Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Belajar dan Pembelajaran


Paradigma Alternatif Pembangunan

Oleh:

RISCY DEWI RAMADANI RIZHA SALSABILA

160210102063 160210102056

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMI PENDIDIKAN

PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Paradigma Alterntif Pembelajaran” dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Drs. Subiki, M.Kes selaku
Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan serta kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
anda demi perbaikan makalah ini kedepannya.

Jember, Februari 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………… ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………. iii

BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………… 4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 4

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 6

1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………………… 6

BAB 2 Pembahasan……………………………………………………………….. 7

BAB 3 Penutup………………………..…………………………………………. 14

Daftar Pustaka………………………………………………………………………15

Lampiran…………………………………………………………………………… 16
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada bab ini kita mempelajari tentang paradigma alternatif


pembelajaran. Paradigma pembelajaran bermakna sebagai cara pandang terhadap
proses pembelajaran.Satu sisi dilihat bahwa siswa atau peserta didik sangat
dominan pengaruhnya terhadap proses pembelajaran. Cara pandang demikian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Cara pandang inilah yang disebut sebagai pembelajaran berpusat
kepada siswa. Cara pandang demikian dikenal dengan paradigm baru. Saat ini
banyak sekali model-model pembelajaran yang diterapkan ke siswa. Banyak
pandangan yang memberikan arah baru terhadap proses dan dimensi-dimensi
pendidikan yang semakin mendorong terjadinya perubahan konsep dan cara
pandang terhadap eksistensi pembelajaran sehingga dapat dijadikan sebagai
kerangka berpikir didalam memahami lebih dalam persoalan–persoalan
pembelajaran. Dalam mempelajari paradigma alternatif pembelajaran ini
diharapkan para pendidik atau calon pendidik mampu mengatasi masalah dalam
proses pembelajaran dan dapat memandang suatu masalah, mengambil tindakan /
keputusan yang terkait dengan praktik pembelajaran sehingga upaya
pengembangan potensi peserta didik sebagai sumber dari seluruh kegiatan
pembelajaran dapat menjadi terarah.
Pengkajian paradigma alternatif ini akan memberikan bekal dasar
didalam mengkaji bagian-bagian lebih lanjut yang memungkinkan
berkembangnya nuansa-nuansa baru pembelajaran yang lebih inovatif.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka dalam artikel ini akan
dipaparkan tentang beberapa dimensi yang terkait dengan paradigma alternatif
pembelajaran, yaitu: perlunya paradigma alternatif pembelajaran, belajar sebagai
pilar utama pendidikan, pembelajaran sebagai proses pemberdayaan diri,
konstruktivitasme sebagai paradigm pembelajaran alternatif. Pembelajaran yang
baik adalah pendidik atau calon pendidik mampu mengarahkan peserta didiknya
untuk lebih baik lagi. Praktik pembelajaran secara baik sehingga tercapailah
kegiatan pembelajaran yang lebih mudah dan terarah dan hasil akhirnya dapat
berguna dengan baik bagi peserta didik dan masyarakat sekitar. Pada tahp ini
dijelaskan pula bahwasannya paradigma alternative juga mempunyai keterkaitan-
keterkaitan penting dalam upaya pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah alasan perlunya paradigma alternatif pembelajaran.
1.2.2 Bagaimana kedudukan pembelajaran sebagai pilar utama pendidikan.
1.2.3 Bagaimanakah pembelajaran sebagai proses pemberdayaan diri.
1.2.4 Menjelaskan paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran.

1.3 Tujuan dan manfaat


1.3.1 Untuk mengetahui alasan perlunya paradigma alternative
pembelajaran.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana kedudukan pembelajaran sebagai pilar
utama pendidikan
1.3.3 Untuk mengetahui pembelajaran sebagai proses pemberdayaan diri.
1.3.4 Untuk mengetahui paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlunya paradigma baru pendidikan

Untuk dapat menciptakan masyarakat yang terdidik, masyarakat


yang cerdas dan masyarakat yang mampu mengembangkan sifat kreatifnya
dalam kehidupan sehari-hari maka mau tidak mau harus mengubah perilaku
dalam proses belajar dan mempelajari lingkungan sekitar. Paradigma
pendidikan penting untuk diperbarui menjadi sistem pembelajaran yang lebih
bertumpu pada teori kognitif dan konstruktifistik. Pembelajaran akan berfokus
pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial
dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuannya
sendiri dalam konteks sosial dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan
prespektif budaya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan mentri pendidikan
melakukan redifinisi tentang tujuan, fungsi, dan hakikat pendidikan yang
berperan sebagai “human education for all human being”. Dengan demikian,
secara filosofis pendidikan harus memiliki keseimbangan dalam peranananya
membangun peserta didik sebagai warga dunia, warga bangsa, dan warga
masyarakat.
Lembaga pendidikan kita hanya dikembangkan berdasarkan model
ekonomik untuk menghasilkan/membudaya manusia pekerja (abdi dalem)
yang sudah disemenurut tata nilai ekonomi yang berlatar (kapitalistik),
sehingga tidak mengherankan bila keluaran pendidikan kita menjadi manusia
pencari kerja dan tidak berdaya, bukan manusia kreatif pencipta keterkaitan
kesejahteraan dalam siklus rangkaian manfaat yang seharusnya manjadi hal
yang esensial dalam pendidikan dan pemebelajaran. untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan terbesar dari lembaga pendidikan kita selama ini yaitu
pendidikan yang tidak memiliki basis pengembangan budaya yang jelas
sehingga tidak mengherankan bila keluaran pendidikan kita hanya menjadi
manusia pencari kerja yang tidak berdaya bukan manusia yang kreatif
pencipta keterkaitan kesejahteraan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Pemikiran-pemikiran yang positif memberikan arahan bahwa sudah
selayaknya jika dunia pendidikan diarahkan pada upaya transformasi dan
pengenbangan prinsip-prinsip secara komprehensip dalam penyelenggraan
pendidikan dan pembelajaran. Kapada para pesera didik perlu diberi bekal
pengetahuan secara nilai-nilai dasar sebagai suatu pandangan hidup sangat
berguna untuk mengarungi kehidupan dalam masyarakat pluralitas, baik dari
aspek etnisitas, kurtural maupun agama.

Dalam proses pembelajaran pengembangan potensi siswa harus


dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan potensi siswa yang
tidak seimbang akan menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli pada
perkembangan satu aspek kepribadian tertentu saja, sehingga sangat keliru
jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran
saja.Sebaiknya guru juga berupaya membentuk watak bangsa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Kehadiran teknologi informatika dan komunikasi dalam kehidupan
telah mengubah paradigma pendidikan yang menempatkan guru sebagai
fasilitator dan agen pembelajaran dimana peserta didik dapat memiliki akses
yang seluas-luasnya kepada beragam media untuk kepentingan
pendidikannya.Jika dunia pendidikan berhasil melakukan tugas ini  maka pada
gilirannya masyarakat kita dimasa depan akan berkembang menjadi
masyarakat yang berkualitas secara intelektual dan moral.
B. Pembelajaran sebagai pilar utama kependidikan
Komisi Pendidikan untuk abad XXI (Unesco 1996: 85)melihat bahwa
hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya
dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu :

1.) Learning to know(Belajar untuk mengetahui)

adalah upaya memahami unsur-unsur baik sebagai sarana maupun tujuan.


Sebagai alat pengetahuan diharapkan akan memberikan kemampuan
setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka
dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka
mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai
pihak yang diperlukan. Sebagai tujuan maka pengetahuan akan
bermanfaat dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan serta
penemuan di adalam kehidupanya, sehingga dalam hal ini yang terjadi
adalah proses belajar sampai akhir hayat.
2.) Learning to do(Belajar untuk mengerjakan)
Lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk
mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat
menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut
dengan pekerjaan-pekerjaan dimasa depan. Memperhatikan dengan cermat
dan mampu memahami materi yang diberikan, sehingga siswa lambat laut
akan dapat mengubah dirinya untuk lebih baik lagi dan dia akan
dipandang menjadi siswa yang aktif dan pintar. Selain itu juga harus
diiringi dengan kemauan kuat untuk mencapai hasil yang diinginkan,
tidakahanya dalam lingkungan sekolah melainkan dalam kehidupan kelak
masa depannya ketika ia berada dalam lingkungan masyarakat sekitar.
3.) Learning to live together
adalah mengajarkan, melatih, dan membimbing peserta didik agar mereka
dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi
prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan
menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Melalui komunikasi
yang baik maka siswa lebih muda untuk menyampaikan hal yang
dianggapnya kurang dimengerti ,sehingga pendidik tidak kesulitan jika
pesertanya mengalami kesulitan pemahaman selama proses pembalajaran.
Dalam hal ini peserta didik harus berperan lebih dalam proses
pembelajaran untuk dapat membangun sistem pembelajaran yang mudah
di terima oleh siswanya.

4.) Learning to be

sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan, bahwa


prinsip fundamental pendidikan hendaklah mampu memberikan
konsrtibusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga,
intelegensi kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi, dan nilai-nilai
spiritual.

Dari keempat pilar tersebut merupakan misi dan tanggung jawab


yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui,
belajar berbuat,belajar hidup bersama dan belajar menjadi seorang atau
belajar menjadi diri sendiri yang didasari keinginan secara sungguh-sungguh
maka akan semakin luas wawasan seseorang tentabg pengetahuan, tentang
nilai-nilai positif, tentang orang lain serta tentangberbagai dinamika
perubahan yang terjadi.
C. Pembelajaran sebagai proses pembelajaran
Ketidaktepatan pandangan yang sudah berlangsung lama yang
menempatkan pembelajaran sebagi proses transfer informasi atau transfer
knowledge dari guru kepada siswa semakin banyak kritikan yang, semakin
terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media
komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses
berbagai informasi yang mereka butuhkan, dalam hal ini guru berperan besar
dalam memberikan arahan dan dorong yang sesuai dengan UUD 1945 yang
berisi bahwa pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri.
Pengenalan terhadap diri sendiri memiliki arti bahwa kita harus mengenal
kelebihan-kelebihan atau kekuatan yang kita miliki untuk mencapai hasil
belajar yang kita harapkan.

Pemberdayaan diri, menurut kajian psikologi sebaiknya dimulai


dengan membangun “konsep diri positif”. Konsep diri positif mengandung
arti bahwa individu harus mampu meletakkan atau memposisikan dirinya
sebagai diri yang berdaya, tidak memandang diri pribadinya dari prespektif
negatif.

Konsep diri positif diantaranya ditandai beberapa hal :

1.      Pengetahuan yang luas tentang diri sendiri


2.      Memahami kelebihan dan kelemahan diri
3.      Memiliki keinginan yang kuat untuk berubah
4.      Mampu menghargai oarang dan mampu menerima orang lain apa adanya
5.      Mampu secara terbuka menerima kritikan orang lain
6.      Memiliki sistem pertahanan diri yang kuat
7.      Mamiliki kontrol internal diri
Dan sebaliknya kita harus menghindari konsep diri negatif, yang memiliki
beberapa ciri, diantaranya :
1.      Penegtahuan tentang diri sendiri yang sempit
2.      Memiliki pemahaman diri yang parsial
3.      Tidak memiliki keinginan diri yang kuat untuk merubah
4.      Kurang dapat mengahargai dan menerima orang lain apa adanya
5.      Tidak mau dikritik
6.      Mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negative
7.      Penegndalian/kontrol diri eksternal

D. Paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran


1.      Memahami Paradigma Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan respon terhadap berkembangnya
harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang
mengakui bahwa pengetahuan seseorang terbentuk karena adanya
interaksi dan pengalaman-pengalaman. Dalam memahami paradigma
konstruktivisme sangatlah penting karena memahami sifat-sifat dari
pengalaman-pengalaman yang diperoleh. Dalam proses pembelajaran
memerlukan pemahaman tentang pengalaman-pengalaman baru dan
harus dapat memahaminya sendiri Dalam hal ini paradigm
mengharapkan untuk siswanya belajar aktif dalam kegiatan memperoleh
pengalaman-pengalaman tersebut.
2.      Makna dan Lingkungan Konstruktivistik
Konstruktivis berarti bersifat membangun. Konstruktivisme
merupakan suatu aliran yang berupa membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivis berupaya mencari
kesempatan antara sesama manusia, yakni agar dapat mengatur tata
kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya.
Maka proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan ini perlu
membangun kemandirian anak untuk mengelola pola pikir yang secara
terarah.
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Dengan paradigma baru, praktik pembelajaran akan berubah menjadi
pembelajaran yang lebih bertumpu kepada teori kognitif dan
konstruktivistik. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan
kemampuan intelektual yag berlangsung secara sosial dan kultural,
mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri
dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dengan pengetahuan awal dan
perspektif budaya. Tugas belajar didesain menantang dan menarik untuk
menaikkan cara berpikir tingkat tinggi (Kamdi, 2008 dalam Aunurrahman,
2012 : 2). Pembelajaran bertumpu pada 4 pilar utama learning to know,
learning to do, learning to live together, learning to live with other, dan
learning to be.

Untuk dapat mencapai keberhasilan atau sukses yang diinginkan oleh


setiap individu, maka diperlukan upaya – upaya sistematik dan intensif untuk
memberdayakan diri sendiri. Pemberdayaan diri menurut kajian pikologi
sebaiknya dimulai dengan membangun “Konsep diri positif”. Konsep diri
positif mengandung arti bahwa setia orang harus mampu meletakkan atau
memposisikan dirinya sebagai diri yang berdaya, tidak memandang diri
sendiri negatif.

Konstruktivisme merupakan respon terhadap berkembangnya harapan


– harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan
peran siswa yang aktif dalam kegiatan belajarnya. Konstruktivisme
merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Dalam konstruktivisme guru
hanya sebagai fasilitator untuk membimbing dan memberi pengarahan
kepada siswa, agar paradigma alternatif pembelajaran sesuai yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Pontianak: Alfabeta.

Rianto,Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: kencana.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai