Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

Pengantar Pendidikan
“Empat Pilar Pendidikan”

Disusun Oleh:

Kelompok 4 Kelas D

1) Rosdiana Sagita Fitri (E1A020100)


2) Rosita Yusrianti (E1A020101)
3) Safariyanti Manisa (E1A020102)
4) Setya Rangga Adi Wijaya (E1A020103)

Dosen Pengampu : 1. Tri ayu lestari S.pd.M.Pd

2. Dr. I putu Artayasa,M.Si

Pendidikan Biologi

Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mataram

2020 (Genap)
KATA PENGANTAR

AssalammualaikumWr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt Tuhan YME , karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai “Empat Pilar Pendidikan ” ini.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta agar pembaca lebih memahami arti mendalam dari
Empat Pilar Pendidikan . Dan juga makalah ini kami susun guna melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan .
Kami sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, harus banyak menambah refrensi kami dengan buku-buku
atau media yang mendukung kami dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada bapak/ibu dosen
kami karena telah membimbing kami, memberi ilmu yang bermanfaat bagi kami, sehingga kami tidak tahu harus dengan
apa membalas jasa mereka. Tetapi, dengan izin Allah SWT Tuhan YME kami hanya bisa memohon doa agar dosen
kami di berikan kemudahan dalam segala permasalahan yang mereka hadapi dan semoga mereka diberikan rahmat Allah
SWT Tuhan YME, surga di akhirat kelak, Aamiin.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dalam kesempatan ini pula
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di
masa yang akan datang dan semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat juga kita semua dapat mengambil
hikmah dari makalah ini sehingga dapat menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita semua.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Mataram, 10 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..…………………...………………… i

DAFTAR ISI………………………….……………………………………………………………..…………………. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...……………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………..…….…………...…………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..………………...………………….. 1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..………………...…………………….1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….………………..…………………... 2

A. Pengertian pilar pendidikan……………………………………………………………………………………….2


B. Pilar-pilar pendidkan yang ada……………………………………………………………………………………3
C. Garis besar mengenai keempat pilar pendidkan UNISCO………………………………………………………..5
D. Implementasi Empat Pilar Pendidikan di Indonesia……………………………………………………………6

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………..7

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………7
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………..7
C. Penutup………………………………………………………………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Zaman terus berjalan dan semakin modern, tantanganpun semakin banyak di hadapan mata. Sekarang
Indonesia  sedang mencanangkan untuk menghadapi MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean) 2015 dimana semua
masyrakat Indonesia secara tidak langsung tertuntut untuk mampu mengembangkan apa yang mereka miliki untuk
menhadapi hal itu. Dalam menghadapi tantangan di masa depan, seluruh masyarakat yang khususnya masih dalam dunia
pendidikan harus memiliki kualitas yang mendukung. Dalam upaya meningkatkan kualitas tersebut , tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun harus
menjadi hal yang lebih diutamakan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang
berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia
semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat
bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-
teki.
Kualitas pendidikan suatu bangsa tidak dengan sendirinya terwujud begitu saja, namun diperlukan adanya usaha
serta landasan dalam pemwujudannya. Sebagai mahasiswa jurusan keguruan dan ilmu pendidikan sudah selayaknya kita
mengetahui tentang pendidikan itu sendiri khususnya apa saja unsur-unsur pendidikan sampai dengan pilar-pilar
pendidikan. Disini dirasakan perlu mengetahui apa saja pilar-pilar dari pendidikan itu sendiri agar senantiasa para
penikmat pendidikan bisa berorientasi pada produk dan hasil belajar. kemudian agar kita sebagai mahasiswa yang
sedang belajar untuk dapat menguatkan sistem pendidikan khususnya pendidikan di Indonesia serta bagaimana kita bisa
mengkonstruksi dasar dari suatu pendidikan serta adanya oknum pendidikan yang belum bisa mengaplikasikan pilar-
pilar pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya sebagai berikut :
A. Apa pengertian pilar pendidkan?
B. Apa sajakah pilar-pilar pendidikan?
C. Bagaimana garis besar mengenai keempat pilar pendidikan UNISCO?
D. Bagaimana Implementasi Empat Pilar Pendidikan di Indonesia?

C. . Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang terdapat di dalam makalah ini adaalah sebagai berikut.
A. Untuk mengetahui pengertian pilar pendidikan.
B. Untuk mengetahui pilar-pilar pendidkan yang ada.
C. Untuk mendeskripsikan garis besar mengenai keempat pilar pendidkan UNISCO.
D. Untuk mendeskripsikan Implementasi Empat Pilar Pendidikan di Indonesia
BAB II
(PEMBAHASAN)

A. Pengertian Pilar Pendidikan


Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata “pilar” diartikan sebagai “tiang penyangga” (terbuat dari besi atau beton).
Kata pilar dalam bahasa inggris berarti pillars (sama artinya dengan pilar dalam bahasa indonesia).
Eksistensi pilar dalam berbagai hal bisa dikatakan sangat penting peranannya sebagai penopang agar menjadi suatu
yang utuh (unity). Bangunan atau rumahberangkat dari pondasi yang dilengkapi dengan pilar agar atap bisa berdiri kokoh dan
tidak kudah roboh sehingga tampak menjadi lengkap dan melengkapi.
Istilah pilar dalam pendidikan bisa menjadi bagian yang tak kalah penting, eksistensinya seperti halnya tujuan, sasaran,
instrument pendidikan, dll. Adapun maksud dari pembahasan pilar-pilar pendidikan adalah bahwa sendi pendididkan ditopang
oleh semangat belajar yang kuat melalui pola belajar yang berfisi kedepan dengan melihat perubahan-perubahan kehidupan.
Dalam pendidikan, belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan karena pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh
kembangakan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran (belajar mengajar). Belajar juga dikatakan
sebagai keyterm (kata kunci) paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah
ada pendidikan.
Hal ini juga melihat dari kondisi zaman yang cepat perubahan terutama di bidang teknologi dan informasi sehingga visi
pradigma pendidikan harus relevan yang kemudian di turunkan ke dalam metode pembelajaran. Yaitu merupakan paradigma
teching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi proses bagaimana “belajar
bersama anatar guru dan anak didik”. Guru dalam konteks ini juga termasuk dam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah
menjadi learning society (masyarakat belajar). Dalam paradigma ini, peserta didik tidak lagi disebut pupil (siswa) tapi learner
(yang belajar).
Sebagai objek sekaligus subjek pendidikan manusia menjadi titik sentral dalam proses belajar yang mengarah pada
tujuan pendidikan. Manusia belajar dari apa saja disekitarnya untuk survive sekaligus pengembangan potensi diri, lahir dari
ketidaktahuan dari rahim seorang ibu dalam di bekali penglihatan, pendengaran dan akal untuk digunakan dalam tugasnya
sebagai khalifatullah fil ardh.
Berangkat dari sinilah, paradigma learning ini diusung sebagai pilar pendidikan untuk kepentingan manusia dengan
perubahan zaman dan ini berangkat dari paradigma belajar. Jadi maksud dari pilar-pilar pendidikan yang kami maksud dalam
pembahasan ini adalah sendi-sendi pendidikan menurut UNESCO harus di topang setidaknya oleh empat hal, learning to
know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia yang berakal budi untuk mempersiapkan dirinya dalam
memasuki era tecnologi dan globalisasi dimasa kini dan akan datang. Kegagalan dalam pendidikan menyebabkan tidak
berkembangnya potensi siswa untuk menjadi manusia produktif dan berkualitas. Jadi pendidikan pada hakekatnya adalah hak
asasi manusia dalam proses mempersiapkan diri menuju masa depan yang lebih baik.
Paradigma pendidikan idealnya adalah untuk menciptakan generasi penerus bangsa dan kebutuhan masyarakat, baik
masyarakat umum maupun masyarakat dunia kerja dapat terpenuhi oleh anak-anak yang memiliki keterampilan dalam hal-hal
tertentu.
  Pilar merupakan sebuah penopang atau penyangga, dalam sebuah bangunan pilar yang dapat membuat bangunan
berdiri tegak dan kokoh. Dalam sistem pendidikan juga demikian terdapat pilar yang menjadi penyangga sehingga
sebuah sistem dapat berdiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak
ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan.Pada saat ini telah ada rumusan mengenai pilar tersebut yang
paling terkenal adalah 4 (empat) pilar pendidikan yang dirumuskan oleh Unesco yaitu : learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together atau belajar untuk mengetahui, belajar melakukan (berkarya), belajar untuk
menjadi (berkembang utuh), dan belajar untuk hidup bersama.
B. Makna Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO

1.   Learning To Know (  Belajar Untuk Mengetahui)


Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya berorientasi pada produk atau hasil belajar,
akan tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar. Dalam proses belajar, peserta didik bukan hanya menyadari apa
yang harus di pelajari tetapi juga diharapkan menyadari bagaimana cara mempelajari apa yang seharusnya dipelajari.
Kesadaran tersebut, memungkinkan proses belajar tidak terbatas di sekolah saja, akan tetapi memungkinkan peserta
didik untuk belajar secara berkesinambungan.
      Learning to know bukan sebatas proses belajar di mana pelajar mengetahui dan memiliki materi informasi
sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat, namun juga kemampuan untuk dapat memahami makna dibalik
materi yang telah diterimanya. Learning to know adalah suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
untuk menghayati dan akhirnya dapat merasakan serta dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan. Suatu proses
yang memungkinkannya tertanam sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk
mencari jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah. Belajar untuk mengetahui artinya bahwa seseorang harus
senang mencari tahu yang bertujuan untuk menjalankan proses pendidikan dengan baik.
Ada dua konsep yang perlu diterapkan oleh peserta didik dalam hal belajar yaitu apa yang perlu diketahui
dan  bagaimana cara efektif untuk mengetahuinya. Artinya bahwa dalam belajar untuk mengetahui, peserta didik harus
memiliki tujuan yang akan dicapainya, hal apa saja yang harus diketahuinya, dan bagaimanakah cara atau proses yang
harus ditempuhnya untuk dapat mengetahui hal-hal yang ingin ia ketahui.  Dalam  pengimplementasian “learning to
know” (belajar untuk mengetahui), guru atau pendidik memiliki pean yang cukup besar, karena lewat guru
atau  pendidik pulalah tunas tunas bangsa Indonesia berada, sehingga pendidik  harus mampu berperan sebagai berikut:
a.       Guru berperan sebagai sumber belajar
Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran. Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat
menguasai materi pembelajaran dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak didiknya.
b.      Guru  sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
c.       Guru sebagai pengelola
Guru berperan menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
d.      Guru sebagai demonstrator
Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan
memahami setiap pesan yang disampaikan.
e.       Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Perbedaan inilah yang
menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.
f.       Guru sebagai mediator
Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan juga harus memiliki keterampilan memilih
dan menggunakan media dengan baik.
g.      Guru sebagai Evaluator
Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut, guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan/ keefektifan metode mengajar.
Kiat-kiat Agar Menjadi Guru Favorit yaitu:
a) Sabar
b) Bisa menjadi sahabat
c) Konsisten dan komitmen dalam bersikap
d) Bisa menjadi pendengar dan penengah
e) Visioner dan misioner
f) Rendah hati
g) Menyenangi kegiatan mengajar
h) Memaknai mengajar sebagai pelayanan
i) Bahasa cinta dan kasih sayang
j) Menghargai proses

2.      Learning to do (belajar untuk menerapkan)


Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar mendengar dan melihat untuk
mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar dengan dan untuk melakukan sesuatuyang diperlukan dalam
menghadapi tantangan kehidupan. learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi pada pengalaman
langsung (learning by experience) Learning to do bukanlah pembelajaran yang hanya menumbuhkembangkan
kemampuan berbuat mekanis dan keterampilan tanpa pemikiran; tetapi mendorong peserta didik agar terus belajar
bagaimana menumbuhkembangkan kerja, juga bagaimana mengembangkan teori atau konsep. Learning to do tidak
hanya tertuju pada penguasaan suatu keterampilan bekerja, tetapi juga secara lebih luas berkenaan dengan kompetisi
atau kemampuan yang berhubungan dengan banyak situasi dan bekerja dalam tim.
     Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know.  Setelah peserta didik itu belajar mengetahui, belajar
untuk mencari hal-hal yang ingin diketahuinya, maka peserta didik tersebut diiringi dengan potensi yang dimilikinya, ia
harus harus bisa menghasilkan suatu karya dari potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan suatu proses untuk
mengembangkan diri individu, khususnya belajar di sini yaitu dalam pendidikan formal (lingkungan sekolah). Dalam hal
ini juga, Learning to do mempersiapkan perserta didik atau manusia untuk dapat bisa hidup di masyarakat, terjun ke
dunia kerja, menghasilkan kreativitas yang dimilikinya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan sebagai wadah
masyarakat dalam belajar seyogjanya dapat memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang
dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu)dapat terealisasi. Walau
sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat
juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang
kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan saja.
Sekolah juga berperan penting dalam menyadarkan peserta didik bahwa berbuat sesuatu begitu penting. Oleh karena
itulah peserta didik mesti terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tujuannya adalah agar peserta didik
terbiasa bertanggung jawab, sehingga pada akhirnya peserta didik terlatih untuk memecahkan masalah.

3.      Learning to be (Belajar untuk menjadi)


  Robinson Crussoe berpendapat bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri tanpa kerja sama atau dengan kata lain
manusia saling tergantung dengan manusia lain. Manusia di era sekarang ini bisa hanyut ditelan waktu jika tidak
berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to be akan menuntun peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu
menggali dan menentukan nilai kehidupannya dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat
sebagai hasil belajarnya.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hal
ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan,  pribadi anak serta kondisi lingkungannya.
Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan
sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat
diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. Menjadi diri sendiri diartikan
sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang
berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama.  Learning to be
yaitu mengembangkan kepribadian dirinya sendiri dan mampu berbuat dengan kemandirian yang lebih besar,
perkembangan dan tanggung jawab pribadi. Learning to be merupakan pelengkap dari learning to know dan learning to
do.
4.      Learning to live together
Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses
“learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup
bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah
yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan kemampuan yang dimiliki,
sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana
individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran
diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live
together). Konsep learning to live together tumbuh karena perlunya kerjasama dalam menyelesaikan proyek-proyek
kolaboratif. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah munculnya suatu konflik.
Tugas pendidik terkait dengan pilar ini adalah menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang keberagaman dalam
masyarakat dan menanamkan rasa saling ketergantungan antar sesama manusia (aspek sosial).

C. Garis Besar Mengenai ke Empat Pilar Pendidikan UNESCO :

a.       Kekuatan
Ke empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan yang bagus pula, dan sesuai dengan keadaan
zaman sekarang yang menuntut pesera didik tidak hanya diajarkan IPTEK, kemudian dapat bekerja sama dan
memecahkan masalah, akan tetapi juga hidup toleran dengan orang lain ditengah-tengah maraknya perbedaan pendapat
dimasyarakat. Dengan ke kempat pilar ini akan bisa tercapai pendidikan yang berkualitas.
b.      Kelemahan
Meskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya, namun perlu diingat, masih banyak aspek
penghalang dalam pelaksanaan tersebut, seperti  kurangnya SDM guru yang benar-benar “mumpuni”, perbedaan pola
pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, kemudian ada lagi fasilitas, fasilitas
yang masih minim akan sangat menghambat kemajuan proses belajar mengajar, dan kendala-kendala lain.
c.       Peluang
Apabila pendidikan di Indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan ini, maka pada gilirannya masyarakat
Indonesia akan menjadi masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.
d.      Ancaman
Ke empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi peserta didik dan pengajar apabila tujuan atau
keinginan yang hendak dicapai tidak kunjung terwujud. Bisa jadi akan muncul sikap pesimis dan putus asa kehilangan
kepercayaan diri.
D. Implementasi Empat Pilar Pendidikan di Indonesia
Implementasi keempat pilar pendidikan seperti yang dicanangkan UNESCO ini dapat dilihat dalam konsideren yang
melandasi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam kaitan ini,
reformasi pendidikan yang melahirkan visi pendidikan nasional Indonesia harus mencakup hal-hal sebagai berikut.
Pertama, penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat, di dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan
mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut
menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.
Paradigma pengajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentransformasikan pengetahuan kepada
peserta didiknya, bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani,
serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Kedua, adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber daya
pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Pendidikan harus mampu
membentuk manusia seutuhnya yang digambarkan sebagai manusia yang memiliki karakteristik personal yang
memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya. Proses pendidikan harus mencakup: (a)
penumbuhkembangan keimanan, ketakwaan, (b) pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi, dan
kepribadian, (c) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (d) pengembangan, penghayatan, apresiasi, dan ekspresi
seni, serta (e) pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani. Proses pembentukan manusia itu pada hakikatnya
merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Ketiga, adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi dengan lingkungan sosio-
kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang
berbudaya. Hal ini sejalan dengan proses pentahapan aktualisasi intelektual, emosional dan spiritual peserta didik di
dalam memahami sesuatu, mulai dari tahapan yang paling sederhana dan bersifat eksternal, sampai tahapan yang paling
rumit dan bersifat internal, yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan kulturalnya.
Jika kita melihat pada jargon-jargon yang dipergunakan di dalam menyusun konsideren Peraturan Pemerintah
tersebut, maka terlihat jelas arah pendidikan dan pembelajaran di Indonesia akan kemana, serta konsep pendidikan dan
pembelajaran apa yang sedang diminati di Indonesia. Beberapa istilah seperti pembudayaan, pergeseran paradigma
pengajaran ke paradigma pembelajaran, integrasi peserta didik dengan lingkungan sosio-kulturalnya memperlihatkan
pengaruh arus konstruktivisme sosial ke dalam dunia pendidikan di Indonesia.Sementara itu, sesuai dengan konsep
pembelajaran sepanjang hayat dan learning to be dari UNESCO, gambaran tentang manusia Indonesia seutuhnya
sebagai tujuan akhir pendidikan telah dirumuskan secara lengkap.
BAB III
(PENUTUP)

A. Kesimpulan

Pilar – pilar pendidikan diguanakan sebagai acuan dalam peningkatan mutu pendidikan suatu bangsa. Pilar- pilar
pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together , keempat pilar tersebut
saling berhubungan satu sama lain.
Keempat pilar ini masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda namun saling keterkaitan. Learning to Know
mengajarkan seseorang untuk tidak mengetahui saja materi ataupun ilmu yang mereka dapat, tetapi mereka juga harus
tau makna yang terkandung didalamnya. Learning to Do mengajarkan seseorang untuk lebih banyak melakukan
tindakan daripada omongan. Learning to Live Together menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi
“educated person yang bermanfaat baik bagi diri dan masyarakatnya, maupun bagi seluruh ummat manusia sebagai
amalan agamanya. Sedangkan Learning to Be mengajarkan Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang
bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama.
Dari keempat pilar ini juga memiliki kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman, empat pilar ini akan menjadi
baik apabila dipergunakan dengan baik, begitu juga sebaliknya apabila keempat pilar ini tidak dipergunakan
sebagaimana mestinya maka akan menjadi bumerang sendiri bagi kita.

B.    Saran

Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk
Indonesia dapat menjadi lebih baik, namun yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang saat ini
masih minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas pendidikan, tentunya akan
menjadi halangan bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus
diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral.

C. Penutup

Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat bagus pula.
Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruuh dunia termasuk
indonesia dapat menjadi lebih baik. Namun masih banyak aspek penghalang pelaksanaan tesebut, baik mengenai SDM
nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, dan
kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kia bersama, karenanya tetu secara bersama-sama pula kita
mencari alternatif pemecahannya. Mudah-mudahan ke empat pilar tersebbut dapat kita realisasikan dan akan nampak
hasilnya.
Mari melakukan intropeksi diri sejauh mana kita sudah melakukannya yang terbaik untuk perubahan dan
perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini. Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di
indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Djamal. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fakhrudin. (2010). Menjadi Guru Faforit. Yogyakarta: Diva Press.

Isjoni.(2008). Guru Sebagai Motifator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni.(2008). Memajukan Bangsa dengan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Atika Aziz (2010) “4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO” (online) tersedia:

http://Atikatikaaziz.Blogspot.com.2010/09/4-pilar-pendidikan-menurut unesco.html?m=1 (12 Maret 2012)

Aezacan (2011) “4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO” (online) tersedia: http://aezacan.wordpress.com (15 Maret
2012)

Soedijarto (2010) “Paradigma Pembelajaran Menjawab Tantangan Jaman” (online) tersedia:


http://www.ilmupendidikan.net/2010/03/16/paradigma-pembelajaran-menjawab-tantangan-jaman.php (12 Maret 2012)

https://cheng88community.blogspot.com/2015/11/makalah-tentang-4-pilar-pendidikan.html

http://gears99.blogspot.com/2012/04/empat-pilar-pendidikan-menurut-unesco.html

http://pendidikanlinguistik.blogspot.com/2017/01/empat-pilar-pendidikan_1.html

https://slideplayer.info/slide/12857754/

https://www.slideshare.net/danielsaroengoe/bahan-ajar-4-pilarpilar-pendidikan

Anda mungkin juga menyukai