indonesia. Bahkan pada hakikatnya
reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah
sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia,
yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada
masa orde lama maupun orde baru. Oleh karena itu proses reformasi walaupun
dalam walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus memiliki
platform dan sumber nilai yang jelas yang merupakan arah, tujuan, serta cita-
cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri negara
telah menentukan suatu asas, sumber nilai serta sumber norma yang
fundamental dari negara Indonesia yaitu Pancasila, yang bersumber dari apa
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai yang merupakan
pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan keadilan adalah ada secara objektif
dan melekat pada bangsa Indonesia yang merupakan pandangan dalam
kehidupan bangsa sehari-hari. Oleh karena itu bilamana bangsa Indonesia
meletakkan sumber nilai, dasar filosofi serta sumber norma kepada nilai-nilai
tersebut bukanlah suatu keutusan yang bersifat politis saja melainkan suatu
keharusan yang bersumber dari kenyataan hidup pada bangsa Indonesia
sendiri sehingga dengan lain perkataan bersumber pada kenyataan objektif

4
pada bangsa Indonesia sendiri. Maka dalam kehidupan politik kenegaraan
dewasa ini yang sedang melakukan reformasi bukan berarti kita akan
mengubah cita-cita, dasar nilai serta pandang hidup bangsa melainkan
melakukan perubahan dengan menata kembali dalam suatu platform yang
bersumber pada nilai-nilai dari sila-sila tersebut dalam segala bidang
reformasi, antara lain dalam bidang hukum, politik, ekonomi serta bidang-
bidang lainnya.
Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang
yang sering diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin
melakukan perubahan terhadap sumbernya itu sendiri. Mungkinkah reformasi
total dewasa ini akan mengubah kehidupan bangsa Indonesia menjadi tidak
berketuhanan, tidak berkemanusiaan, tidak berpersatuan, tiak berkerakyatan
serta tidak berkeadilan, dan kiranya hal itu tidak mungkin dilakukan. Oleh
karena itu justru sebaliknya reformasi itu harus memiliki tujuan , dasar , cita-
cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa Indonesia Nilai-nilai Pancasila
itulah yang merupakan paradigma Reformasi Total tersebut.

2.3 Pancasila Sebagai Paradigma Politik


Landasan aksiologis bagi sistem politik Indonesia adalah sebagaimana
terkandung dalam Deklarasi Bangsa Indonesia yaitu pembukaan UUD 1945
alinea IV. Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam pancasila
sabagai fondasi bangunan yang dikehendaki oleh para pendiri Negara kita
dalam kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana kerohanian.
Dalam realisasinya baik pada masa orde lama dan orde baru, Negara
mengarah pada praktek otoritarianisme yang mengarah pada porsi kekuasaan
yang terbesar kepada presiden.

Nilai demokrasi politik tersebut secara normatif terjabarkan dalam


pasal-pasal UUD 1945 yaitu

Pasal 1 ayat (2) menyatakan:

5
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat”

Pasal 2 ayat (2) menyatakan:

“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan


Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang”

Pasal 5 ayat (1) menyatakan:

“Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan


persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”

Pasal 6 ayat (2) menyatakan:

“Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan rakyat


dengan suara terbanyak”

Adapun esensi dari pasal-pasal tersebut berdasarkan UUD 1945 adalah:

 Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara


 Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh MPR
 Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, dan bertanggung jawab
kepada MPR
 Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh presiden baik sendiri maupun
bersama dengan lembaga lain, kekuatanya berada dibawah MPR atau
produk-produknya.

Perlu diketahui pula bahwa rakyat adalah asal mula kekuatan negara,
oleh sebab itu paradigma ini merupakan dasar pijak dalam reformasi politik.
Dan reformasi politik atas sistem politik harus melalui Undang-undang yang
mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap mendasarkan pada paradigma
nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

o Susunan Keanggotaan MPR

6
Untuk melakukan suatu perubahan terhadap susunan keanggotaan
MPR, DPR dan DPRD, terlebih dahulu harus melakukan reformasi terhadap
peraturan perundang-undangan yang merupakan dasar acuan penyusunan
keanggotaan MPR DPR. Susunan MPR yang termuat dalam Undang-undang
politik no.2/1985 dianggap tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila bahwa
kedaulatan adalah ditangan rakyat seperti yang tertuang dalam semangat UUD
1945. maka dari itu rakyat bertekad melakukan reformasi dengan mengubah
sistem politik tersebut melalui sidang istimewa MPR tahun 1998 yang
kemudian dituangkan dalam UU Politik tahun 1999, adapun perubahan yang
telah dilakukan antara lain pasal 2 ayat 2 yang menyatakan bahwa

1. Jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang


2. Jumlah anggota DPR hasil Pemilu sebanyak 500 orang
3. Utusan Daerah sebanyak 135 orang, yaitu 5 orang dari setiap Daerah
Tingkat 1
4. Utusan Golongan sebanyak 65 orang

Kemudian perubahan yang mendasar berikutnya pasal 2 ayat 3 yaitu


utusan daerah dipilih oleh DPR. Dan DPR dipilih berdasarkan hasil
pemilu yang bersifat demokratis.

o Susunan Keanggotaan DPR

Perubahan keanggotaan DPR tertuang dalam UU no.4 pasal 11 adalah sebagai


berikut:

1. Pasal 4 ayat 2 menyatakan keanggotaan DPR terdiri atas,

 Anggota partai politik hasil pemilu


 Anggota ABRI yang diangkat

2. Pasal 11 ayat 3 menjelaskan,

 Anggota partai hasil pemilu sebanyak 462 orang


 Anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang

7
Namun berkaitan dengan keanggotaan ABRI di DPR masih ada
sebagian masyarakat yang menolak, akhirnya berdasarkan sidang istimewa
MPR tahun 1998 anggota ABRI dikurangi secara bertahap. hal ini berdasar
pada pertimbangan dan hasil musyawarah masih perlu partisipasi ABRI dalam
sistem demokrasi demi persatuan dan kesatuan bangsa.

o Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat 1

Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat I yang tertuang dalam UU Politik no.4


tahun 1999, sebagai berikut :

a) Pasal 18 ayat 1 bahwa pengisian anggota DPRD Tingkat I dilakukan


melalui Pemilu dan pengangkatan
b) Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa DPRD I terdiri atas anggota partai
politik hasil pemilihan umum, dan anggota ABRI yang diangkat
c) Pasal 18 ayat 3 menyatakan jumlah anggota DPRD I ditetapkan sekurang-
kurangnya 45 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang termasuk 10%
anggota ABRI yang diangkat.

o Susunan Keanggotaan DPRD II

Susunan keanggotaan DPRD II yang tertuang dalam UU Politik No. 4 Tahun


1999 adalah :

a) Pasal 25 ayat 1, menyatakan pengisian anggota DPRD II dilakukan


berdasar pada hasil Pemilu dan pengangkatan
b) Pasal 25 ayat 2 menyatakan, DRPD II terdiri atas anggota partai politik
hasil Pemilu, dan anggota ABRI yang diangkat
c) Pasal 25 ayat 3 menyatakan, jumlah anggota DPRD II ditetapkan
sekurang-kurangnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 45 orang termasuk
10% anggota ABRI yang diangkat

Demikian perubahan atas UU tentang susunan Anggota MPR, DPR,


dan DPRD yang diharapkan mencerminkan nilai kerakyatan sebagaimana

8
terkandung dalam sila keempat Pancasila yang merupakan Paradigma
demokrasi.

2.4. Reformasi Partai Politik

Dalam UU Politik no.3 tahun 1975, Jo UU No.3 tahun 1985 ditentukan


bahwa partai politik dan golongan karya hanya meliputi 3 macam, yaitu,
Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi
Indonesia, ketentuan ini tidak mencerminkan nilai kerakyatan sebagaimana
terkandung dalam sila keempat Pancasila, dan tidak sesuai pula dengan
semangat UUD 1945 pasal 28, serta hakikat nilai Pancasila yang bermakna
keaneka ragaman akan tetapi tetap satu kesatuan. Dalam mengatur adanya
partai politik tertuang dalam UU no.2 tahun 1999 tentang partai politik yang
lebih demokratis dan memberikan kebebasan serta keleluasaan untuk
menyalurkan aspirasinya. Adapun ketentuanya adalh sebagai berikut:

a) Pancasila sebagai dasar negara dari NKRI dalam anggaran dasar partai
b) Asas atau ciri, aspirasi dan program partai politik tidak bertentangan
dengan pancasila
c) Keanggotaan partai politik bersifat terbuka untuk setiap warga negara
Republik Indonesia yang telah mempunyai hak pilih
d) Partai politik tidak boleh menggunakan nama atau lambang yang sama
dengan lambang negara asing, bendera kesatuan RI sang merah putih,
bendera negara asing gambar perorangan dan nama serta lambang partai
lain yang telah ada.

Atas ketentuan UU tersebut maka semakin banyak partai-partai politik


baru yang hingga saat ini mencapai 114 partai politik, namun pada
kenyataanya, yang memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu hanya 48 partai
politik. Dan partai itulah yang ikut dalam pemilu tahun 1999. dalam
pelaksanaan pemilu juga dilakukan adanya perubahan yang diatur dalam UU
no. 3 tahun 1999 tentang pemilu, yang berisi tentang kejujuran, keadilan,
langsung, umum, bebas, dan rahasia. Dan untuk penyelenggaraan pemilu

9
dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bebas dan mandiri,
yang terdiri atas unsur-unsur partai politik peserta pemilu dan unsur
pemerintah yang bertanggung jawab terhadap Presiden. Dengan adanya
ketentuan UU tersebut sistemik pelaksanaan Pemilu tahun 1999 akan bersifat
demokratis, bahkan ditambah dengan adanya kebebasan untuk membentuk
pemantau Pemilu baik dari dalam maupun luar negeri.

2.5. Reformasi atas Kehidupan Politik

Untuk mencapai kehidupan politik yang benar-benar demokratis maka


harus dilakukan dengan cara Revitalisasi politik yaitu dengan mengembalikan
Pancasila pada kedudukan serta fungsi yang sebenarnya seperti yang tertuang
pada UUD 1945.

Target yang sangat vital dalam proses reformasi dewasa ini adalah
menyangkut penjabaran sistem kekuasaan rakyat dalam sistem politik
Indonesia. Walaupun gelombang protes dari masyarakat yang merupakan
aspirasi murni dari rakyat untuk melakukan perubahan terhadap susunan
keanggotaan DPR, MPR tidakmungkin dilakukan hanya dengan sekedar copot
dan diganti dengan orang lain yang dianggap aspiratif tanpa melalui dasar-
dasar aturan normatif dan konstitusional. Oleh karena itu untuk melakukan
perubahan terhadap susunan keanggotaan MPR, DPR, maka terlebih dahulu
harus melakukan reformasi terhadap peraturan perundangan yang merupakan
dasar acuan penyusunan keanggotaan MPR, DPR.

Demi terwujudnya supra struktur politik yang benar-benar


demokratis dan spiratif maka sangat penting untuk dilakukan penataan
kembali infrastruktur politik, terutama tentang partai politik. Untuk itu perlu
dilakukan reformasi terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang partai politik tersebut. Pada masa orde baru ketentuan tentang partai
politik diatur dalam Undang-undang Politik yaitu UU No. 3 Tahun 1975 dan
UU No.3 tahun 1958, tentang partai politik dan golongan karya.

10
Para pendiri Negara serta penggali nilai-nilai pancasila menentukan
pancasila sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta
memformalkan UUD 1945 sebagai sebagai Undang-undang dasar Negara
dimaksudkan untuk mewujudkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tetapi dalam praktek pelaksanaannya tetapi ternyata berbeda
dengan nilai Pancasila serta semangat dalam UUD 1945. Pancasila sebagai
Dasar Negara, Asas Kerohanian Negara, sebagai Sumber Nilai dan Norma
Negara, suasana kerohanian dari UUD Negara dalam implementasinya
diperalat sebagai sarana legitimasi politik penguasa, untuk mempertahankan
kekuasaannya.

Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan melakukan


cita-cita kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dalam suatu kesatuan waktu
yaitu nilai masa lalu, masa kini dan kehidupan masa yang akan datang. Atas
dasar inilah maka pertimbangan realistik sebagai unsur yang sangat penting
yaitu dinamika kehidupan masyarakat, aspirasi serta tuntutan masyarakat.
Yang senantiasa berkembang untuk menjamin tumbuh berkembangnya
demokrasi di negara Indonesia.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Alasan Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik bangsa


Indonesia antara lain terletak pada kualitas yang terkandung di dalam
dirinya,maksudnya dengan karakteristik yang bermacam-macam kepribadian,
Pancasila sanggup mempersatukan perbedaan pandangan politik tersebut. Di
samping itu relevansinya juga terletak pada posisi komparatifnya terhadap
ideologi-ideologi lain sehingga bangsa kita meyakininya memahami dan
menghayati betul mengapa Pancasila adalah ideologi terbaik untuk dipakai
sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam membangun dirinya dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan politik adalah peran dan


fungsi Pancasila sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan
politik bangsa Indonesia. Sehingga Pancasila harus dijadikan paradigma
(kerangka berpikir, sumber nilai, dan orientasi arah) dalam pembangunan
politik hukum Indonesia yang akan menjadi cikal bakal sistem hukum
nasional Bangsa Indonesia.

3.2 Saran

Untuk membangun Politik Hukum dan Politik Demokrasi yang sehat


di Indonesia sudah seharusnya tetap berlandaskan kepada Pancasila, untuk itu
sebaiknya para penggiat demokrasi ataupun para pelajar sudah seharusnya
diberikan pendidikan khusus tentang Pancasila sebagai dasar politik hukum di
Indonesia.

Walaupun kedudukan Pancasila sangat kuat dan tidak dapat


tergantikan, selain diatur dalam pembukaan UUD 1945. Seharusnya nilai-nilai
Pancasila tersebut diatur secara tegas dan jelas ke dalam sebuah Undang-
undang agar setiap Peraturan Perundang-undangan yang berada di bawah
Pancasila dapat memasukan nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10092527/Pancasila_sebagai_Paradigma_Reformasi

https://bonaventura21.wordpress.com/2014/01/25/makalah-pancasila-sebagai-
paradigma-pembangunan-kehidupan-politik/

https://ojs.universitastabanan.ac.id/index.php/majalah-ilmiah-untab/article/
download/9/8

13

Anda mungkin juga menyukai