Anda di halaman 1dari 10

UNSUR DAN CIRI KALIMAT (EFEKTIF)

Saefu Zaman 0 komentar

KALIMAT
Pendahuluan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan
kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat
adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan
bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata
dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa
sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan predikat,
baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu
didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh
kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa
intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi
kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh
huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau
titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik
(.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Ciri-Ciri Kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap.
Mengandung pikiran yang utuh.
Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung
fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan
menurut fungsinya.
Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah tempat yang dapat diisi oleh bentuk
bahasa tertentu. Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap(Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat

harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang
harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan predikat, sedangkan
unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
1.
Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu
dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu predikat. Ciri-ciri
subjek yaitu: (1) jawaban apa atau siapa, (2) dapat didahului oleh kata
bahwa, (3) berupa kata atau frasa benda (nomina), (4) dapat disertai kata
ini atau itu, (5) dapat disertai pewatas yang, (6) tidak didahului preposisi di,
dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, (7) tidak dapat diingkarkan
dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
2.
Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok
kalimat atau subjek. Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) bagian
kalimat yang menjelaskan pokok kalimat, 2) dalam kalimat susun biasa,
predikat berada langsung di belakang subjek, 3) predikat umumnya diisi
oleh verba atau frasa verba, 4) dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat
berintonasi lebih rendah, 5) predikat merupakan unsur kalimat yang
mendapatkan partikel lah, 6) predikat dapat merupakan jawaban dari
pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) ataubagaimana (pokok
kalimat).
3.
Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba
transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: 1) berupa nomina atau frasa nominal, 2) berada langsung
di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif), 3) dapat diganti enklitik
nya, ku atau mu, 4) objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika
kalimat aktif transitif dipasifkan.
4.
Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.)
bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau
frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang
predikat.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) pelengkap kehadirannya
dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefik
ber- dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ter-,
2) pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti
predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, 3)

dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang
predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di
belakang objek, 4) pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina nya,
5) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu
menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif.
5.
Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada
seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur
tambahan dalam kalimat.
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) umumnya merupakan
keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, 2)
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna
kalimat, 3) keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa
adjektival, dan klausa terikat.
Fungsi keterangan ini memiliki banyak jenis, misalnya keterangan tempat,
waktu, alat, cara, tujuan, perbandingan, sebab, akibat, syarat, dll.
Jenis Jenis Kalimat
Pembagian jenis-jenis kalimat didasarkan pada beberapa kriteria. Secara
umum para ahli mengklasifikasikan kalimat dalam beberapa jenis yaitu:
1.
Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat inti sering juga disebut sebagai kalimat dasar atau biasa
didefinisikan sebagai kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap
bersifat deklaratif, aktif atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti juga biasa
didefinisikan sebagai kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur pusat, yaitu
unsur subjek dan predikat, tanpa mengalami perluasan pada salah satu
unsurnya.
Jika kalimat inti telah mengalami perubahan berupa susunan katanya atau
intonasinya, kalimat tersebut tidak menjadi kalimat inti lagi, walaupun masih
merupakan
kalimat
mayor.
Kalimat
tersebut
menjadi
kalimat
transformasional (noninti). Perubahan dari kalimat inti menjadi kalimat
transformasional dapat dilakukan dengan cara mengubah tata urut unsurunsur intinya, mengubah intonasi netralnya, atau memperluas kalimat.
Kalimat inti dapat berubah menjadi kalimat noninti dengan melalui proses
transformasi, seperti transformasi pemasifan, pengingkaran, penanyaan,
pemerintahan, penginversian, pelesapan, dan penambahan.
inti tersebut.
Contoh :
Nita memukul lalat.
Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di
atas. Kalimat tersebut dapat menjadi noninti yaitu:

Lalat dipukul Nita.


Nita tidak memukul lalat,
Pukulah lalat itu!
Siapa yang memukul lalat?
Memukul lalat Nita.

(pemasifan)
(pengingkaran)
(perintah)
(penanyaan)
(inversi) dan sebagainya.

2.
Kalimat Tunggal dan Majemuk
Pembeda antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah jumlah
klausa yang ada di dalam kalimat. Sebuah kalimat dikatakan kalimat tunggal
jika dalam kalimat tersebut hanya terdapat sebuah klausa. Sedangkan yang
dimaksud dengan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari
satu klausa.
Kalimat mejemuk jika dilihat dari sifat hubungan antar klausa di dalam
kalimat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu kalimat majemuk
koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif
(kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks.
Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausaklausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat.
Sebagai penghubung antar klausa dalam kalimat majemuk koordinatif
digunakan konjungsi koordinatif, yaitu dan, atau, tetapi, dan lalu.
Kalimat majemuk subordinatif yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara
klausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Maksud ketidaksetaraan
ini yaitu klausa-kalusa yang ada dalam kalimat ini menduduki posisi yang
berbeda yaitu ada yang bertindak sebagai klausa atasan dan ada yang
sebagai klausa bawahan. Penghubung atau konjungsi yang digunakan dalam
hubungan kalimat majemuk jenis ini yaitu kalau, ketika, meskipun, karena
dan lain sebagainya.
Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga
klausa atau lebih, di mana ada klausa yang dihubungkan secara koordinatif
dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Dengan kata lain
kalimat ini merupakan percampuran antara kalimat majemuk koordinatif
dengan kalimat majemuk subordinatif atau biasa juga disebut dengan istilah
kalimat majemuk campuran.
3.
Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat menjadi kalimat mayor dan minor didasarkan pada
kelengkapan Klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat tersebut. Jika
kalimat tersebut lengkap atau sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat, kalimat tersebut dikatakan sebagai kalimat mayor. Jika kalimat
atau klausa yang menjadi dasar kalimat tersebut tidak lengkap, misalnya
hanya mengandung unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, ataupun
keterangan saja, maka kalimat tersebut dikatakan sebagai kalimat minor.
kalimat minor walaupun tidak memiliki unsure yang lengkap sebagai sebuah
kalimat, tetap mudah untuk dipahami. Hal tersebut karena kalimat minor

terikat oleh konteks pembicaraan yang diketahui oleh pendengar dan


pembicaraanya. Konteks di sini menyangkut konteks kalimat, konteks
situasi, dan konteks topic pembicaraan. Termasuk dalam jenis kalimat minor
misalnya: jawaban singkat, kalimat salam, kalimat seruan, perintah, dan lain
sebagainya yang memiliki konteks dalam pembicaraan.
Contoh kalimat minor:
Sedang mengetik. (Predikat saja)
Cepat tutup!
(perintah)
Selamat pagi!
(salam)
Maju terus pantang mundur!
Kurang ajar!
Ya, bagus!
4.
Kalimat Verbal dan Non-Verbal
Kalimat verbal merupakan kalimat yang dibentuk oleh klausa verbal, yaitu
kalimat yang predikatnya berupa kata atau frasa berkatagori verba.
Sedangkan kalimat non-verba merupakan kalimat yang predikatnya bukan
merupakan kata atau frasa berkatagori verba (non-verba), seperti nominal,
adjektiva, adverbial, dan numeria.
5.
Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Pengklasifikasian kalimat menjadi kalimat bebas dan kalimat terikat terkait
dengan kedudukan kalimat dalam wacana. Seperti diketahui bahwa wacana
tersusun atas kalimat-kalimat yang membentuk satu kesatuan. Dalam
wacana / paragraph kalimat bukan merupakan satuan yang berdiri sendiri
yang tidak berkaitan satu dengan yang lain. Kalimat dalam paragraph
merupakan kesatuan yang berhubungan satu sama lain yang pada akhirnya
dapat membentuk sebuah paragraph atau wacana yang utuh dan memiliki
makna. Dalam kaitan inilah kalimat dibedakan menjadi 2 yaitu kalimat bebas
dan kalimat terikat.
Kalimat bebas merupakan kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi
ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraph/ wacana tanpa
bantuan konteks atau kalimat lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat
terikat merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran
lengkap, atau menjadi pembuka paragraph/ wacana tanpa bantuan konteks.
Kalimat terikat biasanya menggunakan salah satu tanda ketergantungan,
seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis. Selain
penanda anaforis (-nya), konjungsi antarkalimat juga merupakan penanda
sebuah kalimat terikat (makanya, oleh karena itu, jadi).
Kalimat Aktif dan Pasif
Kalimat dilihat dari peran subjeknya dibedakan menjadi 2, yaitu kalimat aktif
dan pasif.

1.
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan.
Ciri penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata
kerja yang berawalan me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit
kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut,
a.
Bu Lurah sedang asyik makan tape.
b.
Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air
putih.
c.
Saya akan pergi sekarang juga.
d.
Toni memukul Toni.
Dalam kalimat diatas, subjek (Toni) berperan sebagai pelaku suatu kegiatan,
yaitu memukul. oleh karenanya, kalimat di atas termasuk kalimat aktif.
Subjek (S) dalam kalimat aktif melakukan aktifitas, hal ini membawa
konsekuensi predikat (P) dalam kalimat aktif harus diisi oleh kata kerja aktif.
Berdasarkan hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat
dibagi kedalam empat kelompok.
a.
Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat aktif yang predikatnya
memerlukan objek. (1) Pemerintah tengah mengembangkan industri mobil
nasional. S P O (2) Narapidana itu sudah mencuri ayam milik Pak Lurah dua
kali. S P O K
b.
Kalimat aktif semitransitif, yakni kalimat yang predikatnya
memerlukan pelengkap. Contoh: (1) Pengembangan industri nasional
bergantung pada ntutu SDM-nya. S P Pel. (1) Usahanya hanva bermodalkan
kejujuran dan keberanian. S P Pel.
c.
Kalimat aktif dwitransitif, yakni kalimat yang memerlukan objek dan
pelengkap secara sekalius. Contoh: (1) Kakak meminjami kawannya sebuah
novel. S P O Pel. (2) Ayah membelanjai ibu pakaian. S P O Pel.
d.
Kalimat aktif intransitif, yakni kalimat yang predikatnya tidak
memerlukan objek ataupun pelengkap. Contoh: (l) Ibu memasak di dapur. S
P Ket. (2) Ani bernyanyi.
2.
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu hal atau
tindakan, baik itu disengaja ataupun tidak. Kalima aktif, antara lain, ditandai
oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-. Contoh:
a.
Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
b.
Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
c.
Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa
yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat
mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu

dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu


kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan
kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti
tercantum di bawah ini.
a.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
b.
Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)
c.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut.
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
d.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan

nomina, bentuk kedua menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama


menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk itu yaitu Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat
tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang
nomial, sebagai berikut Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada
penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam
kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Saudaralah yang bertanggung jawab.

Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tatabahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
2.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata. Misal kata merah sudah mencakupi kata
warna (Ia memakai baju warna merah dapat diperhemat menjadi Ia
memakai baju merah).
3.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat. Misal kata naik bersinonim dengan ke atas.
4.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan katakata yang berbentuk jamak. Misalnya: para tamu-tamu seharusnya para
tamu
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat tersebut seharusnya Yang
diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecahpecah.
1.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang

panjang dan bertele-tele. Contoh kalimat tidak padu: Kita harus dapat
mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal
secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti
daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan
kalimat di bawah ini.
a.
Waktu dan tempat kami persilakan.
b.
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
c.
Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
d.
Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
Bapak Menteri kami persilakan.
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai