Anda di halaman 1dari 5

KALIMAT

A. Pengertian dan Unsur Kalimat

Menurut Keraf (1993: 34) kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba
menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk
dikomunikasikan kepada orang lain. Sedangkan menurut Fir.oza (2009:1491 kalimat adalah
bagian ujaran/tertulis yang mempunyai stuktur minimal Subjek (S) dan Predikat dan intonasi
finalnya menunjukan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna ( bernada
berita, Tanya, atau perintah). Hal ini sesuai dengan pendapat Akhadiah (1988:116) yang
mengatakan sebuah kalimat harus memiliki paling kurang subjek dan predikat.

Kalimat bukan semata-mata gabungan dari beberapa kata. Namun, dalam kalimat harus
mempunyai sebuah makna yang utuh dan jelas. Untuk itu sebelum kita dapat membuat
kalimat yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu stuktur dasar serta unsure-unsur
yang membangun sebuah kalimat. Adapun unsure kalimat merupakan fungsi sintaksis yang
biasa di sebut jabatan kata atau peran kata. Unsur-unsur tersebut adalah S (Subjek), P
(Predikat), O (Objek), Pel (Pelengkapan, dan Ket (Keterangan). Pada kalimat bahasa
Indonesia, kaliamat tersebut dikatakan baku, jika sekurang-kurangnya terdiri dari dua unsur,
yaitu unsur S (Subjek) dan unsure P (Predikat). Sedangkan unsur lainnya seperti O (Objek),
Pel (Pelengkap), dan Ket (Keterangan) boleh ada atau tidak dalam sebuah kalimat.

1. Subjek (S)

Subjek (S) merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tindakan, keadaan, masalah
atau segala sesuatu hal yang menjadi pokok suatu pembicaraan dan dapat di terangkan oleh
Predikat (P). Funsi Subjek (S) ini dapat diisi oleh kata benda atau frasa nomina, klausa,
maupun frasa verba

2. Predikat

Predikat (P) merupakan bagian kalimat yang berfungsi memberi tahu atau menerangkan
tindakan atau melakukan perbuatan Subjek (S) dalam sebuah kalimat. Tidak hanya
menerangkan tindakan atau keadaan Subjek (S), Predikat (P) juga berfungsi untuk
menyatakan sifat atau keadaan Subjek (S), termasuk juga untuk pernyataan jumlah sesuatu
yang di miliki oleh Subjek (S). Seperti yang sudah di jelaskan di atas satuan bentuk yang
dapat mengisi Predikat tidak hanya kata tapi juga berupa frasa.

3. Objek
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang menjadi sasaran tindakan Subjek (S) dan
melengkapi fungsi Predikat (P). Karena sebagai pelengkap Predikat, maka biasanya Objek
(O) selalu di belakang Pedikatn (P). Sama halnya dengan Subjek (S), biasanya Objek (O)
diisi oleh nomina atau frasa nomina dan juga klausa. Dalam kalimat pasif, Objek (O)
dapat berfungsi sebagai Subjek (S)
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang berfungsi sebagai
pelengkap Predikat (P). Unsur Pelengkap (Pel) hamper sama dengan Objek
hanya saja kalau Objek (O) dapat berfungsi sebagai Subjek (S), sedangkan
kalau Pelengkap (Pel) tidak dapat berfungsi sebagai Subjek (S) dalam kalimat
pasif.
5. Keterangan
Keterangan (Ket) merupakan bagian kalimat yang menerangkan lebih lanjut tentang
Subjek (S), Predikat (P) dan juga Objek (O) dalam sebuah kalimat. Keterangan (Ket) boleh
ditempatkan di mana saja atau bersifat mana suka. Boleh di letakan diawal, tengah atau
akhir kalimat. Keterangan (Ket) ini dapat berupa adverbial, frasa nomina, frasa
preposisional atau juga dapat berupa klausa. Walaupun Keterangan (Ket) ini dapat
diletakan dimana saja, namun jangan sampai merubah makna sebuah kaliamat.

B. Pola Dasar Kalimat


Berdasarkan fungsi dan dramatikalnya, ada enam tipe kalimat dasar bahasa
indonesia. Keenam tipe kalimat tersebut menurut Finoza (2009:157-160) antara lain:
1.Kalimat dasar tipe S-P
2.Kalimat Dasar tipe S-P-O
3.Kalimat Dasar tipe S-P-PEL
4.Kalimat Dasar tipe S-P-KET
5.Kalimat Dasar tipe S-P-O-PEL
6.Kalimat Dasar tipe S-P-O-KET

1. Kalimat Dasar Tipe S-P

Dalam kalimat dasar bertipe S-P, predikat biasanya diisi oleh verba transitif atau frasa verba. Akan
tetapi, ada pula pengisi berpredikat nomina, adjektiva,frasa nomina dan frasa adjektiva

2. Kalimat Dasar Tipe S-P-O

Biasanya pada kalimat dasar tipe S-P-C,predikatnya di isi oleh bentuk verbat transitif yang
memerlukan dua unsur pendamping yaitu unsur subjek (S) dan unsur Objek (C) untuk melengkapiya .
Jika salah satu unsur itu tidak ada , maka kalimat tesebut menjadi tidak efektif.

3. Kalimat Dasar tipe S-P-Pel

Tipe kalimat ini sama seperti kalimat S-P-C, hanya saja unsur dua pendamping yang melengkapi
preclikat adalah subjek (S) dan perlengkapan (PEL) .

4. Kalimat Dasar tipe S-P-Ket

sama hal nya dengan kalimat dasar tipe S-P-PEL, predikat pada kalimat dasar tipe ini memerlukan
dua pendamping untuk melengkapinya . Dua pendamping itu adalah subjek (S) dan keterangan (ket)
5. Kalimat Dasar tipe S-P-O- pel
Pada kalimat dasar tipe S-P-0-Pel ini menuntut tiga pendamping , yaitu subjek (S),
Objek(C) dan pelengkap (pel)

6. Kalimat Dasar tipe S-P-O-Ket


Sama dengan kalimat dasar tipe S-P-O-Pel,kalimat dasar tipe S-P0-Ket membutuhkan pendamping
keterangan (ket) setelah objek(O) .

C. Jenis Kalimat
Kalimat dalam bahasa indonesia dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Kalau dilihat
menurut setrukturnya, kalimat dapat dibagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat majemuk, ini kemudian dapat pula dibedakan menjadi kalimat majemuk setara
(koordinatif), kalimat majemuk bertingkat (subordinatif), maupun kalimat majemuk
campuran (koordinatif- subordinatif). Jika gagasan pada suatu kalimat hanya satu atau
tunggal ,maka kalimat tersebut dikatakan kalimat tunggal. Sedangkan , kalau dalam sebuah
kalimat terdapat lebih dari suatu gagasan ,maka kalimat tersebut bisa dikatakan kalimat
majemuk.
Menurut fizona (2009:162) kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
menurut (a) jumlah klausa pembentukannya , (b) bentuk/fngsi isisnya,(c) kelengkapan
unsurnya ,dan (d) susunan subjek subjek predikatnya. Berikut akan Dijelaskan jenis . Kalimat
berdasarkan Jumlah Klausenya yauitu kalimat tunggal dan majemuk.

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya mempunyai satu gagasan utuh
terdiri atas satu subyek (S) dan satu predikat (P) . Menurut cook(1971:38) dan elson and
pickett (1969:123) kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas
tanpa klausa terikat.
2. Kalimat Majemuk
Berbeda dengan kalimat tunggal yang hanya dibentuk oleh satu klausa, kalimat
majemuk merupakan kalimat yang dibentuk dari gabungan dua atau lebih klausa.
Kalimat majemuk terbagi menjadi dua, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat.
Jenis kalimat tidak hanya berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk saja.
Berdasrkan fungsinya kalimat di jeniskan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, perintah dan
seru. Jika dilihat dari kelengkapan unsurnya kalimat dijeniskan menjadi kalimat mayor
(lengkap) dan kalimat minor (tidak lengkap). Sedangkan jika dilihat dari susunan subjek dan
predikatnya, suatu kalimat dijeniskan menjadi kalimat versi dan kalimat inversi.

D. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan, sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu
mengirim suatu pesan,pesan tersebut harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang
baik,yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat hubungan antarbagiannya logis,dan
ejaannya pun harus benar .
E. Syarat-Syarat kalimat Efektif
Menulis kalmat efektif tidaklah mudah seperti kita berbicara sehari-hari. Dalam
menulis sebuah kalimat efektif, kita harus memperhatikan syarat- syarat yang membentuk
kalimat itu agar menjadi efektif syarat-syarat dalam menulis kalimat efektif sebagai berikut:
1. Kesatuan gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasannya,
mengandung satu ide pokok. Tidak hanya itu, kalimat pun harus memiliki kesimbangan
yang harmonis antara pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Ciri-ciri kesatuan
gagasan dapat dilihat sebagai berikut:
1) Adanya subjek dan predikat yang jelas.
2) Tidak terdapat subjek ganda.
3) Tidak mennggunakan kata penghubung antar kalimat dalam kalimat tunggal.
4) Predikat kalimat tida didahului oleh kata “yang”.

2. Kepaduan Kalimat
Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah
hubungan timbal balik yang baik jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata)
yang membentuk kalimat itu.
1) Kepaduan rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuia dengan pola kalimat
2) Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula Karena salah mempergunakan kata-kata
depan, kata penghubug, dan sebagainya.
3) Kesalahan lain yang dapat merusak konsherensi adalah pemakaian dua kata yang
maknanya tumpang tindih.
4) Kesalahan lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan,
belum, dst).

3. Penekanan
Bahasa lisan kita dapat mempergunakan intonasi, gerak-gerik dan sebagainya untuk
memberi tekanan pada sebuah kata, sedangkan dalam bahasa tertulis hal tersebut tidak
mungkin dilakukan. Namun, penekanan kata dalam klimat dapat menggunakan cara-
cara seperti di bawah ini:
1) Mengubah posisi kata/frasa dalam kalimat
2) Mempergunakan repitisi kata/frasa
3) Pertentangan kata/frasa
Partikel Penekanan
4. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Jika repetisi
lebih banyak menekankan kesamaan bentuk, maka variasi justru menghindarinya agar
tidak terlalu monoton. Untuk itu dalam variasi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Variasi sinonim kata
Contoh: Seribu armada AS dikerahkan untuk menyerang pasukan palestina.
2) Variasi panjang pendeknya kalimat
Contoh: Sastra menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan hati. Kegelisahan
tentang cinta, keprihatinan tentang tatanan hidup, kehancuran sistem politik serta
sebagai sarana media satir. Pada kalimat diatas terkandung 22 kata.
3) Variasi penggunaan bentuk me- dan di
Contoh: Pemerintah Metro fokus untuk membangun Rumah Susun, dengan cara
mengoptimalkan sumber dana yg ada.
4) Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat
Contoh: Dokter diharapkan mempunyai banyak wawasan tentang Jenis obat, agar
mahasiswa mendapat perkuliyahan tentang Ilmu kesehatan yang mendalam dan
menyeluruh
5. Paralelisme
Paralelime menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya kedalam
suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama. Pararelisme atau kesejajaran bentuk
membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan memperhatikan bagian-
bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
6. Logika
Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha
untuk menghubungkan fakta-fakta menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.
Tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan perwujudan dari berpikir logis itu.

Anda mungkin juga menyukai