Dosen Pengampu :
Leni Setiyana, M.Pd
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Dengan terselesaikannya makalah ini tentunya kewajiban kami sebagai
mahasiswa terhadap tugas mata kuliah yang kami ikuti telah tertunaikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar Belakang
Sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan maka perlu adanya suatu pondasi yang
kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut maka
UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultral Organization) menggagas
Empat Pilar Pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Empat Pilar
tersebut meliputi learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk
melakukan), learning to be (belajar untuk mejadi diri sendiri/mengembangkan diri) , dan
learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Kemudian dalam
pendidikan Islam juga mengenal ada istilah tiga pilar pendidikan yaitu pendidikan tauhid,
pendidikan akhlak, dan pendidikan ibadah.
Menyikapi hal itu, kita perlu mengetahui, mempelajari, memahami, dan menerapkan
pondasi pembelajaran yang termuat dalam empat pilar pendidikan dan tiga pilar pendidikan
Islam. Diharapkan dengan adanya empat pilar pendidikan yang diintegrasikan dengan tiga
pilar pendidikan Islam tersebut dapat menjawab semua problematika pendidikan yang ada di
negara kita. Serta dapat mewujudkan peserta didik yang dapat berkarya, mandiri,
bersosialisasi baik dengan masyarakat. Jika ke pilar-pilar pendidikan tersebut dapat
diterapkan dengan baik tidak hanya pendidikan di Indonesia yang berkembang namun itu
dapat membekali peserta didik untuk hidup di masyarakat dengan berbagai etnis, ras, suku,
dan agama.
1
Moses, Melmambessy. "Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Kerja terhadap
Produktivitas Kerja Pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua." Media Riset Bisnis & Manajemen
12.1 (2012): 18-36.
4
E. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
F. Tujuan Penulisan
Dari rumusan makalah di atas tujuan dari makalah ini adalah:
BAB II
5
PEMBAHASAN
Sedangkan pilar pendidikan UNESCO adalah tiang atau penunjang dari suatu
kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik
yang bertujuan pada pendewasaan anak dalam rangka pelaksanaan pendidikan untuk masa
sekarang dan masa depan yang didasarkan pada pengalaman belajar anak, yang berarti
keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar pengalaman belajar anak dan
direkomendasikan oleh UNESCO agar tercipta pembelajaran yang berkualitas yang
bermuara pada penciptaan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Adapun empat pilar yang direkomendasikan oleh UNESCO yakni: (1) learning to
know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Kempat pilar
tersebut mensyaratkan bahwa pembelajaran merupakan bagian dari konsep membangun ilmu
pengetahuan, meningkatkan keterampilan melakukan kegiatan meningkatkan kecerdasan
sosial yang mendukung konsep bahwa belajar itu merupakan proses interaksi sosial dan
pembelajaran adalah upaya untuk menjadikan siswa sebagai dirinya sendiri, menjadi manusia
yang berilmu dan bermartabat.
2
Zainul Bahri, Kamus Umum, (Yogyakarta : Angkasa, 1993), h. 251.
3
https://denyardians.wordpress.com/2017/09/18/pilar-pendidikan/#:~:text=Pilar%20Pendidikan%20adalah
%20sebagai%20dasar,to%20live%20together%20in%20peace. (akses pada minggu,8 november 2020)
6
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan melalui
peningkatan mutu pendidikan. Sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan maka perlu
adanya suatu pondasi yang kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Untuk itu
Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational,
Scientific and Cultural Organization) yang bergerak dibidang pendidikan, pengetahuan dan
budaya mencanangkan empat pilar pendidikan yang terdiri dari learning to know (belajar
untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk melakukan), learning to be (belajar untuk
mejadi diri sendiri/mengembangkan diri) , dan learnimg to live together (belajar untuk
menjalani kehidupan bersama) Keempat pilar tersebut secara sinergi membentuk dan
membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Adapun empat pilar tersebut adalah sebagai
berikut:
Learning to know merupakan prinsip bahwa belajar adalah untuk mengetahui atau
memahami. Dalam Pilar pertama ini para peserta didik dianjurkan untuk mencari dan
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya melalui sumber pengetahuan, maupun
melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu munculnya sikap kritis dan
semangat belajar peserta didik meningkat.
Learning to know juga berkaitan dengan live long of education atau yang disebut
dengan belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat (long life education) adalah
bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut
sepanjang hidupnya (Suprijanto, 2008: 4). Hal ini menegaskan bahwa pendidikan di sekolah
7
merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi
proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan
perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan
belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan
kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.
Pilar pertama ini merupakan pintu gerbang pertama masuknya ilmu pengetahuan,
maka jika dalam sebuah sekolah formal keaktifan peserta didik sangatlah penting. Hal ini
juga merupakan suatu hal mendasar dalam keberhasilan proses pembelajaran. Metode yang
menarik dan inovatif dapat digunakan oleh pendidik untuk memberikan stimulus agar siswa
aktif untuk mencari informasi-informasi baru. Keaktifan tersebut dapat berupa fisik dan
keaktifan psikis.
Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak. “di sini para peserta didik
diajak untuk ikut serta dalam memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya melalui
sebuah tindakan nyata”. Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam
sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi dan kondisi.
Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill. Soft skill dan
hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya
pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya
Manusia) yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman.
Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki
kemampuan soft skill dan hard skill.
Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik, artinya hard skill
memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang
berhubungan dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat
dilakukan dengan menerapkan apa yang peserta didik dapatkan atau apa yang telah
dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya anak disekolah belajar
tentang bagaimana cara membuat kerajinan tangan, maka untuk memahami dan mengerti
tentang hal itu, anak harus belajar untuk melakukan atau mempraktekkan apa yang dia
8
pelajari di sekolah. Dengan begitu anak menjadi tahu dan faham tentang bagaimana caranya
membuat kerajinan tangan.
Selanjutnya adalah soft skill, artinya keterampilan yang menuntut intelektual. Soft skill
merupakan istilah yang mengacu pada ciri-ciri kepribadian, rahmat sosial, kemampuan
berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang. Jadi yang dimaksud dengan kemampuan soft
skill adalah kepribadian dari masing-masing individu. Soft skill tidak diajarkan tetapi gurulah
yang harus mencontohkan, seperti sikap tanggung jawab, disiplin, dan lain sebagainya.
Dengan memberikan contoh tersebut, anak akan mencoba untuk menirukan apa yang dilihat.
Hal itu merupakan bagian dari menumbuhkan kemampuan soft skill.
Jadi dalam pilar kedua ini Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk
mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil melakukan atau mengerjakan sesuatu yang di
pelajari sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Dalam pilar ketiga ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk menjadikan peserta didik
sebagai dirinya sendiri. Belajar dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe
kecerdasannya. Learning to be bertujuan untuk mendidik dan melatih peserta didik agar
menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan
cita-citakan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan
bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri dapat diartikan
sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai
dengan norma-norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang
berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik,
kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal, bagi siswa yang agresif, akan menemukan
jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa
yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi
mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi
diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada
bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi
kemanusiaan.
9
4. Learning To Live Together (Belajar Untuk Menjalani Kehidupan Bersama)
Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka
adalah bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama.
Learning to live together sebagai bentuk terakhir dari pilar pendidikan rekomendasi
UNESCO merupakan pilar yang mendidik sekaligus mengarahkan peserta didik agar dapat
hidup bersama (sosial) di tengah pluralisme.
Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan
menerima perlu dikembangkan disekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik,
sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan
dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri
sesuai dengan perannya.
Kita juga sudah memasuki kehidupan di tengah aruh globalisasi dimana
mementingkan ego dianggap seperti hal lumrah sehingga akan tercipta individualime dan hal
ini tidak sehat bila terus berkembang. Oleh karena itu pilar ini menjadi sangat penting agar
peserta didik nanti akhirnya menjadi manusia sosial yang tidak hanya tahu, tapi juga
bermanfaat, berkarater tapi juga bersosial.
Sebelum lebih jauh memahami tentang pendidikan Islam, terlebih dahulu kita harus
memahami arti pendidkan Islam secara mendasar. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba,
Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. sedangkan
Menurut Musthafa Al-Ghulayaini, Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di
dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan
nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan
tanah air. Jadi dari dua pendapat tersebut dapakita ringkas bahwa Pendidikan Islam ialah
bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa atau pendidik kepada anak didik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sesuai dengan kaidah kaidah dalam
Islam.
10
D. Pilar-Pilar Pendidikan Islam
Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk pribadi yang
berakhlakul karimah dan pribadi yang tangguh di era globalisasi ini yang penuh dengan
godaan dan tantangan. Didalam pendidikan Islam harus memberikan bekal yang cukup dalam
menanamkan nlai – nilai moral, penanaman nilai, pembentukan karakter, pengembangan
bakat yang seimbang dengan tuntutan zaman. Untuk itu pendidikan islam juga memiliki
pondasi atau pilar-pilar yang terdiri dari pendidikan tauhid, pendidikan ahlak, dan pendidikan
ibadah. Adapun ketiga pilar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pendidikan Tauhid
Tauhid secara Bahasa berasal dari bahasa arab , yaitu tawhid, bentuk masdar dari kata
wahhada yang maknanya al-I’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keykinan atas keesaan Allah).
Sedangkan tauhid secara istilah dapat didefinisikan meyakini bahwa Allah SWT itu esa dan
tidak ada sekutu baginya.
Dalam hal pendidikan agama islam Orang tua sebagai pemberi ilmu pengetahuan
yang pertama pada anak harus menanamkan dan mengenalkan anak pertama kali dengan
Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT sebagai zat yang maha Esa, hal ini dimaksudkan agar
tumbuh rasa cinta dan rasa keimanan kepada Allah SWT.
Pilar pertama ini mengajarkan tentang arti pentingnya mengenal tuhannya. Sebagai
seorang muslim yang beragama mengerti dan mengenal tuhannya adalah hal yang penting,
bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, memberikan kita udara yang
setiap hari kita hirup untuk bernafas, dan lain sebagainya, itu semua agar menambah rasa
syukur kita atas apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT, maka secara tidak langsung kita
juga melakukan proses belajar melalui ciptaan Allah SWT. Proses ini sama dengan pilar
pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to know, dimana kita bisa
mendapatkan banyak pengetahuan dan mendapatkan pengalaman dengan melihat hasil
ciptaan yang maha kuasa. Jadi pilar pendidikan Islam yaitu pendidikan tauhid ber integrasi
dengan pilar pendidikan dari UNESCO yaitu lerning to know.
2. Pendidikan Akhlak
Menurut Bahasa kata akhlak berasal dari Bahasa arab, yaitu al-akhlak, yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliqyan berarti tabiat, budi pekerti,
11
kebiasaan atau adat, keperwiran, kesatriaan, kejantanan dan agama. Sedangkan menurut
istilah akhlak dapat idefinisikan sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran
pertimbangan atau penelitian. Akhlak juga mencakup bagaimana seseorang bertutur kata dan
bersikap dalam kehidupan sehari-harinya.
Pilar pendidikan akhlak memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dalam pendidikan akhlak banyak mengajarkan kepada kita tentang budi pekerti,
moral, etika, kepribadian, dan lain sebagainya. Pendidikan akhlak dapat membentuk dan
membangun karakter anak.
Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin
Wahab pernah berkata;“Yang kami cukil dari Imam Malik lebih banyak dalam hal adabnya
dibanding ilmunya.” Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk
duduk bermajlis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di
masanya-. Ibuku berkata,“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”Adalah
Imam Ibnu Qasim, salah satu murid senior Imam Malik menyatakan, ”Aku telah mengabdi
kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku mempelajari adab
sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu”.
Pendidikan ahlak ini sejalan dengan salah satu 4 pilar pendidikan dari UNESCO yaitu
learning to be dan learning to live together. Artinya manusia daam kehidupan bermasyarakat
harus berperilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
3. Pendidikan Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah di
dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan tidak
12
pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan
untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung
jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah. Di antara keutamaan
ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke
derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
Dalam pendidikan kita diajarkan untuk beribadah dengan baik dan benar sesuai
dengan syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah dan Muhammad Rasulullah shallahu ‘alaihi
wasallam, karena hakikat manusia yang sesungguhnya adalah sebagai ‘Abdullah, yaitu
hamba Allah yang senantiasa beribadah kepada Allah subhanhu wa ta’ala dengan
menjalankan segala perintahnya menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (QS:Adz-Dzariyat : 56)
Di dalam pilar ketiga ini berkaitan dengan makna dari learning to do, artinya
serangkaian ibadah yang telah kita lakukan merupakan bentukan dari serangkaian ilmu yang
telah kita peroleh. Dalam pendidikan Islam sangat menekankan kepada serangkaian proses
bukan hasilnya, pengajaran tentang ibadah memberikan kita pengertian bahwa sangat perlu
melakukan pendekatan dengan Tuhan maupun pada sesama manusia.
Ketiga pilar pendidikan Islam dan empat pilar pendidikan UNESCO di atas merupakan
mata rantai pendidikan yang tidak bisa dipisahkan dalam pelaksanaanya di kehidupan
manusia. Keduanya saling melengkapi sehingga menjadi rangkaian pendidikan yang utuh dan
sempurna. Dengan adanya pilar-pilar tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia menjadi
lebih baik demi menciptakan sumber daya manusia yang lebih bermutu dan berkualitas.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia dan menjadi sebuah
kebutuhan. Pendidikan pertama dan utama diperoleh dari kedua orang tuanya, selanjutnya
diteruskan ke lembaga pendidikan formal maupun informal. Dalam dunia pendidikan kita
sering mendengar istilah empat pilar pendidikan yang di gagas oleh UNESCO yaitu learning
to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Kempat tersebut
tersinergi dengan baik dan saling terintegrasi dengan tiga pilar pendidikan Islam yaitu
pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, dan pendidikan ibadah. Keintegrasian dari kedua pilar
terbesar tersebut terletak di subtansi dan juga peran dari masing masing pilar. Dengan smakin
kuatnya pilar pendidikan Islam diharapkan mampu mencetak generasi yang siap dan mampu
menghadapi tantangan di zaman sekarang ini.
B. Saran
Sebagai mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang diharapkan akan menjadi
calon pendidik para generasi bangsa sudah seharusnya kita mengetahui hal hal yang berkaitan dengan
dunia pendidikan. Maka dengan makalah ini diharapkan kita bisa mempelajari dan mengamalkan
pilar pilar pendidikan di dalam dunia pendidikan, agar nantinya kita bisa menjadi seorang pendidik
yang selain memberikan ilmu pengetahuan kita juga bisa mengajarkan ke peserta didik bagaimana
caranya bersosialisasi dalam kehidupan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Laksana, Dwi Sigit. (2016). Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) dan Tiga Pilar
Pendidikan Islam. at: https://www.researchgate.net/publication/308646833. Article ·
September 2016 DOI: 10.24042/alidarah.v6i1.789
Bahri, Zainul. 1993. Kamus Umum, Yogyakarta : Angkasa.
https://denyardians.wordpress.com/2017/09/18/pilarpendidikan/#:~:text=Pilar%20Pendidikan
%20adalah%20sebagai%20dasar,to%20live%20together%20in%20peace.
https://www.kompasiana.com/wahyuanggunsafitri/5564087e539373313eea9905/ilmu-
pendidikan-islam-pengertian-ruang-lingkup-dan-fungsi-ilmu-pendidikan-
islam#:~:text=KESIMPULAN-,Pendidikan%20Islam%20ialah%20bimbingan%20yang
%20dilakukan%20oleh%20seorang%20dewasa%20kepada,metode%20tertentu%20yang
%20bersifat%20alamiah.
15