Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

ASAS – ASAS PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu: Drs. Imam Suyanto, M.Pd

Oleh

Trisnawati ( K7119263)

Tunjung Darmastuti (K7119265)

Uchti Fitriyaningsih (K7119266)

Ulfah Fauziah (K7119267)

Vida Tri Septyandani (K7119268)

Wahyu Kartikasari (K7119272)

Wakhid Sandi Nugroho (K7119274)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dan puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan atas
terselesaikannya makalah dari kelompok 2 yang berjudul “Asas-Asas Pendidikan”
ini. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai media penunjang dalam


perkuliahan Ilmu Pendidikan.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak menerima masukan dari


berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak”.
Kelompok kami mengharapkan kritik dan saran dari teman, dosen pengajar, serta
pihak yang lain. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah Yang Maha Kuasa.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Kebumen,12 September 2019

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membahas tentang pendidikan maka di dalamnya ada komponen-
komponen pendidikan. Komponen-komponen pendidikan yaitu tujuan
pendidikan, isi (materi) pendidikan, metode pendidikan, alat pendidikan,
pendidik, peserta didik, dan lingkungan pendidikan. Komponen tersebut
berperan penting dalam mencapai tujuan sistem pendidikan. Tujuan sistem
pendidikan terdapat dalam kurikulum pendidikan dengan urutan hirakhis
mulai dari (1) cita-cita nasional atau tujuan nasional, (2) tujuan
pembangunan, (3) tujuan institutional, (4) tujuan kurikulum, (5) tujuan
instruksional. Berhasil atau tidak berhasilnya proses pendidikan ditentukan
oleh komponen pendidikan. Keseluruahan komponen harus bekerjasama
saling mendukung proses pendidikan. Komponen tersebut memiliki
perannya masing-masing. Apabila salah satu komponen tidak mampu
menjalankan peran atau fungsinya maka dalam proses pendidikan akan
timbul permasalahan .
Mengenai permasalahan pendidikan, masih saja terjadi dalam
sistem pendidikan Indonesia. Salah satunya mengenai opini Ujian
Nasional, yang dianggap bahwa belajar hanya untuk mendapatkan nilai
ijazah; PR atau tugas; penguasaan semua mata pelajaran; kurikulum 2013
yang menuntut siswa tahu secara mendiri, hal ini mengakibatkan siswa
merasa seolah-olah belajar hanya untuk dirinya sediri; pembelajaran
dengan LCD proyektor, yang mungkin memberikan kemudahan dan
efisiensi dalam proses belajar . Tetapi meninggalkan berbagai efek seperti
mengantuk, rasa cepat bosan dan sakit mata. Apalagi jika ditayangkan
slide-slide tentang materi , siswa membaca dan memahami sendiri tanpa
ada penjelasan dari guru. Sebenarnya semua itu merupakan upaya untuk
meningkatkan pendidikan. Hanya saja ada yang salah dalam
pelaksanaannya. Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah setiap
komponen pendidikan harus memperhatikan asas-asas pendidikan. Asas
pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar, tumpuan, atau
pedoman dalam berpikir, baik pada tahap perencanaan maupun
penyelenggaran pendididikan. Asas pendidikan memfokuskan kepada cara
penyelenggaran pendidikan dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang
bagaimana layaknya pendidikan itu diselenggarakan. Dalam makalah ini,
akan dijelaskan mengenai asas-asas pendidikan. Diharapkan menjadi
pedoman dalam menjalankan peran sebagai komponen pendidikan yang
sesuai dengan asas pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan asas pokok pendidikan?
2. Apa saja asas-asas pokok pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan Asas Tut Wuri Handayani ?
4. Apa yang dimaksud dengan Asas Belajar Sepanjang hayat?
5. Apa saja manfaat belajar sepanjang hayat?
6. Mengapa belajar sepanjang hayat dijadikan sebagai asas pendidikan?
7. Apa saja tujuan pendidikan sepanjang hayat?
8. Bagaimana tahapan atau proses belajar sepanjang hayat?
9. Apa yang dimaksud dengan Asas Kemandirian dalam Belajar?
10. Apa saja batasan tentang pendidikan ?
11. Apa saja tujuan pendidikan?
12. Bagaimana proses terjadinya pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari asas pendidikan
2. Untuk mengetahui macam asas-asas pokok pendidikan.
3. Untuk mengetahui definisi Asas Tut Wuri Handayani.
4. Untuk mengetahui definisi Asas Belajar Sepanjang Hayat.
5. Untuk mengetahui manfaat belajar sepanjang hayat.
6. Untuk mengetahui faktor belajar sepanjang hayat dijadikan asas
pendidikan.
7. Untuk mengetahui tujuan belajar sepanjang hayat.
8. Untuk mengetahui tahapan belajar sepanjang hayat.
9. Untuk mengetahui definisi Asas Kemandirian dalam Belajar.
10. Untuk mengetahui batasan tentang pendidikan.
11. Untuk mengetahui tujuan pendidikan.
12. Untuk mengetahui proses terjadinya pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN

A. Asas Pokok Pendidikan


Dalam mempelajari asas-asas pokok pendidikan, kita perlu
memahami pengertian dan jenis-jenis asas, pengertian pokok, dan
pengertian pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asas
didefinisikan sebagai dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam
berpikir, bertindak, atau berpendapat. Asas dapat juga berarti hukum dasar.
Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan ilmu hukum merupakan
landasan utama yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya suatu aturan.
Dalam pandangan beberapa ahli, asas mempunyai arti yang berbeda-beda.
Adapun pengertian asas menurut para ahli antara lain :
1. Menurut The Liang
Asas adalah suatu dalil yang dinyatakan dengan istilah umum tanpa
memberikan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya, yang
diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang
tepat bagi perbuatan itu.
2. Menurut R.H.Soebroto Brotodirejo
Asas adalah suatu sumber atau sebab yang menjadi pangkal tolak
sesuatu, hal yang inherent dalam segala sesuatu yang menentukan
hakikatnya.

Pokok memiliki arti yang utama atau yang sangat penting.


Pengertian pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan diri
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengertian pendidikan menurut beberapa para ahli adalah sebagai
berikut :

1. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,


maksudnya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang.

2. Menurut John Dewey

Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan


merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu
pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan
adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan
dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan.

3. Menurut Ibnu Sina

Pendidikan atau pembelajaran berkaitan dengan seluruh aspek yang ada


pada diri manusia, mulai dari fisik, mental ataupun moral. Pendidikan
dilarang mengabaikan perkembangan fisik dan apapun yang memiliki
pengaruh terhadap perkembangan fisik seperti olahraga, meinuman,
makanan, kebersihan dan tidur. Jadi pendidikan tidak hanya
memperhatikan aspek moralnya saja namun juga membentuk individu
yang menyeluruh termasuk jiwa, karakter dan fikiran.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan bahwa asas pokok
pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau pedoman
yang memiliki peran penting dalam proses pendidikan, mulai dari tahap
perencanaan hingga pelaksanaan pendidikan.

B. Macam Asas Pokok Pendidikan


1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan asas yang diambil dari
semboyan kepemimpinan Ki Hajar Dewantara sebagai pelopor pendidikan
pada masa penjajahan. Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi
semboyan Depdikbud, pada awalnya merupakan salah satu dari “ Asas
1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Tinggi Nasional Taman Siswa
(didirikan 3 Juli 1922). Asas 1922 menjadi latar belakang terbentuknya
Asas Tut Wuri Handayani, asas tersebut secara singkat sebagai berikut :
1) Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri
dengan mengingat tertibnya persatuan dalam kehidupan umum.
2) Bahwa pengajaran harus memberikan pengetahuan yang berfaedah,
yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
3) Bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan
kebangsaan sendiri.
4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau
kepada seluruh rakyat.
5) Bahwa untuk mengejar kemerdekan hidup yang sepenuh-penuhnya
lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan
menolak bantuan apa pun dan dari siapa pun yang mengikat, baik
berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
6) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan
batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi
keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Tut Wuri Handayani merupakan asas pertama dalam pendidikan
yang merupakan inti dari sistem Among perguruan. Dimana guru disebut
pamong (pendidik, pengasuh, atau pengurus). Kalimat Tut Wuri
Handayani mendapatkan tambahan dua kalimat semboyan di depannya
yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha dan Ing Madya Mangun Karsa yang
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli
bahasa).(Raka Joni, et.al. 1985: 38 : Kawasan Kependidikan Guru, 1982:
93)
Ketiga semboyan tersebut kini menjadi satu kesatuan asas, sebagai
berikut:
1) Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberikan contoh),
dalam proses pendidikan di dalamnya terdapat pendidik dan perserta
didik. Pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, instruktur, fasilitor, dan sebutan lain yang sesuai dengan
keahliannya, dalam menyelenggarkan pendidikan.
Peserta didik adalah seseorang yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Semboyan ini memberikan
pedoman bahwa seorang pendidik harus memiliki perilaku dan ilmu
pengetahuan yang baik. Dan pendidik sebagai pembimbing yang akan
menjadi suri teladan bagi peserta didiknya.
2) Ing Madya Mangun Karsa
Ing Madya Mangun Karsa artinya di tengah memberikan kehendak,
semangat, dan motivasi. Pendidik memiliki peran dalam memberikan
arahan, solusi, saran kepada peserta didik ketika mengalami masalah
atau kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan.
3) Tut Wuri Handayani
Makna Tut Wuri Handayani sebagai berikut :
a. Tut Wuri artinya mengikuti perkembangan anak dengan penuh
perhatian berdasarkan cinta kasih dan tanpa pamrih.
b. Handayani artinya mempengaruhi dalam arti merangsang,
memupuk, membimbing, dan menggairahkan anak agar anak
mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi
(Arga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Asas ini memberikan kesempatan anak melakukan usaha
sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa
tindakan hukuman (Ki Hajar Dewantara, 1962 : 59). Ki Hajar
Dewantara menganggap bahwa dalam pelaksanaan pendidikan seorang
anak melakukan kesalahan itu bukan sebagai masalah yang besar.
Dengan pernah melakukan kesalahan seorang anak akan menemukan
cara yang tepat dan efisien. Pendidik berperan memberikan semangat
bukan dengan memberikan tindak hukuman.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar yaitu berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Seseorang dikatakan belajar jika dalam
diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku.
Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan :
1) Bahwa belajar itu membawa perubahan.
2) Bahwa perubahan itu ada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sepanjang adalah sejauh,
selama, seluruh. Sedangkan hayat adalah hidup, kehidupan, nyawa, selama
di kandung badan, selama masih hidup.
Jadi sepanjang hayat dapat diartikan selama hidup, seumur hidup,
atau dari lahir sampai meninggal dunia. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar sepanjang hayat adalah usaha untuk
memperoleh kepandaian atau ilmu seumur hidup.
Dalam pandangan Islam, kewajiban manusia untuk belajar tidak
dibatasi oleh waktu dan usia. Artinya, bahwa belajar atau mencari ilmu itu
harus dilakukan sepanjang hayat. Belajar tidak hanya dilakukan saat kita
sedang bersekolah, tetapi selama hayat masih dikandung badan. Inilah
yang dimaksud dengan belajar sepanjang hayat. Selama hayat dikandung
badan, selama itu pula kita belajar.
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education).Ditetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup
adalah pendidikan yang harus :
1) Meliputi seluruh hidup setiap individu.
2) Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan da sikap
yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
3) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self
fulfillment) setiap individu.
4) Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar sendiri.
5) Mengakui kontribuasi dan semua pengaruh pendidikan yang mungkin
jterjadi, termasuk yang formal, non formal, dan informal.
Istilah pendidikan seumur hidup erat kaitannya dan kadang-kadang
digunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan istilah
“belajar sepanjang hayat”. Kedua istilah ini memang tak dapat dipisahkan,
tetapi dapat dibedakan.
Seperti diketahui, penekanan istilah “belajar” adalah perubahan
perilaku (kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh
pengalaman, sedang istilah “pendidikan” menenakankan pada usaha sadar
dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yag memungkinkan
pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien dan efektif.
Berkaitan dengan karakteristik belajar sepanjang hayat, UNESCO
menguraikan dan mengulasnya secara jelas tulisan Dave sebagai berikut:
1) Pendidikan berakhir pada saat berakhirnya pendidikan sekolah atau
formal, akan tetapi dia merupakan suatu proses sepanjang hayat.
Pendidikan sepanjang hayat mencakup keseluruhan kurun waktu hidup
seseorang.
2) Pendidikan sepanjang hayat tidaklah hanya terbatas pada pendidikan
orang dewasa, akan tetapi dia mencakup dan membentuk satu kesatuan
dari seluruh tahap pendidikan, pra sekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan seterusnya, dengan demikian pendidikan
sepanjang hayat memandang pendidikan sebagai totalitas.
3) Pendidikan sepanjang hayat meliputi pola-pola pendidikan formal dan
nonformal kedua-duanya baik belajar yang berencana maupun yang
berinsidental. Berdasarkan karakteristik konsep ini, pendidikan
nonformal merupakan satu bagian integral dari pendidika
keseluruhannya. Pada esensinya konsep ini meliputi keseluruhan
“kontinum” situasi belajar yang merentang mulai dari belajar yang
terlembagakan dan terencanakan dengan baik sampai dengan belajar
yang tidak terlembagakan bersifat insidental.
4) Rumah tangga atau keluarga memainkan peranan pertama yang
penting namun tersulit dan paling kritis di dalam pemrakarsaan proses
belajar sepanjang hayat. Peranan ini akan berkesinambungan sepanjang
keseluruhan kurun waktu kehidupan individu melalui suatu proses
belajar dalam keluarga.
5) Masyarakat juga memainkan peranan yang penting dalam pendidikan
sepanjang hayat, mualai dar saat anak mulai berinteraksi dengan
masyarakat itu dan terus berlangsung sementara dia melakukan fungsi-
fungsi pendidikannya sepanjang hayat, yang menyangkut lapangan
profesional dan lapangan-lapangan kehidupan lainnya.
6) Lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas dan pusat-
pusat latihan adalah penting, akan tetapi hanya sebagai salah satu saja
dadri sekian banyak agen-agen pendidikan sepanajang hayat. Konsep
tersebut menegaskan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal merupakan satu bagian saja dari keseluruhan lembaga
pendidikan dan harus diintegrasikan dengan lembaga dan kegiatan
pendidikan lainnya.
7) Pendidikan sepanjang hayat berusaha mencari kesinambungan dan
kaitan dalam dimensi vertikal dan longitudinal dari pendidikan.
8) Pendidikan sepanjang hayat berusaha menciptakan integrasi setiap
dimensi horizontal pada setiap tahap kehidupan.
9) Pendidikan sepanjang hayat memiliki sifat yang fleksibel dan
bermacam ragam isi, alat dan teknik belajar dan juga dalam waktu
belajar.
10) Pendidikan sepanjang hayat diisi oleh pola-pola dan bentuk-bentuk
alternatif pendidikan.
11) Ada tiga persyaratan pokok untuk pendidikan sepanjang hayat yaitu
kesempatan, motivasi dan educability.

Belajar sepanjang hayat mengandung banyak manfaat bagi kita.


Kita hendaknya membiasakan diri belajar, kapan dan di mana pun kita
berada. Belajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Di antara sekian
banyak manfaat belajar sepanjang hayat yaitu :
1) Memudahkan kita dalam mengatasi berbagai permasalahan hidup yang
semakin kompleks. Mereka yang gemar belajar memiliki banyak ilmu
dan dengan ilmunya mereka mampu mengatasi persoalan yang
dihadapinya. Suatu permasalah yang sederhana akan menjadi sulit bagi
mereka yang tidak berilmu, tetapi sangat ringan dan mudah
diselesaikan bagi mereka yang berilmu.
2) Mempertajam pikiran dan mengatasi kepikunan.Dengan belajar
pikiran manusia selalu diasah secara terus menerus ia tidak akan
berkarat atau tumpul. Lain halnya jika kita tidak pernah belajar.
Pikiran kita menjadi tumpul dan sulit digunakan untuk berpikir. Ada
orang yang berpendapat bahwa untuk mengatasi kepikunan pada masa
tua, pikiran haruslah selalu diasah dengan belajar. Itulah sebabnya,
agar kita tidak menjadi orang pikun, tidak ada pilihan lain selain terus
belajar.
3) Wahana menghibur diri. Belajar ternyata bisa menjadi wahana untuk
menghibur diri. Perhatikan orang-orang yang sudah berusia lanjut dan
ia terus belajar. Untuk apa mereka belajar? Salah satu di antaranya
ialah untuk menghibur diri. Mereka punya anggapan bahwa belajar itu
merupakan sesuatu yang mengasyikkan. Tidak usah heran apabila kita
mendapati orang yang sudah kakek-kakek dan nenek-nenek kembali
lagi ke kampus (sekolah). Di negara kita mungkin pemandangan
seperti ini masih kurang lazim. Akan tetapi, di negara –negara maju hal
ini sudah lazim ditemukan.
4) Meningkatkan status sosial. Dalam sudut pandang agama, Tuhan akan
meninggikan derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Janji
Allah ini pasti kebenarannya. Orang yang memercayai keyakinan ini
akan selalu belajar sepanjang masa. Ia yakin bahwa dengan belajar
statusnya di masyarakat akan meningkat. Secara logika saja kita dapat
mengatakan bahwa dengan gemar belajar berarti banyak memperoleh
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini sangat penting bagi
kehidupan seseorang atau masyarakat. Bagi mereka yang gemar dan
suka belajar akan dihargai oleh masyarakatnya. Bahkan dengan belajat
terus-menerus, ia dapat meningkatkan jabatan dan status sosial
ekonominya,
Belajar sepanjang hayat tidak mesti di lakukan di sekolah secara
formal. Jika terus-terusan belajar di sekolah formal tentu orang akan
bertanya-tanya, “ Sekolah terus, kapan menggunakan ilmunya?” Nah,
pengertian belajar sepanjang hayat yang dimaksudkan di sini adalah
belajar dalam arti luas yang tidak dibatasi oleh tempat, ruang dan waktu
serta upaya untuk engubah tingkah laku ke arah yang lebih baik dan lebih
baik lagi.
Adapun faktor penyebab belajar sepanjang hayat dijadikan sebagai
asas pendidikan sebagai berikut:
1) Pendidikan telah berlangsung sejak dulu hingga sekarang
Sejak manusia ada, pendidikan telah berlangsung. Proses
pendidikan ini berlangsung secara alamiah. Tanpa belajar lewat
bersekolah, anak nelayan laki-laki pada suatu ketika akan pandai
menangkap ikan di tengah laut. Pemburu akan mengajarkan tanda-
tanda adanya hewan yang berbahaya yang perlu dihindari sekaligus
juga tahu tanda-tanda adanya rombongan rusa yang menjadi hewan
buruannya. Anak petani akan belajar cara menanam dan
memeliharanya, nilai-nilai apa yang dianggap baik dan buruk di
masyarakatnya secara sederhana lewat kehidupan sehari-hari karena
mengamati, mencoba-coba, mengalami hingga memperoleh
penghayatan yang memadai.
2) Masyarakat tradisional tidak banyak mengalami perubahan
Dalam masyarakat tradisional hampir tidak ada perubahan
dalam tata kehidupannya sehingga setelah dewasa penguasaan
terhadap apa yang perlu dikuasai oleh orang dewasa dapat dikatakan
tuntas selesai dipelajari lewat proses pendidikan yang sederhana. Pada
tingkat perkembangan tertentu, anak didik diinisiasi dengan suatu
upacara adat, yang menandai ia telah meninggalkan masa kanak-
kanaknya dan menjadi orang dewasa.
3) Keadaan yang cepat berubah
Yang mudah kita amati adalah kemajuan teknologi, yang pada
dasarnya adalah penerapan sejumlah ilmu dalam memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Kemajuan ilmu yang mendorong kemajuan teknologi
telah menyebabkan adanya banyak perubahan di segala bidang
kehidupan.
Perubahan itu dapat dipandang menguntungkan, misalnya
banyak problem-problem yang mampu diatasi dengan hadirnya
teknologi baru, sehingga kehidupan manusia dapat menjadi lebih
mudah, praktis, bisa lebih murah, menyenangkan. Perubahan itu dapat
jugs dianggap tidak menguntungkan, karena, cepatnya perubahan
kadang sulit diikuti oleh mereka yang lamban, dapat menghilangkan
mats pencaharian seseorang karena kerja manusia digantikan oleh
mesin.
4) Perubahan ilmu dan teknologi menuntut orang untuk menyesuaikan
Dalam masyarakat yang sudah menerapkan teknologi,
perubahan yang ada kadang menuntut manusia di dalamnya untuk
menyesuaikan. Dalam masyarakat industri maju, orang akan amat
tersiksa jika terbatas pengetahuannya. Semakin maju suatu masyarakat
semakin menuntut agar warganya mempunyai pengetahuan yang
memadai. Pengetahuan itu perlu selalu ditambah, diperbaharui selaras
dengan informasi, pengetahuan baru yang ada.
5) Wadah pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga
pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan
perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu,
lembaga dari pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan
yang selama ini kita kenal, yaitu
a. Pendidikan persekolahan
b. Pendidikan luar sekolah
c. Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah atau media
massa baik cetak atau elektronik ataupun sajian dalam Internet.
Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga
pendidikan yang ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa
yang diperlukan oleh individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah
yang di awal Indonesia hanya merdeka hanya kursus mengetik, steno,
dan memegang buku (administrasi keuangan) kini sudah banyak sekali
ragamnya dan kurus steno semakin surut jumlahnya karma hadirnya
teknologi baru.
Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara informal
orang dapat belajar lewat televisi, radio, komputer. Orang dapat,
belajar di tempat, di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada
tetapi dapat pula belajar jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk
belajar yang tedadi saat ini. Karma pendidikan sepanjang hayat
berwadahkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada,
pertambahan dan perluasan lembaga pendidikan juga merupakan
pertambahan dan perluasan wadah pendidikan sepanjang hayat.
6) Ragam program
Ada banyak ragam yang menggambarkan kepentingan
seseorang untuk belajar kembali, mempelajari seseuatu yang baru
baginya. Berikut ini ragam dari pendidikan sepanjang hayat:
a. Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan pokok
dalam hidupnya (dalam arti luas: kebutuhan “survival”).
b. Pendidikan untuk menyesuaiakan diri dengan tuntutan bidang
kerja.
c. Pendidikan untuk mengembangkan diri atau meningkatkan
kemampuan diri.
d. Pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan dan rekreasional.
Seperti yang telah disebutkan, tingkat kepentingan mengapa
seseorang perlu belajar lagi adalah tidak sama. Ada yang sangat
mendesak, ada yang sekedar untuk kepantasan dan bahkan ada yang
seakan-akan untuk bersenang-senang. Untuk itu berikut uraian untuk
masing-masing ragam kebutuhan mengikuti pendidikan tesebut.
7) Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhaan pokok
Di daerah pedesaan banyak diselenggarakan latihan
keterampilan di luar usaha tani. Dengan demikian lewat latihan yang
dilaksanakan para petani yang umumnya hanya menjadi buruh tani
akan mempunyai pilihan untuk berusaha di luar usaha pertanian.
Mereka mengikuti latihan dalam Balai Latihan Kerja (BLK)
agar mempunyai salah satu atau beberapa keterampilan yang dapat
ditawarkan dalam pasaran kerja untuk menopang kehidupannya. Oleh
karena itu jenis-jenis latihan semacam ini termasuk dalam ragam
pertama, yaitu suatu pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan pokok.
8) Pendidikan untuk menyesuaiakan diri dengan tuntutan bidang kerja
Contoh tentang pegawai pabrik yang harus mengikuti latihan
adalah salah satu gambarannya. Tanpa latihan itu ia akan kehilangan
mata pencaharian yang menghidupinya selama ini. Seperti di negara
maju yang menuntut hanya doktor yang boleh latihan semacam ini
banyak sekali dilaksanakan saat ini dengan nama tugas belajar dengan
bea siswa atau tanpa bea siswa, pelatihan atau penataran. Tak kurang
dari pegawai rendah, guru dari semua jenjang pendidikan hingga
Seorang profesor kiranya pernah mengikuti penataran yang isinya
untuk penyesuaian dalam bidang ker anya, balk itu sifatnya nilai yang
perlu dipahami, ilmu pengetahuan baru.
9) Pendidikan untuk mengembangkan diri atau meningkatkan
kemampuan diri
Saat ini tidak ada lagi pandangan seseorang terlambat belajar
sesuatu. Orang dapat berhenti belajar karena kehabisan biaya, tetapi
telah merancang bekeirja dengan cars testentu agar dapat memperoleh
kesempatan suatu ketika akan belajar lagi sesuai dengan cita-citanya.
Pola pengembangan atau peningkatan diri tersebut tidak selalu berjalan
sistematis seperti itu.
10) Pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan dan rekreasional
Kita dapat melihat akhir-akhir ini betapa banyak orang yang
gemar berolah raga. Para remaja mengikuti kursus senam, yang
bertujuan untuk memperindah bentuk badan dan sekaligus memberi
kesenangan secara umum. Orang yang lebih tua usianya memilih
senam yang lebih ringan seperti senam sehat.
Adapun tujuan pendidikan sepanjang hayat ialah sebagai
berikut :
1) Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat
dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal
mungkin. Dengan demikian, secara potensial keseluruhan potensi
manusia diisi sesuai kebutuhannya agar dapat berkembang secara
wajar.
2) Mengembangkan proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
manusia bersifat hidup dan dinamis maka pendidikan wajar
berlangsung selama manusia hidup.
3) Menciptakan belajar untuk hidup (learning to be) dan membentuk
masyarakat belajar (learning society)
4) Sebagai pembelajaran mandiri (self learning) yaitu menyesuaikan diri
dengan perubahan positif yang terus menerus dan berkembang dalam
sepanjang kehidupan manusia dan masyarakat serta menyiapkan diri
guna mencapai kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
5) Membangun seseorang untuk meningkatkan produktifitas individu,
organisasi, tempat kerja, dan negara.
6) Mampu mengembangkan potensi, pengetahuan dan ketrampilan yang
dimilikinya.
Tahap proses belajar pendidikan sepanjang hayat. Konsep belajar
sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan
(continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan
ketinggalan zaman dan dapat memperbarui pengetahuannya, terutama bagi
mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu
diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan generasi muda.

Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian.


Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh
panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang
sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan
proses internal. Bagian yang kedua disebut proses belajar eksternal, proses
ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses
belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik.

Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri


seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu :

1) Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai
suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk
belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika
demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut
dengan berbagai cara, yaitu dengan menjelaskan pentingnya pelajaran
dan mengapa materi itu perlu dipelajari.
2) Perhatian pada pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran.
Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami
hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing.
3) Menerima dan mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan
mengerti dan menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap
menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang
belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan
dan pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran,
dan interverensi.
4) Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan
mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan
kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu
melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya
dengan cara yang mengesankan.
5) Generalisasi. Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu
menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang
lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan
hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
6) Menerapkan apa yang telah diajarkan serta umpan balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat
menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa
peserta didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat
memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Tes yang diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan.
Selanjutnya, pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa
penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan
balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami
apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.
C. Asas Kemandirian dalam Belajar

Asas ini tidak dapat dipisahkan dari 2 asas tut wuri handayani dan
belajar sepanjang hayat. Implikasi dari asas ini adalah pendidik harus
menjalankan peran komunikator, fasilitator, organisator. Pendidik
diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar
sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan
sumber belajar tersebut.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan


guru dalam peran utama sebagai :

1. Fasilitator, yaitu guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai


sumber belajar sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi
dengan sumber-sumber tersebut.
2. Motivator, yaitu guru mengupayakan timbulnya prakarsa sisik untuk
memanfaatkan sumber belajar.
3. Organisator, yaitu guru mempunyai suatu tugas untuk
mengorganisasikan peserta didiknya guna memudahkan dalam proses
belajar yang akan dijalaninya.
4. Informator, yaitu guru sebagai salah satu sumber atau pemberi
informasi guna membantu para peserta didiknya dan memudahkan
dalam proses belajar.

Terdapat beberapa strategi belajar mengajar atau kegiatan belajar-


mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam
belajar, antara lain:

1. Cara Belajar Siswa Aktif (CSBA). Dalam hal pendekatan belajar ini,
siswa dituntut mengambil prakarsa atau memikul tanggung jawab
tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui
lembaga kerja.
2. Belajar melalui modul.
3. Paket belajar.
4. Pengajaran berprogram.

Asas Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar


yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri,
dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.

Ada beberapa variasi pengertian belajar mandiri yang diutarakan


oleh para ahli seperti dipaparkan Abdullah (2001:1-4) sebagai berikut:

1. Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik


tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri
mengintegrasikan self- management (manajemen konteks, menentukan
setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa
memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya) (Bolhuis;
Garrison).
2. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di
dalam memulai dan memelihara usaha siswa. Motivasi memandu
dalam mengambil keputusan, dan kemauan menopang kehendak untuk
menyelami suatu tugas sedemikian sehingga tujuan dapat dicapai
(Corno; Garrison).
3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser
dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk
memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan
bermanfaat baginya (Lyman; Morrow, Sharkey, & Firestone).

Haris Mujiman (2005:1) memberikan pengertian belajar mandiri


adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk
menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun
dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Penetapan
kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya – baik
penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara
belajar, maupun evaluasi belajar – dilakukan oleh siswa sendiri.
Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk
melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai
suatu kompetensi tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan
beberapa pertimbangan di atas, maka belajar mandiri dapat diartikan
sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian
maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk
menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat
digunakannya untukmemecahkan masalah yang dijumpainya di dunia
nyata. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan
guru dalam peran utama sebagai faktor utama sebagai falisitator dan
motivator, disamping peran-peran lain : informator, organisator, dan
sebagainya.

Beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan sangat bermanfaat


dalam mengembangkan kemandirian dalam proses belajar tersebut seperti
belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram dan
sebagainya. Konsep Belajar Mandiri (Self-directed Learning) sebenarnya
berakar dari konsep pendidikan orang dewasa. Namun demikian
berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti
Garrison tahun 1997, Schillereff tahun 2001, dan Scheidet tahun 2003
ternyata belajar mandiri juga cocok untuk semua tingkatan usia. Dengan
kata lain, belajar mandiri sesuai untuk semua jenjang sekolah baik untuk
sekolah menengah maupun sekolah dasar dalam rangka meningkatkan
prestasi dan kemampuan siswa.

Pada tingkat Perguruan Tinggi, istilah SKS (System Kredit


Semester) merupakan pelaksanaan asas kemandirian dalam belajar bagi
mahasiswa. Mahasiswa lebih dituntut untuk dapat mengembangkan materi
yang telah diajarkan di kampus bersama dosen sehingga pengetahuan dan
pemahamannya dapat berkembang dan luas. Apabila menemukan hal-hal
yang kurang dipahami dalam pembelajaran maka dapat mendiskusikan
bersama dengan dosen yang mempunyai keahlian dan kemampuan dalam
hal-hal yang kurang dimengerti tersebut. Sehingga asas kemandirian
belajar berlaku bagi semua yang dengan usaha dan kemauan sendiri untuk
belajar, baik secara formal maupun non formal.

Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat


secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar.
Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan
siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan
belajar-mengajar, sedini mungkin di kembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu
siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar
sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi
bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah
tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selau
tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan


guru dalam peran utama sebaga fasilitator dan motivator, di samping
peran-peran lain sebagai informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai
fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinterkasi
dengan sumber-sumber tersebut.

Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa


peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan
kemandirian dalam belajar ini seyogianya dimulai dalam kegiatan
intrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam
kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler. Atau, untuk latar perguruan
tinggi. Dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan
dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Terdapat
berbagai strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar
yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar.
Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan
yang memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan
atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah,
umpamanya melalui lembaga kerja.

Di samping itu, beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan


sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian dalam belajar itu,
seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan
sebagainya. Keseluruhan upaya itu akan dapat terlaksana dengan
semestinya apabila setiap lembaga pendidikan, utamanya sekolah,
didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. Seperti
diketahui, PSB itu memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber
belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekaman
elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas, dan
sebagainya. Dengan dukungan PSB itu asas-asas kemandirian dalam
belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.

D. Batasan tentang Pendidikan


Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang
kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk
menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan
yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda
yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya,
konsep dasar yang digunakan , aspek yang menjadi tekanan, atau karena
falsafah yang melandasinya.
Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang
berbeda berdasarkan fungsinya:
1. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya
tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat di mana seorang bayi
dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu, larangan-
larangan dan anjuran, dan ajakan tertentu seperti yang dikehendaki
oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti bahasa,
cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawinan,
bercocok tanam, dan seterusnya.
Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi
dari generasi tua ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu
nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran,
rasa tangggung jawab dan lain-lain, yang kurang cocok diperbaiki,
misalnya tata cara pesta perkawinan, dan yang tidak cocok diganti
misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti dengan
pendidikan seks melalui pendidikan formal.
Di sini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata
mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai
tugas menyiapakan peserta didik untuk hari esok. Suatu masa dengan
pendidikan yang menuntut banyak persyaratan baru yang tidak pernah
diduga sebelumnya, dan malah sebagian besar masih berupa teka-teki.
Dengan menyadari bahwa sistem pendidikan itu merupakan subsistem
dari sistem pembangunan nasional maka misi pendidikan sebegai
transformasi budaya harus sinkron dengan beberapa pernyataan
GBHN yang memberikan tekanan pada upaya pelestarian dan
pengembangan kebudayaan, yaitu sebagai berikut (BP.7.Pusat,1990-
110).
1) Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah
perwujudan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia.
2) Kebudayaan nasional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa
harus terus dipelihara, dibina, dan dikembangkan sehingga mampu
menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa di masa depan.
3) Perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat
nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-
nilai dari luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaruan
dalam proses pembangunan.
4) Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu
menjawab tantangan pembangunan dengan dikembangkan pranata
sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa.
5) Usaha pembaruan bangsa perlu dilanjutkan di segala bidang
kehidupan, bidang ekonomi, dan sosial budaya
2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada
terbentuknya kepribadian peserta didik.
Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui
tahap-tahap bersinambungan (prosedural) dan sistemik oleh karena
berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang
saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka
yang sudah dewasa, dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri (zelf
worming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan.
Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum
mempunyai warna dan corak kepribadian yang tertentu. Ia baru
merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi
perlu mendapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui
bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan
pendidikan.
Bagi mereka yang sudah dewasa, tetap dituntut adanya
pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat dengan
meningkatnya tantangan hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan
ini dikenal apa yang disebut pendidikan sepanjang hidup.
Pembentukan pribadi mencakup pmbentukan cipta, rasa, dan karsa
(kokmitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan
pengembangan fisik.
Dalam posisi manusia sebagai makhluk serba terhubung,
pembentukan pribadi meliputi pengembangan penyesuaian diri
terhadap lingkungan, terhadap diri sendiri, dan terhadap tuhan.
3. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai
suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik. Tentu saja istilah baik di sini bersifat
relatif, tergantung kepada tujuan nasional dari masing –masing bangsa,
oleh karena masing-masing bangsa mempunyi falsafah hidup yang
berbeda-beda.
Bagi kita warga negara yang baik diartikan selaku pribadi yang
tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini ditetapkan dalam
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 yang menyatakan bahwa segala
warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tak ada kecualinya.
4. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai
kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar
untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi
misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia. Bekerja menjadi penopang hidup seseorang
dan keluarga sehingga tidak bergantung dan mengganggu orang lain.
Melalui kegiatan bekerja seseorang mendapat kepuasan bukan saja
karena menerima imbalan melainkan juga karena seseorang dapat
memberikan sesuatu kepada orang lain (jasa ataupun benda), bergaul,
berkreasi, dan bersibuk diri. Kebenaran hal tersebut mennjadi jelas bila
kita melihat hal yang sebaliknya, yaitu menganggur adalah musuh
kehidupan.
UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dalam GBHN (BP 7 Pusat, 1990:70-96) sebagai arah
dan kebijaksanaan pembangunan umum butir 22 dinyatakan
mengembangkan SDM dan menciptakan angkatan kerja Indonesia
yang tangguh, mampu, dan siap bekerja sehingga dapat mengisi semua
jenis tingkat lapangan kerja dalam pembangunan nasional.
Selanjutnya, dalam butir 23, dinyatakan : Meningkatkan
pemerataan lapangan kerja dan kesempatan kerja serta memberikan
perhatian khusus pada penanganan angkatan kerja usia muda. Butir 10
tentang tenaga kerja berisi pernyataan sebagai berikut :
1) Arah pembangunan ketenagakerjaan ialah ada peningkatan harkat,
martabat, dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri
sendiri.
2) Meningkatkan perencanaan ketenagakerjaan yang terpadu dan
menyeluruh yang bersifat nasional.
3) Menyempurnakan sistem informasi ketenagakerjaan yang
mencakup penyediaan dan permintaan tenga kerja.
4) Meningkatkan upaya perlindungan tenaga kerja khususnya bagi
tenaga kerja wanita
Isi dari butir tersebut mencakup : pengadaan tenaga kerja,
penyediaan kesempatan lapangan kerja, perencanaan terpadu,
penyempurnaan sistem informasi untuk penyediaan dan pemasaran
tenaga kerja, dan perlindungan tenaga kerja.

5. Definisi Pendidikan Menurut GBHN


GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990:105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional yang berkar
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia
serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa Kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu
membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat
memenuhi kebutuhan pembangunan nasioanl dan bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.
Definisi tersebut menggambarkan terbentuknya manusia yang utuh
sebagai tujuan pendidikan. Pendidikan memperhatikan persatuan aspek
jasmani dan rohani, aspek diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek
kognitif, afektif dan psikomotor, serta segi serba keterhubungan
manusia dengan dirinya (konsentris), dengan lingkungan sosial dan
alamnya (horizontal), dan dengan Tuhannya (vertikal).
E. Tujuan dan Proses Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan (Tamalene, 2011) memuat gambaran tentang
nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan.
Karena itu tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu, memberikan
arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan suatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen
pendidikan, tujuan pendidikan (Hadzuka, 2011) menduduki posisi penting
diantara komponen-komponen penting lainnya.
Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan
pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk
pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan
yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak
fungsional, bahkan salah, sehingga perlu dicegah terjadinya. Di sini
terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normative, yaitu mengandung
unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan
hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat
sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubungan dengan nilai tujuan yang sedemikian penting itu,
maka menjadi keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya,
kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat
mengakibatkan kesalahan di dalam melaksanakan pendidikan. Gejala
demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis.
Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang
bersifat abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal dan kandungannya
sangat luas sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek.
Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang di tujukan pada peserta
didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan
menggunakan alat tertentu.
Pelaksanaannya hanya mungkin apabila tujuan yang ingin dicapai
itu dibuat jelas (eksplisit), kontret, dan lingkup kandungannya terbatas.
Dengan kata lain tujuan umum perlu dirinci sehingga menjadi tujuan yang
lebih khusus dan terbatas agar mudah direalisasikan dalam praktek. Coba
bandingkan 3 macam tujuan di bawah ini:
1) Mendidik peserta didik agar menjadi manusia berjiwa pancasila
(sangat abstrak, umum, luas, dan sulit direalisasikan).
2) Menumbuhkan jiwa demokratis pada diri peserta didik (masih bersifat
umum, belum mudah direalisasikan).
3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan
pendapat. (lingkupnya terbatas dan mudah dilaksanakan).
Ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa tujuan khusus itu
diperlukan antara lain:

1) Pengkhususan tujuan memungkinkan dilaksanakannya tujuan umum


melalui proses pendidikan.
2) Adanya kekhususan dari peserta didik, yaitu yang berkenaan dengan
jenis kelamin, pembawaan dan minatnya, kemampuan orang tuanya,
lingkungan masyarakat.
3) Kepribadian yang menjadi sasaran untuk dibentuk atau dikembangkan
bersifat kompleks sehingga perlu dirinci dan dikhususkan, aspek apa
yang dikembangkan.
4) Adanya tahap-tahap perkembangan pendidikan.
5) Adanya kekhususan masing-masing lembaga penyelenggara
pendidikan. Seperti pendidikan kesehatan, pertanian, dan lain-lain
ataupun jalur pendidikan seperti jalur pendidikan sekolah dan jalur
pendidikan luar sekolah.
6) Adanya tuntutan persyaratan pekerjaan yang harus dipenuhi oleh
peserta didik sebagai pilihannya.
7) Diperlukan teknik tertentu yang menunjang pencapaian tujuan lebih
lanjut misalnya membaca dan menulis dalam waktu yang relatif
pendek.
8) Adanya kondisi situasional, yaitu peristiwa-peristiwa yang secara
kebetulan muncul tanpa direncanakan.
9) Kemampuan yang ada pada pendidik.

Di dalam praktek pendidikan khususnya pada system


persekolahan, di dalam rentangan antara tujuan umum dengan tujuan yang
sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Tujuan antara berfungsi
untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian
khusus. Umumnya ada 4 jenjang tujuan yang didalamnya terdapat tujuan
antara, yaitu: tujuan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan
tujuan instruksional.
1) Tujuan umum juga disebut tujuan total, tujuan yang sempurna atau
tujuan akhir. Dalam hal ini Kohnstan dan Gunning mengatakan bahwa
tujuan akhir dari pendidikan yaitu untuk membentuk insan kamil atau
manusia sempurna. Manusia dapat dikatakan sebagai insane kamil,
apabila dalam hidupnya menunjukkan adanya keselarasan/harmonis
antara jasmaniah dan rohaniah. Harmonis antara segi-segi dalam
kejiwaan, antara kehidupan sebagai individu dan kehidupan bersama.
Kehidupan sebagai insan kamil adalah merupakan suatu kehidupan di
mana terjamin adanya ketiga inti hakikat manusia. Yaitu, manusia
sebagai makhluk individual, makhluk sosial dan makhluk susila.
2) Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapainya. Misalnya tujuan pendidikan
tingkat SD berbeda dari tujuan tingkat menengah, dan seterusnya.
3) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan bidang mata
pelajaran.
4) Tujuan instruksional, materi kurikulum yang berupa bidang studi-
bidang studi terdiri dari pokok-pokok bahasan dan sub-pokok bahasan.
Tujuan pokok bahasan dan tujuan sub-pokok bahasan disebut tujuan
instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok
bahasan. Tujuan pokok bahasan disebut tujuan instruksional umum
(TIU) dan tujuan sub-pokok bahasan disebut tujuan instruksional
khusus (TIK) merupakan tujuan yang terletak pada jenjang terbawah
dan paling terbatas ruang lingkupnya kemudian bersifat operasional
dan terkerjakan.

Secara keseluruhan macam-macam tujuan tersebut merupakan


suatu kebulatan.Tujuan umum memberikan arah kepada semua tujuan
yang lebih rinci dan yang jenjangnya lebih rendah. Sebaliknya tujuan yang
lebih khusus menunjang pencapaian tujuan yang lebih luas dan yang
jenjangnya lebih tinggi untuk sampai kepada tujuan umum. Tujuan
pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa.
Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia. Tujuan pendidikan tidak berdiri sendiri., melainkan dirumuskan
atas dasar sikap hidup bangsa dan cita-cita Negara dimana pendidikan itu
dilaksanakan. Sikap dasar itu dilandasi oleh norma-norma yang berlaku
bagi semua warganegara.

1. Tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh


1) Socrates (469-399 SM), tujuan pendidikan ialah mengembangkan daya
pikir seseorang untuk mengerti pokok-pokok kesusilaan.
2) Plato (427-345 SM), tujuan pendidikan adalah menyajikan individu
bahagia dan berguna bagi Negara.
3) Aristoteles (384-332 SM), tujuan pendidikan ialah membuat kehidupan
rasional. Individual bersama-sama dengan orang lain hendaknya
tingkah lakunya selalu dipimpin oleh akal.
4) Augustinus (354-430 SM), tujuan pendidikan adalah cinta sepenuhnya
kepada Tuhan agar mendapat kesenangan di alam baqa kelak.
5) Francois Rabelais (1483-1553), tujuan pendidikan ialah pembentukan
manusia yang lengkap, cakap, dalam kesenian dan industry,
perkembangan manusia dalam segala seginya: jasmani, kesusilaan dan
akalnya.
6) Prof. Dr. Ph. Kohnstam (Belanda, 1875), tujuan pendidikan menolong
manusia yang sedang berkembang, supaya ia memperoleh perdamaian
batin yang sedalam-dalamnya tanpa mengganggu atau menjadi beban
orang lain.
7) John Milton (Inggris, 1608-1674), tujuan pendidikan adalah persiapan
untuk kehidupan yang sebenarnya didunia nyata ini.
8) Richard Mulcaster (Inggris, 1531-1611), tujuan pendidikan ialah
membantu kodrat kearah kesempurnaan.
9) Francois Bacon (Inggris, 1561-1626), tujuan adalah mengusahakan
agar manusia dapat menguasai benda-benda, meningkatkan kekuatan
manusia dengan penggunaan ilmu pengetahuan.
10) John Locke (Inggris, 1632-1704), tujuan pendidikan ialah
pembentukkan watak, perkembangan manusia sebagai kebulatan
moral, jasmani dan mental.
11) Jean Jacques Rousseau (Geneva, 1712-1778), tujuan pendidikan adalah
mengembengkan pembawaan anak itu menurut alamnya.
12) John Dewey (AS, 1859-1952), tujuan pendidikan adalah membentuk
anak menjadi warganegara yang baik.
2. Tujuan Pendidikan menurut UUPP No. 4/1950, jo No. 12/1954

Dalam bab III pasal 3, dirumuskan tujuan pendidikan dan


pembelajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan
warganegara yang demokratis serta bertanggunggjawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

3. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional adalah (mencerdaskan kehidupan


bangsa dan memajukan kebudayaan nasional bangsa Indonesia),
membangun kualitas manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai
warganegara yang berjiwa pancasila mempunyai semangat dan kesadaran
yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian yang kuat,
cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap
demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama manusia
dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya
estetik, berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakat (Ag.
Soedjono, tt. 33).

2. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap
komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan
pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat
menetukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu
kualitas komponen dan kualitas penglolaannya. Kedua segi tersebut satu
sama lainnya saling bergantung. Walaupun komponen-komponennya
cukup baik, seperti tersedianya sarana-prasarana serta biaya yang cukup,
jika tidak ditunjang dengan pengelolaan yang handal maka pencapaian
tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan
baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil
yang tidak optimal.
Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro,
meso dan mikro. Pengelolaan proses dalam lingkup makro berupa
kebijakan-kebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk
UU pendidikan, peraturan pemerintah, SK mentri, SK dirjen, serta
dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang
lain.
Pengelolaan dalam ruang lingkup meso merupakan implikasi
kebijakan-kebijakan nasional kedalam kebijakan operasional dalam ruang
lingkup wilayah dibawah tanggung jawab Kakanwil dan Depdikbud.
Pengelolaan dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi
kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung didalam lingkungan
sekolah ataupun kelas, sanggar-sanggar belajar, dan satuan-satuan
pendidikan lainnya dalam masyarakat. Dalam ruang lingkup ini kepala
sekolah, guru, tutor, dan tenaga-tenaga pendidikan lainnya memegang
peran penting di dalam pengelolaan pendidikan untuk menciptakan
kualitas proses dan pencapaian hasil pendidikan. Misalnya seorang guru ia
wajib menguasai pengelolaan kegiatan belajar mengajar, termasuk
didalamnya pengelolaan kelas dan siswa.
Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya
proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab
berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya
dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu. Di sini
jelas bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan memegang peranan
penting. Pengelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan
perkembangan IPTEK. Karena itu setiap guru wajib mengikuti dengan
seksama inovasi-inovasi pendidikan terutama yang diseminasikan secara
luas oleh pemerintah serta PPSI, belajar tuntas (mastery learning),
pendekatan CBSA dan keterampilan proses muatan local dalam kurikulum
dan lain-lainnya agar dapat diambil manfaatnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai