Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TUGAS PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

PILAR PENDIDIKAN DENGAN ILMU-ILMU YANG RELEVAN DENGAN


PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

DISUSUN OLEH:

ELFIRA TRI WAHYU NINGTYAS (190141602085)

MAYA EVELYN SAPTARINA (190141602098)

MUHAMMAD IBNU SOBAHINUR (190141602060)

YULIETHA EKA YANTI (190141602110)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya
sehingga makalah yang berjudul “Pilar Pendidikan dengan Ilmu-Ilmu Relevan dengan
Pendidikan Sepanjang Hayat” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan
yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Luar
Sekolah yang diampu oleh Dr. Dra. Hj. Umi Dayati, M.Pd.

Makalah ini berisi mengenai identifikasi empat pilar pendidikan menurut UNESCO
dan relevansinya dengan Pendidikan Sepanjang Hayat. Semoga dengan adanya makalah ini
penulis berharap, makalah tersebut berguna bagi pembaca. Walaupun penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susuan kalimat maupun tata
bahasanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat diterima sebagai
ide atau gagasan yang menambah ilmu pengetahuan bagi siapapun yang membaca.

Malang, 04 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................3
KESIMPULAN.....................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pilar adalah sebuah tiang penyangga sebuah
bangunan yang terbuat dari beton dan lain sebagainya. Sedangkan pendidikan menurut M. J.
Langelveld adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan secara sadar dan
sengaja kepada anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah
kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas segala tindakannya
menurut pilihannya sendiri.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di masa
yang akan datang. Maka UNESCO sebagai lembaga yang mengurusi masalah pendidikan di
abah naungan PBB dalam Sindhunata, mengemukakan keberhasilan pendidikan diukur dari
hasil empat pilar pengalaman belajar (empat buah sendi atau pilar pendidikan dalam rangka
pelaksanaan pendidikan untuk masa sekarang dan masa depan). Empat pilar tersebut adalah:

1. Learning to Know (belajar untuk tahu)


2. Learning to Do (belajar untuk melakukan)
3. Learning to Be (belajar untuk menjadi diri sendiri)
4. Learning to Live Together (belajar untuk hidup bersama)

Keempat pilar pendidikan tersebut mempunyai peranan penting serta memiliki


keterkaitan yaitu di mana pada hakikatnya belajar merupakan usaha untuk mencari informasi
untuk keberlangsungan hidup di masa yang akan datang sehingga peserta didik tahu mana
yang baik dan buruk bagi kehidupannya. Selain itu, peserta didik tidak hanya dituntut untuk
mengetahui berbagai hal yang ada di lingkungannya, tetapi bagaimana ia bisa menerapkan
ilmu atau sesuatu yang ia tahu untuk diterapkan dalam kehidupannya. Maka dengan peserta
didik mempraktekkan atau menerapkannya dalam dunia nyata ia akan lebih paham dengan
apa yang ia pelajari. Serta ia dapat mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan
kemampuan atau bakat yang dimilikinya.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang
yang hidupnya dalam dunia transformasi dan di Alma masyarakat yang saling mempengaruhi
seperti pada jaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi baru. Pendidikan sepanjang hayat adalah suatu

1
konsep tentang belajar terus menerus dan berkesinambungan dari lahir sampai akhir hayat,
sejalan dengan fase-fase perkembangan manusia.

Pilar pendidikan tidak hanya berperan di pendidikan sekolah, tetapi juga sangat
berperan di pendidikan sepanjang hayat yang berlangsung seumur hidup. Keempat pilar
pendidikan tersebut selalu berkesinambungan antara satu sama lain dengan pendidikan
sepanjang hayat. Seperti contohnya adalah learning to know berhubungan dengan proses
seseorang untuk mengetahui suatu hal, hingga learning to live together.

Pendidikan Sepanjang Hayat diperlukan agar meningkatkan persamaan distribusi


pelayanan pendidikan memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, dan esensial
menghadapi struktur sosial yang berubah. Terdapat alasan-alasan kejuruan untuk
menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Adapun salah satu peran
Pendidikan Sepanjang Hayat adalah memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-
potensinya sesuai kebutuhan hidupnya, sebab pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke
dunia mempunyai hak sama, khususnya untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan sejumlah


permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja pilar pendidikan menurut UNESCO?
2. Apa pengertian dari Pendidikan Sepanjang Hayat?
3. Apa keterkaitan pilar pendidikan dengan ilmu relevan Pendidikan Sepanjang Hayat?

C. Tujuan

Ada pun tujuan dibuatnya kajian lebih mendalam tentang “Pilar Pendidikan Dengan
Ilmu-Ilmu Relevan Dengan Pendidikan Sepanjang Hayat” oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pilar pendidikan
2. Untuk mengetahui dan memahami Pendidikan Sepanjang Hayat
3. Untuk mengetahui dan memahami keterkaitan antara pilar pendidikan dengan ilmu
relevan Pendidikan Sepanjang Hayat

2
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalu
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa,
bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena
hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang
dapat bergumul dalam masa di mana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah
manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama
manusia yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut berpartisipasi dalam
percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki (Isjoni, 2008:vii).

Berangkat dari pemikiran tersebut, PBB melalui lembaga UNESCO mencanangkan


empat pilar pendidikan, yakni: (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live
together, dan (4) learning to be. Berikut adalah pemaparan mengenai empat pilar pendidikan
tersebut

1. Learning to Know (belajar untuk mengetahui)

Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life long
education). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses
pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik di dalam maupun di luar
sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung seumur
hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri
sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia.

Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita
mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas
pendidikan diri sendiri menyadari, bahwa:
a. Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan
hingga manusia meninggal.
b. Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu. Artinya tidak ada kata terlambat atau terlalu
dini untuk belajar.
c. Belajar/mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral/totalitas
kehidupan.

3
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi
siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-
perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi
belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses
belajar mengajar. Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu
mengembangkan kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang
lain.

Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus


mampu berperan sebagai berikut:

a. Guru berperan sebagai sumber belajar


b. Guru sebagai fasilitator
c. Guru sebagai pengelola
d. Guru sebagai demonstrator
e. Guru sebagai pembimbing
f. Guru sebagai mediator
g. Guru sebagai evaluator

2. Learning to do (belajar untuk menerapkan)


Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih
jauh untuk terampil berbuat/mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan suatu yang
bermakna bagi kehidupan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan kerja
generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industri (Soedijarto, 2010).
Dalam masyarakat industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan
motorik yang kaku melainkan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
seperti “controlling, monitoring, designing, organizing”. Peserta didik diajarkan
untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkret yang tidak hanya terbatas pada
penguasaan keterampilan yang mekanistis melainkan juga terampil dalam
berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu
konflik. Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang
Intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.

4
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya
untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar
“learning to do” dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan padamasa yang akan datang.
Sedangkan minat bakat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.

3. Learning to Be

Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar
menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan
dan cita-citakan.

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill)


merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri
sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri.
Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan kaidah yang berlaku di
masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses
pencapaian aktualisasi diri.

Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik,


kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal: bagi siswa yang agresif, akan
menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan
sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai
penunjuk arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat
diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan
maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik
menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan.

4. Learning to live together

Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa
mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup
bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap
untuk dapat hidup bersama.

5
Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka,
memberi dan menerima perlu dikembangkan di sekolah. Dengan kemampuan yang
dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut
berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman
tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam
bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Untuk itu, pembelajaran di
lembaga formal dan nonformal harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan
kemampuan intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah kemampuan
hard skill dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang
demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat
yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

Dari empat pilar pendidikan dapat dikaitkan dengan ilmu yang relevan dalam
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan Sepanjang Hayat merupakan suatu konsep tentang
belajar terus-menerus dan berkesinambungan dari awal lahir sampai akhir hayat, sejalan
dengan fase-fase perkembangan manusia. Pendidikan sepanjang hayat menurut Islam
merupakan sebuah konsep yang diberikan pemahaman kepada setiap orang agar terus belajar
dalam perjalanan hidupnya, belajar sepanjang hayat tidak mengenal usia, serta ruang dan
waktu. Pendidikan Sepanjang Hayat juga merupakan konsep yang sudah lama dikenal dalam
Islam sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yaitu “Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di
buaian hingga liang lahat.” (Al-Hadits)

Tujuan dari pendidikan sepanjang hayat yang pertama mengembangkan potensi


kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek
pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian, secara potensial keseluruhan potensi
manusia diisi sesuai kebutuhannya agar dapat berkembang secara wajar. Yang kedua sebagai
pembelajaran mandiri, yaitu menyesuaikan diri dengan perubahan positif yang terus-menerus
dan berkembang dalam sepanjang kehidupan manusia dan masyarakat. Serta menyiapkan diri
guna mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Relevansi pilar-pilar pendidikan dengan pendidikan sepanjang hayat membuktikan


bahwa kita sebagai manusia akan selalu belajar setiap saat tanpa mengenal waktu dan usia.
Pilar pendidikan menurut UNESCO yang pertama adalah Learning to Know, jika dikaitkan
dengan ilmu pendidikan sepanjang hayat dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya manusia

6
memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Rasa ingin tahu merupakan suatu pembelajaran yang
kadang tidak disadari oleh orang itu sendiri. Contohnya seperti jika ada berita mengenai suatu
kasus pemerintahan, pastinya masyarakat akan mencari kebenarannya agar informasi yang
didapatkannya lebih valid.

Yang selanjutnya adalah Learning to Do, dalam kehidupan manusia akan selalu ada
masa di mana kita belajar melakukan sesuatu guna melancarkan kehidupan kita. Mulai pada
saat kita masih kecil belajar untuk berjalan dan berbicara. Kemudian kita mulai belajar
melakukan hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakat kita sendiri. Pendidikan membekali
manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau
mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Dengan
ini diketahui bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang
bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata.

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri
sendiri (Learning to Be). Jika dikaitkan dengan ilmu relevan pendidikan sepanjang hayat
berarti seseorang mulai belajar menjadi diri sendiri. Contoh kasusnya adalah seorang
perempuan yang akan menjadi ibu pada umur tertentu. Mungkin sangat jarang ada
pendidikan bagaimana cara menjadi ibu yang baik dan benar, maka dari itu seseorang harus
bisa belajar untuk menjadi sesuatu dari pengalaman seseorang. Menjadi diri sendiri diartikan
sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berprilaku sesuai dengan
norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil
sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

Pada pilar keempat yaitu learning to live together, kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan. Kondisi seperti inilah
yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan
kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai
bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan
sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri
dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.

7
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar pengalaman belajar. Seperti
yang dicanangkan oleh PBB melalui lembaga UNESCO, Learning to Know (belajar untuk
tahu). Learning to Do (belajar untuk melakukan). Learning to Be (belajar untuk menjadi diri
sendiri). Learning to Live Together (belajar untuk hidup bersama). Keempat pilar pendidikan
tersebut selalu berkesinambungan antara satu sama lain dengan pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan Sepanjang Hayat merupakan suatu konsep tentang belajar terus-menerus dan
berkesinambungan dari awal lahir sampai akhir hayat, yang tujuannya adalah
mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya dan
sebagai pembelajaran mandiri.

B. Saran

Empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh PBB melalui UNESCO tidak akan
berjalan dengan baik apabila hanya diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Empat pilar
pendidikan tersebut harus diterapkan pula pada kehidupan pembelajar sepanjang hayat.
Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita mendorong
supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pendidikan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai