Anda di halaman 1dari 22

i

TEKNOLOGI DAN PEMBELAJARAN SISWA

Dosen Pengampu:
Hasriadi, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelas 5 E:


Kelompok 1
Megawati Firdaus (1902010158)
Hastika. S (1902010160)
Citra Nurul Hasana (1902010174)
Nur Azizah (1902010151)
Ridwan (1902010175)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2021
ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaniraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Teknologi dan Pembelajaran Siswa”. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan kami dalam
penyusunannya. Untuk itu kami tidak lupa mengucapkan terimakasih dari
berbagai pihak yang sudah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Kami
memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran
sangat kami butuhkan guna memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palopo, 15 Oktober 2021

Kelompok 4
iii

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Model Pengajaran Yang Berpusat Pada Siswa ........................................... 3

B. Penekanan Pada Identitas Unik Pembelajaran ............................................ 4

C. Menyediakan Lingkungan Belajar Aktif .................................................... 8

D. Mengintegrasikan Teknologi Ke Dalam Instruksi Kelas ........................... 8

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 17

A. Kesimpulan ............................................................................................ 17

B. Saran ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang sangat pesat memberikan dampak yang besar
dalam kehidupan termasuk bidang pendidikan, budaya, ekonomi dan politik. Saat
ini dalam dunia pendidikan perlu dilakukan inovasi dengan menggunakan
teknologi yang semakin canggih untuk membantu proses pembelajaran. Dengan
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran sangat memberikan dampak yang
besar bagi pendidik maupun peserta didik. Teknologi dapat mempermudah proses
pembelajaran. Teknologi juga dapat membuat peserta didik semangat dalam
belajar karena teknologi dapat meningkatkan minat peserta didik untuk belajar.
Peserta didik dapat mencari informasi yang mereka butuhkan seperti materi
pelajaran tambahan. Jadi, sangat penting memanfaatkan teknologi dalam proses
belajar mengajar.
Terdapat dua model mengajaran yang berpusat terhadap siswa yakni
model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dan pengajaran
berdasarkan masalah (Problem Based Intruction). Kedua model ini tentu memiliki
perbedaan. Dapat dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki keunikan masing-
masing dalam struktur social. Identitas menjadi komponen dalam hal yang nyata
begitu juga yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, identitas ini
dirancang untuk system dalam proses sosial. Identitas dibagi menjadi tiga bentuk
yaitu identitas budaya, identitas sosial dan identitas diri atau pribadi.
Suasana lingkungan belajar sekolah yang aktif berkaitan erat dengan
kualitas pembelajaran siswa. Dapat kita sadari bahwa kelas yang aktif dapat
menghindarkan siswa dari kejenuhan, kebosanan dan kelelahan psikis. Sedangkan
disisi lain kelas yang aktif akan dapat menumbuhkan minat motivasi dan daya
tahan belajar bagi para peserta didik
Dalam sistem pembelajaran, teknologi sangat berperan penting apalagi di
dalam kelas karena teknologi ini adalah faktor utama dalam kontribusi terhadap
keberhasilan seorang guru dalam mengelolah sistem pengajaran dalam kelas.
2

(Fatala, 2001) menyatakan bahwa teknologi intruksional menggambarkan apa


yang di perbuat oleh guru dalam menjalankan peran profesionanya dengan benar.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran yang berpusat pada siswa
2. Untuk mengetahui bagaimana penekanan pada identitas unik belajar
3. Untuk mengetahui bagaimana menyediakan lingkungan belajar yang aktif
4. Untuk mengetahui bagaimana mengintegrasikan teknologi ke dalam
instruksi kelas
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pengajaran Yang Berpusat Pada Siswa


Pengajaran yang berpusat pada siswa adalah proses pembelajaran yang
terfokus kepada kapasitas peserta didik sehingga proses belajar menjadi lebih
bermakna. Pengajaran yang berpusat pada siswa didasarkan pada minat dan
keperluan peserta didik. Peserta didik menjalankan proses pembelajaran
berdasarkan apa yang mereka lakukan bukan dari apa yang guru sampaikan.
Berikut ini model pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu:
1. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
Inti dari proses pembelajaran kooperatif ialah peserta didik bekerja sama
dalam proses belajar. Pada pembelajaran kooperatif, peserta didik belajar
bersama-sama dalam bentuk kelompok yang biasanya terdiri dari 4-6
orang. Kelompok bertujuan agar semua peserta didik mendapatkan giliran
untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran kooperatif, peserta didik memiliki peran yakni sebagai
peserta didik dan guru.
Pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur yang penting. Pertama,
peserta didik saling bekerja sama dan terikat satu sama lain. Kedua, proses
interaksi antara peserta didik semakin berkembang. Ketiga, meningkatkan
tanggungjawab peserta didik. Keempat, peserta didik harus mengetahui
bagaimana bersikap dengan peserta didik lainnya dalam kelompok.
Kelima, pembelajaran kooperatif tidak akan terjadi tanpa adanya
kelompok. Proses interaksi yang dilakukan pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan intelektual peserta didik sehingga mereka dapat
memunculkan ide-ide baru.1
Peserta didik mendapat keleluasaan untuk berdiskusi dalam kelompok.
Konsep pembelajaran kooperatif sudah muncul sejak dahulu. Oleh sebab
itu, saat ini banyak sekali literatur yang menjelaskan tentang pembelajaran

1
Trianto Ibnu Badar, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual
(Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 107-113.
4

kooperatif. Pembelajaran kooperatif membuat kita sadar bahwa manusia


adalah makhluk social yang saling berhubungan dan membutuhkan kerja
sama. Peran guru tidak hanya menjadi sumber pengetahuan tetapi peserta
didik juga berperan menjadi guru bagi sesamanya. Pendekatan pendidikan
yang ada dalam pembelajaran kooperatif dilandaskan pada pendidikan itu
berpusat pada siswa.2
2. Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Intruction)
Model pengajaran berdasarkan masalah (problem based intruction)
merupakan model pengajaran yang didalamnya terdapat masalah sebagai
bahan utama untuk belajar agar peserta didik lebih berpikir kritits serta
mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Model pembelajaran ini
mampu melatih peserta didik agar bijak dalam menghadapi masalah-
masalah kehidupannya.
Model pengajaran ini sangat efektif dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pengajaran berdasarkan masalah sama dengan model pengajaran
kooperatif yang mengharuskan peserta didik untuk bekerja sama dalam
kelompok. Tujuan dari model pengajaran ini agar peserta didik dapat
meningkatkan proses berpikirnya. Pengajaran berdasarkan masalah
membutuhkan peran peserta didik yang aktif. Dalam model ini, peserta
didik melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada untuk
mencari solusi agar masalah tersebut dapat diselesaikan. Permasalahan
yang dihadapi peserta didik merupakan masalah yang belum lengkap. Oleh
sebab itu, peserta didik harus melakukan penyelidikan agar informasi-
informasi yang didapatkan lengkap serta proses pemecahan masalah
menjadi lebih mudah.3

B. Penekanan Pada Identitas Unik Pembelajaran


1. Pengertian Identitas

2
Siti Mina Tamah, Pernak-Pernik Kerja Kelompok Berbasis Pembelajaran Kooperatif (Surabaya:
PT Revka Petra Media, 2017), hlm. 20-24.
3
Rahma Johar, Strategi Belajar Mengajar Untuk Menjadi Guru yang Profesional (Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press, 2019), hlm. 52-54.
5

Secara teori kata identitas bersumber pada kata identity yang memiliki arti
sebagai: (a) konteks atau kebenaran mengenai objek yang serupa atau suatu
kondisi yang serupa dengan yang lain, (b) konteks atau kebenaran mengenai suatu
objek yang memiliki kesamaan antara individu maupun dua barang, (c) konteks
atau kebenaran yang melambangkan kesamaan antara kedua individu, antar
kelompok maupun barang, (d) mengenai beberapa tingkatan, maksud dari
penjelasan tersebut hanya memperlihatkan seuatu mengenai tata cata untuk
memahamkan setiap identitas mengenai kata “sebangun” seperti menerangkan
“entitas” yang serupa dengan individu lainnya.4
Setiap manusia memiliki identitasnya masing-masing (dirinya maupun
konsepsi dirinya sendiri) hal ini termasuk dalam kategori social dari mana asal
usulnya. Manusia juga mempunyai beragam jenis social yang tak sama ini
kemungkinan mempunyai ragam identitas yang tak sama pula. Jadi bisa dikatakan
pengalaman hidup manusia dapat memiliki kesamaan, hal ini tidak dapat terhindar
dalam kehidupan bahwasanya setiap orang biasa mengalami perkara unik yang
sama maupun tak sama. Dapat dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki
keunikan masing-masing dalam struktur social.
Identitas menjadi komponen dalam hal yang nyata begitu juga yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat, identitas ini dirancang untuk system
dalam proses sosial.5 Karena pada awalnya identitas tiap manusia semuanya
terkandung dalam sejarah masyarakat, mengenai hal itu peristiwa tersebut sudah
mencakup dimensi dari kehidupan sosial budaya. Identitas terbagi menjadi tiga
diantaranya identitas budaya, identitas sosial dan identitas diri atau pribadi.
a. Identitas Budaya. Adalah suatu petunjuk yang datang dalam diri setiap
orang yang berdasar pada garis keturunannya yang dianggap serupa, hal
ini mencakup beberapa pembelajaran mengenaim tradisinya, kepribadian,
bahasa, keyakinan, serta keturunan dari suatu budaya.

4
Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: PTLKIS Pelangi
Angkasa, 2007), hlm. 69.
5
Peter L. Berger dan Thomas Lukman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan, Risalah Tentang Sosiologi
Pengetahuan (Jakarta: LP3ES,1990), hlm. 235.
6

b. Identitas Sosial. Mesti berlandaskan pada pengetahuan mengenai tindakan


setiap individu dalam lingkungan sosialnya. Identitas sosial adalah
persamaan dan perbedaan, perkara personal sosial, mengenai yang dimiliki
bersama dengan berapa individu dan apa yang menjadi pembeda dengan
yang lain.6 Jika berbicara tentang identitas sama halnya berbicara
mengenai rombongan. Kelompok social yaitu suatu bentuk sosial yang
terdiri dari berapa orang saling melakukan aksi satu sama lain bergabung
dalam suatu kerjasama atau kumpulan orang sedang melakukan pertemuan
langsung secara berulang karena memiliki maksud dan sikap yang sama
pula. Hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma, tindakan yang
diambil disandingkan dengan kapasitas dan peranan (role) yang
dibutuhkan antara orang-orang itu memiliki rasa saling membutuhkan satu
sama lain.7
c. Identitas Diri. Sebagai suatu kepekaan mengenai satuan atau kelangsungan
kepribadian. Suatu satuan unik kesatuan serta kelangsungan yang
menggabungkan suatu pembayangan diri, baik diambil dari orang lain
maupun yang di konsepkan sendiri mengenai apa dan siapa dirinya agar
mengetahui apasaja dibentuk dalam menghubungkan dirinya sendiri
daengan orang lain. Identitas diri seseorang bisa ditangkap menjadi
keutuhan dari beragam fisik yang dipercayai serta diyakini sebagai daya
keterampilan yang dimiliki olehnya. Hal ini yang menjadi pembeda orang
tersebut dengan orang lain dan sudah menjadi integrasi bagi tahap
perkembangan yang sudah dilewati sebelumnya.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu aksi yang dilakukan siswa dengan guru
sebagai awal belajar dalam area belajar. Adapun pendapat lain datang dari sagala
(2010:61) bahwa pembelajaran yaitu mengajarkan peserta didik dengan memaknai
asas pendidikan ataupun sebagai bahan belajar karena ini juga penentu utama

6
Cris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktik (Yogyakarta: PT.Bentang Pustaka), hlm. 221.
7
Jabal Tarik Ibrahim, Sosiologi Pedesaan Social Identity (Malang: UMM Press, 2003), hlm. 112.
7

untuk mencapai keberhasilan Pendidikan.8 Dalam pembelajaran juga terdapat


model pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran.
Model pembelajaran juga memiliki pengertian yang lebih meluas
dibanding strategi, pendekatan, maupun metode pembelajaran. Arends (2007:37)
berpendapat bahwa model pembelajaran ialah suatu pola interaksi antar siswa dan
pendidik yang materi pembelajarannya mencakup strategi, pendekatan, metode
dan teknik pembelajaran.9
Teknik pembelajaran ialah cara unik yang digunakan seorang pendidik
dalam penerapan metode belajar, contohnya menggunakan metode tanya jawab,
seorang guru memakai teknik bertanya yang terkait dengan maksud pertanyaan
dan jawaban yang diminta. Adapun penekanan struktur yang dirancang untuk
pempengaruhi pola interaksi peserta didik yaitu:
a. Struktur Think-Pair-Share. Strukrur ini mempunyai tahapan yang
memberikan siswa tempo yang lebih untuk berfikir, menjawab dan saling
membantu satu sama lain. Adapun tahap-tahap yaitu:
Tahap 1 thinking (berfikir): guru membagikan pertanyaan yang
bersangkutan dengan bahan belajar yang akan dikaji dan menekankan
peserta didik untuk berfikir mengenai pertanyaannya dengan mandiri pada
berapa jam.
Tahap 2 pairing (berpasangan): guru mengharuskan peserta didik berdua
agar berdiskusi mengenai apa ia peroleh dalam tingkat berfikir, interaksi
dalam tahap ini diharapkan pada peserta didik untuk berbagi jawaban
setelah ia mengajukan pertanyaan atau berbagi ide ketika ia telah
mendefinisikan suatu persoalaan.
Langkah 3 sharing (saling bertukar pikiran): guru menyuruh setiap
pasangan agar saling bertukar secara clasical mengenai apa yang telah
dibincangkan.
b. Struktur Numbered-Head-Together. Struktur ini juga sering disebut
berfikir secara berkelompok yang melibatkan lebih banyak siswa dalam

8
Sagala, konsep dan makna pembelajaran (Bandung: Alfbeta, 2010), hlm. 61.
9
Arends, R. I. Learning to teach (New York: McGraw Hill Companies, 2007), hlm. 37.
8

menelaah materi yang mencakup pembelajaran agar mengetahui sampai


mana pemahaman mereka terhadap inti dari pelajaran tersebut. Adapun
langkah-langkah yang ditekankan pada struktur ini yaitu:
Tahap 1 penomoran: guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang biasanya terdiri 3-5 orang.
Tahap 2 mengajukan pertanyaan: guru mengajukan sebuah pertanyaan
kepada peserta didik, dan pertanyaan ini bisa berbentuk kalimat tanya
maupun arahan.
Langkah 3 berfikir bersama: siswa mengumpulkan hasil pendapat mereka
terhadap pertanyaan yang di berikan dan menegaskan kepada anggota
kelompoknya agar mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut.
Langkah 4 menjawab: guru memanggil peserta didik satu persatu sesuai
dengan nomor yang telah ditentukan. Setelah ia menjawab pertanyaan dari
guru di dalam kelas.

C. Menyediakan Lingkungan Belajar Aktif


1. Pengertian Lingkungan Belajar Aktif
Lingkungan memiliki istilah yang dapat mencakup dalam arti yang luas
seperti keluarga dan masyarakat, tempat lingkungan sekitar, adat-istiadat, sekolah,
pendidik serta ilmu pengetahuan maupun kebudayaan dan seni pendidikan. Dalam
pengertian tersebut bahwa lingkungan adalah hal yang dapat selalu nampak dalam
kehidupan yang senantiasa selalu dapat terlihat dalam perkembangan. Di samping
hal tersebut bahwa lingkungan juga dapat mempengaruhi suatu sikap dan
perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat yang ada di sekitar kita.
Dapat kita lihat bahwa lingkungan adalah hal yang mencakup seluruh
aspek dalam kehidupan di sekitar kita dan lingkungan secara umum terbagi
menjadi dua, yaitu lingkungan buatan dan lingkungan alam. Karena lingkungan
itu merupakan hasil dari sebuah perjalanan dari ruang dan waktu yang telah
menjadi tempat bagian dalam eksistensi kehidupan dalam manusia tersebut. Dan
lingkungan juga sangat mempengaruhi dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
kehidupan lingkungan bagi peserta didik di sekolah maupun lingkungan sekitar
9

yang dapat di tanamkan oleh siswa dan siswi ( Hamzah B. Uno dan Nurdin
Mohammad, 2014:137).10
Lingkungan juga sangat berperan penting pada setiap pertumbuhan
maupun perkembangan dalam setiap anak didik. Lingkungan juga akan dapat
memberikan suatu pengalaman dalam hal mengajar dimana peserta didik itu dapat
mengasah dalam ilmu pengetahuan untuk menjadi pribadi yang dewasa kepada
anak di dalam proses tersebut melalui tiap jenjang, anak belajar sambil bermain.
Keberhasilan dalam setiap pertumbuhan dan perkembangan bagi peserta didik itu
dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitar kita dan perilaku dalam
sebuah tindakan bagi anak didik. Lingkungan yang dapat di maksud dalam faktor
yang terdiri dari luar maupun dalam yang dapat memberikan perkembangan anak
yang lebih positif atau negatif sesuai dengan cara yang di tanggapi oleh anak
tersebut. M. Dalyono (2007) mengungkapkan bahwa lingkungan ialah suatu
tempat mengasuh, anak berkembang, tempat mendidik, sekolah, tempat
bersosialisasi dan situasi alam dan makhluk hidup. 11
Dari berbagai pendapat definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa
lingkungan dapat di artikan sebagai suatu potensi bagi Allah SWT yang telah
menciptakan bagi kebutuhan dan kehidupan bagi setiap manusia yang ada di bumi
yang dapat telah di gunakan di berbagai suatu tempat dalam sumber belajar ketika
kita sedang menjalani dalam hidup di dunia dan wajib kita jaga dengan baik.
Menurut Sulistryorini (2009), lingkungan yang baik memiliki sifat mendorong
anak didik untuk terus belajar, terdapat kenyamanan dan antusias untuk
mewujudkan cita-citanya. Dari pendapat tersebut, terwujudnya lingkungan belajar
sekolah yang aktif erat hubungannya pada kualitas pembelajaran peserta didik.
Manfaat yang didapatkan dari kelas kondusif ialah menghilangkan kejenuhan
peserta didik, rasa bosan dan manfaat lainnya ialah dapat memajukan motivasi
dalam belajar.12

10
Uno Hamzah dan Mohammad Nurdin, Belajar dengan pendekatan pembelajaran aktif dan
inovatif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hlm. 136-137.
11
Sulistryorini, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: TERAS, 2009, hlm. 30.
12
Supardi, Sekolah Efektif Konsep dasar Dan Prinsipnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 28.
10

Berdasarkan pendapat diatas, suasana lingkungan belajar sekolah yang


aktif berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran siswa. Dapat kita sadari bahwa
kelas yang aktif dapat menghindarkan siswa dari kejenuhan, kebosanan dan
kelelahan psikis. Sedangkan disisi lain kelas yang aktif akan dapat menumbuhkan
minat motivasi dan daya tahan belajar bagi para peserta didik. Dengan demikian
bahwa fasilitas belajar yang dapat menyenangkan, pengaturan lingkungan,
penampilan, sikap guru dan hubungan yang harmonis akan memberikan dampak
positif bagi proses pembelajaran. Dalam menciptakan lingkungan belajar yang
aktif dan tertib tidak selalu identik dengan kebaradaan dan kondisi fisik sekolah
beserta fasilitasnya, tetapi lebih mengacu kepada tata hubungan sosial dan
psikologis yang harmonis dalam lingkungan sekolah. Selain hal diatas, perlu pula
dipahami bahwa sosok yang paling berperan dalam menerapkan lingkungan
sekolah yang aktif dan mendorong siswa belajar aktif ialah pimpinan sekolah yang
ada dalam organisasi sekolah merupakan suatu gmbaran bahwa pencapaian tujuan
organisasi sekolah juga akan banyak ditentukan oleh bagaimana pengelolaan
lingkungan belajar sehingga terciptanya suasana yang lebih aktif. Jadi untuk
menciptakan suasana belajar yang aktif perlu kita memperhatikan dan memahami
karakter siswa yang berbeda-beda perilakunya serta pengaturan atau penataan
ruang kelas dalam belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya
memungkinkan siswa duduk berkelompok agar memudahkan guru yang masuk
mengajar bergerak secara leluasa.
2. Pengertian Belajar Aktif
Belajar aktif adalah erat kaitannya dengan motivasi belajar bagi peserta
didik yang berhubungan dengan adanya timbal balik di antara kedua dengan
kegiatan belajar mengajar yang dapat di perlukan bagi setiap motivasi belajar
yang cukup kuat, dengan itu bahwa belajar aktif dapat menyebabkan dengan
kegiatan belajar mengajar yang menjadi lebih efisien dan nyaman serta
meningkatkan suatu motivasi semangat belajar bagi peserta didk di sekolah.
Belajar aktif dapat mencakup dalam hal pengertian ialah bahwa belajar aktif dapat
mengajak para siswa untuk bisa ikut serta dalam kegiatan berkelompok maupun
berdiskusi baik itu dalam ruangan kelas atau pun di luar lingkungan kelas.
11

Hal ini bahwa belajar aktif juga dapat merupakan dalam sebuah strategis
yang dapat mencakup dalam hal dengan mencapai suatu tujuan yang akan kita
capai dalam sebuah proses bagi siswa untuk dapat belajar mandiri dengan itu
bahwa bagi setiap siswa tersebut akan mendapatkan semangat dalam hal adanya
suatu motivasi belajar yang lebih aktif dan efisien yang lebih dalam lagi untuk
mengasah skill ilmu pengetahuan yang telah ia dapat. Dengan adanya belajar aktif
ini, siswa juga dapat di ajak untuk ikut serta dalam semua kegiatan proses
pembelajaran dan tak hanya itu siswa tersebut juga dapat melatih mental serta
melibatkan dalam suatu fisik dalam suatu keadaan, agar suatu saat nanti siswa
tersebut tidak malu atau gugup dalam tampil di depan umum. Dengan itu bahwa,
belajar aktif juga dapat membiasakan akan dapat merasakan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar itu dapat di maksimal kan ( Zaini, 2008).
Menurut Supardi (2003:254) belajar aktif adalah belajar yang dapat
menyenangkan. Karena menyenangkan, belajar menjadi alamiah, menjadi lebih
cepat, menumbuhkan motivasi belajar sehinggah lebih besar kemungkinan belajar
lebih berhasil. Mengingat potensi manfaat belajar aktif seperti itu, maka guru
perlu mempelajari dan menguasai teknik-teknik pembelajaran aktif. Dengan
demikian agar pembelajaran yang dapat berlangsung dengan baik maka siswa
tersebut dapat melibatkan dengan kegiatan aktivitas dalam mengakses berbagai
suatu informasi dan pengetahuan yang dapat kita bahas dalam proses belajar
mengajar bagi setiap siswa tersebut. Menurut (Humalik, 2003) ada beberapa ciri-
ciri yang dapat di miliki oleh peserta didik dalam belajar aktif antara lain adalah:
a. Adanya suatu keterlibatan bagi peserta didik yang secara fisik serta mental
maupun emosional yang lebih intelektual dalam kegiatan suatu proses
pembelajaran bagi siswa.
b. Adanya berbagai suatu keaktifan peserta didik dalam mengenal,
memahami dan menganalisa suatu pemahaman dalam setiap rangkaian
kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Keterlibatan peserta didik dalam belajar aktif itu dapat menciptakan dalam
suasana belajar yang selaras dan seimbang dalam proses belajar dan
pembelajaran.
12

d. Keterlibatan peserta didik dalam setiap mengajukan pertanyaan,


memberikan jawaban maupun menanggapi dan memecahkan suatu
masalah yang timbul selama berlangsungnya kegiatan diskusi proses
belajar bagi siswa tersebut.
Dalam proses belajar aktif peserta didik dapat berinteraksi dengan peserta
didik lainnya, serta peserta didik dengan guru maupun sumber belajar yang
lainnya. Suasana dalam belajar aktif itu dapat mengembangkan suatu kemampuan
dalam berfikir serta menganalisa dalam dalam melakukan penilaian terhadap
berbagai suatu peristiwa belajar dan dapat menerapkan kehidupan sehari-hari
(Rusman 2011).
Menurut Saiful Sagala ( 2013: 169) Belajar aktif adalah suatu kemampuan
yang dapat meningkatkan dalam motivasi semangat belajar serta kerja dan
berusaha dalam proses belajar yang dapat melakukan suatu untuk dapat
pengetahuan serta pengalaman yang lebih baik dapat melalui, yaitu:
a. Belajar aktif dalam giat bekerja kerja dan dapat pengalaman.
b. Memperbanyak indera pengetahuan yang terlibat dalam ilmu pengetahuan.
c. Berinteraksi dengan kelompok maupun lingkungan masyarakat dalam
berdiskusi.
d. Membangun dalam suatu makna yang telah terjadi dalam pembahasan.
e. Siswa dapat merefleksikan dalam sebuah ilmu pengetahuan.
Beberapa pihak yang dapat menggapa bahwa kegiatan dalam pembelajaran
adalah kegiatan belajar yang baik dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat di
sebabkan karena belajar aktif dapat kita barengi dengan berbagai kegiatan
mendengar, membaca dan menulis serta dapat berpikir tentang apa yang telah ia
lakukan dalam kegiatan pembelajaran.13

D. Mengintegrasikan Teknologi Ke Dalam Instruksi Kelas


Dalam proses pendidikan yang bersifat konvensional, kelas adalah tempat
berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar yang harus sesuai dengan standar
yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Sanjaya (2009) menyatakan bahwa kelas
13
Sagala Saiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung:
ALFABETA, 2013), hlm. 34-37.
13

adalah tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Di dalam kelas diisi


dengan sejumlah peserta didik. Dan jumlah peserta didik di atur oleh pemerintah.
Kelas pada era post modern telah melampaui batas ruang dan waktu tetapi dengan
bantuan teknologi dalam kelas bisa dimana pun yang terpenting peserta didik
memiliki komputer dan jaringan untuk menangkap informasi yang dikirim
melalui sumber belajar. Dalam era modern ini pengajar menggunakan manajemen
kelas, manajemen kelas merupakan manajemen yang di gunakan untuk
mengelolah kelas agar kelas tersebut efektif serta kondusif untuk mencapai
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
(Emmam, dalam aldosarri, Ali, tared, N. 2013) menyatakan bahwa dalam
sistem pembelajaran teknologi sangat berperan penting apalagi di dalam kelas,
karena teknologi ini adalah faktor utama dalam kontribusi terhadap keberhasilan
seorang guru dalam mengelolah sistem pengajaran dalam kelas. (Fatala, 2001)
menyatakan bahwa teknologi intruksional menggambarkan apa yang di perbuat
oleh guru dalam menjalankan peran profesionanya dengan benar.
Di lain sisi, ada beberapa peneliti menyatakan bahwa teknologi yang di
pergunakan dalam belajar mengajar dapat membantu pendidikan menuju lebih
baik, (Higgins, dalam Aldossari, Ali, Tared, N. 2013) menyatakan bahwa ada
bukti penelitian bahwa TIK sangat memiliki peran penting dalam manajemen
kelas itu sendiri dimana siswa dapat merasakan hal yang sangat positif dalam
proses berlangsungnya belajar mengajar. Dalam interaksi yang kondusif di dalam
kelas dapat memperkaya waktu dalam kelas baik peserta didik dan guru, dan
memberikan peserta didik yang aktif dan hemat waktu ( kareem et al, 2003).
Komputer dapat di gunakan di dalam kelas baik invividu atau bekerja sama denga
guru dalam proses mengajar dengan menggunakan berbagai metode untuk
membuat kelas menjadi efektif. 14
Menurut Higgins ( aldossari, Ali, Tared, N. 2013) ada beberapa manfat
dari teknologi modern di dalam ruang kelas antara lain :

14
Slemo, Teori, Model, Prosedur Manajemen kelas dan Efektifitas ( Jakarta: Qiraah media, 2019 ),
hlm. 139-145.
14

a. Meningkatnya interaksi guru dan peserta didik yang dapat menghasilkan


output yang baik
b. Standar pendidikan menjadi meningkat secara parsial untuk mengurasi
kualifikasi guru
c. Membuat standar pendidikan meningkat agar dapat mengatasi masalah
keramaian dalam kelas
d. Membuat standar pendidikan meningkat dengan menjelaskan tdak adanya
perbedaan di dalam kelas
e. Menguatkan materi pelajaran
f. Mengembangkan kreativitas dan cara berfikir ilmiah peserta didik
g. Menguragi biaya dan menghemat waktu
h. Banyak memberikan manfaat bagi peserta didik
i. Dapat memperkuat minat belajar peserta didik
j. Membuat peserta didik agar tidak malu dan membuatnya lebih giat
belajar.15
1. Teknologi pendidikan
Teknologi dalam lingkup pendidikan tidak hanya membahas penggunaan
perangkat teknologi tetapi semua perangbat baik perangkat lunak maupun keras,
penggunaan teknologi adalah kombinasi dari penggunaan beberapa teks media
yaitu teks, audio, video maupun program komputer, dengan itu dapat
mempermudah kegiatan termasuk dalam komunikasi yang lebih baik dan dapat
menjembatangi jarak dan waktu. Dengan adanya perkembangan teknologi dapat
membantu seorang pengajar dalam melakukan pembelajaran di dalam kelas dapat
16
menggunakan berbagai alat baik audio maupun visual. Kita lihat sekarang kita
di hadapkan yaitu pandemi covid 19, yang mengharuskan kegiatan belajar
mengajar jarak jauh, dengan demikian pendidik harus memanfaatkan teknologi
baru, termasuk komunikasi dengan media digital dapat berlangsungnya kegiatan

15
Slemo, Teori, Model, Prosedur Manajemen kelas dan Efektifitas ( Jakarta: Qiraah media, 2019),
hlm. 139-145.
16
Turikan Martinus, Perkembangan Manusia dan Pendidikan (Yogyakart : PT Kanisius, 2021),
hlm. 234.
15

pendidikan tanpa harus tatap muka langsung, karena kecanggihan teknologi


sekarang ini.
Untuk mengintegrasikan teknologi di kelas, ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan dalam pengembangan teknologi pendidikan antara lain:
a. Perencanaan. Dalam hal ini harus di tentukan tujuan yang jelas terkait
maksud dan standar pendidikan, baik itu dalam kegiatan belajar mengajar
yang di lakukan setiap hari. Setelah menetapkan standar pendidikannya
kita juga harus melalukan evaluasi, evaluasi ini dilakukan agar ada umpan
balik dan melakukan perbaikan apabila ada yang keliru, yang pertama
melakukan evaluasi sumatif kemudian di lakukan praktik terbaik dan
sudah di uji, agar sesuatu yang sudah di rancang dapat meningkatkan
integrasi pendidikan demi mutu pembelajaran dan dapat di liat hasilnya.
b. Pengembangan professional. Dalam konteks professional dalam
menerapkan teknoogi pendidikan ada hal yang sangat penting yaitu
penerapan teori pembelajaran orang dewasa (andragogi) dan penerapan
dalam konteks.
c. Ketersediaan sumber daya. Yang dimaksud disini adalah banyaknya
jumlah komputer, dan kemudahan dalam mengakses internet.
d. Dukungan teknis dan intruksional. Dalam rana pendidikan baik itu
pendidik, siswa, dan staf sangat membutuhkan layanan teknis di tempat
tersebut, dan sangat di butuhkan spesialis teknologi yang dapat
bertanggung jawab untuk bagaimana bias menyelesaikan masalah yang
timbul dari media teknologi dan harus ada setiap saat.
e. Dukungan kepemimpinan sekolah. Pemimpin yang ada di sekolah
memilikiperan yaitu memperkenalkan integrasi teknologi di dunia
pendidikan. Kepemimpinan sekolah memiliki 2 faktor utama bagi integrasi
teknologi di sekolah yaitu sebagai contoh pelaku dan pengguna teknologi
itu sendiri
1) Keuntungan dan tantangan pendidikan berbasis digital
Adapun keuntungan pendidikan berbasis digital antara lain:
16

a) Peserta didik dapat bekerjasama dalam mengakses tugas kelompok


menggunakan perangkat masing masing
b) Peserta didik dan guru mempunyai akses yang lebih luas dan lebih mudah
karena di dalamnya terdapat multemedia seperti grafik, suara dan video.
c) Di dalamnya terdapat informasi seperti catatan sekolah, administrasi,
database yang di dapatkan lebih mudah
d) Dalam proses pengelompokkan daftar kehadiran peserta didik yang bisa di
dapatkan dari elektronik dan dapat di modifikasi dengan sangat mudah.
Adapun tantangan pendidikan berbasis digital antara lain:
a) Dalam menerapkan teknologi pendidikan tidak memakan biaya yang
sedikit, karena sekolah harus melakukan pengadaan jaringan dari
perangkat dan sumber daya
b) Harus memperkuat keamanan agar tidak dapat disalin dan di salah
gunakan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab
c) Berjalannya suatu teknologi pendidikan yang lancar dan baik setiap hari
harus menggunakan biaya yang ekstra.17

17
Turikan Martinus, Perkembangan Manusia dan Pendidikan (Yogyakart : PT Kanisius, 2021),
hlm. 235-236.
17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengajaran yang berpusat pada siswa didasarkan pada minat dan
kebutuhan peserta didik. Ada dua model pembelajaran yang berpusat pada
siswa, yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan
pengajaran berdasarkan masalah (problem based intruction).
2. Identitas menjadi komponen dalam hal yang nyata begitu juga yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat, identitas ini dirancang untuk
system dalam proses social.
3. Lingkungan sangat berperan penting pada setiap pertumbuhan maupun
perkembangan setiap anak didik. Lingkungan juga akan dapat memberikan
suatu pengalaman dalam hal mengajar dimana peserta didik itu dapat
mengasah dalam ilmu pengetahuan untuk menjadi pribadi yang dewasa
dalam proses tersebut melalui tiap jenjang anak belajar sambil bermain.
4. Teknologi dalam lingkup pendidikan, tidak hanya membahas penggunaan
perangkat teknologi tetapi semua perangbat baik perangkat lunak maupun
keras, penggunaan teknologi adalah kombinasi dari penggunaan beberapa
teks media yaitu teks, audio, video maupun program komputer, dengan itu
dapat mempermudah kegiatan termasuk dalam komunikasi yang lebih baik
dan dapat menjembatangi jarak dan waktu. Dengan adanya perkembangan
teknologi dapat membantu seorang pengajar dalam melakukan
pembelajaran di dalam kelas dapat menggunakan berbagai alat baik audio
maupun visual.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah “Teknologi dan Pembelajaran Siswa” kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembacanya. Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun tentunya sangat
mengharapkan segala saran dan kritik dan pengayaan yang bersifat membangun.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Badar, Trianto. 2017. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif


dan Kontekstual. Jakarta: Kencana.

Mina Tamah, Siti. 2017. Pernak-Pernik Kerja Kelompok Berbasis Pembelajaran.


Surabaya: PT Revka Petra Media.

Johar, Rahma. 2019. Strategi Belajar Mengajar Untuk Menjadi Guru yang
Profesional. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Liliweri, Alo. 2017. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya.


Yogyakarta: PTLKIS Pelangi Angkasa.

L. Berger, Peter & Lukamn, Thomas. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah
tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.

Barker, Cris. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: PT. Bentang
Pustaka.

Tarik Ibrahim, Jabal. 2003. Sosiologi Pedesaan Social Identity. Malang: UMM
Press.

Sagala. 2010. konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

R.I, Arends. 2007. Learning to teach. New York: McGraw Hill Companies.

Mohamad, Nurdin & Hamzah, Uno. 2014. Belajar Dengan Pendekatan


Pembelajaran Aktif Inofatif Lingkungan Kreatif Efektif Menyenangkan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sulistryorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: TERAS.

Supardi. 2003. Sekolah Efektif Konsep dasar Dan Prinsipnya. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
19

Sagala, Saiful. 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Bandung: ALFABETA.

Slemo. 2019. Teori, Model, Prosedur Manajemen kelas dan Efektifitas. Qiraah
media.

Martinus, Turikan.2021. Perkembangan Manusia dan Pendidikan. Yogyakart: PT


Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai