Anda di halaman 1dari 91

BAB II

ISI
A.    Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling
kurang mengandung subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara
naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan
berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda
tanya (?) dan tanda seru (!).
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut
ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan
kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Namun hal itu belum
menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadidkan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena
tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4),
yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari
interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.

B.     Pengertian SPOK


Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :

a.    Subjek / Subyek (S)


Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan
makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat.
Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
(1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk,
(2) memperjelas makna,
(3) menjadi pokok pikiran,
(4) menegaskan makna,
(5) memperjelas pikiran ungkapan,
(6) membentuk kesatuan pikiran.

Ciri-ciri subjek:
1. jawaban apa atau siapa
2. didahului kata bahwa
3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. disertai dengan kata ini atau itu
5. disertai pewatas yang
6. kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan,
dan lain-lain.
8. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

  Contoh Subjek :
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
1. Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)

2. Meja itu dibeli oleh paman.


Apa dibeli ? = jawab Meja

3. Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek
dan predikat).
Anak itu membawa bukuku
S P

b.      Predikat (P)

Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek

itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang

dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari

kata kerja atau kata keadaan .Kita selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa,

artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?.

Ciri-ciri predikat:
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya,
dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan
subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c.       Objek (O)

Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah

demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta

ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya,

predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan,

mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.


Dalam kalimat, objek berfungsi:

(1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,

(2) memperjelas makna kalimat

(3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Ciri-ciri objek:

1. berupa kata benda

2. tidak didahului kata depan

3. mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif

4. jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif

5. dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

d.      Keterangan (K)


Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara,
sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,
oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti
ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.

  Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.


• Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan
yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.

• Tidak Terikat Posisi


Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat.

  Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa
kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa,
siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan
waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti
setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi,
seperti di, pada, dan dalam.

3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang
berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.

4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa
ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan
sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa
ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.

6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda
dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan,
sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti
contoh berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan
yaitu kata Siswanto.

8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas
tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan
hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
e.       Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek
kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului
predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

C.    Pola Kalimat Dasar


Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut:

1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

D.    Jenis-jenis Kalimat


1.      Kalimat berdasarkan pengucapan
a)      Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang
lain (orang ketiga) dengan lngsung menirukan, mengutip atau mengulang kembali  ujaran dari
sumber tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari
bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
         Ciri-ciri kalimat langsung :
1.      Susunan kutipan-pengiring

• Bila kutipan ada di awal kalimat, masukkan tanda petik pembuka dan tulis kutipannya diawali
dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan. • Masukkan tanda petik
penutup di akhir kutipan.
• Ikuti dengan spasi.
• Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
• Akhiri pengiring dengan tanda titik.
  Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2.      Susunan pengiring-kutipan
• Bila kutipan ada di akhir kalimat, tuliskan pengiringnya dulu seperti menulis kalimat biasa.
• Selipkan tanda koma sebelum menambahkan kutipan.
• Selipkan spasi.
• Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
  Contoh : Lalu Ratu berkata kepada pengawalnya, “Suruh kedua wanita itu menghadapku!”

3.      Susunan kutipan, pengiring dan kutipan lagi.


• Ulang cara menulis kalimat langsung yang susunannya pengiring-kutipan, tetapi jangan taruh
tanda titik di belakang pengiring.
• Taruh tanda koma di belakang pengiring.
• Selipkan spasi
• Masukkan tanda petik pembuka dan tetapi jangan awali kutipan dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
  Contoh : “Tunggu!” teriak penasehat ratu, “lebih baik kita selidiki dulu masalahnya.”

b)     Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang
lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua, berkata
tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi mendatar dan menurun pada akhir
kalimat
         Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung

1.      kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.


Contoh: Ratu Gading Mas tidak tahu apa yang harus dia lakukan

2.      kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.


Contoh: Ia menyuruh pengawalnya untuk membawa kedua wanita itu masuk.

3.      kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu dan menyarankan agar mereka
menanyakan dulu sebabnya.

2.      Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)


a)      Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek
dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang
sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

KB + KK (kata benda + kata kerja)


Contoh:
Ibu memasak
S P

KB + KS (kata benda + kata sifat)


Contoh:
Anak itu sangat rajin.
S P

KB + KBil (kata benda + kata bilangan)


Contoh:
Apel itu ada dua buah.
S P
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
  Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
  Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh: Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap
unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat
dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
1.      Keterangan tempat
misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll.
Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
2.      Keterangan waktu
misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan, kemaren, lusa, dll.
Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3.      Keterangan alat
misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4.      Keterangan cara
misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5.      Keterangan modalitas
misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll.
Contoh: Saya harus giat berlatih.
6.      Keterangan aspek
misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah.
Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
7.      Keterangan tujuan
misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang,dll
Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8.      Keterangan sebab
misalnya: karena rajin, karena panik, dll.
Contoh: Dia lulus ujian karena rajin belajar.
9.      Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan)
contoh: penerima medali emas, taufik Hidayat.
10.  Perluasan kalimat yang menjadi frasa
contoh: orang itu menerima predikat guru teladan.
b)     Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat
majemuk terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara
kordinasi maupun subordinasi.

Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:


  Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,
dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat
itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan
masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh: Saya makan; dia minum.
Kalimat tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu a) Saya makan dan b) Dia minum.
Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat b) masih dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung baik dari
segi struktur maupun makna kalimat. Demikian juga, jika kalimat dasar b) ditiadakan, kalimat
dasar b) masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki
kedudukan yang sama di dalam kalimat majemuk setara.
Hubungan kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara tersebut tidak tampak jelas
karena tidak digunakan konjungsi di antara kedua kalimat dasar tersebut. Hubungan yang paling
dekat dengan makna kalimat majemuk setara tersebut adalah hubungan urutan peristiwa.
Konjungsi yang cocok adalah lalu, lantas, terus, atau kemudian.
1a) Saya makan lalu dia minum.
Jika konjungsi kalimat itu diganti dengan kata tetapi, hubungan kedua kalimat tersebut akan
berubah. Hubungan kalimat yang semula hubungan urutan peristiwa akan berubah menjadi
hubungan pertentangan.
1b) Saya makan, tetapi dia minum.
Jadi, konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat majemuk. Peranan
konjungsi adalah menyatakan hugungan antarkalimat dasar di dalam kalimat majemuk.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
o   Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi dengan
adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat
itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta
memajangnya di pameran."
o   Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan kata
“tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”. Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi
nilainya selalu merah.", "Ibu memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang
membuat prakarya itu bukan adiknya melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.", "Dia
tidak membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
o   Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam kalimatnya
dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia bingung memilih antara buah apel atau buah
anggur."
o   Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan
menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan
pandai bernyanyi."

  Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk
kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti
(utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur
kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena,
supaya, meskipun, jika, dan sehingga.

o   Induk Kalimat dan Anak Kalimat


Perbedaan induk kalimat dan anak kalimat dapat dilihat berdasarkan tiga kategori
.
1) Kemandirian sebagai Kalimat Tunggal
Induk kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri, sedangkan anak
kalimat tidak dapat berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat. Hal ini tampak pada contoh
berikut.
a) Hujan turun selama tiga hari tiada henti-hentinya.
b) Sehingga banjir melanda sawah dan ladang petani desa itu.
Kalimat (a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat (b) tidak.

2) Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan
kata lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului
konjungsi.
Saya membaca buku ketika dia datang.
Jika konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur maupun
informasi.
Ketika saya membaca buku, dia datang.
Setelah dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama kalimat tersebut merupakan anak kalimat
dan unsur kedua merupakan induk kalimat.

3) Urutan
Anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebebasan tempat, kecuali anak
kalimat akibat, didahului kata sehingga. Jika anak kalimat di depan induk kalimat, anak kalimat
itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk kalimatnya. Anak kalimat yang menempati
posisi di belakang induk kalimat dapat ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan informasi
yang pokok.
Contoh :
- Dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena ingin meningkatkan perusahaan.

Kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut.

- Karena ingin meningkatkan perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil.

o   Jenis Anak Kalimat


Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1) Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, waktu, kala,
tatkala, saat, sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
Seorang pengunjung, ketika melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.

2) Anak Kalimat Keterangan Sebab


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara lain, sebab,
karena, dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat dalam kalimat majemuk
bertingkat.
Contoh:
Karena jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.

3) Anak Kalimat Keterangan Akibat


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi yang
digunakan adalah hingga, sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak kalimat keterangan
akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang induk kalimat.
Contoh:
Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.

4) Anak Kalimat Keterangan Syarat


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi itu,
antara lain, jika, kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
Jika ingin berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.

5) Anak Kalimat Keterangan Tujuan


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi yang
digunakan adalah supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
Ana belajar dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.

6) Anak Kalimat Keterangan Cara


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut adalah
dengan dan dalam.
Contoh:
Pemerintah berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang
terus menurun.

7) Anak Kalimat Keterangan Pewatas


Anak kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat, maupun
objek. Konjungsi yang digunakan adalah yang atau kata penunjuk itu. Anak kalimat ini berfungsi
sebagai pewatas nomina.
Contoh:
Anak yang berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.

8) Anak Kalimat Pengganti Nomina


Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek
dalam kalimat transitif.
Contoh:
Ana mengatakan bahwa jeruk itu asam

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10


macam, yakni:
1.      Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri sejak orang tuaku
menetap di kota ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."
2.      Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia pergi dari rumah
karena bertengkar dengan istrinya."
3.      Akibat, misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di Ibukota hingga
mampu menggenangi beberapa ruas jalan."
4.      Syarat, misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin nilainya
sempurna.", "Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."
5.      Perlawanan, misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi di
Jakarta walaupun nilai kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia selalu pergi kesekolah
dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh."
6.      Pengandaian, misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata
kita berusaha lebih keras lagi."
7.      Tujuan, misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya
hidup.", "Pria itu membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
8.    Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak itu bagai bulan
kesiangan.", "Anaknya yang suka membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman modern."
9.         Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain
musik."
10.     Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu pergi ke kantor
dengan mobil."
11.     Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi berdarmawisata
dengan para guru."

  Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan
antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan
kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1.      Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.      Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.      Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.

3.      Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya


a)      Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin
menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun;tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang
bisnis komdominium di kota-kota besar.
b)     Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi
yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
Ciri-ciri kalimat perintah:
1.      Intonasi keras, terutam aperintah biasa dan larangan
2.      Menggunakan tanda seru (!) , bila digunakan dalam tulisan
3.      Kata kerja yang mendukung kalimat biasanya kata kerja dasar
4.      Menggunakan partikel pengeras (lah)
5.      Berpola kalimat inversi (PS).

  Beberapa bentuk kalimat perintah :


1.      Kalimat perintah permintaan adalah perintah yang halus, orang yang menyuruh bersikap rendah.
Contoh :
-          Tolong, tutup pintu itu!
-          Tolong bawa buku itu kesini!
-          Harap berdiri!
-          Kalau ada waktu, bacalah buku ini!
-           
2.      Kalimat perintah larangan adalah perintah yang melarang seseorang melakukan sesuatu hal. Bila
larangan itu bersifat umum/resmi digunakan kata dilarang, bila bersifat khusus/tidak resmi
digunakan kata jangan.
contoh:
- Jangan membuang sampah sembarangan!
- Dilarang merokok disini!

3. Kalimat perintah ajakan biasanya didahului kata-kata ajakan.

contoh:
-          Marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
-          Mari kita jaga kebersihan rumah kita!

4.      Kalimat perintah sindiran/cemooh adalah perintah yang mengandung ejekan karena yakin bahwa
yang diperintah tidak mampu melaksanakan yang diperintahkan.
Contoh :
-          Kerjakan sendiri, kalau kamu bisa!
-          Dekatilah anjing itu, kalau kamu berani!
-          Tangakaplah jika engkau berani!

5.      Kalimat perintah bersyarat adalah perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhi sesuatu hal.
Contoh:
-          Tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan menerangkannya kepadamu !
-          Bantulah dia, pasti pekerjaannya akan segera selesai!

6.      Kalimat perintah mengizinkan adalah perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan yang
mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
-          Makanlah, semampu anda!
-          Ambillah buah mangga itu semaumu!
c)      Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu.
Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini
akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir dengan
pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita ini.
  Ciri-ciri kalimat berita :
2.      intonasinya yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari yang lain
3.      Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri karena hampir sama saja dengan kalimat lain.
4.      Suatu bagian dari kalimat berita  dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hal ini bagian
tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut mendapat intonasi yang lebih
keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai kalimat seperti ini disebut intonasi pementing.
Beberapa bentuk kalimat berita:
1.      Kalimat berita positif.
2.      Kalimat berita negatif yaitu kalimat yang berisi pengingkaran atau kalimat yang ditandai dengan
kata ingkar yaitu menggunakan kata "tidak" dan kata "bukan".

Contoh :
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor. (positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).

c)      Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat
ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan untuk
membuat kalimat. Adapun macam kata tanya dan gunanya adalah :
-          Apa : hal, orang, atau barang
-          Siapa : orang atau nama orang
-          Kapan, bilamana : waktu
-          Dimana : tempat
-          Mengapa : sebab
-          Bagaimana : keadaan, cara, proses.
Contoh :
1.      Apa yang dia lakukan disana ?
2.      Siapa namamu?
3.      Kapan anda pergi ke Banjarmasin?
4.      Dimana rumahmu?
5.      Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
6.      Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?

  Beberapa bentuk kalimat tanya:

1.      Kalimat Tanya klarifikasi dan konfirmasi 


Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi (penegasan) dan kalimat Tanya konfirmasi
(penjernihan) ialah kalimat tanya yang disampaikan kepada orang lain untuk tujuan
mengukuhkan dan memperjelas persoalan yang sebelumnya telah diketahui oleh penanya.
Kalimat tanya ini tidak meminta penjelasan, tapi hanya membutuhkan jawaban pembenaran atau
sebaliknya dalam bentuk ucapan ya atau tidak dan benar atau tidak benar.

Contoh kalimat Tanya konfirmasi :


a.       Apakah engkau ingin pulang hari ini? (ya/tidak)
b.      Apakah anda mengambil  buku itu? (ya/Tidak)
Contoh kalimat tanya klarifikasi:
a.       Benarkah Saudara yang memimpin penelitianmu?
b.      Apa benar barang-barang ini milik Anda?

2.      kalimat tanya retorik


Kalimat Tanya retorik adalah kalimat Tanya yang tidak menghendaki jawaban karena penanya
jawaban sudah tahu.
Contoh:
                                 i.      Apakah anda mau tidak naik kelas?
                               ii.      Apakah saudara mau di jajah kembali?

3.      Kalimat tanya tersamar


Kalimat Tanya tersamar adalah kalimat yang tujuannya tidak untuk bertanya melainkan
mempunyai tujuan lain yaitu:
  Tujuanmeminta:
-Bolehkah saya tahu siapa namamu?
- Dapatkah kamu menolong saya?
  Tujuan mengajak:
- Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?
- Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
  Tujuan memohon:
- Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?
- Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
  Tujuan menyuruh:
- Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?
- Maukah kamu membuatkan kue bolu?
  Tujuan merayu:
- Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?
- Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
  Tujuan menyindir:
- Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?
- Begini caranya kamu berterima kasih?
  Tujuan menyanggah:
- Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?
- Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
  Tujuan meyakinkan:
- Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?
- Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
  Tujuan menyetujui:
- Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?
- Apa pantas hal ini saya abaikan?

d)     Kalimat seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan (sakit, marah,
terkejut, hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan
biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan
akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Adapun macam kalimat seru dan gunanya adalah :

         Aduh, untuk menyatakan perasaan sakit dan kagum


Contoh: - Aduh, sakitnya tangaanku!
- Aduh, besarnya rumahmu!
         Aduhai untuk menyatakan perasaan sedih
Contoh: - Aduhai, sungguh malang nasibku!

         Ah untuk menyatakan tidak setuju atau menolak sesuatu


Contoh : - Ah, saya tetap tidak mengaku bersalah!
- Ah, alasan itu tidak dapat kuterima!

         Amboi/wah untuk menyatakn perasaan heran atau kagum


Contoh : - Amboi, cantik sekali gadis itu!
- Wah, indah sekali pemandangan itu!
         Cis/cih untuk menyatakan perasaan marah dan benci
Contoh : - Cis, berani dia menentang aku!
- Cih, mereka tidak kenal siapa aku!

         Eh untuk menyatakan perasaan terkejut atau heran


Contoh: - Eh, kamu sudah sampai !
- Eh, tadi dia ada disini!

4.      Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat


Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.      Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah
predikat.
Contoh :
-Presiden SBY membeli buku gambar
S P O

- Si Jarwo Pergi
S P
b.      kalimat tak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak
sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya
berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk
kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan
kekaguman.
Contoh :
- Jangan dilempar!
- Astaga, indahnya!
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?

5.      Kalimat Berdasarkan Susunan  Pola Subjek-Predikat


Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya
dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat
versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata itu pula yang
akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
- Bawa buku itu kemari!
P S

-  Ambilkan koran di atas kursi itu!


         P                       S

-  Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.


    S           P                          K

  Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
-  Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
          S                 P            O                     K
-  Aku dan dia bertemu di cafe ini.
             S             P             K

6. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)


  Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh unsur utama (induk
kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan
dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap.
Contoh:
-  Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jikasaya lulus ujian sarjana.
Induk kalimat/kalimat utama anak kalimat

- Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan PR.
Induk kalimat/kalimat utama anak kalimat

  Kalimat yang Klimaks


Kalimat klimaks akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya.
Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh
karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
-   Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh
. anak kalimat induk kalimat/kalimat utama

  Kalimat Yang  Berimbang


Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran bentuk dan informasinya.
Contoh:
-   Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan
transaksi, dan IHSG naik tajam.
-  Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat
dengan leluasa.
- Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan harga
yang semakin naik.

7.      Kalimat Berdasarkan Subjeknya


Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)      Kalimat Aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya 
pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.

- Imbuhan "ber-"

Kami bermain di taman.


Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
         Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan mempunyai

tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan

selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.

Contoh:

Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi

Kue dibuat oleh kami. (kalimat pasif).

         Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan

mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat pada kalimat ini

biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:

- Kami berjaga diluar rumah.

- Andi berteriak dari dalam kamar mandi.

         Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif,
hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek. Ciri-cirinya berupa adanya
subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan keterangan.
Contoh:
- Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
S P Pel
- Dia menjadi ketua kelas.
S P Pel
b)     Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat
bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata
depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
         Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk
predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
- Sampah dibuang Rina.

- Barang itu dijual paman.


         Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek
penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-
kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan
kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa
menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“).
Contoh:
- akan saya sampaikan pesanmu.
- Saya berikan bukuku.

  Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :


1.  Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.  Awalan me- diganti dengan di-.
3.  Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :   Bapak  memancing ikan. (aktif)
.                Ikan  dipancing oleh bapak. (pasif)
4.  Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus,
kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :   Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
.                PR harus kukerjakan. (pasif)

8.    Kalimat Mayor dan Minor


a)      Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti).
Kalimat mayor klausanya minimal harus terdiri atas subjek dan predikat.
misalnya :
- Saya mengantuk.
- Presiden berkunjung ke Australia.
- Susilo pergi
b) Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat (inti). Kalimat minor
hanya dibentuk oleh subjek atau predika atau objek bahkan keterangan saja. Meskipun hanya
dibentuk dengan satu kata, kalimat minor dapat dipaham pesannya karena sudah diketahui
konteksnya (kalimat,situasi,topic yang dibicarakan). Kalimat dapat berupa kalimat jawaban-
jawaban singkat,seruan, pertanyaan, salam, dan sapaan.
Contoh :
- pergi!
- mana?
- hai!
-diam!
                                                                          BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.      Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang

mengandung subjek dan predikat.

2.      Kalimat memiliki unsur penyusun kalimat, yaitu Subjek,Predikat,objek,dan Predikat (SPOK).

3.      Pola dasar kalimat adalah :


1. KB + KK
2. KB + KS
3. KB + KBil
4. KB + (KD + KB)
5. KB1 + KK + KB2
6. KB1 + KK + KB2 + KB3
7. KB1 + KB2

4. Jenis-jenis Kalimat :
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
4. Kalimat berdasarkan unsur kalimat
5. Kalimat Berdasarkan Susunan  Pola Subjek-Predikat
6. Kalimat berdasarkan bentuk gaya penyajiannya(retorikanya)
7. Kalimat berdasarkan subjeknya
8. Kalimat Mayor dan Minor
9. Kalimat Efektif

Posted by Hasmirah Thamrin at 19:44


Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments ( Atom )

BLOG HASMIRAH
About Hasmirah Thamrin

Hasmirah Thamrin
View my complete profile

Total Pageviews
93411

Selamat Membaca

Widget Animasi
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain
karena dengan perantaraan kalimatlah seorang guru atau dosen dapat menyampaikan maksud
secara lengkap dan jelas.Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada ttaran
kalimat adalah kata (mis.tidak ) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata dan frasa
tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa
itu sedang berperan dalam kalimat minor atau merupakan jawaban sebuah pernyataan. Untuk
dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu sturuktur dasar suatu kalimat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja unsur-unsur dalam kalimat?
2.      Bagaimana susunan pola kalimat dasar?
3.      Apa saja yang menjadi pembagian dalam jenis kalimat?
4.      Apa itu kalimat inti dan inti kalimat?
5.      Apa itu kalimat efektif?
6.      Apa saja yang menjadi kesalahan dalam kalimat?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam kalimat.
2.      Untuk mengetahui susunan pola kalimat dasar.
3.      Untuk mengetahui pembagian jenis kalimat.
4.      Untuk mengetahui kalimat inti dan inti kalimat.
5.      Untuk mengetahui apa itu kalimat efektif.
6.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kesalahan dalam kalimat efektif.

BAB II
PEMBAHASAN
KALIMAT

A.    Unsur-unsur Kalimat


  Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau peran
kata,yaitu subjek(S), predikat(P), objek(O), pelengkap(P), dan keterangan (Ket)1[1].Kalimat
bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur ,yakni S dan P.Unsur yang lain
(O,Pel,dan Ket) dapat wajib hadir,atau tidak wajib hadir dalam suatu kalimat.
Unsur-unsur kalimat dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku,tokoh,sosok,sesuatu
hal,atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan.Sebagian besar S diisi oleh kata
benda/frasa nominal,kata kerja /frasa verbal,dan klausa.Subjek kalimat dapat dicari dengan
rumus pertanyaan apa ataupun siapa. Contoh :
a.     Kakek itu sedang melukis (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
b.    Berjalan kaki menyehatkan badan (S yang diisi kata kerja/frasa verbal).
c.     Gunung Kidul itu tinggi (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
1[1] Lamuddin Finoza,Komposisi Bahasa untuk Mahasiswa Jurusan Non Bahasa,(jakarta : Gramedia,
2008),hal.142
2.      Predikat (P
  Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action) apa
S,yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat.Satuan bentuk pengisian P dapat berupa
kata atau frasa namun sebagian besar berkelas verbal atau adjektiva,tetapi dapat juga
numeral,nominalatau frasa nominal.Pemakaian kata adalah pada predikat biasa terdapat pada
kalimat nominal. Predikat (P) dapat dicari dengan rumus pertanyaan bagaimana,mengapa,
ataupun diapakan. Contoh :
a.     Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa verbal).
b.    Soal ujian ini sulit sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
c.     Karangan itu sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
d.    Santi adalah seorang kolektor (P dengan pemakaian kata adalah pada frasa nominal).

3.      Objek (O)


      Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P).Objek biasanya diisi oleh
nomina,frasa nominal atau klausa.Letak Objek (O) selalu di belakang P yang berupa verba
transitif,yaitu veba yang menuntut wajib hadirnya O. Objek dapat dicari dengan rumus
pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan Subjek. Contoh :
a.     Mereka memancing ikan Pari (O yang diisi dengan kata benda/frasa nominal).
b.    Orang itu menipu adik saya (O yang diisi dengan kata benda/frasa nominal).

4.      Pelengkap
          Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.Letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verbal.Posisi ini juga bisa ditempati oleh O,dan jenis kata
yang mengisi Pel dan O juga bisa sama,yaitu nominal atau frasa nominal.akan tetapi,antara Pel
dan O terdapat perbedaan. Contoh :
Ketua MPR //membacakan //Pancasila.
S P O

Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila


S P Pel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama-sama nominal Pancasila,jika
hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat pertama dengan ubahan sbb :
Pancasila //dibacakan // oleh Ketua MPR
S P Ket
*Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (tidak gramatikal karemna posisi Pancasila
sabagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi S dalam bentuk
kalimat pasif).
Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya.Pel bisa diisi oleh
adjektiva,frasa adjektif,frasa verbal,dan frasa preposisional. Contoh :
a.     Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
b.    Mayang bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
c.     Sekretaris itu mengambilkan bosnya air minum (Pel-nya frase nominal).
d.    Pak Lam suka bermain tenis (Pel-nya frase verbal).

5.      Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa dalam sebuah
kalimat.Pengisi Ket adalah adverbial,frasa nominal,frasa proposisional,atau klausa. Posisi Ket
boleh manasuka,di awal,di tengah, atau di akhir kalimat. Contoh :
a.     Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
b.    Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
c.     Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu,tempat,cara,
alat, alasan/sebab,tujuan,similatif,dan penyerta. Contoh :
a.     Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
b.    Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan pengacara. (Ket.similatif)
c.     Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
d.    Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati.(Ket.cara)
e.     Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
f.     Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)
B.     Pola kalimat dasar
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk membuat berbagai
tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima
unsur kalimat, yaitu S,P,O,Pel,Ket.
                Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat
dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia2[2].Keenam tipe kalimat itu tercantum
dalam tabel berikut:

Tipe dan Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan


fungsi
1.S-P Orang itu sedang tidur - - -
Saya mahasiswa baru - - -
2.S-P-O Ayahnya mengendarai mobil - -
Rani mendapat baru - -
piagam
3.S-P-Pel Beliau menjadi - ketua koperasi -
Pancasila merupakan - dasar negara -
kita
4.S-P-Ket Kami tinggal - - di Jakarta
Kecelaka terjadi - - tahun 1999
an itu
5.S-P-O- Hasan mengirimi ibunya uang -
Pel Diana mengambilkan adiknya buku tulis -
6.S-P-O- Pak Bejo menyimpan uang - di bank
Ket Beliau memperlakukan kami - dengan baik

C.    Jenis Kalimat Dasar


Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa

2[2] Ibid
pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan
predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi3[3].
1.      Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya,kalimat dapat dibentuk atas dua macam,yaitu (1)
kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk.

(a)   Kalimat Tunggal


           Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas4[4].Hal itu berarti
hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal.Unsur Padalah sebagai penanda klausa.Unsur S dan P
menang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat.Adapun O,Pel,dan Ket sifatnya tidak wajib
hadir di dalam kalimat,termasuk dalam kalimat tunggal.Jika P masih perlu dilengkapi,barulah
unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya,kalimat tunggal dapat dipilah menjadi empat
macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau frasanya,yaitu
nominal,adjektiva,verbal,dan numeral. Contoh :
1.      Kami mahasiswa UIN Suska Riau (kalimat nominal)
2.      Jawaban anak pintar itu sangat tepat (kalimat adjektiva)
3.      Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal)
4.      Mobil orang kaya itu ada delapan (kalimat numeral)

(b)   Kalimat Majemuk


     Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal5[5]. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yaitu:
(1)   Kalimat majemuk setara/koordinatif
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran atau lebih yang
kedudukannya setara6[6].Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat,sekurang-kurangnya,dua

3[3] Ibid

4[4] Henry Guntur Tarigan,Pengajaran Sintaksis,(Bandung : Pustaka Setia,1984),hal.10

5[5] Lamuddin Finoza.,Op.cit :hlm:155

6[6] Dendy Sugono,Berbahasa Indonesia Dengan Benar,(Jakarta: Gramedia Press 1999),hlm.141


kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.Konjungtor yang
menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak.Konjungtor itu
menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi. Berikut tabel penghubung
klausa dalam kalimat majemuk setara:
Jenis Fungsi Kata Penghubung
Hubungan
1.Penghubung menyatakan penjumlahan dan,serta,baik,maupun
atau gabungan
kejadian,kegiatan,peristiwa,
dan proses
2.Pertentangan mbahwa hal yang tetapi,sedangkan,bukannya,melainkan
dinyatakan dalam klausa
pertama bertentangan
dengan klausa kedua
3.Pemilihan menyatakan pilihan di atau
antara dua kemungkinan
4.Perurutan menyatakan kejadian yang lalu,kemudian
berurutan

Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif :


1.      Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar menari.
2.      Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
3.      Sinta cantik,tetapi sombong.
4.      Ia memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.

(2)   Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif


Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat tunggal yang salah
satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru.Dalam kalimat majemuk bertingkat kita
mengenal
a. Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat tetap atau tidak mengalami perubahan)
b. Anak kalimat (jabatan kalimat yang diperluas membentuk kalimat baru.Anak kalimat ditandai
pemakaian kata penghubung dan bila mendahului induk kalimat dipisah dengan tanda baca
koma).
Berikut tabel jenis hubungan antarklausa,konjungtor,dan fungsinya dalam kalimat
majemuk bertingkat.

Jenis Kata Penghubung


Hubungan
a.waktu sejak,sedari,sewaktu,
sementara,seraya,setelah,sambil,sehabis,sebelum,ketika,tatkala,hingg
a,sampai
b.syarat jika(lau),seandainya,
an-daikata,andaikan,asalkan,kalau,apabila,bilaman,manakala
c.tujuan agar,supaya,untuk,biar
d.konsesif walau(pun),meski(pun),sekalipun,biar(pun),kendati(pun),sungguh(pu
n)
e.pembandingan seperti,bagaikan,laksa-na,sebagaimana,dari-pada,alih-alih,ibarat
f.penyebaban sebab,karena,oleh karena
g.pengakibatan sehingga,sampai-sampai,maka
h.cara/alat dengan,tanpa
i.kemiripan seolah-olah,akan
j.kenyataan Padahal
k.penjelasan Bahwa
l.hasil Makanya

Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif :


1.      Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan penciptaan kader-kader yang
tangguh.
2.      Ketika memberikan keterangan,saksi itu meneteskan air mata.
3.      Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa unit rumah susun belum
berpenghuni.
4.      hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
5.      Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM,kita berharap kegiatan ekonomi tidak lesu lagi.
6.      Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru.
7.      Tempat itu kotor,makanya dia malas kalau disuruh ke situ.
8.      Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.
9.      Semangat belajarnya tetap tinggi meskipun usianya sudah lanjut.
10.     Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.

2.      Jenis kalimat Menurut Fungsinya


  Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan berdasarkan bentuk
atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam,yaitu : (1)kalimat berita
(deklaratif), (2) kalimat tanya(introgatif), (3) kalimat perintah (imperatif),dan (4) kalimat seru
(ekslamatif)7[7].
(a)   Kalimat Berita (Deklaratif) 
             Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita. Ciri-ciri
kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau tak langsung,aktif atau pasif,tunggal
atau majemuk , berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Contoh :
1.      Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
2.      Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.

(b)   Kalimat Tanya (Introratif)


Kalimat tanya adlah kalimat yang dipakai untuk memperoleh informasi.Ciri –ciri
kalimat tanya, yaitu : diakhiri tanda tanya(?),berintonasi naik dan sering pula hadir kata
apa(kah),bagaimana,dimana, siapa,yang mana,dll. Contoh :
1.      Apakah barang ini milikmu?
2.      Kapan adikmu kembali ke Indonesia?

(c)    Kalimat Perintah (Imperatif)


Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang orang berbuat
sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Kalimat
perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah suruhan,kalimat perintah halus,kalimat
perintah permohonan,kalimat perintah ajakan dan harapan,kalimat perintah larangan,dan
kalimat perintah pembiaran. Contoh :
1.      Tolonglah bawa motor ini ke bengkel.(k.perintah halus)
2.      Buka pintu itu! (k.perintah suruhan)
3.      Jangan buang sampah di sungai itu! (k.perintah larangan)

7[7]Lamuddin Finoza.,Op.Cit:hlm: 159


4.      Mohon hadiah ini kamu terima. (k.perintah permohonan/permintaan)
5.      Ayolah, kita belajar. (k.perintah ajakan dan harapan)
6.      Biarlah dia pergi bersama temannya. (k.perintah pembiaraan)

(d)   Kalimat Seru (Ekslamatif)


Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan
emosi yang kuat,termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini
berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!). Contoh :
1.      Hai,ini dia orang yang kita cari!
2.      Wah,pintar benar anak ini !

3.      Jenis Kalimat menurut Kelengkapan Unsurnya 


           Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu : (1)
kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).

(a)   Kalimat Sempurna (Mayor)


Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas
(Cook,197 : 47)8[8]. Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas
maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Contoh :
1.      Ayah membaca koran. (K.S. dilihat dari kalimat tunggal)
2.     Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu.(K.S. dilihat dari kalimat majemuk
bertingkat.

(b)   Kalimat Tak Sempurna (Minor)


Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak lengkap atau
dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali.. Kalimat tak sempurna ini
mencakup kalimat pertanyaan,minor,dan seruan9[9]. Contoh :
a.  “Maksudmu?”
b.  “Ayah di Sumatera Utara.”

8[8] Henry Guntur Tarigan.,Op.cit:hlm:16

9[9] Ibid
4.      Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya
  Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua yuitu :
kalimat versi dan kalimat inversi.
(a)   Kalimat Versi
  Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama
dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa.Contoh :
1.      Dokter menangani pasien itu dengan baik.
2.      Mereka bersalaman.

(b)   Kalimat InversiI


Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga membentuk pola
P-S.Selain merupakan variasi dari pola S-P,ternyata kalimat berpola P-S dapat memberi
penekanan atau ketegasan makna tertentu.Memang kata atau frase yang pertama muncul dalam
tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. Contoh :
1.      Matikan televisi itu.
2.      Tidak terkabul permintaannya.

5.      Kalimat menurut Sifat Hubungan Aktor-Aksi.


Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi empat
yaitu : (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial dan (4) kalimat resiprokal10[10].

(a)   Kalimat Aktif


Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau aktor
(Cook,1971 : 49). Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya. Contoh :
1.      Anto mengambil buah mangga.
2.      Adik bermain bola.

10[10] Ibid
(b)   Kalimat Pasif
              Kalimat pasif adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau
dikenai pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-an. Contoh :
1.      Piring dicuci Anita.
2.      Adik terjatuh di kamar mandi.
3.      Suaranya kedengaran ke sana.

(c)    Kalimat Medial


          Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku dan atau
sebagai penderita (objek). Contoh :
1.      Dia menghibur dirinya.
2.      Wanita itu menggantung dirinya sendiri.
3.      Mereka menyusahkan diri sendiri.

(d)   Kalimat Reiprokal


Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu
perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh :
1.      Saya sering tukar-menukar buku dengan si Joni.
2.      Para pembeli ramai tawar-menawar dengan para pedagang.

D.    Kalimat Inti dan Inti Kalimat


              Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalah
kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
Syarat-syarat kalimat inti :
1.      Terdiri dari dua suku kata
2.      Berpola S dan P
3.      Intonasi netral
Syarat-syarat inti kalimat :
1.      Terdiri dari tiga suku kata
2.      Berpola S-P-O
3.      Intonasi netral
Contoh :
a)      Adik saya yang paling bungsu sedang mempelajari bahasa Mandarin
Kalimat inti : Adik mempelajari
Inti kalimat : Adik mempelajari bahasa Mandarin
b) Penelitian-penelitian mutakhir memusatkan perhatian pada makanan dari soya, yang ternyata
dapat membantu mencegah kanker payudara.
Kalimat inti : Penelitian - penelitian memusatkan
Inti kalimat : Penelitian - penelitian memusatkan perhatian

E.     Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis
secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat
pula11[11]. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya
dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata)yang tepat,
tidak mengalami kontaminasi frasa , sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan
penulisan kata.Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan ,yaitu adanya (1)
kesatuan , (2) kepaduan (3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan

(1)   Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai
kalimat yang jelas . Contoh :
         Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk .(salah)
K P
         Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar)
S P
(2)   Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat.
Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-
O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh :

11[11] Lamuddin Finoza.,Op.cit:hlm:163-164


                    Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi .(tidak mempunyai
subjek/ subjeknya tidak jelas). (salah)
         Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya sudah jelas).(benar)

         Kami telah membicarakan tentang hal itu.(salah)


         Kami telah membicarakan hai itu. (benar)

(3)   Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian
kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba
(kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata benda),
bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh :
         Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan
membuat tali air. (salah)
         Kami telah merencanakan membangun pabrik,membuka hutan,melebarkan jalan desa, dan
membuat tali air. (benar)

         Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha ? (salah)


         Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha ? (benar)

(4)   Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun
suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh :
         Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
         Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)

(5)   Kehematan
  Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak
mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat
berisi. Contoh :
         Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
         Hanya ini yang dapat saya berikan.(benar)
         Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)

(6)   Kelogisan 
            Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya efektif,
kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak
boleh mengandung dua pengertian.Contoh :
         Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah)
Alasan : Seolah-olah ada 57 negara Republik Indonesia.
         Heri kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)

         Kepada Bapak Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan.(salah)


Alasan : Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
         Bapak Gubernur kami persilahkan. (benar)

F.     Kesalahan dalam Kalimat 


        Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya : (1) kalimat kontaminasi, (2)
ketidakjelasan unsur S dan P dalam kalimat , (3) gejala pleonasme dalam kalimat,dan (4)
penggunaan kata yang salah dalam kalimat.
(1)   Kalimat Kontaminasi
Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya ,
namun kekacauan susunan kata dalam kalimat itu sifatnya khas 12[12]. Dikatakan khas karena
adanya pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari dua kalimat yang benar sehingga
gagasan kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas. Contoh :
         Melalui kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.(salah)
         Bagian pertama kalimat di atas melalui kursus ini ; bagian keduanya diharapkan
bermanfaat untuk… Hubungan bagian pertama dan kedua tidak cocok.Kalau kita bertanya ,”Apa
yang diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan?” Jawabnya bukan “melalui
kursus ini.”Jawaban yang tepat adalah “kursus ini”. Kalau bagian pertama ingin dipertahankan

12[12] J.S.Badudu,Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar III,(Jakarta: Pustaka Setia, 1989),hlm.113
seperti itu, maka bagian kedua harus diubah menjadi : diharapkan dapat ditingkatkan
keterampilan.
Mari kita kembalikan kalimat pertama yang rancu itu kepada dua buah kalimat asalnya
yang benar.Perhatikan kalimat asal itu.
a.       Kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.(benar)
b.      Melalui kursus ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan.(benar)
Contoh kalimat kontaminasi lain, yaitu :
         Dalam perutnya mengandung racun. (salah)
a.       Dalam perutnya terkandung racun.(benar)
b.      Perutnya mengandung racun. (benar)

(2)   Ketidakjelasan Unsur Subjek dan Predikat dalam Kalimat


     Pada sebagian kalimat yang tidak jelas unsur S dan tidak memiliki unsur P akan
membuat ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti O, Ket dan Pel. Contoh :
o   Di antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya
bersama.(tidak jelas unsur S)
         Negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya bersama. (jelas unsur
S)

o   Ayah ke kantor jam tujuh pagi.(tidak ada unsur P)


         Ayah pergi ke kantor jam tujuh pagi. (ada unsur P)

(3)   Gejala Pleonasme dalam Kalimat


Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur
kata atau bahasa yang berlebihan13[13]. Contoh :
         Para tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (salah)
Para tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)
Tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)

         Sejak dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing (salah)

13[13] Ibid
Sejak terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing.(benar)
Dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)

(4)   Penggunaan Kata yang Salah dalam Kalimat 


              Beberapa penggunaan kata yang salah dalam kalimat diantara (a) penggunaan kata
”kalau” yang salah,(b) penggunaan kata “di” yang salah,(c) penggunaan kata ”daripada” salah,
dan (d) pengulangan kata14[14].
a)      Penggunaan Kata “Kalau” yang Salah
Kadang-kadang kita melihat pemakaian kata kalau yang kurang tepat sebagai unsur
penghubung antarklausa seperti yang akan diperhatikan pada contoh di bawah ini. Kata kalau
kita gunakan di depan klausa yang bersifat kondisional (=syarat).Isinya menyatakan sesuatu yang
mungkin,namun dapat juga sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan atau mungkin tercapai.
Dalam halseperti yang disebutkan terakhir itu, kata sambung kalau dapat diganti dengan kata lain
yang menyatakan ketidakmungkinan itu, yaitu kata umpamanya, seandainya, andai kata dan
sekiranya. Contoh :
         Kalau engkau bersungguh-sungguh belajar, engkau akan lulus dalam ujian nanti. (benar)
o   Kalau engkau menjadi burung, biarlah aku menjadi dahan tempatmu bertengger.(salah)
Kalimat 2 klausa bersyarat itu berisi sesuatu yang mustahil.Mana mungkain orang akan
menjelma menjadi burung.Karena isinya mengandung ketidakmungkinan makna, kata kalau
dapat diganti dengan kata lain, misalnya andai kata, umpamanya, dan sekiranya. Contoh :
         Andai kata engkau menjadi burung, biarlah aku menjadi dahan tempatmu bertengger.(benar)

b)     Penggunaan Kata Depan “Di” yang Salah


Penggunaan kata depan “di” yang salah, di antaranya :
o   Pakaian itu disimpannya di dalam lemari. (salah)
         Pakaian itu disimpannya dalam lemari.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

o   Perkara itu di atas tanggungan sayalah. (salah)


         Perkara itu atas tangungan sayalah.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

14[14] Ibid
c)      Penggunaan Kata “Daripada” yang Salah
Penggunaan kata “daripada” yang salah, di antaranya :
o   Pukulan smash daripada Icuk menghujam tajam. (salah)
         Pukulan smash Icuk menghujam tajam.(benar)
o   Hati kita sedih melihat daripada penderitaan korban bencana itu.(salah)
         Hati kita sedih melihat penderitaan korban bencana itu. (benar)

d)     Pengulangan Kata


Pengulangan kata yang terjadi dalam kalimat , misalnya :
o   Setahunnya hanya menghasilkan sekitar 200 film setahun.(salah)
         Setahun hanya menghasilkan 200 film. (benar)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dari pembahasan tenteng kalimat maka diperoleh beberapa kesimpulan , yaitu :


1.      Kalimat merupakan bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat
(P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna
(bernada berita, tanya, atau perintah).
2.      Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa pembentuknya,
(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan predikatnya,dan (e) sifat
hubungan aktor-aksi.
3.      Kalimat inti berbeda dengan inti kalimat. Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P.
Sedangkan inti kalimat adalh kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat
yaitu S-P-O.
4.      Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis secara
tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat pula. Dengan
kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai
alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata)yang tepat, tidak mengalami
kontaminasi frasa , sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan kata.Selain
itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2)
kepaduan (3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.
5.      Dalam kalimat kita akan menemui beberapa keasalan atau ketidakefektifan. Beberapa kesalahan
yang terjadi dalam kalimat, diantaranya : (1) kalimat kontaminasi, (2) ketidakjelasan unsur S dan
P dalam kalimat , (3) gejala pleonasme dalam kalimat,dan (4) penggunaan kata yang salah dalam
kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN

1.       Pengertian
Kalimat yaitu rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan. Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh,
baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek
(S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi
disebut frasa. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya(?) dan tanda seru (!).

      Berdasarkan cara menyusun subjek predikatnya kalimat terdiri :

o  Kalimat inversi (susun balik)


Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Kalimat ini dipakai
untuk penekanan atau ketegasan makna. Ciri kalimat versi kata atau frasa tertentu yang pertama
muncul dalam tuturan akan menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna dalam hal
menimbulkan kesan tertentu, dibandingkan dengan bila kata atau frasa ditempatkan pada urutan
kedua.
Contoh :
  Memasak, ibu untuk makan siang
                  P           S
   Ambilkan buku diatas meja itu !
         P                         S
   Sepakat kami untuk belajar bersama
                  P          S               

o Kalimat versi ( pola S-P-O-K )


Kalimat   versi   adalah   kalimat   yang   susunannya   sesuai   dengan  tata   bahasa
indonesia ( S-P-O-K )
Contoh :
–        Ia bekerja di Jakarta
–        Ia membelikan paman sebungkus rokok
      Berdasarkan kelengkapan unsurnya terbagi menjadi dua yaitu :
o   Kalimat Mayor : kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti)
     Contoh kalimat mayor :
  Kakak membaca.
  Ia mengambil buku itu.

o   Kalimat Minor : kalimat yang hanya mengandung satu unsur pusat (inti)
     Contoh Kalimat minor:
  Pulang !
  Sangat mahal.

      Berdasarkan ada / tidaknya objek dibagi menjadi dua yaitu :


o   Kalimat transitif : kalimat yang memiliki objek
     Contoh :         
  Perampok itu memukul Tohir dengan balok.
  Nita menyapu halaman rumahnya.
o   Kalimat intransitif : kalimat yang tidak mempunyai objek.
     Contoh :
  Paman berobat ke Jakarta
  Dia mengangguk-angguk saja.

      Kalimat Berdasarkan  Isinya dibagi menjadi :


o   Kalimat berita: menceritakan kejadian / keadaan
  Herman tidak ikut berdarmawisata karena tidak punya cukup uang.
o   Kalimat tanya : berisi pertanyaan
   Siapa yang terpilih menjadi ketua partai itu
   Mengapa kamu sampai terjerumus dalam pemakaian obat terlarang itu ?
o   Kalimat perintah: memberikan perintah untuk melakukan sesuatu
   Pergilah dari sini. (perintah langsung / kasar)
   Tolong, jangan ribut di ruangan ini ! (perintah halus)
   Biarkan dia bermain ! (pembiaran)
   Para peserta seminar dimohon memasuki ruangan ! (permohonan)
   Terimakasih untuk tidak merokok ! ( larangan halus)
  Ayolah kita belajar ! ( harapan)
o   Kalimat seru : mengungkapkan perasaan/ emosi yang kuat
   Aduh, saya pusing memikirkan ulah anak saya !
   Wah, kamu sungguh beruntung !
   Bukan main pandainya kamu mempermainkan perasaan perempuan !
   Hai, hari cerah begini masakan kamu tidur saja di rumah !

      Berdasarkan jumlah Klausa dibagi menjadi :


o   Kalimat Tunggal
  kalimat yang memiliki satu pola (klausa).
  satu subjek, satu predikat, satu objek, dan keterangan.
o   Kalimat Majemuk
  terdiri atas satu atau lebih kalimat tunggal (klausa) yang saling berhubungan baik koordinasi
maupun subordinasi.    
Kalimat majemuk adalah kalimat yangmempunyai dua atau lebih klausa.  Terdiri dari:
a)    Kalimat Majemuk Setara (KMS)
         Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa mandiri
yang dihubungkan dengan kata penghubung setara ( dan ; tetapi ; atau ; melainkan ) atau tanda
koma.
    Contoh :
    Engkau tinggal di sini atau pergi dengan saya.
         S          P         K     (S)     P             K
    Toko itu terbakar dan hanya sebagian kecil isinya  dapat diselamatkan 
         S            P                               S                                      P
    Aku duduk kembali dan pikiranku melayang  ke kampung halamanku.
      S              P                           S              P                         K
b)   Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah : kalimat yang terdiri dari atas sebuah klausa
mandiri dan satu atau lebih klausa bawahan (anak kalimat)
Beberapa kata penghubung kalimat majemuk bertingkat yang mengawali anak kalimat (Klausa
bawahan) :
  Karena, sebab : menandai klausa keterangan yang menandai hubungan sebab.
  Ketika, manakala, sebelum, sesudah : klausa keterangan yang menandai hubungan waktu.
  Jika, kalau, bila : klausa keterangan yang menandai hubungan syarat.
  Supaya, agar : klausa keterangan yang menandai hubungan maksud.
  Meskipun, walaupun, biarpun : klausa keterangan yang menandai hubungan konsesif.
  Sehingga, maka : klausa keterangan yang menandai hubungan akibat.
  Bahwa : klausa benda yang mengisyaratkan hubungan sasaran (objektif).
Contoh kalimat majemuk bertingkat :
Aku duduk di tanah setelah sampai di tepian danau.
  S        P          K         (S)         P              K
Struktur : S-P- Ket. Tempat – Keterangan Waktu
                                                             (S) – P – K 
Dindingnya berlumut karena gardu itu tidak terawat.
         S              P                            S               P
Struktur : S-P- Keterangan sebab
                                           S - P
Ketika ditanya,  orang itu menjelaskan bahwa  pesawat jatuh sekitar pukul satu siang.
   (S)         P             S                 P                           S         P             Ket. Waktu   
Struktur : Keterangan waktu - S-P- Objek
                            (S) P                       SPK

2.     Unsur-Unsur Kalimat


Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus
ketahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia
digunakan aturan SPO atau SPOK(Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek,
Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat :

1.      Subjek (S)


Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsurpredikat.
Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat
terpelihara strukturnya.
Ciri-ciri subjek sebagai berikut :
a.    Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya
digunakan kata tanya siapa.
Contoh : Paijo adalah seorang guru
b.      Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan
takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara,
instansi,atau nama diri lain tidak disertai kata itu.
Contoh : Buku itu dibeli oleh Tukimin
c.         Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya
adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda
subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
Contoh :
o Bahwa pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.
o Saya mengatakan bahwa Super Junior adalah boyband favoritku.
d.      Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Contoh : Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.
e.       Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering
memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-
kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
f.       Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat
berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh : Bermain itu menyenangkan.

2.      Predikat (P)


Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek. Predikat berfungsi
menjelaskan subjek.
Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut :
a.       Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat
digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya
berapa dapatdigunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau
frasa numeralia.
Contoh :
o Gadis itu cantik.
o Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
b.        Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika
subjekkalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
Contoh : Justin Bieber adalah penyanyi favoritku
c.         Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh
katatidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau
adjektiva. Disamping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda
predikat yang berupanomina atau predikat kata merupakan.
Contoh : Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.
d.        Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti
telah,sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Kalimat yangsubjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikappembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Contoh : Obama akan datang ke Indonesia.
e.         Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
o Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
o Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).

3.        Objek (O)


Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Unsur
kalimat inibersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya
mempunyai tiga unsurutama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif
(kebanyakan berawalan beratauter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang
memerlukan objek kebanyakanberawalan me-.
Ciri-ciri objek sebagai berikut.
a.    Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
b.    Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif.Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadisubjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Contoh : Keju itu dimakan tikus.
c.    Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan
katalain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.
d.   Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.

4.        Pelengkap (Pel.)


Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena melengkapi
maknaverba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
o Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
o Menempati posisi di belakang predikat.
o Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat
pasif.Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek
kalimat pasif,bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap.
a.       Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkanpelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada
kalimat berikut :
  Diah mengirimi saya buku baru.
  Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului
predikat.
b.      Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.

5.        Keterangan (K)


Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.Keterangan merupakan unsur
kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatuyang dinyatakan dalam kalimat;
misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dantujuan. Keterangan ini
dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandaioleh preposisi,
seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keteranganyang
berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun,
supaya,jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
a.       Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahanyang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
b.      Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat.Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat.
Contoh :
  Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.
  Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
  Terdapat Beberapa Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
 Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa
kataadalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa,
siang,dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakanwaktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan
waktu yangberupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti
setelah, sesudah,sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
 Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi,seperti di, pada, dan dalam.
 Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangancara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara yang diikuti verba (kata
kerja).Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
 Keterangan Alat
Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan yang
diikutinomina (kata benda).
 Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa
frasaditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina.
Keterangansebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
 Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa
ditandaioleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat
ditandai olehkonjungtor supaya, agar, atau untuk.
 Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika
ditulis,keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
 Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi
berbedadari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang
diterangkan,sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan.Contoh : Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.Keterangan
tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitukata
Marshanda.
 Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat,
objek,keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan
pewatastidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih
mendapatbeasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa,
melainkanhanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
  Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat
dasar yangsangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari
beberapa pola kalimatdasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yangpengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah
yang berlaku.Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar
ialah kalimat yangberisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan.
Perubahan itu dapat berupapenambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun
keterangan subjek, predikat, objek, ataupunpelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam
delapan tipe sebagai berikut.
a.         Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe
ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
  Mereka / sedang berenang.
      S                 P (kata kerja)
  Ayahnya / guru SMA.
      S               P (kata benda)
  Gambar itu / bagus.
          S             P (kata sifat)
  Peserta penataran ini / empat puluh orang.
                         S                                  P (kata bilangan)
b.         Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina
atau frasanominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya : Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
                      S                      P                            O
c.         Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina ataufrasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa
nomina atauadjektiva.
Misalnya:    Anaknya / beternak / ayam.
                          S               P           Pel.
d.        Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek
berupanomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal,dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:    Dia / mengirimi / saya / surat.
                      S            P            O        Pel.
e.         Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangankarena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verbaintransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:  Mereka / berasal / dari Surabaya.
                       S             P                  K
f.          Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek
berupanomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal,dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:   Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
                      S                P                  O                    K
g.         Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.
Subjek berupanomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
pelengkap berupa nominaatau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :   Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
                       S            P             Pel.              K
h.         Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasanominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :  Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
                     S           P               O         Pel.           
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum
mengalami perubahan.Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan
keterangan kalimat ataupun keterangansubjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. (2002) Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan


Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia Pustaka Jaya
Iswara, P.D. (2000) Variasi Pola Kalimat dan Keterbacaannya. Tesis pada Program
Pascasarjana UPI Bandung.

Santoso,Azis.(2008) Penelitian Pola Kalimat Bahasa Indonesia.www.google.com.(2011)


 
 0  0  1113
- See more at: http://tugasakntrenggalek.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tentang-
kalimat.html#sthash.ZoIUCeeH.dpuf

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kalimat efektif adalah satuan bahasa yang didahului dan diakhiri oleh kesenyapan,
intonasinya menunjukan kelengkapan ujaran dengan makna gramatikal.

B. Persyaratan Kalimat
         Kelengkapan struktur subjek dan predikat
         Pemutasian subjek dan predikat
         Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur

C. Syarat - syarat Kalimat Efektif


1.        Koherensi
Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur (kata atau
kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2.        Kesatuan
Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus
memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek,
keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri keutuhan
kalimat.
3.        Kehematan
Yang dimaksud disini adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya
yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan
makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan
kalimat boleh dihilangkan.
4.        Paralelisme atau kesejajaran
Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunaka dalam kalimat itu Jika
pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika
kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya
juga harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.
5.      Penekanan
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biadanya dilakukan
dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat
tadi.
6.        Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam
teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat
yang pendek dan panjang
7.        Logis/Nalar
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima
oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk
akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok
serta gagasan penjelas juga masuk akal.

D. Kalimat
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi)
secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud singkat
dalam hal ini adalah hemat dalam penggunaan kata -kata. Hanya kata - kata yang
diperlukan saja yang digunakan. Penggunaan kata yang tidak perlu atau mubadzir berarti
sama saja dengan pemborosan. Hal itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat efektif
yang hemat. Meskipun dalam kalimat efektif hemat dalam penggunaan kata, kalimat
efektif tetap juga harus lengkap yang artinya semua itu harus disampaikan.
1.        Unsur Kalimat
  Subjek
Adalah bagian kalimat yang menjadi gagasan pokok, unsur utama kalimat, dan berupa
kata benda.
Ciri - ciri subjek :
  Jawaban apa atau siapa
  Disertai kata itu
  Didahului kata bahwa
  Tidak didahului preposisi atau depan
  Berupa kata benda atau frase benda

Subjek Predikat
  Ibunya Karyawan Bank Predikat
Mereka Bekerja Bagian
Kami Rajin
kalimat
Mereka Berlima
yang
menerangkan subjek berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan.
Ciri - ciri predikat :
 Jawaban mengapa atau bagaimana
 Disertai kata adalah, yakni, yaitu, merupakan
 Dapat diingkarkan
 Dapat disertai kata keterangan aspek
 Dapat disertai kata keterangan modalitas
 Tidak didahului kaya yang
 Predikat dapat berupa:
1.      Kata benda atau frase benda.
2.      Kata kerja atau frase kerja.
3.      Kata sifat atau frase sifat.
4.      Kata bilangan atau frase bilangan.
5.      Kata depan atau frase depan.

 Objek
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja
transitif.
Ciri - ciri Objek :
 Langsung dibelakang predikat kata yang berupa kata kerja transitif.
 Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
 Tidak didahului preposisi

Subjek Predikat Objek

Mereka Mendistribusikan Bahan Ujian


Ia Melaporkan Hal itu

 Pelengkap
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi objek, mengkhususkan makna
objek.
Ciri - ciri Pelengkap :
  Terletak dibelakang objek.
  Bukan unsur utama

Subjek Predikat Objek Pelengkap


-Adik Bermain Bola Basket
-Ibu Membelikan Adik Baju

 Keterangan
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi menjelaskan subjek, predikat, atau objek yang
sekedar membahas penjelasan.
Ciri - ciri keterangan :
 Bukan unsur utama.
 Tidak terkait posisi.
 Tidak terkait posisi.
1.      Keterangan waktu
2.      Keterangan tempat
3.      Keterangan tujuan
4.      Keterangan sebab
5.      Keterangan akibat
6.      Keterangan tambahan
7.      Keterangan aposisi
8.      Keterangan aspek

Predikat Objek Pelengkap Keterangan


Bermian Bola Basket Kemarin
Membaca -Buku Cerita Dikelas

E. Struktur Kalimat
           Struktur kalimat dasar terdiri dari,
  Pola kalimat dasar
  Tipe kalimat
           Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
  Pola kalimat tunggal
           Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
  Kalimat majemuk setara
  Kalimat majemuk bertingkat
  Kalimat majemuk campuran

F. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis
sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya seperti
yang dimaksud penulis/pembicara
Syarat - syarat kalimat efektif :

A.      SATU GAGASAN


Memiliki subyek, predikat, yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Pasien harus diprioritaskan. Obat cacing diminum
S
S
P
P
 

B.       SEPADAN
Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Tidak terdapat subjek
ganda.
Contoh :
Orang itu gerak-geriknya mencurigakan. Orang itu mencurigakan Gerak-geriknya
mencurigakan.
Kata penghubung intra kalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal.
Contoh :
1)        Saya datang agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
2)        Saya datang agak terlambat. Saya tidak dapat mengikuti pelajaran jam pertama.

C.       PARALEL
Kesamaan atau kesejajaran bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Semakin bertambah umur seharusnya manusia semakin baik, bijaksana, dan tanggung
jawab

D.      HEMAT
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang
berlebih.
Contoh:
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga - bunga dalam kalimat diatas tidak perlu. Dalam kata mawar,
anyelir, dan melati terkandung makna bunga. Beberapa hal yang perlu dihindari:
   Hindari pengulangan subjek
Contoh:
Saya datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
  Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata
Contoh:
Ayah saya dilahirkan pada Jumat 17 Agustus 1945
   Hindari kesinoniman yang tidak diperlukan dalam satu kalimat
Contoh:
Sejak dari tadi dia hanya termenung saja
   Hindari penjamakan yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh:
Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.

E.       CERMAT
Cermat dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata. Tepat dan tidak menimbulkan
penafsiran ganda.

F.        SEJAJAR
Memiliki kesamaan bentukan atau imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata
kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh:
           Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
           Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ia ke pinggir jalan

G.      PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Beberapa metode penekanan anatara
lain :
  Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di
depan kalimat.
  Mengubah partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel -lah, -pun, dan
–kah.
  Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
  Menggunakan pertentangan yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

H.      PADU
Kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.

I.         LOGIS
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.
Contoh:
  Rektor Universitas Jaya Raya kami persilahkan untuk memberi sambutan (logis).
  Waktu dan tempat dipersilahkan untuk memberi sambutan. waktu dan tempat tak dapat
dipersilahkan (tak logis).

G. Kalimat Tanya
  Pengertian
Kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau
pertanyaan.

  Ciri-ciri Kalimat Tanya


1.        Menggunakan kata tanya (5W+1H).
2.        Membalikan urutan kata.
3.        Menambah kata buka/tidak, partikel –kah.
4.        Intonasi naik.

  Macam-macam Kalimat Tanya


1.        Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Apalagi yang dapat kita kerjakan, kecuali hanya memohon pertolongan Tuhan?
2.        Kalimat tanya biasa adalah kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban.
Contoh: Siapa yang menulis artikel itu?
3.        Kalimat tanya konfirmasi adalah kalimat tanya untuk pembenaran/penegasan.
Contoh: Apakah hari ini ada rapat dengan klien mengenai kerjasama?
4.        Kalimat tanya klarifikasi adalah kalimat tanya untuk penjernih suatu hal.
Contoh: Apakah benar berita kemalingan di rumah Dian?
5.        Kalimat tanya samar adalah kalimat tanya bukan untuk menggali informasi, klarifikasi
dan konfirmasi, melainkan mempunyai maksud tertentu.
Contoh: Siapkah Anda berangkat pagi ini? (mengajak)

  Contoh-contoh Kalimat Tanya


1.        Apa digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Contoh: Arsitek itu sedang merencanakan apa?
Apabila kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi:
Apa yang sedang direncanakan arsitek itu?
2.        Siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan orang.
Contoh: Siapa yang mencabut nyawa manusia?
3.        Mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan.
Contoh: Pegawai itu sedang mengapa?
4.        Kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa.
Contoh: Kenapa Ahmad tidak pergi ke sekolah?
5.        Bagaimana digunakan menanyakan keadaan.
Contoh: Bagaimana nasib anak itu?
6.        Mana digunakan untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada. Dari
mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan . Dan ke mana menanyakan
tempat yang dituju.
Contoh: Ke mana nenek pergi?
7.        Kapan digunakan untuk menanyakan waktu.
Contoh: Kapan paman datang?
8.        Berapa digunakan untuk menanyakan jumlah bilangan.
Contoh: Berapa harga tas itu?

Adapun penjelasan mengenai kalimat tidak baku dan kalimat baku, ragam tidak
baku dan baku, serta kalimat tidak teratur dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1.        Kalimat tidak baku
Contoh: Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
Kalimat baku
Contoh: Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
2.        Ragam tidak baku
Contoh: Persoalan yang diajukan oleh Bapak Kepala Sekolah diulas kembali bersama Bapak Ketua
P.O.MG.
Ragam baku
Contoh: Soal yang diajukan oelh Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG
3.        Kalimat tidak teratur
Contoh: Ini hari, kita bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang itu.
Kalimat teratur
Contoh: Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal mutu barang itu.

H. Kalimat Bernalar
Kalimat bernalar merupakan satuan kalimat informasi yang berjalan selaras antara
yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
Contoh:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Waktu dan tempat kami persilakan.
Mungkin Anda pernah mendengar kalimat tersebut dalam sebuah diskusi atau pertemuan.
Kalimat waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak logis karena
kalimat ini tidak dapat diterima akal yang sehat. Padahal, yang harus memberikan
sambutan adalah ketua panitia. Apakah betul waktu dan tempat dapat memberikan
sambutan? Dalam kalimat sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan
adalah sang ketua panitia, bukan waktu dan tempat. Akan tetapi, dalam kalimat
selanjutnya jalan pikiran pembawa acara tergelincir, yakni dengan mempersilakan waktu
dan tempat. Dalam hal ini, seolah-olah yang diundangkan untuk datang ke mimbar
pertemuan itu adalah waktu dan tempat.
Kalimat yang bernalar dari ucapan pembawa acara adalah sebagai berikut:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Ketua panitia kami persilakan.

I. Kalimat Suruh (perintah)


Pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran
bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Berdasarkan strukturnya
kalimat suruh digolongkan menjadi empat, yaitu:

1.        Kalimat suruh sebenarnya


Ditandai oleh pola intonasi suruh, P nya terdiri dari kata verbal instrasitif, partikel -lah
dapat ditambahkan untuk memperhalus perintah, sementara S, O, K nya boleh dipakai,
boleh tidak.
Contoh: Beristirahatlah!
2.        Kalimat persilahan
Ditandai pola intonasi suruh, penambahan kata silahkan atau dipersilahkan di awal
kalimat.
Contoh: Silahkan bapak duduk di sini!
3.        Kalimat ajakan
Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya kalimat
ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu
tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya
dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara
atau penuturnya.
Contoh: Ayo kita jalan-jalan!
4.        Kalimat larangan
Kalimat yang menyatakan suatu pencegahan atau larangan dan harus dikerjakan oleh
orang yang bersangkutan, serta partikel -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk
memperhalus larangan.
Contoh: Janganlah engkau berangkat sendiri!

J. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas


Kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dengan kalimat
luas. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan
kalimat berklausa satu.
Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas
itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan
kalimat luas tak setara (Alwi dkk, 2004)
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi
dasar pembentukan kalimat itu luas itu.
a.         Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Bunga disiram
Pola kalimat I disebut kalimat “verbal”
b.        Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Wanita cantik
Pola kalimat II disebut pola kalimat “atributif”
c.         Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Saya Penulis
Pola pkir kalimat IIIdiseut kalimat nominal ataukalimat ekuasional. Kalimat ini
mengandung kata kerja bantu, seperti : adalah, menjadi, merupakan.
d.        Pola kalimat IV(pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh :Ibu ke pasar
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
Suatu bentuk kalimat luashasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga
membentuk satu polakalimat baru disamping pola yang ada.

Kalimat berklausa terdiri dari satu klausa dan dua klausa atau lebih. Kalimat yang
terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana. Sedangkan kalimat yang terdiri dari
dua klausa atau lebih disebut kalimat luas.
Contoh kalimat sederhana:
a.         Mahasiswa itu berusia 20 tahun
b.        Ia mengeluarkan handpond dari saku bajunya.
Contoh kalimat luas:
a.         Ia menutup laptopnya lalu pergi keluar ruangan
b.        Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadanya.

K. Kalimat Luas Yang Setara


Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-
kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal
disebut kalimat luas setara.
Ciri-ciri kalimat luas antara lain :
1.        Kedudukan pola-pola kalimat,sama derajatnya.
2.        Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3.        Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4.        Pola umum uraian jabatan kat :S-P+S-P

L. Kalimat Luas Bertingkat


Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang
merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai
pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat
disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan
sebagai konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat luas bertingkat
dari kalimat setara.
Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa, yang digabungkan menjadi
satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya.
Penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan
makna yang, antara lain menyatakan :
1.        Sebab
Contoh: Karena tidur terlalu larut malam aku bangun kesiangan.
Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat bertingkat ini dapat dipertukarkan
tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat
dapat pula ditempatkan kata penghubung maka, misalnya:
-            Karena tidur terlalu larut malam, maka aku bangun kesiangan.
2.        Akibat
Contoh: Saya selalu menghabiskan waktu bersama teman-teman sampai saya lupa waktu
istirahat.
Dalam kalimat luas bertingkatyang hubungannya menyatakan akibat ini,posisi anak
kalimat selalu dibelakang induk kalimat.
3.        Syarat
Contoh: - Saya akan datang jika kamu datang.
4.        Tujuan
Contoh: Kamu harus bisa fokus agar kamu bisa mengerjakan apa yang akan kamu
kerjakan.
5.        Waktu
Contoh: Sesudah kamu wisuda,kamu akan menikah.
6.        Kesungguhan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna
“kesungguhan” dibentuk dari buah yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya
dengan bantuan kata penghubung meskipun, biarpun, atau sungguhpun.
Contoh: Meskipun hujan, Saya tetap berangkat ke kampus.
7.        Pembatasan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “pembatasan”
dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya
dengan bantuan kata penghubung kecuali atau hanya.
Contoh : Semua mahasiswa sudah hadir kecuali Hasan dan Rumi.
8.        Perbandingan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “perbandingan”
dibentuk dari dua buah klausa, biasanya dengan bantuan kata penghubung seperti dan
bagai.
Contoh: Dia terkejut bukan main seperti mendengar suara petir yang menggelegar.

M. Kalimat Luas Tidak Setara


Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari
klausa lainnya. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut bukan inti,
sedangkan lainnya disebut inti.
Kalimat bukan inti itu kadang-kadang merupakan Objek bagi klausa ini.
Contoh: Ia berkata bahwa ia mencintaiku.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi
secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan
dan pengucapannya. Di mana dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan
struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat
yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif.
Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi:
koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian
dan logis/nalar.
Kalimat tanya adalah kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa
informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi
yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan
“utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk
mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau
sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu
kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu. Kalimat luas adalah kalimat yang
terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di
dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat
berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat
adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan
satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat
inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas
bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Kalimat luas
yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.

B.       Saran
Pentingnya dalam berkomunikasi memahami penggunaan kalimat efektif, agar
informasi yang berjalan cepat selaras antara gagasan yang disampaikan oleh pihak
pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
DAFTAR PUSTAKA
 Media Cetak

Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA


Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain
subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan. seperti sedikt yang telah dijelaskan pada
sub BAB mengenal kalimat. maka tahap selanjutnya adalah peserta didik diajak untuk membuat
kalimat dengan benar sesuai dengan struktur-struktur kalimat atau komponen-komponen kalimat
yang ada dengan benar. Di bawah ini akan dijelaskan bagaimana cara membuat kalimat dengan
benar beserta contoh kalimat.

Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.

1. Ciri-Ciri Subjek

 Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.


Contoh :
1. Lino memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Lino. (maka Lino adalah S sedangkan
memelihara adalah )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja

¨ Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek
dan predikat)

Contoh : Anak itu mengambil bukuku

SP
2 Ciri-Ciri Predikat

¨ Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.

Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu
terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.

¨ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas


Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah,
sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat
yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3 Ciri-Ciri Objek

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan
objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini
sebagai berikut.

¨ Langsung di Belakang Predikat


Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.

¨ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi
subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

¨ Didahului kata Bahwa


Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.

4 Ciri-Ciri Pelengkap

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

a) Diah mengirimi saya buku baru.


b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului
predikat.

 · Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.


Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )

b. Budi membaca buku.


Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

5 Ciri-Ciri Keterangan

Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:

Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.

SPOK

Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .


Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.

Setelah bisa membuat kalimat, mulailah membaca denagn pelan asalkan benar dan baik.

Penyusunan Kalimat Efektif


PENYUSUNAN KALIMAT EFEKTIF

A. Penggunaan Kata yang Mengalami Perubahan Makna

Penggunaan kata yang mengalami perubahan makna dalam perkembangan penggunaannya,kata


sering mengalami perubahan makna.
Perubahan tersebut sering terjadi karena pergeseran konotasi,rentang masa penggunaan,jarak dan
lain-lain. Namun yang jelas,perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam
yaitu:menyempit,meluas,ameliorative,peyoratif,dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan
penjelasan dibawah ini:
Macam-macam perubahan makna:
a. Menyempit/spesialisasi
Kata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awalnya
penggunaannya bias dipakai untuk berbagai hal umum,tetapi penggunaannya saat ini hanya
terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh:
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalam arti luas atau umum,sedangkan sekarang
hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni.Begitu pula kata sarjana(dulu orang yang
pandai,berilmu tinggi,sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
b. Meluas/generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh:
Petani dulu dipakai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari
mengerjakan sawah,tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas.
Penggunaan pengertian petani ikan,petani tambak,petani lele merupakan bukti bahwa kata petani
meluas penggunaannya.
c. Amelioratif
Pada awalnnya,kata ini memiliki makna kurang baik,kurang positif,dan tidak menguntungkan.
Contoh:
Wanita,pramunikmat,dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih
menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
d. Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal
pemakaiannya.
Contoh:
Kawin,gerombolan,oknum,dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
e. Asosiasi
Yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang
muncul karena persamaan sifat.Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut
itu”. Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif,begitu pula
dengan kata kacamata dalam:menurut kacamata saya,perbuatan anda tidak benar.
f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera,misalnya dari indera
pengecap keindera penglihatan.

Contoh:
Gadis itu berwajah manis,kata manis mengandung makna enak,biasanya dirasakan oleh alat
pegecap,berubah menjadi bagus,dirasakan oleh indera penglihatan.Demikian juga kata
panas,kasar,sejuk,dan sebagainya.

B. Penggunaan Kata Serapan dari Bahasa Asing dan Daerah

Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang
kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan untuk memperkaya kosa kata.
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan
dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang
dari luar budaya masyarakat itu.Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara
memenuhi keperluan itu–yang sering dianggap lebih mudah–adalah mengambil kata yang
digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Karena perkembangan zaman dan pemakaian bahasa, makna suatu kata bisa mengalami
pergeseran.

Ada beberapa kemungkinan pergeseran makna kata meluas dan menyempit, citranya menurun
atau naik, serta artinya berubah.Semua itu bisa dilihat dalam konteks kalimat dan dibandingkan
penggunaannya pada zaman dahulu dan sekarang.
Contoh:

1. Kata sarjana, dahulu kala berate orang yang berpengetahuan luas, terpelajar, berilmu, sekarang
khusus lulusan S1 suatu universitas atau perguruan tinggi.
2. Kata bapak dan ibu pada mulanya berate orang tua yang melahirkan kita, yang menjadi
lantaran adanya kita, sekarang dipakai untuk menunjukkan guru, dosen, pimpinan, pejabat, para
senior.
3. Kata laki-bini dulu dipakai untuk pengertian suami-isteri sekarang citra kata itu dirasa kurang
halus. Demikian juga kata beranak, palacur, miskin, bodoh, gila. Sebagai gantinya digunakan
kata suami-istri, melahirkan/bersalin, wanita tuna susila/pekarja seks komersial, kurang mampu,
kurang pengetahuan, kurang waras.
4. Kata ulama dulu berarti orang yang berilmu pengetahuan secara luas dan umum, sekarang
khususuntuk ahli agama.

Kata-kata yang mengalami pergeseran makna yang lain misalnya kata cangih, tegar, transparan,
bernyanyi, aktor intelektual.

C. Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-
gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara
atau penulis.Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan
dapat menyampaikan informasi secara tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun
pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.danKalimat di katakana efektif
apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung denagan
sempurna.

• Penempatan Unsur-unsur Kalimat


Dilihat dari sudut unsur struktur, kalimat terdiri dari unsur yakni berupa kata.Unsur itulah yang
bersama-sama dan menurut system tertentu membangun struktur itu.
1. Subyek
Subyek adalah unsur yang di perkatakan dalam kalimat.
Contoh:
Aku adalah seorang artis.
2. Prediket
Kata yang dalam sebuah kalmat berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana
subyek itu di sebut prediket.
Contoh:
Aku sebetulnya seoarang artis
3. Pelengkap
Sering kali prediket sebuah kalimat harus di lengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah
suatu pernyataan yang lebih lengkap. Unsur pelengkap biasanya berada di belakang prediket.
Contoh:
Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
4. Kata Perangkai
Unsur ini berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur prediket, atau dua unsur
pelengkap di dalam sebuah kalimat. Contoh: Kegemaranku ialah menulis dan melukis.

5.Kata Penghubung
Kata penghubung berfungsi menghubungkan dua buah informasi di dalam satu kalimat.
Contoh:Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan besar darinya.
6. Kata Frase
Merupakan sebuah kelompok kata dan seringkali berfungsi sebagai keterangan prediket untuk
keperluan-keperluan tertentu.Misalnya, keterangan waktu,tempat, sebab dan lain sebagainya.
Contoh:
Rapat akan di lakukan lagi sehabis makan siang.
• Kalimat dengan Beberapa Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan
sertaperbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif:
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya.
a. Sejak dari usia delapan tahun ia telah di tinggal kan ayahnya. (Sejak usia delapan tahun ia
telah di tinggalkan ayahnya.)
b. Hal itu di sebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. (Hal ini di
sebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.)
c. Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup. (Ayahku rajin bekerja
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
2. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku:
a. Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang
buruk.)
b. Gereja itu di lola oleh para rohaniawan secara professional. (Gereja itu di kelola oleh para
rohaniawan secara professional.)
3. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ yang tidak tepat
a. Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik. (Saya menyukainya karena sifat-
sifatnya sangat baik)
b. Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempatorang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih).
4. Pilihan kata yang tidak tepat.
Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang
dengan masyarakat.(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk
berbincang-bincang dengan masyarakat).
5. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
Sopir bus santoso yang masuk jurang melarikan diri.(Bus santoso masuk jurang,sopirnya
melarikan diri.)
6. Pengulangan kata yang tidak perlu:
Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun. (Dalam setahun ia berhasil
menerbitkan 5 judul buku)
• Membuat Kalimat Efektif
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan
kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara
lain:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu.
Contohnya:
– Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan. Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol
yang dapat anda gunakan.
2. Kontaminasi
Contoh:
– Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat ini seharusnya: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh:
– Saya mengetahui kalau ia kecewa. Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa
4. Salah Nalar
– Bola gagal masuk gawang. Seharusnya: Bola idak masuk gawang
5. Kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Seharusnya: Program ini menyediakan
berbagai fitur terbaru.
Unsur-unsurnya :
1. Paralelisme
Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsure yang setara dalam konstruksi
yang sama. Konstruksi yang selarian dan sejalan itu biasanya menempatkan diri dalam hal-hal
berikut: sama-sama berbentuk kata kerja, sama-sama berbentuk kata benda.kalau berawalan me
sama-sama berawalan me.
Contoh:
Yang di lakukannya selama ini di kampong hanya mengurus pusaka,menyudahkan sawah,
menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan nenek.
2. Repetisi
Kekuatan sebuah kalimat dapat pula di bangkitkan dengan mengulang sebuah kata yang di
anggap penting dalam bagian kalimat.
Contohnya:
Mengarang sebuah buku agama berbeda syaratnya dengan mengarang buku cerita fiksi, sedang
mengarang untuk surat kabar berlainan ketentuannyadengan mengarang syair.
3. Inversi
Seringkali kalimat efektif dapat diusahakan dengan membalikkan pola dasarnya. Kalau struktur
biasa punya urutan subyek + prediket, maka dalam bentuk inverse jadi terbalik: prediket+subyek.
Inversi termasuk sejenis gaya kalimat. Tujuanya sepeti juga tujuan gayakalimat yang lain ialah
untuk memberikan efek yang lebih besar. Terjadinya bentuk inversi boleh jadi karena ingin
memberi variasi, agar kalimat tidak terlalu menoton.
Contoh:
Besar rumah itu. Roni terkilir kakinya waktu bermain bola.
4. Posisi Frase dan Klausa
Posisi sebuah frase maupun klusa ada kalanya mempengaruhi sebuah kalimat. Sebuah frase atau
klausa tang di taruh belakang sebuah kalimat, pengaruhnya akan lain daripada menaruhnya di
bagian depan.
Contoh:
Harta bendanya di sita lantaran utangnya banyak di bank. Lantaran utangnya banyak di bank,
harta bendanya di situ.
• Kalimat Bervariasi
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea, kalimat yang bervariasi itu
merupakan “santapan” yang menarik.Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja karena
memahiminya mudah, tetapi karena sifatnya yang menyenangkan.
Jadi, variasi itu sangat penting.Bukan saja dalam kalimatkarya tulis, tapi juga dalam kehidupan
pada umumnya; variasilah yang membuat segala sesuatunya terasa indah dan nikamat.
a. Variasi dalam cara memulai
Kalimat pada umumnya dapat di mulai dengan: subyek, prediket, sebuah kata modalitas, sebuah
frase, sebuah klausa dan penekanan yang efektif. Penulis yang berpengalaman, pintar sekali
menggunakan kalimat-kalimatnya bervariasi. Mereka bukan hanya berisi kalimat yang di mulai
dengan subyek atau kata modalitas, prediket, dan sebagainya, akan tetapi mereka beri bervariasi.
b. Variasi dalam panjang-pendek kalimat.
Variasi kalimat bisa pula di usahakan dengan sekaligus mempekerjakan kalimat pendek dan
kalimat yang agak panjan.Di sini kalimat singkat dan kalimat panjang mempunyai nilai
tersendiri. Kedua jenis ukuran kalimat itu mesti bekerja sama. Lagi pula baik kalimat singkat
maupun kalimat panjang punya fungsi tertentu dalam alinea.
c. Variasi dalam Struktur kalimat
Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya di lihat dari sudut
variasi. Alinea yang demikian biasanya lebih menyenangkan, tidak seperti membaca alinea yang
struktur kalimatnya sama semua. Karangan yang efektif mencerminkan keragaman struktur
kalimat.

d. Variasi dalam jenis kalimat


Dengan menggunakan berbagai jenis kalimat, anda juga dapat menghasilkan variasi.Itulah
sebabnya mengapa penulis yang berpengalaman tidak menggunakan satu jenis kalimat saja
dalam karangan mereka.Patut di ketahui bahwa berdasarkan fungsinya, Ahli-ahli tata bahasa
membedakan kalimat atas empat jenis.Pertama, kalimat yang berfungsi memberitahukan sesuatu,
di sebut kalimat berita. Kedua, kalimat yang fungsinya menyatakan kehendak, harapan,dan
sebagainya, di sebut kalimat pinta. Ketiga ,kalimat yang menyatakan pertanyaan, di namakan
kalimat Tanya. Keempat, kalimat yang menyatakan perasaan yang kuat, bernama kalimat seru.

Beberapa definisi Dari Kalimat Efektif.

• Menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh
pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh si penutur atau penulis.

• Sebelumnya penelitian tentang kalimat efektif pernah diteliti yaitu penelitian tentang “Kalimat
Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi” yang ditulis oleh Epraim (1992)menyimpulkan bahwa
struktur kalimat yang benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah kemampuan
kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat sesuai
dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur dan tenaga masih dibutuhkan adanya
variasi.

• Juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur,
dan logikanya.

Ciri-ciri kalimat efektif :


• Kesepadanan atau Kesatuan
• Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)
• Penekanan dalam kalimat
• Kehematan
• Kevariasian
• Kelogisan

Juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif secara jelas dan terperinci yaitu: “Setiap
gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam
bentuk kalimat”. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan
gramatikal.Hasil ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku.

Kaidah-kaidahtersebutmeliputi :
1. Unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat,
2. Aturan-aturan tentang Ejaan yang Disempurnakan,
3. Cara memilih kata dalam kalimat.

Menyatakan: “Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat
seperti yang diharapkan oleh penulis naskah perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan
ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam
kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam struktur kalimat”.

1. Kesepadanan dan Kesatuan

Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan
predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi menjelaskan
unsur/bagian kalimat tersebut.Selain struktur/ bentuk kesepadanan, kalimat efektif harus pula
mengandung kesatuan ide pokok/ kesatuan pikiran.Syarat pertama bagi kalimat efektif
mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan
predikat atau bisa ditambah dengan objek, pelengkap dan keterangan melahirkan keterpaduan
yang merupakan ciri kalimat efektif .

Kesepadanan kalimat diperhatikan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung atau
konsep yang merupakan kepaduan pikiran.

a) Subjek dan Predikat.


Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Unsur kalimat yang disebut
subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa. Unsur predikat dalam
kalimat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa.

b) Kata Penghubung Intra kalimat dan Antar kalimat.


Konjungsi merupakan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, antarkalimat, atau
antarparagraf.Secara umum konjungsi terdiri atas konjungsi intrakalimat dan konjungsi
antarkalimat.Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan unsur-unsur
kalimat, sedangkan konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan
kalimat berikutnya.

Alwi, dkk. (2003:296) menyatakan bahwa konjungtor juga dinamakan kata sambung adalah kata
tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa dengan
frasa atau klausa dengan klausa.

c) Gagasan pokok.
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan gagasan (ide) pokok kalimat. Biasanya
gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis hendak
menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung
gagasan pokok harus menjadi induk kalimat.

Contoh:
1. Ia dipukul mati ketika masih dalam tugas latihan.
2. Ia masih dalam tugas latihan ketika dipukul mati.

Gagasan pokok dalam kalimat (1) ialah “ia dipukul mati”.Gagasan pokok dalam kalimat (2) ialah
“ia masih dalam tugas latihan”.Oleh sebab itu, “ia dipukul mati” menjadi induk kalimat di
kalimat (1), sedangkan “ia masih dalam tugas latihan” menjadi induk kalimat dalam kalimat (2).

d) Penggabungan dengan “yang”,”dan” jika dua kalimat digabungkan dengan partikel danmaka
hasilnya adalah kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikelyang akan
menghasilkan kalimat mejemuk bertingkat. Artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan
anak kalimat.

e) MenggabunganMenyatakan ”sebab” dan ”waktu”.


Menyatakan bahwa hubungan sebab dinyatakan dengan mempergunakan kata karena, sedangkan
hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua kata ini sering dipergunakan pada
kalimat yang sama.
Contoh:
lebih tinggi.
(2) Karena gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat
yang lebih tinggi.
Kalimat di atas kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis
apakah ia mementingkan hubungan waktu atau sebab. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan
penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
f) Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga untuk
menyatakan hubungan akibat, dan partikel agar atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan.

Contoh:
(1) Semua perintah telah dijalankan.
(2) Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.

Kalimat di atas digabungkan menjadi:


(1)Semua perintah telah dijalankan sehingga para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
(2)Semua perintah telah dijalankan agar para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat di atas menghasilkan kalimat yang
efektif.Perbedaan kalimat (1) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan pada kalimat
(2),hubungan tujuan.

2. Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)

Kesejajaran satuan dalam kalimat, menempatkan ide/ gagasan yang sama penting dan sama
fungsinya kedalam struktur/ bentuk gramatis. Jika sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan
dengan frase. Kesejajaran (paralelisme) membantu memberi kejelasan kalimat secara
keseluruhan.
Contoh:
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab
pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu. Dalam kalimat di atas penggunaan yang
sederajat ialah kata mengerikan dengan berbahayadan kata pencegahan dengan pengobatannya.
Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai untuk kata-kata yang sederajat dalam contoh kalimat di atas
harus sama (paralel) sehingga kalimat itu kita tata kembali menjadi:Penyakit Aids adalah salah
satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan sebab pengecahan dan pengobatannya
tak ada yang tahu.

3. Penekanan dalam Kalimat

Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok.Inti pikiran ini oleh biasanya ingin
ditekankan atau ditonjolkan penulis atau pembicara. Menurut penekanan terhadap inti yang ingin
diutarakan dalam kalimat biasanya ditandai dengan nada suara, seperti memperlambat ucapan,
meninggikan suara, pada bagian kalimat yang dipentingkan.

Beberapa cara membentuk penekanan dalam kalimat:


1. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan atau awal kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap.
3. Melakukan pengulangan kata(repetisi).
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
5. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).

4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk
lainnya dianggap tidak diperlukan.Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna
kata.Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang manambah kejelasan makna
kalimat boleh dihilangkan.

Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan:


a) Pengulangan Subjek Kalimat.
Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat.Pengulangan
ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.
Contoh:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan study tour karena mereka tahu masa
ujian telah dekat.
Direvisi menjadi:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian telah dekat.

b) Hiponimi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hiponim adalah hubungan antara makna spesifik dan
makna generik atau antaranggota taksonomi.
Contoh:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Direvisi menjadi:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.

c) Pemakaian Kata Depan ”dari” dan ”daripada”


Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan di.
Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal(asal-
usul).
Contoh :
Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda
atau hal dengan benda atau lainnya.
Contoh:
Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto.

5. Kevariasia
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang. Variasi dalam
penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan
memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan
dan menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur yang bervariasi.
a) Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan
informasi.
b) Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan kalimat
aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya.
6. Kelogisan

Yang dimaksud kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan.
Kalimat tersebut tidak logis. Maka seharusnya:
Kepada Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan.

D. Kalimat Tidak Efektif


Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang
terdapat pada kalimat efektif.
Berikut ini 13 Sebab Ketidakefektifan Kalimat :
1. Kalimat Berstruktur Kompak.
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok) atau
unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang menggunakan subjek dan
predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi
jika digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada,
sebagai, tentang, dan, karena sebelum subjek kalimat tersebut.

Contoh kalimat tidak efektif:


Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.Kalimat di atas menjadi tidak
efektif karena unsurnya tidak lengkap.
2. Kalimat Paralel.
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu tampak pada
jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang
sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi
tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan materi yang harus
dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memfaralelkan jenis kata menyusun, dengan
kelengkapan, penggambaran, dan simpulan.Kalimat tersebut memfaralelkan “kegiatan” sebagai
verba, maka kata lainnya seharusnya menggunakan verba.Misalnya, kata menyusun seharusnya
berfaralel dengan melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan (tahap-tahap kegiatan),
dan menyimpulkan (hasil pengujian). Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini!
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi secara lengkap,
menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil pengujian.

3. Kalimat Hemat.
Kalimat yang efektif harus hemat.Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari
pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh kalimat tidak efektif:
Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke acara itu.
Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai ke daerah itu.
Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
Banyak orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa tokoh-tokoh
terkemuka.Kalimat pertama kurang efektif karena menggunakan subjek (kata para menteri)
dengan subjek kedua (kata mereka). Kalimat kedua menggunakan kata bermakna sama, yaitu
kata hanya dan saja. Kalimat ketiga kurang efektif karena menggunakan kata bermakna
hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak perlu
menggunakan kata warna).Kalimat keempat, menggunakan kata bermakna jamak secara
berulang, yaitu kata banyak dan beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya.
4. Kalimat Berpadu.
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak
berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata
depan) secara tidak tepat.
Contoh kalimat tidak efektif:
Segala usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
Uraian pada bagian ini akan menyajikan tentang perkembangbiakan pohon aren.
Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemuan
yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di antara subjek dengan predikat pada kalimat pertama
menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Demikian pula penggunaan kata tentang dan daripada
setelah verba menjadikan kalimat tersebut kurang padu.
5. Kalimat Logis.
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat.Biasanya
ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang salah.
Contoh kalimat tidak efektif:
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran acara ini.
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah
tersebut.
Pada kalimat pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah kesempatan, kecuali
verbanya diganti dengan membahagiakan.Kalimat kedua memiliki makna yang tidak mungkin
waktu dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat.Kalimat ketiga
menggunakan konstruksi kalimat yang kurang benar sehingga memunculkan makna yang kurang
logis dan menakutkan.

6. Kontaminasi
Merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh :
• Diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
• Memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
• Sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
• Saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
• Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas
seni (salah)
7. Pleonasme
Berlebihan, tumpang tindih
Contoh :
• Para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
• Para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
• Banyak siswa-siswa (banyak siswa)
• Saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
• Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
• Disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
8. Tidak Memiliki Subjek.
Contoh :
• Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
• Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
• Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
9. Adanya kata depan tidak perlu.
Contoh :
• Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
• Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
• Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
10. Salah Nalar.
Contoh :
• waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
• Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
• Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
• Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
• Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
• Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
• Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa).
11. Kesalahan Pembentukan Kata.
Contoh :
• mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
• menyetop seharusnya menstop
• mensoal seharusnya menyoal
• ilmiawan seharusnya ilmuwan
• sejarawan seharusnya ahli sejarah
12. Pengaruh bahasa asing.
Contoh :
Kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat
berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

13. Pengaruh Bahasa daerah


Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat
pada kalimat berikut:
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat
berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.
Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat yang dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok.
A.Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung
juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang
ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat
tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
– Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
– “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang
lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi
kalimat berita.
Contoh:
– Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
– Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek
dan satu predikat.Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.Kalimat-kalimat yang
panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga
ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoriabernyanyi
.SP
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ikasangat rajin
.SP
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh: Masalahnyaseribu satu.
.SP
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-
unsurnya.Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat
dikenali.Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat
tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu
kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu
Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan
rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik
kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau
serta.
Contoh:
– Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
– Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan,
namun, melainkan.Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
– Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
– Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
– Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
– Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:
– Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
– Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan
kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
– Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama
juara melukis tingkat SMP.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak
bebas.Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat.Bagian yang
memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk
kalimat).Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak
kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk
bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan: meskipun, walaupun
6. Pengandaian: andaikata, seandainya
7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
– Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
atau kebalikannya.
Contoh:
– Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.
– Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h
– Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
C.Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam
penulisannya.Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
b. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.Dalam penulisannya,
biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi
menurun.Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
c. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan
dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
– Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
– Kapan Becks kembali ke Inggris?
c. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan perasa ‘yang kuat’ atau
yang mendadak.Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya
dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
– Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
– Bukan main, eloknya.

D. Berdasarkan Unsur Kalimat


Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu
buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
– Mahasiswaberdiskusidi dalam kelas.
.SPK
– Ibumengenakankaos hijau dan celana hitam.
.SPO
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja,
atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa
semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan
kekaguman.
Contoh:
– Selamat sore
– Silakan Masuk!
– Kapan menikah?
– Hei, Kawan…

E. Berdasarkan Susunan S-P


Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu
yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk
menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.
Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
– Ambilkankoran di atas kursi itu!
.PS
– Sepakatkamiuntuk berkumpul di taman kota.
.SPK

2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
– Penelitian inidilakukanmerekasejak 2 bulan yang lalu.
.SPOK
– Aku dan diabertemudi cafe ini.
.SPK
F. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama
(induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat).Unsur anak kalimat ini seakan-
akan dilepaskan saja oleh penulisnya.Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap.
Contoh;
– Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
– Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan
di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

2. Kalimat yang Klimaks


Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat.Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak
kalimatnya.Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk
kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk
ketegangan.
Contoh:
– Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
– Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis
itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke
dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:
– Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan
transaksi, dan IHSG naik tajam.
– Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat
dengan leluasa.

G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi,
tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
– Mereka akan berangkat besok pagi.
– Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1).Predikat pada
kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Enimencucipiring.
. S P O1
1.Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-.Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti
dengan O1.Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
– Merekaberangkatminggu depan.
.SPK
– Amelmenangis tersedu-sedudi kamar.
.SPK
2.Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
– Diankehilanganpensil.
. S P Pel.
– Soniselalu mengenderaisepeda motorke kampus.
. S P Pel K
2.Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya
memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
– PiringdicuciEni.
. S P O2

2.Kalimat Pasif Zero


Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2
tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi
penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata
kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
– Kupukuladik.
. O2 P S
– Akan saya sampaikan pesanmu.
. O2 P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif)
. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian
subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
. PR harus kukerjakan. (pasif).

Anda mungkin juga menyukai