Anda di halaman 1dari 34

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM STRATEGI DAYA

SAING

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Eliana Sari, M.M.


Mata Kuliah: Sistem Informasi Manajemen

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi
Manajemen

Disusun oleh / Kelompok 5:

1. Salsa Nabilah 1103619067


2. Ibnu Akram 1103619070
3. Wulan Sari 1103619081
4. Hany Damar Muya P 1103619084

MANAJEMEN PENDIDIKAN 2019A


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin puji serta syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Strategi Daya
Saing”. Kami menyadari proses selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kami rahmat-Nya, sehingga makalah ini
tersusun dengan baik dan semestinya
2. Prof. Dr. Hj. Eliana Sari, M.M selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem
Informasi Manajemen
3. Teman-teman kami di kelas MP 2019 A yang mendukung kami dalam
membuat makalah ini.
4. Serta Orang tua kami yang selalu mendukung dan memberi motivasi kepada
kami agar terselesainya makalah ini sebagai proses pembelajaran dan
penugasan kami di mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.
Makalah ini disusun dan dibuat oleh kami untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Informasi Manajemen dan diharapkan memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya untuk kami sendiri. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terimakasih.

Jakarta, 7 Maret 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Lingkungan Pendidikan 4
B. Strategi Daya Saing Organisasi Pendidikan 16
C. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Daya Saing 18
BAB III PENUTUP 27
A. Kesimpulan 27
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai proses sistematis untuk meningkatkan harkat dan


martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi
kemanusiaan paling elementer yaitu afektif yang tercermin pada kualitas
keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian
unggul, dan kompetensi estetis, kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan
daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dan psikomotorik yang tercermin pada kemampuan
mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi
kinestetis dapat berkembang secara optimal. Pendidikan juga sebagai gejala
semesta dan berlangsung sepanjang hayat manusia (Drijarkara, 2006)

Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi


upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun
manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Untuk mewujudkan pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan pelayanan pendidikan yang dapat
dijangkau oleh seluruh warga negara Indonesia. Oleh karena itu, upaya
peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas
merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan
negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Pelayanan pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh warga negara
Indonesia dihubungkan dengan perkembangan teknologi informasi memberikan
kemudahan berkomunikasi tukar informasi sehingga tempat, waktu dan jarak
tidak lagi menjadi kendala. Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian

1
pesat tak lepas dari perkembangan teknik komputer. Kemajuan bidang komputer
dan

2
2

teknologi informasi ini juga memberikan dampak positif pada bidang pendidikan.
Aplikasi bidang teknologi komputer dan teknologi informatika yang paling
berpengaruh pada bidang pendidikan adalah pemakaian jaringan komputer dan
internet. Dengan internet layanan informasi pada sasaran didik tidak terbatas
ruang, tempat waktu dan jarak. Melalui internet layanan informasi dapat diberikan
sebagai sumber belajar, media belajar yang dapat dipelajari sesuai dengan
kecepatan belajar peserta didik.
Untuk media belajar tidak terbatas pada huruf dan gambar melainkan
dapat dikombinasikan dengan grafik, animasi, video, audio secara bersama-sama
sehingga media ini lebih dikenal dengan istilah multimedia. Pengaruh positif
pemanfaatan internet untuk pendidikan dalam membangun SDM dunia
pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan aplikasi IPTEK. Aplikasi
meliputi dunia industri agar lulusan mampu memenuhi tuntutan kompetensi dunia
kerja. Berdasarkan fakta tersebut salah satu cara untuk mampu mengikuti
perkembangan IPTEK yang cepat adalah selalu akses informasi yang up to date
dan semua itu dapat didapat melalui internet. Namun di dalam implementasinya
masih diperlukan dukungan sarana prasarana dan kemampuan SDM baik sebagai
penyedia, pengelola maupun pengguna informasi.
Pemanfaatan atau implementasi teknologi dalam kegiatan operasional
organisasi akan memberikan dampak yang cukup signifikan bukan hanya dari
efisiensi kerja tetapi juga terhadap budaya kerja baik secara personal, antar unit,
maupun keseluruhan institusi. Pengelolaan administrasi kerja berbasis teknologi
informasi juga harus mempertimbangkan pengembangan sumber daya manusia
(SDM) untuk mendukung optimalisasi pada pemanfaatan atau implementasi
teknologi informasi yang bertahap yang dimulai dengan perencanaan,
pengembangan, ahli kelola, operasional sampai dengan tahap pemeliharaan.
Dengan adanya teknologi informasi, maka produktivitas suatu organisasi
atau perusahaan akan meningkat, serta dapat membuat model pembelajaran yang
inovatif, karena pada dasarnya peranan teknologi informasi bagi setiap perusahaan
atau institusi bersifat unik dan spesifik. Hal tersebut disebabkan karena masing-
3

masing organisasi atau perusahaan memiliki strategi yang berbeda satu dengan
yang lainnya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan strategi daya saing dalam organisasi pendidikan?
3. Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dalam daya saing?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui pengertian dari lingkungan pendidikan.
2. Untuk mengetahui strategi daya saing dalam organisasi pendidikan.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan teknologi informasi dalam daya saing.

D. Manfaat

Makalah ini disusun agar pembaca memperoleh pemahaman sekaligus


untuk menambah wawasan mengenai pemanfaatan teknologi informasi dalam
peningkatan daya saing terkhusus dalam dunia pendidikan. Di dalam makalah ini
dipaparkan juga mengenai lingkungan pendidikan, strategi daya saing, serta
pemanfaatan teknologi dalam daya saing.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Lingkungan Pendidikan

1. Definisi Lingkungan Pendidikan


Ginanjar (2013) menyatakan lingkungan merupakan salah satu elemen
penting dalam proses pelaksanaan pendidikan bahwa lingkungan pendidikan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati,
makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.
Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat
anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga
pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus
menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Menurut Hasbullah (2003), lingkungan pendidikan mencakup:
a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam
b. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti
bahasa seni ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang
keagamaan; dan
c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga,
kelompok bermain, desa perkumpulan dan lainnya.
UUD 1945 mengamanatkan mengenai pentingnya pendidikan bagi
seluruh warga negara seperti tertuang di dalam Pasal 28B Ayat (1) bahwa
setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31 Ayat (1) bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Mencermati amanat yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 dan
beberapa pasal dalam batang tubuh UUD 1945 di atas, lembaga pendidikan
mempunyai peran penting dalam membantu tugas pemerintah dalam

4
5

mengupayakan terciptanya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan


efektif, sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang
bermutu tinggi, produktif, kreatif, dan memiliki daya kompetitif yang tinggi
dengan bangsa lain. Namun dalam kenyataannya, dunia pendidikan kita masih
dihadapkan pada persoalan rendahnya kualitas penyelenggaraan pendidikan
yang selama ini berlangsung.
Untuk itu lingkungan serta lembaga pendidikan memiliki pengaruh
penting. Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif bilamana
memberikan pengaruh sesuai dengan arah tujuan pendidikan. Lingkungan
bersifat positif ke arah dan tujuan pendidikan sebagai contoh mendidik agama
dalam lingkungan masyarakat yang agamis dengan kehidupan masyarakat
yang taat menjalankan agama dengan sarana peribadatan yang lengkap dan
memberikan dukungan positif bagi pendidikan agama. Sebaliknya lingkungan
masyarakat yang penuh dengan kejahatan serta minimnya sarana/ prasarana
keagamaan menyebabkan anak terpengaruh dengan lingkungannya dan akan
berbuat seperti apa yang ada dalam lingkungannya.
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda
terhadap peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis
lingkungan pendidikan tempat peserta didik terlibat didalamnya. Hal ini
karena masing-masing jenis lingkungan pendidikan memiliki situasi sosial
yang berbeda-beda. Intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik
tergantung sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan
fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik. 
Lalu, lingkungan pendidikan dan perkembangan teknologi informasi
memiliki keterkaitan yang sangat erat. Beberapa tahun belakangan ini
berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan
perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan
mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar,
audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang
salah satu diantaranya melalui jaringan Internet. Salah satu bidang yang
mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini
6

adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu


proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang
berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik
sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan
materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo,
2004), beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi
informasi. Untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan dunia
pendidikan dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan teknologi informasi
dalam bidang pendidikan. Dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi
bagi dunia pendidikan, maka dapat menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas dengan melakukan perbaikan kondisi pendidikan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pendidikan
adalah segala sesuatu baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun
peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang
dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu sebagai tempat
berlangsungnya proses pendidikan,

2. Fungsi Lingkungan Pendidikan 


Fungsi pertama lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik
dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan
fisik, sosial dan budaya terutama berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan secara optimal. Penataan
lingkungan pendidikan ini terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat
berkembang efisien dan efektif.
Perkembangan manusia dari interaksinya dengan lingkungan sekitar
akan berjalan secara alamiah, tetapi perkembangan tersebut tidak sepenuhnya
sesuai dengan tujuan pendidikan atau bahkan menyimpang darinya. Oleh
karena itu, diperlukan usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan
lingkungan sedemikian rupa agar mempunyai orientasi pada tujuan-tujuan
pendidikan.
7

Fungsi kedua lingkungan pendidikan adalah mengajarkan tingkah laku


umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu
dalam masyarakat. Hal ini karena masyarakat akan berfungsi dengan baik jika
setiap individu belajar berbagai hal, baik pola tingkah laku umum maupun
peranan yang berbeda-beda.
Dalam menjalankan kedua fungsinya, lingkungan pendidikan haruslah
digambarkan sebagai kesatuan yang utuh di antara berbagai ragam bentuknya.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara menyeluruh masing-masing
lingkungan mempunyai andil dalam mencapainya (Tirtarahardja, 2004). 

3. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan 


Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh
pendidikan secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan
pendidikan ada yang bersifat sosial dan material. Lingkungan pendidikan
secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang
disebut dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat,
hal itu sejalan yang dinyatakan oleh Langeveld bahwa yang bertanggung jawab
dalam pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat (Tirtarahardja,
2004). 
a. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga (Lingkungan Pendidikan
Informal) 
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak
yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental
maupun fisik dalam kehidupannya. Melalui interaksi dalam keluarga, anak
tidak hanya mengidentifikasi diri dengan orang tuanya, melaikan juga
mengidentifikasikan (menyatupadukan) diri dengan kehidupan masyarakat dan
alam sekitarnya. Pendidikan dalam lingkungan keluarga dimulai sejak anak
lahir ke dunia dari kandungan ibunya, dan berhenti apabila sang anak
meninggalkan keluarga asal untuk mendirikan keluarga baru.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan penting
dalam membentuk generasi muda. Keluarga disebut pula sebagai lembaga
8

pendidikan informal. Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang


tidak diorganisasikan secara struktural dan tidak mengenal sama sekali
penjenjangan kronologis menurut tingkatan umum maupun tingkatan
keterampilan dan pengetahuan. Persyaratan credential tidak dipakai oleh
karena itu tidak ada credential yang dihasilkan oleh penerima maupun yang
diwajibkan dari pemberi pendidikan. (Azra,1998).
Keluarga secara umum merupakan suatu lembaga yang terdiri atas
suami istri dan anak-anaknya yang belum menikah, hidup dalam sebuah
kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Secara etimologi menurut Ki
Hajar Dewantara (Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, 1991) kata keluarga berasal dari
kata kawula dan warga. Kawula berarti “Abdi”, yakni hamba dan Warga
berarti “anggota”. Secara abdi dalam keluarga wajiblah seseorang
menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarga. Apabila
ditinjau dari sosiologi, keluarga merupakan bentuk masyarakat  kecil yang
terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan yakni kesatuan
anatar ayah-ibu-anak, merupakan kesatuan terkecil dari bentuk kesatuan
masyarakat.
Ditinjau dari sudut pandang pedagogik, ciri khas suatu lembaga adalah
bahwa keluarga itu adalah merupakan suatu persekutuan hidup yang dijalani
rasa kasih sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk saling
meyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai orang tua.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga dapat dikatakan keluarga lengkap
apabila keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu dan anak.
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga tercipta
karena adanya ikatan antara ayah,ibu dan anak sehingga terjalin rasa kasih
sayang. 
1. Fungsi Keluarga 
Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya
agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi, dan
lingkungan. Demi perkembangan dan pendidikan anak, keluarga harus
9

melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan seimbang. M.I Soelaeman


(1994) mengemukakan beberapa fungsi keluarga yaitu: 
1) Fungsi Edukasi
Keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak-
anaknya agar menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri
sesuai dengan tuntunan perkembangan waktu.
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga mempersiapkan anak sebagai anggota masyarakat yang baik
dan berguna kehidupan di masyarakatnya.
3) Fungsi Proteksi
Keluarga sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai dan
tenteram bagi seluruh anggota keluarga.
4) Fungsi Afeksi
Keluarga sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dan
kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.
5) Fungsi Religius
Keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada
kehidupan beragama dengan menciptakan iklim keluarga yang religius
sehingga dapat dihayati oleh keluarganya
6) Fungsi Ekonomi
Meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan dan
pembelajarannya.
7) Fungsi Rekreasi
Keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan,
cerah, ceria, hangat dan penuh semangat. 
8) Fungsi Biologis
Keluarga sebagai wahana menyalurkan reproduksi sehat bagi semua
anggota keluarganya. 
10

2. Karakteristik Lingkungan Pendidikan Informal (Keluarga) 


Lingkungan pendidikan keluarga tergolong jalur pendidikan
informal, adapun karakteristiknya antara lain:
1) Tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan
karakter.
2) Peserta didiknya bersifat heterogen.
3) Isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/ tidak ada kurikulum
tertulis.
4) Tidak berjenjang.
5) Waktu pendidikannya tidak terjadwal secara ketat, relatif lama.
6) Cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar
7) Evaluasi pendidikan tidak sistematis dan insidental.
8) Credential tidak ada dan tidak penting. 

b. Lingkungan Pendidikan Sekolah (Lingkungan Pendidikan Formal) 


Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping keluarga
sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat
pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Karena sekolah tersebut
sengaja disediakan khusus untuk pendidikan yang sekaligus berfungsi
melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai ganti orang tua yang
harus ditaati.
Pendidikan di sekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal
karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan,isi, metode, alat-
alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan (Azra,1998).
Penjabaran fungsi sekolah memberikan pendidikan formal, terlihat pada
institusional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dan
tingkatan sekolah. Di Indonesia lembaga pendidikan formal pra sekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas yang
terdiri dari sekolah menengah umum dan kejuruan, serta perguruan tinggi
dengan aneka ragam bidangnya. Tujuan institusional untuk masing-masing
11

tingkat atau jenis pendidikan, pencapaiannya ditopang oleh tujuan-tujuan


kurikuler dan tujuan instruksional.
Sekolah hendaknya memberikan pendidikan keagamaan, akhlak sesuai
dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang diajarkan jangan
bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan keluarga. Karena
si anak akan mengahadapi pertentangan-pertentangan nilai-nilai, sehingga
mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan.
Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia
masuk sekolah sampai keluar sekolah dengan pendidiknya (guru) yang
mempunyai kompetensi yang profesional, personal, sosial dan pedagogis.
Mengacu pada Sistem sekolah sebagai pendidikan formal dirancang
sedemikian rupa agar lebih efektif dan lebih efisien, yaitu bersifat klasikal dan
berjenjang. Sistem klasikal memungkinkan beberapa sejumlah anak belajar
bersama dan dipimpin oleh seorang atau beberapa guru sebagai fasilitator.
Sebagai konsekuensinya mereka menerima materi yang sama. Untuk itu, pada
suatu kelas biasa murid-muridnya mempunyai kemampuan yang relatif sama
dari kelompok umur yang hampir sama pula. 
a. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah 
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan
nasional pembelajaran di sekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan
yang mengacu pada pendidikan nasional. Sekolah hendaknya berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan bertujuan berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah sebagai lembaga sosial melaksanakan fungsi sosial sebagai
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Soleh Sugianto
(Bambang Robandi, 2007) mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebagai
berikut: 
12

1) Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anak-anak


mempelajari cara-cara hidup di tempat mereka dilahirkan. 
2) Untuk mentransmisi dan mentransformasi kebudayaan, dan 
3) Menyeleksi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

c. Lingkungan Masyarakat (Lingkungan Pendidikan Nonformal) 


Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pendidikan berlangsung dalam
tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Masyarakat
mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling
ketergantungan dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama.
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri seperti yang dikemukakan
oleh Tirtarahardja dan La Sulo (2000), yaitu antara lain: 
a. Ada interaksi warga-warganya 
b. Pola tingkah laku warganya di atur oleh adat istiadat, norma-norma hukum
dan aturan-aturan yang berlaku. 
c. Ada rasa identitas yang kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan
wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap
kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangsa sebagai patriotisme,
jiwa korps, dan kesetiakawanan dan lain-lain.
Selanjutnya kaitan masyarakat dengan pendidikan menurut
Tirtarahardja dan La Sulo (2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan
maupun yang tidak dikembangkan. 
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan baik langsung maupun tidak langsung,
ikut mempunyai peran dan fungsi pendidikan. 
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
maupun yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam
bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu memperoleh manfaat dan
pengalaman hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain
manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-
13

sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan


sebagainya.

Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman


tentang berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan
sosial, politik kebudayaan dan sebagainya. Di dalam lingkungan masyarakat
setiap orang akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari orang-
orang yang ada disekitarnya, baik dari teman sebaya maupun orang dewasa
melalui interaksi sosial secara langsung atau tatap muka. Pengaruh pendidikan
tersebut dapat pula diperoleh melalui interaksi sosial secara tidak langsung. 
a. Bentuk Lingkungan Pendidikan Nasional 
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan nonformal sebagai
lingkungan pendidikan di luar keluarga dan diluar sekolah. Pendidikan
nonformal dapat terselenggara secara terstruktur dan berjenjang. Contoh
penyelenggaran pendidikan di dalam lingkungan pendidikan nonformal
yang terstruktur dan berjenjang antara lain Kelompok Belajar Paket A,
Paket B, Kursus Komputer dan bahasa inggris di lembaga kursus tertentu
juga ada yang terstruktur dan berjenjang dan lain-lain. Adapun contoh
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terstruktur dan tidak berjenjang
adalh ceramah agama yang ditayangkan di televisi, penyampaian informasi
melalui koran.
b. Tanggung Jawab dan Fungsi Pendidikan Nonformal 
Pendidikan nonformal selain menjadi tanggung jawab pemerintah,
juga menjadi tanggung jawab bersama para orang dewasa (masyarakat)
yang ada di lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Pendidikan dalam
lingkungan masyarakat dapat berfungsi sebagai pengganti, pelengkap,
penambah, dan mungkin juga pengembangan pendidikan di lingkungan
keluarga dan sekolah.
c. Kebudayaan sebagai Bagian dari pendidikan. 
Di masyarakat ada kebudayaan, sebagai gagasan dan karya
manusia beserta hasil budi dan karya akan selalu terkait dengan
14

pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya


manusia berupa norma-norma, nilai-nilai kepercayaan, tingkah laku dan
teknologi yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu.
Menurut Taylor (Made Pidarta, tanpa tahun) kebudayaan adalah
totalitas yang kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan,
seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang diperoleh orang sebagai masyarakat. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat (Tirtarahardja dan La Sulo, 2000). Kebudayaan dalam
arti luas dapat berwujud: 
a. Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya. 
b. Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat 
c. Fisik yakni hasil benda manusia.
Kebudayaan dengan wujud ideal merupakan hasil-hasil karya
manusia termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, UUD 1945 dimana
didalamnya tercantum dasar negara pancasila. Jadi pancasila merupakan
hasil karya bangsa Indonesia memiliki nilai kehidupan yang tinggi bagi
bangsa Indonesia, sehingga diakui dan dijadikan dasar dan pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.  
d. Masyarakat Kebudayaan, dan Pendidikan 
Antara kebudayaan, masyarakat dan pendidikan tidak dapat
dipisahkan, dimana kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian dari
masyarakat. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan
dirinya, yaitu manusia yang berbudaya. Kebudayaan itu sendiri dibentuk,
dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan. 
e. Karakteristik Lingkungan Pendidikan Nonformal 
Lingkungan pendidikan masyarakat seperti kursus, kelompok
belajar, majelis taklim, bimbingan tes, tergolong jalur pendidikan
nonformal adapun karakteristiknya antara lain:
1. Secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada
penegmbangan keterampilan praktis
2. Peserta didiknya bersifat heterogen
15

3. Isi pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis


4. apat terstruktur berjenjang dan berkesinambungan
5. Waktu pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal, lama
pendidikannya relatif singkat
6. Cara pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artificial mungkin pula
bersifat wajar,
7. Evaluasi pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula
tidak sistematis.
8. Credential mungkin ada dan mungkin pula tidak ada. 

f. Hubungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat


Pada masyarakat tradisional pendidikan cukup dilaksanakan di
lingkungan keluarga dan masyarakat saja. Akan tetapi dalam masyarakat
modern, keluarga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan dan aspirasi
pendidikan bagi anak-anaknya, baik menyangkut pengetahuan, sikap
maupun keterampilan untuk melaksanakan perannya dalam  masyarakat.
Dengan demikian, sekolah dan masyarakat berfungsi untuk melengkapi
pendidikan yang tidak bisa diberikan keluarga. Namun demikian, tidak
berarti bahwa keluarga dapat melepaskan tanggung jawab pendidikan bagi
anak-anaknya. Keluarga diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan
pendidikan di sekolah dan masyarakat.   
Peserta didik di sekolah berasal dari berbagai keluarga dengan latar
belakang sosial budayanya masing-masing. Sekolah mendapat mandat tugas
dan tanggung jawab pendidikan oleh para orang tua dan masyarakat. Sebab
itu, pendidikan disekolah tidak boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan
aspirasi keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan pendidikannya,
sekolah perlu bekerja sama dengan para orang tua peserta didik dan dan
berperannya Komite Sekolah.
Dewasa ini, sekalipun sekolah adalah tempat belajar, tetapi sekolah
tidak mampu memberikan keseluruhan kebutuhan pendidikan bagi peserta
didiknya, juga belum (tidak) mampu menampung seluruh anak usia sekolah.
16

Karena itu, pendidikan disekolah perlu dilengkapi, ditambah dan


dikembangkan melalui pendidikan di dalam lingkungan masyarakat. Bahkan
dalam konteks wajib belajar sembilan tahun, pendidikan di dalam
masyarakat seperti kejar paket A dan kejar paket B merupakan pengganti
pendidikan SD dan SMP. 

B. Strategi Daya Saing Organisasi Pendidikan

1. Definisi Strategi Daya Saing Organisasi Pendidikan

Secara umum menurut Sumihardjo (2009), beliau mendefinisikan


bahwa daya saing merupakan kekuatan untuk menjadi unggul dalam hal
tertentu yang dilakukan kelompok atau institusi. Sebuah kelompok atau
institusi yang berdaya saing tersebut memiliki keunggulan yang memunculkan
nilai yang lebih apabila dibandingkan dengan kelompok atau institusi lain.
Marginson dan Wende (2007) menghubungkan istilah daya saing dalam
dunia pendidikan dengan keunggulan. Dalam dunia pendidikan daya saing
dapat diartikan menjadi hal yang baik dan unik, memiliki reputasi yang baik,
mampu meningkatkan jumlah pelanggan (siswa), dikenal oleh masyarakat, dan
memiliki jaringan yang luas (Haan dan Yan, 2013). Melalui penelitian yang
dilakukan oleh beberapa institusi pendidikan dan Universitas di Belanda Haan
dan Yan menarik suatu pemahaman bahwa daya saing dalam sektor pendidikan
tergantung pada perbaikan dan peningkatan nilai internal yang ditentukan oleh
penilaian eksternal, seperti pertumbuhan jumlah banyaknya siswa, peningkatan
peringkat, perolehan prestasi, dll.
Michael Porter (1985) dalam Awwad (2013) menyatakan bahwa daya
saing adalah kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya
suatu kelompok atau institusi untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok atau institusi lain. Daya saing merupakan suatu proses
dinamis bukan sekedar dilihat sebagai hasil akhir. Hal ini dikarenakan
keunggulan bersaing berasal dari banyaknya aktivitas berlainan yang dilakukan
17

oleh kelompok atau institusi dalam mendesain, memproduksi, memasarkan,


menyerahkan dan mendukung produknya.
Untuk meningkatkan daya saing sekolah memerlukan strategi. Hamel
dan Prahalad (2014) mendefinisikan strategi sebagai sebuah latihan
memposisikan pilihan-pilihan institusi yang akan diuji dan dengan bagaimana
pilihan tersebut sesuai dengan struktur yang telah ada. Sedangkan rahayu
(2010) mendefinisikan strategi sebagai suatu kesatuan rencana yang luas dan
terintegrasi yang menghubungkan antara kekuatan internal organisasi dengan
peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya yang dirancang untuk
memastikan tujuan organisasi dapat dicapai melalui implementasi yang tepat.
Sehingga dapat kelompok kami tarik kesimpulan bahwa strategi daya
saing organisasi pendidikan merupakan cara/ kemampuan institusi pendidikan,
yang dalam konteks ini adalah sekolah, untuk menjadi lebih baik dan unggul
dalam memberikan pelayanan jasa pendidikan dibandingkan sekolah lain. Daya
saing unggul yang dimiliki sekolah tercermin dalam peningkatan jumlah siswa
baru yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh
sekolah.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Dalam Pendidikan


Daya saing sangat diperlukan dalam setiap institusi termasuk sekolah,
sebagai sarana untuk mencapai kesuksesan dan dapat bertahan dalam dunia
yang penuh dengan kompetisi. Daya saing yang dimiliki oleh sekolah
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting bagi terciptanya daya saing yang
sustainable bagi sekolah. Faktor-faktor tersebut dijabarkan untuk memperjelas
pemahaman berkaitan dengan daya saing sekolah. Menurut Mazzarol dan
Soutar (1999) memaparkan beberapa faktor yang mendukung daya saing
institusi pendidikan, diantaranya1:
1
Rukmanasari. (2016). Manajemen Dalam Peningkatan Daya Saing Pendidikan Jurnal Pendidikan, Vol. 3
No. 1 Juli-Desember. H. 23
18

a. Reputasi
Reputasi berpengaruh terhadap daya saing institusi (DeNisi, 2003).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Krismawintari (2011), reputasi
sekolah merupakan faktor penting yang mendasari orang tua siswa dalam
memilih sekolah. Reputasi sekolah tidak dapat secara instan oleh pihak
sekolah, dibutuhkan kerjasama kuat dan berkelanjutan oleh warga sekolah.
b. Sumber Daya Sekolah
Sumber daya sekolah merupakan faktor lain yang berpengaruh
terhadap daya saing sekolah. Sumber daya sekolah yang menunjang
terbentuknya daya saing antara lain kekuatan finansial. Finansial sekolah
sebagai sumber daya sekolah yang berperan penting untuk mendukung
penyelenggaraan program pembelajaran dan program kegiatan sekolah
berkualitas melalui ketercukupan dans.
Sumber daya lain adalah kemampuan sekolah untuk menciptakan
program sekolah yang memiliki sifat inimitable (sukar ditiru). Program
tersebut merupakan faktor pembeda yang dapat mempengaruhi pelanggan
(siswa) dalam mempertimbangkan institusi pendidikan yang akan dipilih.
c. Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan faktor potensial yang mendukung
keunggulan daya saing (Rohrbeck, 2010). Perkembangan dunia yang sudah
sangat bergantung pada teknologi informasi dan komunikasi modern
menjadi alat penting sekolah untuk mampu beradaptasi dan mengadopsi
teknologi tersebut. Penggunaan TI sebagai faktor pembentuk daya saing di
institusi pendidikan tidak terlepas dari bagaimana integrasi TI dalam
pembelajaran.
Penggunaan TI dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran (Tinio, 2003). Di samping itu teknologi
informasi juga dapat meningkatkan motivasi dan kecepatan proses belajar
siswa.
19

C. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Daya Saing

Menurut Davis F.D (1989) mengidentifikasikan pemanfaatan (usefulness)


sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu
subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Lalu,
menurut Thompson, et al, (1991; 1994) pemanfaatan Teknologi Informasi (TI)
merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI dalam melaksanakan
tugasnya.
Secara umum teknologi informasi adalah segala cara atau alat yang
terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan
atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang
bermanfaat bagi pemakainya. Teknologi informasi dapat membantu organisasi
dalam melaksanakan dan mencapai strategi organisasi secara keseluruhan. Dengan
teknologi informasi, organisasi dapat memanfaatkannya dan berfungsi untuk
tujuan operasional, pengawasan dan kontrol, perencanaan dan pengambilan
keputusan, komunikasi dan interorganisasi yang akan berdampak pada
peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas organisasi sehingga pada
akhirnya organisasi mencapai keunggulan. Pendayagunaan Teknologi Informasi
(TI) memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin kelancaran dan
optimalisasi layanan ke pelanggan serta meningkatkan kinerja suatu perusahaan.
Pemanfaatan atau implementasi teknologi dalam kegiatan operasional
organisasi akan memberikan dampak yang cukup signifikan bukan hanya dari
efisiensi kerja tetapi juga terhadap budaya kerja baik secara personal, antar unit,
maupun keseluruhan institusi. Pengelolaan administrasi kerja berbasis teknologi
informasi juga harus mempertimbangkan pengembangan sumber daya manusia
(SDM) untuk mendukung optimalisasi pada pemanfaatan atau implementasi
teknologi informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
dalam daya saing adalah usaha mengambil manfaat melalui cara atau alat yang
terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan
atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang
20

bermanfaat bagi pemakainya sehingga dapat meningkatkan nilai suatu organisasi


untuk menjadi lebih unggul.
Dengan adanya teknologi informasi, maka produktivitas suatu organisasi
atau perusahaan akan meningkat, serta dapat membuat model bisnis yang sulit
ditiru oleh pesaing, karena pada dasarnya peranan teknologi informasi bagi setiap
perusahaan bersifat unik dan spesifik. Hal tersebut disebabkan karena masing-
masing organisasi atau perusahaan memiliki strategi yang berbeda satu dengan
yang lainnya.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam suatu organisasi atau perusahaan
juga berkaitan dengan keunggulan kompetitif untuk meningkatkan kualitas
informasi, pengawasan kinerja organisasi atau perusahaan menggunakan
teknologi informasi baik sebagai alat bantu maupun strategi yang tangguh untuk
mengintegrasikan dan mengolah data dengan cepat dan akurat serta untuk
penciptaan produk layanan baru sebagai daya saing untuk menghadapi kompetisi.
Berikut terdapat pemanfaatan dan peranan teknologi informasi pada
aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar Abdul Kadir (2014: 15)
mengemukakan bahwa teknologi informasi secara garis besar mempunyai peranan
sebagai berikut:
1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam hal ini, teknologi
informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.
2. Teknologi informasi memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan
informasi terhadap suatu tugas atau proses.
3. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia.
Dalam hal ini, teknologi memiliki manfaat dalam melakukan perubahan-
perubahan terhadap sekumpulan tugas atau proses.
Lebih lanjut menurut Kosasih (2002) menjelaskan bahwa Penerapan
Teknologi ini dapat memberikan berbagai manfaat bagi pemakainya, baik manfaat
kualitatif dan kuantitatif. Manfaat kuantitatif atau tangible benefits terdiri dari
pengurangan biaya operasi dan perbaikan produk dan jasa yang ditawarkan.
Sedangkan, manfaat kualitatif atau intangible benefits dapat berupa: analisis data
dapat lebih cepat, penyajian laporan manajemen lebih baik, beberapa pekerjaan
21

dapat dilakukan oleh individu yang sama, penghematan waktu, akses data dapat
lebih tepat waktu, data yang disajikan lebih akurat dan perbaikan dalam
pengambilan keputusan.
Husein dan Wibowo menyatakan bahwa teknologi informasi berpengaruh
terhadap struktur organisasi, cara berbisnis, cakupan organisasi, pekerjaan dan
karir dari manajer organisasi. Teknologi informasi berdampak pada berbagai
aktivitas manajemen yang berhubungan dengan data dimana elemen utamanya
meliputi input atau perolehan data, pemrosesan data, penyimpanan data dan
perolehan kembali data yang menjadi hal yang sangat penting bagi organisasi.
Begitu juga pernyataan King et al (1991), dalam Ashton (1991) menyatakan
bahwa kemajuan teknologi informasi memungkinkan lebih banyak data dapat
dikumpulkan dengan cepat dalam lokasi yang jauh sekalipun, memungkinkan
peningkatan jumlah data yang disimpan agar siap diakses, menyebabkan data
yang dapat diproses dapat dimodifikasi dan ditampilkan kembali secara cepat,
serta memungkin manajemen memperoleh kembali data dari lokasi yang jauh
dengan cepat tanpa adanya perantara. (Rahmawati, 2009)
Pemanfaatan teknologi dalam kegiatan operasional organisasi akan
memberikan dampak yang cukup signifikan bukan hanya dari efisiensi kerja,
namun juga terhadap budaya kerja, baik secara personal, antar unit, maupun
keseluruhan institusi. Pemanfaatan teknologi informasi di organisasi
diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Ruliana, 2014), yaitu:
1. Perbaikan efisiensi; pemanfaatan teknologi informasi untuk perbaikan
efisiensi diterapkan pada tingkat operasional organisasi. Pada kategori ini,
pemanfaatan teknologi informasi diukur dengan penurunan waktu dan biaya
operasi.
2. Perbaikan efektivitas; pemanfaatan teknologi informasi untuk perbaikan
efektivitas diterapkan pada tingkat manajerial organisasi. Pada kategori ini,
pemanfaatan teknologi informasi diukur dengan kemudahan dan kecepatan
memperoleh status pencapaian target organisasi.
3. Peningkatan strategi; pemanfaatan teknologi informasi untuk peningkatan
strategi (daya saing) diterapkan pada tingkat eksekutif organisasi. Pada
22

kategori ini, pemanfaatan teknologi informasi diukur dengan kemudahan dan


ketepatan pengambilan keputusan eksekutif.
Teknologi Informasi sebagai suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, yaitu
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan
pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk
pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk
mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan
komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi
digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Dengan demikian, secara umum teknologi informasi dapat diartikan
sebagai suatu subjek yang luas yang berkenaan tentang teknologi dan aspek lain
tentang bagaimana melakukan manajemen dan pemrosesan pengolahan data
menjadi informasi. Teknologi informasi ini merupakan subsistem dari sistem
informasi (information system). Terutama dalam tinjauan dari sudut pandang
teknologinya.
1. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pendidikan Untuk
Meningkatkan Daya Saing
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat merupakan
potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Internet sebagai anak
kandung dari teknologi informasi menyimpan informasi tentang segala hal
yang tak terbatas, yang dapat digali untuk kepentingan pengembangan
pendidikan. Dengan internet belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.
Keberadaan teknologi informasi bagi dunia pendidikan berarti tersedianya
saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program
pembelajaran baik secara searah maupun secara interaktif sebagai upaya
peningkatan daya saing.
Pemanfaatan teknologi informasi ini penting mengingat kondisi
geografis Indonesia secara umum berada pada daerah pegunungan yang
terpencar ke dalam banyak pulau-pulau. Dengan adanya teknologi informasi
memungkinkan diselenggarakannya pendidikan jarak jauh, sehingga
23

memungkinkan terjadinya pemerataan pendidikan di seluruh wilayah bumi


Indonesia, baik yang sudah dapat dijangkau transportasi darat maupun yang
belum dapat dijangkau dengan transportasi darat. Dengan demikian
pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan mempunyai arti
penting terutama dalam rangka pemerataan pendidikan dan peningkatan
kualitas pendidikan di Indonesia.
Untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pendidikan,
ada beberapa langkah pengembangan yang dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut:
a. Merancang dan membuat aplikasi database, yang menyimpan dan
mengolah data dan informasi akademik, baik sistem perkuliahan, sistem
penilaian, informasi kurikulum, manajemen pendidikan, maupun materi
pembelajaran;
b. Merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis portal, web,
multimedia interaktif, yang terdiri atas aplikasi tutorial dan learning tool;
c. Mengoptimalkan pemanfaatan TV edukasi sebagai materi pengayaan
dalam rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan; dan
d. Mengimplementasikan sistem secara bertahap mulai dari lingkup yang
lebih kecil hingga meluas, sehingga memudahkan manajemen
pemanfaatan TI dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Sedang pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pendidikan
secara garis besar meliputi:2
a. Manajemen Sistem Informasi
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah sistem
informasi keorganisasian yang mendukung proses-proses manajemen.
SIM yang baik sangat membantu dalam efisiensi waktu dan materi
transaksi-transaksi organisasi serta mendukung fungsi operasi,
manajemen, dan pengambilan keputusan. Pemanfaatan teknologi
informasi untuk menjalankan sistem informasi memungkinkan aliran
2
Husaini. (2014). Pemanfaatan TI dalam bidang pendidikan Jurnal Mikrotik, Vol 2 No. 1. Mei
24

informasi berjalan dengan cepat dan akurat. Database online yang


dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan perguruan tinggi memudahkan
terjadinya pertukaran informasi dan data dengan cepat. Kemudahan ini
berarti efisiensi pelaksanaan pendidikan dalam segala hal.
Sistem informasi akademik dengan database online di lembaga
pendidikan sangat membantu orang tua untuk mendapatkan informasi
perkembangan anaknya setiap saat. Data base online memberikan
kemudahan-kemudahan informasi bagi peserta didik, orang tua maupun
masyarakat. Keberadaan WEB interaktif lembaga pendidikan
memudahkan komunikasi antara lembaga pendidikan dengan masyarakat
pelanggan. Visi, misi dan profil lembaga pendidikan dengan mudah dapat
diketahui oleh masyarakat secara umum, sehingga akan berdampak pada
meningkatnya minat masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut.
WEB akademik memberikan kemudahan peserta didik, dosen, karyawan,
orang tua, dan masyarakat, seperti kemajuan-kemajuan akademik peserta
didik, perkembangan harian, kewajiban administrasi, pendaftaran
mahasiswa baru dan lain-lain.
b. E-learning Menurut Onno W. Purbo (2002)
E-learning merupakan bentuk teknologi informasi yang diterapkan
di bidang pendidikan dalam bentuk maya. Melalui e-learning belajar tidak
lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Belajar dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja. Belajar mandiri berbasis kreativitas peserta didik yang
dilakukan melalui e-learning mendorong peserta didik untuk melakukan
analisa dan sintesa pengetahuan, menggali, mengelola, dan memanfaatkan
informasi, menghasilkan tulisan, informasi dan pengetahuan sendiri.
Peserta didik dilarang untuk melakukan eksplorasi ilmu pengetahuan.
E-learning dilakukan melalui jaringan internet, sehingga sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga siapa saja yang ada di berbagai
belahan dunia. Fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk
belajar melalui e-learning diantaranya: e- book, e-library, interaksi
dengan pakar, email, mailing list, newsgroup, world wide web (www),
25

dan lain-lain. Situs-situs yang menyediakan e-learning beberapa


diantaranya yaitu: edukasi.net, ilmu komputer, plasa.com, pintar
media.com dan banyak lagi situs lainnya.
Pelaksanaan e-learning dapat dilakukan oleh berbagai pihak.
Perguruan tinggi diharapkan mampu untuk menyelenggarakan e-learning
sendiri. Secara sederhana elearning dapat dilaksanakan oleh dosen dengan
membuat situs sendiri atau situs perguruan tinggi yang di-link dengan
situs- situs yang berkaitan dengan pelajarannya. Situs dapat diisi dengan
materi pelajaran yang dapat divisualisasikan, tugas-tugas dan evaluasi.
c. Media Pembelajaran
Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media pembelajaran
dapat melalui pemanfaatan internet dalam e-learning maupun penggunaan
komputer sebagai media interaktif. Diharapkan dengan penggunaan media
ini dapat merangsang pikiran, perasaan, minat serta perhatian peserta
didik sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi. Selain
itu, proses pembelajaran akan lebih efektif karena penggunaan media
pembelajaran memungkinkan teratasinya hambatan dalam proses
komunikasi guru-peserta didik seperti hambatan fisiologis, psikologis,
kultural, dan lingkungan.
Sebagian mahasiswa lebih mudah memproses informasi belajar
secara visual, sebagian lain lebih mudah memproses informasi melalui
suara (auditorial), dan sebagian lain lebih mudah memproses informasi
belajar dengan cara melakukan sentuhan/ praktek langsung atau kinestetik
(Bobby DePorter & Mike Hernacki, 1999).
Secara umum pemanfaatan teknologi informasi sebagai media
pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok. Pemanfaatan
kelompok pertama, memanfaatkan komputer sebagai media penyampaian
materi ajar, yang biasa dikenal dengan istilah Computer Assisted
Instruksional (CAI) atau Computer-Based Training (CBT). Pada
pemanfaatan jenis ini, informasi (materi belajar) yang hendak
disampaikan kepada peserta didik dikemas dalam suatu perangkat lunak
26

(program). Peserta didik kemudian dapat belajar dengan cara menjalankan


program atau perangkat lunak tersebut di komputer. Bila dirancang
dengan baik, dapat diciptakan paket program pembelajaran untuk
melakukan simulasi atau materi praktek, yang juga dapat memberikan
umpan balik secara langsung terhadap kemajuan belajar peserta didik
tersebut melalui rekaman hasil evaluasi belajar.
Media pendistribusian materi ajar melalui jaringan internet. Materi
ajar dapat dikemas dalam bentuk webpage, ataupun program belajar
interaktif (CAI atau CBI). Materi ajar ini kemudian ditempatkan di sebuah
server yang tersambung ke internet, sehingga dapat diambil oleh peserta
didik baik dengan menggunakan web browser atau file transport protocol
(aplikasi pengiriman file).
Pemanfaatan kelompok ketiga memanfaatkan teknologi informasi
sebagai media komunikasi dengan pakar, atau nara sumber, atau peserta
didik yang lainnya (teleconferences). Momen komunikasi ini dapat
digunakan untuk menanyakan hal-hal yang tidak bisa dimengerti, atau
mengemukakan pendapat supaya dapat ditanggapi oleh peserta didik yang
lain atau oleh guru. Dengan demikian, peserta didik bisa mendapat umpan
balik dari pakar atau dari narasumber serta dari teman peserta didik yang
lain mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman materi ajar.
d. Pendidikan Life Skill
Teknologi informasi dengan komputer sebagai jantungnya telah
memasuki berbagai aspek kehidupan. Hampir semua bidang pekerjaan
membutuhkan komputer. Pekerjaan yang membutuhkan keterampilan
menggunakan komputer terbuka luas. Keterampilan menggunakan
komputer merupakan salah satu kecakapan hidup yang sangat dibutuhkan
untuk bersaing dalam sistem ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.
Pendidikan teknologi informasi mengandung kecakapan hidup
yang dapat dikembangkan baik specific life skill maupun general life skill.
Kecakapan dalam mengoperasikan komputer menggunakan program, baik
aplikasi maupun bahasa pemrograman merupakan kecakapan hidup yang
27

bersifat vokasional. Sementara keterampilan menggali informasi internet


pada internet, mengolah dan memanfaatkannya merupakan general life
skill.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan antara bahwa upaya


peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas
merupakan mandat yang harus dilakukan Bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan
negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Pemanfaatan
teknologi informasi dalam bidang pendidikan mempunyai arti penting terutama
dalam upaya pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas
pendidikan.

Dalam dunia pendidikan perlu memanfaatkan TI (Teknologi Informasi)


untuk meningkatkan daya saing. Mengingat diera globalisasi ini arena persaingan
semakin kompetitif, dan bersifat mendunia. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pemanfaatan TI.
Dengan pemanfaatan TI akan mendorong kemajuan di dunia pendidikan.

Untuk pengembangan teknologi informasi di lembaga pendidikan, ada


beberapa langkah yang perlu dilakukan, antara lain yaitu: merancang dan
membuat aplikasi database; merancang dan membuat aplikasi pembelajaran
berbasis portal, web, multimedia interaktif, yang terdiri atas aplikasi tutorial dan
learning tool; mengoptimalkan pemanfaatan TV edukasi sebagai materi
pengayaan dalam rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan; dan
mengimplementasikan sistem secara bertahap. Pemanfaatan teknologi informasi
untuk proses pendidikan antara lain meliputi; manajemen sistem informasi (SIM),
e-learning, media pembelajaran, dan pendidikan life skill.

Sistem Informasi Manajemen dengan teknologi informasi sangat


dibutuhkan agar informasi yang disampaikan sangat informatif serta informasi
tersebut mampu dipertanggungjawabkan kebenarannya dan berdaya saing.

28
29

B. Saran

1. Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan


Pemanfaatan teknologi informasi diharapkan dapat membantu tenaga pendidik
dan kependidikan dalam mensukseskan pendidikan dan sekaligus dapat
meningkatkan kualitas pendidikan yang ada serta memiliki daya saing.
2. Peserta Didik
Dengan adanya teknologi informasi diharapkan peserta didik lebih mudah
dalam mempelajari dan mengakses segala informasi dalam dunia pendidikan.
3. Orang Tua
Dengan adanya teknologi informasi diharapkan orang tua dari peserta didik
mampu mengakses layanan informasi mengenai sekolah, dan informasi lain
dengan mudah dan dapat dipercaya tentunya melalui sumber resmi sekolah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, I. P. (2016). Strategi Bersaing Untuk Meningkatkan Daya Saing


Sekolah Tinggi Teologia di Ungaran . Jurnal Manajemen Pendidikan ,
3(2): 164-177.
Husaini, M. (2014). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Bidang Pendidikan.
Jurnal Mikrotik, 2(1).
Kadir, A. CH, T. (2003). Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: /Andi
Offset.
Kadir, A. (2002). Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Machmudi Moch. Ali. 2019. Peran Teknologi Informasi dalam Usaha Meraih
Kesempatan Masa Depan Organisasi. Jurnal TRANSFORMASI. 15(10).
Rahmawati, D. (2009). Peran Teknologi Informasi Dalam Hubungan Struktur
Organisasi Dengan Lingkungan (Suatu Kajian Teori). Jurnal Pendidikan
Akuntasi Indonesia, 7(2).
Sari, E. (2019). Manajemen Lingkungan Pendidikan. Jawa Timur: Uwais Press.
Sri Eka Pebruati, d. (n.d.). Pengaruh Aplikasi Teknologi Informasi Dalam
Peningkatan Daya Saing Perusahaan . Jurnal Profit, 7(1): 61-75.
Zahruddin. (2021, April 9). Pemanfaatan Teknologi Informasi di Institusi
Pendidikan. Retrieved from http://www.repository.uinjkt.ac.id/:
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49144/1/P
EMANFAATAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DI
%20INSTITUSI%20PENDIDIKAN.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai