Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH CURAH PENDAPAT TENTANG CIRI-CIRI DIMENSI SIKAP

DAN PERILAKU MENDEWASA MENURUT PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

DISUSUN OLEH:

NANINDA FITRIANI (190141602016)

ROBIATUS SANIYAH (190141602035)

DIVYA SHINTA LAURIENZA (190141602080)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEPTEMBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya
sehingga makalah yang berjudul “Curah Pendapat Tentang Ciri-Ciri Dimensi Sikap Dan
Perilaku Mendewasa Menurut Pendidikan Sepanjang Hayat” ini dapat diselesaikan dengan
maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Luar Sekolah yang diampu oleh Dr. Dra. Hj. Umi Dayati, M.Pd.

Makalah ini berisi tentang bagaimana cara mengidentifikasikan ciri-ciri dimensi sikap
dan perilaku mendewasa menurut pandangan dari segi Pendidikan Luar Sekolah. Semoga
dengan adanya makalah ini penulis berharap, makalah tersebut berguna bagi pembaca.
Walaupun penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susuan
kalimat maupun tata bahasanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat diterima sebagai
ide atau gagasan yang menambah ilmu pengetahuan bagi siapapun yang membaca.

Malang, 30 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Pendidikan Sepanjang Hayat...................................................................2
2.2 Program-Program Pendidikan Sepanjang Hayat....................................................3
2.3 Dimensi Sikap Dan Perilaku Mendewasa..............................................................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu ide, gagasan pokok dalam konsep
ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal,
seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau setelah ia selesai mengikuti
pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal.
Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang
berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Berdasarkan ide tersebut konsep belajar
sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing
learning). Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan ilmu pengetahuan sangat penting artinya bagi
semua orang. Apalagi di zaman modern ini yang dimana ilmu teknologi semakin hari
semakin bervariasi dan berkembang, jika terlambat kita akan tertinggal dan sangat rugi
karena tidak tahu.
Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat
memperbarui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Belajar ini
juga dapat meningkatkan jasmani maupun rohani seseorang. Dapat membantu mengontrol
emotional seseorang. Dan seseorang itu mampu berfikir lebih panjang tentang suatu masalah
yang ia hadapi, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Disini dapat kita pahami
bahwa belajar merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang
hayatnya (sampai ia meninggalkan dunia).

2.      Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
2.1  Apakah hakekat Pendidikan Sepanjang Hayat ?
2.2  Bagaimanakah program-progam Pendidikan Sepanjang Hayat ?
2.3  Seperti apa dimensi sikap dan perilaku mendewasa dalam Pendidikan Sepanjang Hayat ?

3.      Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan masalah sebagai berikut
3.1  Memaparkan hakekat Pendidikan Sepanjang Hayat
3.2  Menjelaskan program-program Pendidikan Sepanjang Hayat
3.3  Menjabarkan dimensi sikap dan perilaku mendewas

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  HAKEKAT PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education) di dalam kehidupan manusia


memiliki arti penting dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan.
Dapat dikatakan bahwa kehadiran pendidikan sepanjang hayat disebabkan oleh munculnya
kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur
kehidupan manusia.
Pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO institute for
education (1979) pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip di bawah ini :
Pendidikan hanya berakhir bila manusia telah meninggal dunia
1) Pendidikan Luar Sekolah merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik berperan
dalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisir dan sistematis
2) Kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh, memperbarui, juga meningkatkan
pengetahuan, sikap, ketrampilan dan aspirasi
3) Pendidikan memiliki tujuan berangkai dalam mengembangkan kepuasan diri
4) Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia,
untuk memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuannya
5) Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah (formal)
keduanya saling melengkapi dan saling mendukung
Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan
melainkan pula untuk tercapainya kepuasan diri pihak yang melakukannya.
Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah sebagi kekuatan untuk memotivasi bagi peserta
didik agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan arahan dari dirinya
sendiri (delf directing learning) dengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia
kehidupannya. Dengan demikian dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang merupakan
prasyarat untuk terjadinya pendidikan sepanjang hayat.
Delker (1974) mengemukakan bahwa belajar sepanjang hayat adalah perbuatan manusia
secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong
belajar atau pendidik. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapat dorongan
pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan diri

5
serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat dikandung badan. Di
pihak lain pendidikan sepanjang hayat menitikberatkan pada motivasi bagi seseorang atau
kelompok untuk memperoleh pengalaman belajar secara berkelanjutan. Pengalaman belajar
ini ditempuh secara sadar, terprogram, dan sistematis melalui proses kegiatan belajar
membelajarkan dalam rangka mendapat tujuan belajar. Peranan pendidik dan peserta didik
harus dapat saling belajar, mengelola kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang
mendukung terjadinya proses belajar.

2.2.   PROGRAM-PROGRAM PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan dalam program-program pendidikan


sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dalam prakteknya, program-program dalam jalur
pendidikan luar sekolah dipandang oleh sebagian pakar pendidikan lebih mampu
mengembangkan kehadirannya untuk mengkondisikan tumbuhnya kesadaran, minat dan
semangat masyarakt untuk melaksanakan kegiatan belajar yang berkesinambungan,
misalnya :
a. Kursus menjahit/kursus memasak
b. Penyuluhan KB 2 anak cukup
c. Lembaga Bimbingan Belajar (LBB)
d. LSM, dll
Dengan berbagai pilihan kegiatan belajar tersebut masyarakat diharapkan dapet terlibat secara
langsung dalam proses pendidikan sepanjang hayat yang berfungsi untuk :
a. Upaya peningkatan taraf hidup keluarga
b. Memperluas lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka pengangguran
c. Mengurangi angka buta huruf dalam negara berkembang
d. Mengikutsertakan masyarakat untuk hidup bersosialisasi
Proses-proses belajar tersebut menurut Pucheu (1974), tidak dapat digolongkan kedalam
pendidikan arti sempit seperti hanya untuk menerima informasi sebagaimana umumnya
terjadi dalam pendidikan sekolah. Dalam makna luas, proses belajar itu adalah upaya
seseorang atau kelompok untuk mencari, memperoleh dan meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan aspirasi yang dilakukan secara berkelanjutan di dalam dunia
kehidupan nyata dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kepuasan diri sesuai
dengan laju perubahan kehidupan yang makin cepat.

6
Proses belajar dalam pendidikan sepanjang hayat melalui program-program pendidikan
luar sekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara. Misalnya, seseorang yang ingin
mempelajari teknik-teknik membuat barang kerajinan tangan, memasarkan hasil produksi dan
mengelola unit usaha. Melalui salah satu langkah-langkah tersebut tahap demi tahap ia dapat
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan aspirasinya untuk mencapai kepuasan
dalam peningkatan diri.
Lebih jauh dari itu kegiatan belajar mencakup segi-segi kehidupan yang lebih luas seperti
nilai-nilai keagamaan, hubungan sosial, adat istiadat dan norma-norma yang berkembang di
masyarakat. Kegiatan belajar diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan positif
yang terus berkembang dalam kehidupan. Kegiatan belajar sepanjang hayat adalah untuk
menyiapkan diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dalam pendidikan luar sekolah menyebabkan
adanya tiga ciri umum pada subsistem pendidikan ini :
1. Pendidikan luar sekolah memberikan kesempatan pendidikan kepada setiap orang
sesuai dengan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing. Kesempatan ini
dapat diperoleh melalui program-program kegiatan belajar kelompok (group study),
kegiatan belajar perorangan (individual study) dan kegiatan belajar melalui media
massa.
2. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan dengan melibatkan peserta didik (warga
belajar) dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses, hasil dan
pengasuh kegiatan belajar. Peserta didik berpartisipasi dalam mengembangkan atau
melaksanakan tindak lanjut kegiatan belajar. Pengembangan ini mengandung dua
tujuan, yaitu :
a) Untuk memanfaatkan hasil kegiatan belajar bagi peningkatan taraf hidup
peserta didik seperti peningkatan pendapatan, kesehatan, pekerjaan,
pembelajaran orang lain, dan keikutsertaan dalam pembangunan masyarakat.
b) Untuk meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki sesuai dengan tuntutan
perubahan yang makin maju dalam kehidupan
Program kegiatan belajar disusun, diselenggarakan, dan dinilai dengan
melibatkan peserta didik. Program kegiatan dirancang sedemikian rupa sehingga
program itu bersifat luwes, berorientasi pada pencapaian tujuan belajar, berpusat pada
pengalaman dan kebutuhan belajar peserta didik, menggunakan sumber dan bahan
belajar yang tersedia atau dapat disediakan.

7
3. Pendidikan luar sekolah memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkandung dalam proses
pendidikannya. Tujuan itu dijabarkan dalam proses kegiatan belajar yang mengarah
pada upaya untuk menumbuhkan suasana kehidupan yang demokratis, peningkatan
taraf hidup dan kehidupan peserta didik serta masyarakat dan mengembangkan
perilaku peserta didik ke arah mendewasa. Dalam pembelajaran, pendidikan luar
sekolah mengembangkan sikap demokratis.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan landasan yang kuat bagi program-program
pendidikan luar sekolah yang mengarah pada upaya untuk menumbuhkan masyarakat gemar
belajar (learning society). Cara menumbuhkan masyarakat gemar belajar setiap warga
masyarakat harus selalu mencari dan menemukan sesuatu yang baru dan bermakna,
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan diri melalui kegiatan belajar.
Masyarakat gemar belajar akan sekaligus menjadi ciri tumbuhnya masyarakat terdidik
(educated society). Dalam makna yang wajar dan luas, pendidikan diartikan sebagai
komunikasi yang terorganisasi dan berkelanjutan serta sengaja disusun dengan maksud
menumbuhkan kegiatan belajar.
Claslee (1931), mengemukakan bahwa apabila semua kegiatan kehidupan di masyarakat
menjadi wahana pendidikan bagi setiap warganya maka akan dapat terwujud dengan segera
suatu perubahan kehidupan yang cepat ke arah yang lebih baik di dalam masyarakat tersebut.
Pendidikan luar sekolah yang berasaskan pendidikan sepanjang hayat berorientasi pada
terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku peserta didik ke arah mendewasa, orang
mendewasa (maturing person) berbeda dengan orang dewasa (a mature person).
1) Orang dewasa, ditandai dengan pertumbuhan biologis (perubahan bentuk badan) dan
perkembangan psikologis (perubahan disetiap jenjang-jenjang pendidikan).
2) Orang mendewasa ialah orang yang senantiasa mengembangkan potensi diri dan
berupaya mencapai kepuasan diri dalam kehidupan yang baik dan bermakna bagi
dirinya dan lingkungannya. Berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru
/memecahkan masalah dengan kedewasaan.
Orang mendewasa mampu mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki dan selalu
merelevansikan kemampuan dengan kepentingan kehidupannya. Memiliki kesungguhan dan
semangat tinggi untuk hidup bersama dan memanfaatkan IPTEK dalam meningkatkan taraf
hidup dan kehidupannya di masa yang akan datang.

8
C.   DIMENSI SIKAP DAN PERILAKU MENDEWASA

Dimensi sikap dan perilaku mendewasa dalam asas pendidikan sepanjang hayat dibagi
menjadi 15 :
1. Perubahan dari sikap dan perilaku menggantungkan diri terhadap orang lain ke arah
hidup mandiri, setiap manusia didunia ini mulai hidup dalam keadaan serba
ketergantungan kepada orang lain. Umumnya, makin bertambah usianya makin
berkurang sikap dan perilaku ketergantungannya kepada orang lain. Tingkah lakunya
mengarah kepada saling membutuhkan dan saling ketergantungan antara seseorang
dengan yang lainnya. Paulo freire, mengemukakan bahwa munculnya orang-orang
yang termasuk golongan belum/tidak terdidik sering disebabkan oleh proses
pendidikan di sekolah-sekolah yang didominasi guru dan oleh kondisi lingkungan
sosial budaya di masyarakat. Di dalam mengembangkan sikap dan perilaku mandiri,
pendidikan luar sekolah dapat berperan untuk membantu peserta didik sehingga ia
dapat menyadari dan mengakui potensi dirinya.
2. Perubahan dari sikap dan perilaku pasif ke arah sikap dan perilaku aktif, orang yang
bersikap pasif sering menyerah kepada nasib. Sedangkan orang yang bersikap aktif
senantiasa memperluas dan meningkatkan wawasan dari berorientasi kuantitas ke arah
pandangan yang berorientasi kualitas.
3. Perubahan dari sikap subyektif ke arah sikap obyektif, orang yang bersikap subyektif
sering memandang dan mengharapkan orang-orang yang berada di lingkungan
sekitarnya selalu memperhatikan kepentingan dirinya sedangkan orang bersikap
obyektif mampu melihat kenyataan dirinya dan memandang bahwa dirinya
merupakan bagian dari lingkungan yang lebih luas.
4. Perubahan dari sikap dan perilaku menerima informasi ke arah memberi informasi,
orang yang hanya menerima informasi cenderung memiliki kemampuan terbatas. Ia
hanya mampu menyerap informasi, tanpa memberikan kritik terlebih dahulu.
Sedangkan orang yang mampu memberikan informasi cenderung untuk terampil
dalam memperluas informasi yang telah diterima dan mampu mengolah informasi lain
yang berkaitan.
5. Perubahan dari pemilikan kecakapan yang terbatas ke arah pemilikan kecakapan yang
lebih tinggi, apabila seseorang telah mempelajari suatu pengetahuan atau
keterampilan dan telah merasa berhasil maka ia akan merasa puas dengan
kemampuan yang dimilikinya dan menghentikan upayanya untuk menghentikan

9
kemampuannya. Sedangkan seseorang yang memiliki kecakapan tinggi ia akan terus
meningkatkan kemampuan yang ia miliki tanpa ada rasa puas karena ia selalu merasa
di yang terbaik masih ada yang lebih baik lagi.
6. Perubahan dari tanggung jawab yang terbatas ke arah tanggung jawab yang lebih luas,
dalam kehidupan modern terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang mempunyai
tanggung jawab terbatas tidak akan mampuuntuk memecahkan persoalan secara
tuntas.
7. Perubahan dari pemilikan minat terbatas ke arah pemilikan minat beragam, minat
yang berkembang pada masa remaja dan masa dewasa pada dasarnya merupakan
perluasan minat yang telah dimiliki pada masa anak-anak. Bagi orang mendewasa
kegiatan bersama orang lain itu dapat memperluas minat.
8. Perubahan dari sikap mementingkan diri sendiri ke arah memperhatikan orang lain,
sejalan dengan perkembangan ke arah kedewasaan anak mulai memperhatikan orang
lain, ia tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, melainkan mengarahkan sikap dan
perilakunya ke dunia sekitarnya. Hubungan saling kerjasama dengan orang lain mulai
dianggap penting. Kegiatan membantu dan menolong teman dan orang lain dijadikan
indikator atau acuan keberhasilan proses belajar membelajarkan.
9. Perubahan dari sikap menolak kenyataan diri ke arah menerima keadaan diri, keadaan
ini dapat merubah sikap seseorang yang awalnya ia kagum yang berlebihan terhadap
dirinya sendiri menjadi penolakan terhadap sikap dan tindakan yang tidak
memperoleh respon positif dari orang lain. Sikap untuk menerima kenyataan diri
sendiri mengakibatkan seseorang dapat menerima, mengakui dan menghargai orang
lain.
10. Perubahan dari identitas diri yang beragam ke arah integritas diri, dikemukakan oleh
Erickson (1950), melalui delapan tahapan perkembangan sebagai berikut :
a) Pertumbuhan sendi-sendi yang bersamaan dengan berkembangnya keinginan dan rasa
malu
b) Pertumbuhan alat vital yang disertai dengan perkembangan inisiatif untuk melakukan
kegiatan dan timbulnya rasa bersalah jika melakukan kesalahan
c) Pertumbuhan potensi disertai dorongan untuk beraktivitas untuk menghindari rasa
rendah diri
d) Pertumbuhan usia muda bersamaan dengan perkembangan hasrat dan upaya menjalin
keakraban

10
e) Peningkatan upaya untuk menghindari peranan dan penampilan diri yang tidak
dikehendaki oleh orang lain/masyarakat.
f) Perluasan orientasi ke dunia luar juga dorongan untuk menjadi lebih maju
g) Meningkatkan upaya untuk menghindarkan diri dari kepribadian yang terpecah
11. Perubahan dari berpikir teknis ke arah berpikir prinsip, pada diri seseorang yang
berpikir prinsip akan lahir proses penalaran dalam dirinya, yang pada gilirannya ia
akan mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapinya. Ia akan mengenalinya dengan ilmu pengetahuan, pengalaman dan
keyakinan.
12. Perubahan dari pandangan mendatar ke arah wawasan mendalam, di dalam proses
mendewasa sejalan dengan pertumbuhan fisik, akan terjadi perubahan pandangan
terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Proses perubahan pandangan tersebut
timbul apabila lingkungan member dukungan.
13. Perubahan dari sikap dan perilaku meniru ke arah inovatif, menjelang usia dewasa
peniruan ini sering dijadikan cara untuk mempelajari sesuatu yang dianggap baru.
Adapun orang yang mendewasa, ia memiliki motivasi yang tinggi dan merasa bangga
untuk menemukan sesuatu yang baru. Ia merasa bangga dengan kemampuan diri
sendiri dan menganggap bahwa dirinya dapat menemukan sesuatu yang baru atau
berinovasi untuk memenuhi kebutuhannya untuk memecahkan masalah yang ia
hadapi.
14. Perubahan dari sikap terikat oleh keseragaman ke arah tenggang rasa terhadap
perbedaan, sikap tenggang rasa menjadi prasyarat untuk membina keselarasan dan
keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
15. Perubahan dari keterikatan kepada emosi ke arah tindakan rasional, pada zaman
dahulu hukuman sering dijadikan alat pengontrol tingkah laku seseorang. Sebaliknya
orang zaman sekarang/modern atau disebut juga dengan orang mendewasa akan
mampu berpikir rasional. Ia mampu memahami keadaan dan mengandalikan dirinya
sendiri dalam berpikir tanpa dikuasai perasaan.

Berdasarkan dimensi-dimensi diatas dapat disimpulkan bahwa,


1. Jumlah dan jenis-jenis dimensi yang telah dibahas itu masih mungkin untuk ditambah,
diperluas atau dikurangi.

11
2. Dimensi-dimensi mendewasa dapat dijadikan masukan-masukan dipertimbangkan dalam
merencanakan program-program pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk
membantu peserta didik/masyarakat mengembangkan dirinya.
3. Penerapan dimensi-dimensi mendewasa dalam pendidikan luar sekolah dapat dilakukan
melalui prinsip belajar membelajarkan dan pengembangan diri.
penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dalam program-program pendidikan luar
sekolah dilakukan secara pragmatis. Konsekuensi logis dari penerapan asas pendidikan
sepanjang hayat ialah bahwa pendidikan luar sekolah menempatkan peserta didik sebagai
titik sentral setiap program pendidikan.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education) di dalam kehidupan manusia


memiliki arti penting dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan.
Dapat dikatakan bahwa kehadiran pendidikan sepanjang hayat disebabkan oleh munculnya
kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur
kehidupan manusia.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan
melainkan pula untuk tercapainya kepuasan diri pihak yang melakukannya.
Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah sebagi kekuatan untuk memotivasi bagi
peserta didik agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan arahan dari
dirinya sendiri (delf directing learning) dengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan
terhadap dunia kehidupannya.
Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan dalam program-program pendidikan
sekolah dan pendidikan luar sekolah.
Dimensi sikap dan perilaku mendewasa dalam asas pendidikan sepanjang hayat dibagi
menjadi 15 :
1. Perubahan dari sikap dan perilaku menggantungkan diri terhadap orang lain ke arah
hidup mandiri
2. Perubahan dari sikap dan perilaku pasif ke arah sikap dan perilaku aktif
3. Perubahan dari sikap subyektif ke arah sikap obyektif
4. Perubahan dari sikap dan perilaku menerima informasi ke arah memberi informasi
5. Perubahan dari pemilikan kecakapan yang terbatas ke arah pemilikan kecakapan yang
lebih tinggi
6. Perubahan dari tanggung jawab yang terbatas ke arah tanggung jawab yang lebih luas
7. Perubahan dari pemilikan minat terbatas ke arah pemilikan minat beragam
8. Perubahan dari sikap mementingkan diri sendiri ke arah memperhatikan orang lain
9. Perubahan dari sikap menolak kenyataan diri ke arah menerima keadaan diri
10. Perubahan dari identitas diri yang beragam ke arah integritas diri
11. Perubahan dari berpikir teknis ke arah berpikir prinsip, pada diri seseorang yang
berpikir prinsip akan lahir proses penalaran dalam dirinya

13
12. Perubahan dari pandangan mendatar ke arah wawasan mendalam, di dalam proses
mendewasa sejalan dengan pertumbuhan fisik
13. Perubahan dari sikap dan perilaku meniru ke arah inovatif
14. Perubahan dari sikap terikat oleh keseragaman ke arah tenggang rasa terhadap
perbedaan
15. Perubahan dari keterikatan kepada emosi ke arah tindakan rasional

14
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, H. Djuju; SP., M.Ed., Ph.D. Pendidikan Luar Sekolah; Konsep, Sejarah
Perkembangan, Falsafah, Faktor Pendukung, Asas.1991.Nusantara Press-Yayasan Islam
Nusantara

15

Anda mungkin juga menyukai