Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PILAR PILAR PENDIDIKAN DAN MASALAH PILAR PILAR

PENDIDIKAN

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :

Dra. Wirdatul Aini M.Pd

Oleh:

Muhammad Teguh

23087156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

A. Pengertian Pilar Pendidikan

B. Jenis-jenis Pilar Pendidikan

C. Implementasi Pilar Pendidikan

D. Kasus Terkait Pilar Pendidikan

E. Solusi Terkait Kasus

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.


Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan
manusia itu sendiri, artinya pendidikan dimaksudkan untuk membudayakan manusia.
Tujuan pendidikan secara luas adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk
manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan
keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia
untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, social dan beragama.
Dalam upaya memajukan pendidikan yang ada saat ini, UNESCO
mengemukakan empat pilar pendidikan yang digunakan sebagai landasan dalam praktik
pendidikan. Empat pilar tersebut adalah learn to know, learn to do, learn to live
together, learn to believe in God. Dimana dalam pelaksanaan keempat pilar ini guru
bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Namun realitanya dalam lapangan, guru justru berperan sebagai sumber dari
segala bentuk pembelajaran dalam kelas. Guru menerangkan dan siswa mendengarkan.
Jarang sekali bahkan tidak ada metode yang membuat proses pembelajaran menjadikan
siswa belajar aktif mandiri dan berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran dan
sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan Indonesia, yakni menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang akan
membangkitkan minat siswa dalam belajar, sehingga dapat terwujud manusia yang
berkualitas.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Pilar Pendidikan?

2. Apa saja jenis-jenis Pilar Pendidikan?

3. Apa saja bentu implementasi dari Pilar-Pilar Pendidikan

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu pilar pendidikan

2. Untuk mengetahui jenis-jenis pilar pendidikan

3. Untuk mengetahui tujuan pilar-pilar pendidikan

4. Untuk mengetahui implementasi pilar-pilar pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pilar Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pilar” diartikan sebagai“tiang


penyangga” (terbuat dari besi atau beton). Kata pilar dalam bahasa Inggris berarti pillars
(sama artinya dengan pilar dalam bahasa Indonesia). Pilar merupakan penopang atau
penyangga dalam sebuah bangunan yang membuat bangunan itu dapat berdiri dengan
kukuh.

Eksistensi pilar dalam berbagai hal bisa dikatakan sangat penting peranannya
sebagai penopang agar menjadi suatu yang utuh (unity). Bangunan atau rumah berangkat
dari pondasi yang dilengkapi dengan pilar agar atap bisa berdiri kokoh dan tidak mudah
roboh sehingga tampak menjadi lengkap dan melengkapi. .

Istilah pilar dalam pendidikan bisa menjadi bagian yang tak kalah penting,
eksistensinya seperti halnya tujuan, sasaran, instrument pendidikan, dll. Adapun maksud
dari pembahasan pilar-pilar pendidikan adalah bahwa sendi pendidikan ditopang oleh
semangat belajar yang kuat melalui pola belajar yang bervisi ke depan dengan melihat
perubahan-perubahan kehidupan.Dalam pendidikan, belajar merupakan bagian yang tak
terpisahkan karena pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran (belajar-mengajar). Belajar
juga dikatakan sebagai key term (kata kunci) paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.

Hal ini juga melihat dari kondisi zaman yang cepat berubah terutama di bidang
teknologi dan informasi sehingga visi paradigma pendidikan harus relevan yang
kemudian diturunkan ke dalam metode pembelajaran. Yaitu merubah paradigma
teaching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan
menjadi proses bagaimana“belajar bersama antar guru dan anak didik”. Guru dalam
konteks ini juga termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah menjadi
learning society (masyarakat belajar). Dalam paradigma ini, peserta didik tidak lagi
disebut pupil (siswa) tapi learner (yang belajar).

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pilar pendidikan


adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang akan diberikan kepada anak didik uang bertujuan untuk pendewasaan
anak.

B. Jenis-jenis Pilar Pendidikan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations,


Educational, Scientific and Cultural Organization) telah merangcang lima pilar yaitu :

a. Learning To Know (Belajar Untuk Mengetahui)

Belajar bukan hanya tentang menghafal, tetapi lebih pada pemahaman yang
mendalam terhadap materi pembelajaran. Siswa diharapkan memiliki pemahaman
yang bermakna terhadap asal-usul teori dan konsep, serta mampu
mengaplikasikannya untuk menjelaskan dan memprediksi proses-proses
berikutnya. Proses pembelajaran ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi
juga mengajarkan teknik memperoleh pengetahuan, berpotensi mencetak generasi
muda dengan kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.

Konsep Learning to know menekankan bahwa pembelajaran tidak hanya


mengarah pada hasil belajar, melainkan juga pada proses belajar itu sendiri.
Peserta didik diharapkan tidak hanya menyadari apa yang perlu dipelajari, tetapi
juga memahami bagaimana cara mempelajarinya. Kesadaran ini memungkinkan
pembelajaran tidak terbatas di lingkungan sekolah saja, melainkan memberikan
kemampuan kepada peserta didik untuk belajar secara berkelanjutan. Prinsip
"belajar sepanjang hayat" menjadi esensi, menciptakan masyarakat belajar
(learning society) sesuai dengan tuntutan global saat ini. Dengan demikian, belajar
untuk mengetahui juga berarti belajar berpikir, karena setiap individu terus belajar
dan tumbuh kemampuan berpikir dalam dirinya. Learning to know juga mencakup
gabungan pengetahuan umum luas dengan peluang untuk mendalami sejumlah
mata pelajaran, merangkul konsep learning to learn atau belajar untuk belajar,
sehingga individu dapat meraih manfaat dari peluang pendidikan sepanjang
hidupnya.

b. Learning To Do ( Belajar Untuk Menerapkan)

Sejak Allah menciptakan manusia, kesadaran akan ketergantungan antarindividu


menjadi pokok dalam kehidupan. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus
saling membantu, menguatkan, menasehati, dan mengasihi satu sama lain dengan
penuh penghargaan dan hormat. Pilar ini menciptakan dasar penting untuk
kehidupan bersama yang harmonis dan saling mendukung.

Pilar kedua, "Learning to do" atau belajar untuk berbuat, menekankan pentingnya
penerapan pengetahuan dalam tindakan nyata. Siswa dilatih untuk menguasai
keterampilan bukan hanya mekanistis, tetapi juga untuk berkomunikasi, bekerja
sama, mengelola konflik, dan berinovasi. Dengan fokus pada pengalaman
langsung, pembelajaran tidak hanya tentang akumulasi pengetahuan, tetapi juga
tentang mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi
tantangan kehidupan. Ini menciptakan generasi muda yang tidak hanya terampil
dalam pekerjaan tetapi juga mampu berurusan dengan berbagai situasi dan bekerja
efektif dalam tim, baik dalam konteks formal maupun informal.

c. Learning To Be (Belajar Untuk Menjadi Seseorang)

Learning to be adalah belajar untuk berkembang secara utuh. Konsep ini


memaknai belajar sebagai proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati
dirinya sendiri. Siswa diharapkan untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab. Selain
itu, pendidikan juga diharapkan mampu mencetak generasi muda yang
berperikemanusiaan.

Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk


manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha
memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai
individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus
sebagai anggota masyarakat. Dalam pengertian ini terkandung makna bahwa
kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yakni makhluk hidup yang
memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan
dan kelemahannya. Learning to be, sehingga dapat mengembangkan kepribadian
lebih baik dan mampu bertindak mandiri, membuat pertimbangan dan rasa tanggung
jawab pribadi yang semakin besar, ingatan, penalaran, rasa estetika, kemampuan
fisik, dan keterampilan berkomunikasi.

d. Learning To Live Together (Belajar Untuk Dapat Hidup Bersama)

Sejak Allah menciptakan manusia, kesadaran akan ketergantungan antarindividu


menjadi pondasi kehidupan. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus saling
membantu, menguatkan, menasehati, dan mengasihi dengan penuh penghargaan.
Konsep Learning to live together mengajarkan arti hidup bermasyarakat,
mengembangkan individu yang berpendidikan dan bermanfaat bagi diri sendiri,
masyarakat, serta umat manusia. Pendidikan dalam konteks ini menekankan
pentingnya bersosialisasi dan berkomunikasi, mengajarkan siswa untuk bekerja
sama dalam masyarakat global yang membutuhkan kolaborasi antarindividu atau
kelompok, termasuk memahami perbedaan pandangan dan membangun
masyarakat demokratis yang menghormati kemajemukan.

Learning to live together melibatkan pembentukan hubungan melalui komunikasi


yang baik, menghindari prasangka buruk, dan menjauhi konflik. Persaingan
dipandang sebagai upaya sehat untuk mencapai keberhasilan, bukan sebagai alat
untuk mengalahkan atau merugikan orang lain demi kepentingan sendiri.
Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai
kebersamaan, saling pengertian, dan perdamaian, serta mengajarkan peserta didik
untuk menjauhi perselisihan dan konflik dalam misi mencapai keberhasilan
bersama.

e. Learning To Believe In God ( Belajar Untuk Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan
Yang Maha Esa )

Satu pilar lagi yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sistem
pendidikan adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai bentuk rasa syukur dan aplikasi dari nilai keagamaan dari setiap peserta
didik. Yang bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter serta akhlak mulia.

Dalam artian ini bahwa pengetahuan yang dicari seseorang harus dapat memberi
manfaat untuk isi alam itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan
bersama secara berkelanjutan yang secara religius dapat dipertanggungjawabkan
kepada Yang Mahakuasa.

C. Implementasi Pilar Pendidikan

Penerapan pilar pendidikan menuntut kemampuan profesional guru dalam bidang


pendidikan. Kemampuan profesional guru akan terwujud apabila guru memiliki
kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola interaksi belajar mengajar pada
tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan
pada tataran makro.

1. Implementasi Learning to Know

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi
siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-
perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi
belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses
belajar-mengajar.

Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu
berperan sebagai berikut:
a. Guru berperan sebagai sumber belajar

Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran.


Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran
dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak
didiknya.

b. Guru sebagai Fasilitator

Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan


proses pembelajaran.

c. Guru sebagai pengelola

Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat


belajar secara nyaman.

d. Guru sebagai demonstrator

Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan.

e. Guru sebagai pembimbing

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap
perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing.

f. Guru sebagai mediator

Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan


juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media dengan
baik.

g. Guru sebagai Evaluator

Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut,


guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan/ keefektifan metode mengajar
(Fakhruddin, 2010:4961).
2. Implementasi Learning to Do

Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk


mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar
“Learning to do” dapat terealisasi. Keterampilan merupakan sarana untuk menopang
kehidupan seseorang bahkan banyak orang meyakini bahwa memiliki keterampilan
jauh lebih penting daripada menguasai pengetahuan semata. Secara umum, bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Oleh sebab itu, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas
mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa bertanggung jawab atas diri dan
pendidikannya sehingga mereka akan belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam
memecahkan masalah.

3. Implementasi Learning to Be

Peran guru adalah sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat
dibuthkan unutk menumbuhkembangkan potensi siswa secara utuh dan maksimal.
Pendidik juga membimbing siswa belajar mengaktualisasikan diri sebagai individu
yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai
anggota masyarakat.

Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa
agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama
bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be)
(Atika, 2010)..

4. Implementasi Learning to Live Together

Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan
kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut
terdapat persamaan. Itulah sebabnya Learning to live together menjadi pilar belajar
yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.

5. Implementasi learning to Believe in God


Dalam pendidikan adanya pelajaran Pendidikan agama , disini peserta didik diajarkan
nilai-nilai serta kaidah-kaidah tentang agamanya. Melalui ini peserta didik diajarkan
bagaimana dalam bersikap serta menggunakan ilmu yang ia miliki.

D.KASUS-KASUS TERKAIT PILAR PILAR PENDIDIKAN


Penyelewengan dana pendidikan menjadi permasalahan serius yang merugikan pilar-pilar
pendidikan. Dalam banyak kasus, dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, seperti pembangunan infrastruktur sekolah, pelatihan tenaga pengajar,
dan penyediaan sumber belajar, malah dimanfaatkan secara tidak tepat. Akibatnya, sarana dan
prasarana pendidikan mengalami kelalaian, berdampak pada rendahnya kualitas
pembelajaran. Proyek-proyek strategis yang seharusnya mendukung kemajuan pendidikan
menjadi terhambat oleh praktek penyelewengan dana ini. Selanjutnya, kelalaian terhadap
pendidikan moral sebagai salah satu pilar reformasi pendidikan dapat membawa dampak
negatif pada tumbuhnya masalah moral di masyarakat. Kurikulum yang terlalu terfokus pada
aspek akademis tanpa memasukkan aspek moral dapat menyebabkan kurangnya
pembentukan karakter dan etika di kalangan generasi muda. Hal ini bisa merangsang
perkembangan perilaku tidak etis, kekurangan empati, dan penurunan moralitas dalam
komunitas.

Selain penyelewengan dana pendidikan, beberapa kasus lainnya juga dapat membahayakan
pilar-pilar pendidikan seperti di bawah ini :

1. Kurangnya Akses Pendidikan: Beberapa daerah atau kelompok masyarakat


mungkin mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan berkualitas. Hal ini dapat
disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana, jarak geografis, atau faktor
ekonomi. Ketidaksetaraan akses pendidikan dapat menghambat pencapaian pilar
Learning to live together, di mana interaksi antarindividu dan pemahaman lintas
budaya menjadi terbatas.
2. Kurikulum Tidak Relevan: Kurikulum yang tidak relevan dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan masyarakat dapat mengancam pilar Learning to know.
Pembelajaran yang tidak mengikuti perkembangan teknologi atau tren global dapat
membuat peserta didik kehilangan daya saing dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam masyarakat modern.
3. Kekerasan di Sekolah: Kejadian kekerasan di lingkungan sekolah dapat merusak
pilar Learning to live together. Baik itu bentuk pelecehan verbal, fisik, atau
cyberbullying, kekerasan dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak aman dan
menghambat perkembangan sosial dan emosional siswa.
4. Kurangnya Pemberdayaan Guru: Guru yang tidak mendapatkan dukungan dan
pelatihan yang cukup dapat menjadi hambatan untuk mencapai pilar Learning to do.
Kurangnya pengembangan profesional dan kurangnya sumber daya untuk
meningkatkan keterampilan mengajar dapat berdampak negatif pada kualitas
pembelajaran.
5. Keterbatasan Teknologi Pendidikan: Keterbatasan akses dan penggunaan teknologi
dalam pembelajaran dapat menghambat pilar Learning to know. Siswa yang tidak
memiliki akses ke perangkat atau koneksi internet mungkin kehilangan peluang untuk
mengembangkan keterampilan digital dan mengakses sumber daya pendidikan
modern.

E.SOLUSI
Berikut ini adalah solusi solusi yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah terakit
pilar-pilar pendidikan :

1. Penyelewengan Dana Pendidikan:


o Penguatan Pengawasan: Meningkatkan mekanisme pengawasan dan
transparansi dalam pengelolaan dana pendidikan, termasuk audit yang lebih
ketat.
o Pendidikan Anti-Korupsi: Melibatkan pelatihan anti-korupsi bagi semua pihak
yang terlibat dalam pengelolaan dana pendidikan, termasuk pegawai
administrasi dan pihak sekolah.
2. Kurangnya Akses Pendidikan:
o Program Beasiswa: Menerapkan program beasiswa atau bantuan pendidikan
untuk kelompok masyarakat yang kurang mampu agar dapat mengakses
pendidikan secara merata.
o Pengembangan Infrastruktur: Meningkatkan pembangunan infrastruktur
pendidikan di daerah terpencil atau sulit dijangkau agar semua anak dapat
mengakses fasilitas pendidikan dengan mudah.
3. Kurikulum Tidak Relevan:
o Pembaharuan Kurikulum: Melibatkan para ahli, guru, dan pemangku
kepentingan lainnya dalam pembaharuan kurikulum secara berkala untuk
memastikan relevansinya dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat.
o Pengembangan Keterampilan: Menambahkan mata pelajaran atau program
ekstrakurikuler yang fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21
seperti literasi digital, kreativitas, dan pemecahan masalah.
4. Kekerasan di Sekolah:
o Program Pendidikan Anti-Bullying: Menerapkan program pendidikan yang
memfokuskan pada pencegahan kekerasan, penanganan konflik, dan
peningkatan kesadaran terhadap dampak kekerasan di sekolah.
o Keterlibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam program anti-kekerasan
dan memberikan edukasi mengenai pentingnya menciptakan lingkungan
belajar yang aman.
5. Kurangnya Pemberdayaan Guru:
o Pelatihan dan Pengembangan Profesional: Menyediakan pelatihan dan
pengembangan profesional yang berkualitas bagi guru untuk meningkatkan
keterampilan mengajar dan pemahaman terhadap inovasi pendidikan.
o Dukungan dan Penghargaan: Memberikan dukungan dan penghargaan yang
lebih besar kepada guru yang berkinerja baik, termasuk insentif atau
penghargaan prestasi.
6. Keterbatasan Teknologi Pendidikan:
o Akses Internet Gratis: Membuat program untuk memberikan akses internet
gratis kepada siswa dan guru di daerah yang sulit dijangkau.
o Penyediaan Perangkat: Memastikan tersedianya perangkat teknologi seperti
laptop atau tablet bagi siswa yang tidak mampu agar mereka dapat mengikuti
pembelajaran berbasis teknologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan,pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik uang
bertujuan untuk pendewasaan anak.

Jenis-jenis pilar pendidikan menurut UNESCO ada empat, yaitu Learn To Know
( Belajar Untuk Mengetahui), Learn To do (Belajar Untuk Menerapkan), Learn To Live
Together
(Belajar Untuk Hidup Bersama), dan Learn to Believe in God (Belajar Untuk Beriman
dan Betakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa)

Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang
sangat bagus pula. Denan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan
yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Syafril & Zulhendri Zen. (2017). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: KENCANA.

Syafril, Zulhendri Zen, dkk. (2012). Pengantar Pendidikan. Padang: SUKABINA PRESS

Dwi Siswoyo, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Uny Press.

https://media.neliti.com/media/publications/56566-ID-none.pdf

https://kalteng.pks.id/2014/05/ajak-antisipasi-penyelewengan-dana.html

https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/kawal-uang-rakyat-cegah-

penyelewengan

http://fheylee.blogspot.in/2015/05/dasar-dasar;ilmpendidikanimplementasi.html

http://oyikyu.blogspot.in/2013/03/makalah-4-pilar-pendidikan_24.html

Anda mungkin juga menyukai