ISI
A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling
kurang mengandung subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara
naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan
berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda
tanya (?) dan tanda seru (!).
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut
ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan
kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Namun hal itu belum
menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadidkan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena
tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4),
yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari
interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
Ciri-ciri subjek:
1. jawaban apa atau siapa
2. didahului kata bahwa
3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. disertai dengan kata ini atau itu
5. disertai pewatas yang
6. kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan,
dan lain-lain.
8. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
Contoh Subjek :
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
1. Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)
3. Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek
dan predikat).
Anak itu membawa bukuku
S P
Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek
itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang
dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari
kata kerja atau kata keadaan .Kita selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa,
Ciri-ciri predikat:
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya,
dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan
subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c. Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah
demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta
ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya,
predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan,
Ciri-ciri objek:
Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa
kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa,
siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan
waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti
setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi,
seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang
berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa
ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan
sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa
ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda
dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan,
sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti
contoh berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan
yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas
tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan
hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
e. Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek
kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului
predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
berikut:
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
• Bila kutipan ada di awal kalimat, masukkan tanda petik pembuka dan tulis kutipannya diawali
dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan. • Masukkan tanda petik
penutup di akhir kutipan.
• Ikuti dengan spasi.
• Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
• Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2. Susunan pengiring-kutipan
• Bila kutipan ada di akhir kalimat, tuliskan pengiringnya dulu seperti menulis kalimat biasa.
• Selipkan tanda koma sebelum menambahkan kutipan.
• Selipkan spasi.
• Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : Lalu Ratu berkata kepada pengawalnya, “Suruh kedua wanita itu menghadapku!”
b) Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang
lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua, berkata
tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi mendatar dan menurun pada akhir
kalimat
Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
3. kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu dan menyarankan agar mereka
menanyakan dulu sebabnya.
Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk
kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti
(utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur
kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena,
supaya, meskipun, jika, dan sehingga.
2) Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan
kata lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului
konjungsi.
Saya membaca buku ketika dia datang.
Jika konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur maupun
informasi.
Ketika saya membaca buku, dia datang.
Setelah dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama kalimat tersebut merupakan anak kalimat
dan unsur kedua merupakan induk kalimat.
3) Urutan
Anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebebasan tempat, kecuali anak
kalimat akibat, didahului kata sehingga. Jika anak kalimat di depan induk kalimat, anak kalimat
itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk kalimatnya. Anak kalimat yang menempati
posisi di belakang induk kalimat dapat ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan informasi
yang pokok.
Contoh :
- Dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena ingin meningkatkan perusahaan.
- Karena ingin meningkatkan perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil.
Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan
antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan
kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.
contoh:
- Marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
- Mari kita jaga kebersihan rumah kita!
4. Kalimat perintah sindiran/cemooh adalah perintah yang mengandung ejekan karena yakin bahwa
yang diperintah tidak mampu melaksanakan yang diperintahkan.
Contoh :
- Kerjakan sendiri, kalau kamu bisa!
- Dekatilah anjing itu, kalau kamu berani!
- Tangakaplah jika engkau berani!
5. Kalimat perintah bersyarat adalah perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhi sesuatu hal.
Contoh:
- Tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan menerangkannya kepadamu !
- Bantulah dia, pasti pekerjaannya akan segera selesai!
6. Kalimat perintah mengizinkan adalah perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan yang
mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
- Makanlah, semampu anda!
- Ambillah buah mangga itu semaumu!
c) Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu.
Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini
akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir dengan
pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita ini.
Ciri-ciri kalimat berita :
2. intonasinya yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari yang lain
3. Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri karena hampir sama saja dengan kalimat lain.
4. Suatu bagian dari kalimat berita dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hal ini bagian
tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut mendapat intonasi yang lebih
keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai kalimat seperti ini disebut intonasi pementing.
Beberapa bentuk kalimat berita:
1. Kalimat berita positif.
2. Kalimat berita negatif yaitu kalimat yang berisi pengingkaran atau kalimat yang ditandai dengan
kata ingkar yaitu menggunakan kata "tidak" dan kata "bukan".
Contoh :
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor. (positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
c) Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat
ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan untuk
membuat kalimat. Adapun macam kata tanya dan gunanya adalah :
- Apa : hal, orang, atau barang
- Siapa : orang atau nama orang
- Kapan, bilamana : waktu
- Dimana : tempat
- Mengapa : sebab
- Bagaimana : keadaan, cara, proses.
Contoh :
1. Apa yang dia lakukan disana ?
2. Siapa namamu?
3. Kapan anda pergi ke Banjarmasin?
4. Dimana rumahmu?
5. Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
6. Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?
d) Kalimat seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan (sakit, marah,
terkejut, hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan
biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan
akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Adapun macam kalimat seru dan gunanya adalah :
- Si Jarwo Pergi
S P
b. kalimat tak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak
sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya
berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk
kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan
kekaguman.
Contoh :
- Jangan dilempar!
- Astaga, indahnya!
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S P O K
- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S P K
- Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan PR.
Induk kalimat/kalimat utama anak kalimat
- Imbuhan "ber-"
tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan
selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan
mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat pada kalimat ini
biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif,
hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek. Ciri-cirinya berupa adanya
subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan keterangan.
Contoh:
- Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
S P Pel
- Dia menjadi ketua kelas.
S P Pel
b) Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat
bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata
depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk
predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
- Sampah dibuang Rina.
A. KESIMPULAN
1. Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang
2. Kalimat memiliki unsur penyusun kalimat, yaitu Subjek,Predikat,objek,dan Predikat (SPOK).
4. Jenis-jenis Kalimat :
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
4. Kalimat berdasarkan unsur kalimat
5. Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
6. Kalimat berdasarkan bentuk gaya penyajiannya(retorikanya)
7. Kalimat berdasarkan subjeknya
8. Kalimat Mayor dan Minor
9. Kalimat Efektif
BLOG HASMIRAH
About Hasmirah Thamrin
Hasmirah Thamrin
View my complete profile
Total Pageviews
93411
Selamat Membaca
Widget Animasi
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam kalimat.
2. Untuk mengetahui susunan pola kalimat dasar.
3. Untuk mengetahui pembagian jenis kalimat.
4. Untuk mengetahui kalimat inti dan inti kalimat.
5. Untuk mengetahui apa itu kalimat efektif.
6. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kesalahan dalam kalimat efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
KALIMAT
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.Letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verbal.Posisi ini juga bisa ditempati oleh O,dan jenis kata
yang mengisi Pel dan O juga bisa sama,yaitu nominal atau frasa nominal.akan tetapi,antara Pel
dan O terdapat perbedaan. Contoh :
Ketua MPR //membacakan //Pancasila.
S P O
5. Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa dalam sebuah
kalimat.Pengisi Ket adalah adverbial,frasa nominal,frasa proposisional,atau klausa. Posisi Ket
boleh manasuka,di awal,di tengah, atau di akhir kalimat. Contoh :
a. Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
b. Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
c. Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu,tempat,cara,
alat, alasan/sebab,tujuan,similatif,dan penyerta. Contoh :
a. Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
b. Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan pengacara. (Ket.similatif)
c. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
d. Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati.(Ket.cara)
e. Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
f. Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)
B. Pola kalimat dasar
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk membuat berbagai
tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima
unsur kalimat, yaitu S,P,O,Pel,Ket.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat
dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia2[2].Keenam tipe kalimat itu tercantum
dalam tabel berikut:
2[2] Ibid
pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan
predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi3[3].
1. Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya,kalimat dapat dibentuk atas dua macam,yaitu (1)
kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk.
3[3] Ibid
9[9] Ibid
4. Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya
Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua yuitu :
kalimat versi dan kalimat inversi.
(a) Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama
dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa.Contoh :
1. Dokter menangani pasien itu dengan baik.
2. Mereka bersalaman.
10[10] Ibid
(b) Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau
dikenai pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-an. Contoh :
1. Piring dicuci Anita.
2. Adik terjatuh di kamar mandi.
3. Suaranya kedengaran ke sana.
(1) Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai
kalimat yang jelas . Contoh :
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk .(salah)
K P
Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar)
S P
(2) Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat.
Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-
O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh :
(3) Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian
kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba
(kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata benda),
bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh :
Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan
membuat tali air. (salah)
Kami telah merencanakan membangun pabrik,membuka hutan,melebarkan jalan desa, dan
membuat tali air. (benar)
(4) Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun
suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh :
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)
(5) Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak
mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat
berisi. Contoh :
Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
Hanya ini yang dapat saya berikan.(benar)
Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)
(6) Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya efektif,
kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak
boleh mengandung dua pengertian.Contoh :
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah)
Alasan : Seolah-olah ada 57 negara Republik Indonesia.
Heri kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
12[12] J.S.Badudu,Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar III,(Jakarta: Pustaka Setia, 1989),hlm.113
seperti itu, maka bagian kedua harus diubah menjadi : diharapkan dapat ditingkatkan
keterampilan.
Mari kita kembalikan kalimat pertama yang rancu itu kepada dua buah kalimat asalnya
yang benar.Perhatikan kalimat asal itu.
a. Kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.(benar)
b. Melalui kursus ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan.(benar)
Contoh kalimat kontaminasi lain, yaitu :
Dalam perutnya mengandung racun. (salah)
a. Dalam perutnya terkandung racun.(benar)
b. Perutnya mengandung racun. (benar)
Sejak dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing (salah)
13[13] Ibid
Sejak terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing.(benar)
Dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)
14[14] Ibid
c) Penggunaan Kata “Daripada” yang Salah
Penggunaan kata “daripada” yang salah, di antaranya :
o Pukulan smash daripada Icuk menghujam tajam. (salah)
Pukulan smash Icuk menghujam tajam.(benar)
o Hati kita sedih melihat daripada penderitaan korban bencana itu.(salah)
Hati kita sedih melihat penderitaan korban bencana itu. (benar)
1. Pengertian
Kalimat yaitu rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan. Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh,
baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek
(S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi
disebut frasa. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya(?) dan tanda seru (!).
o Kalimat Minor : kalimat yang hanya mengandung satu unsur pusat (inti)
Contoh Kalimat minor:
Pulang !
Sangat mahal.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kalimat efektif adalah satuan bahasa yang didahului dan diakhiri oleh kesenyapan,
intonasinya menunjukan kelengkapan ujaran dengan makna gramatikal.
B. Persyaratan Kalimat
Kelengkapan struktur subjek dan predikat
Pemutasian subjek dan predikat
Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur
D. Kalimat
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi)
secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud singkat
dalam hal ini adalah hemat dalam penggunaan kata -kata. Hanya kata - kata yang
diperlukan saja yang digunakan. Penggunaan kata yang tidak perlu atau mubadzir berarti
sama saja dengan pemborosan. Hal itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat efektif
yang hemat. Meskipun dalam kalimat efektif hemat dalam penggunaan kata, kalimat
efektif tetap juga harus lengkap yang artinya semua itu harus disampaikan.
1. Unsur Kalimat
Subjek
Adalah bagian kalimat yang menjadi gagasan pokok, unsur utama kalimat, dan berupa
kata benda.
Ciri - ciri subjek :
Jawaban apa atau siapa
Disertai kata itu
Didahului kata bahwa
Tidak didahului preposisi atau depan
Berupa kata benda atau frase benda
Subjek Predikat
Ibunya Karyawan Bank Predikat
Mereka Bekerja Bagian
Kami Rajin
kalimat
Mereka Berlima
yang
menerangkan subjek berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan.
Ciri - ciri predikat :
Jawaban mengapa atau bagaimana
Disertai kata adalah, yakni, yaitu, merupakan
Dapat diingkarkan
Dapat disertai kata keterangan aspek
Dapat disertai kata keterangan modalitas
Tidak didahului kaya yang
Predikat dapat berupa:
1. Kata benda atau frase benda.
2. Kata kerja atau frase kerja.
3. Kata sifat atau frase sifat.
4. Kata bilangan atau frase bilangan.
5. Kata depan atau frase depan.
Objek
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja
transitif.
Ciri - ciri Objek :
Langsung dibelakang predikat kata yang berupa kata kerja transitif.
Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
Tidak didahului preposisi
Pelengkap
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi objek, mengkhususkan makna
objek.
Ciri - ciri Pelengkap :
Terletak dibelakang objek.
Bukan unsur utama
Keterangan
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi menjelaskan subjek, predikat, atau objek yang
sekedar membahas penjelasan.
Ciri - ciri keterangan :
Bukan unsur utama.
Tidak terkait posisi.
Tidak terkait posisi.
1. Keterangan waktu
2. Keterangan tempat
3. Keterangan tujuan
4. Keterangan sebab
5. Keterangan akibat
6. Keterangan tambahan
7. Keterangan aposisi
8. Keterangan aspek
E. Struktur Kalimat
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
Pola kalimat dasar
Tipe kalimat
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
Pola kalimat tunggal
Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk campuran
F. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis
sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya seperti
yang dimaksud penulis/pembicara
Syarat - syarat kalimat efektif :
B. SEPADAN
Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Tidak terdapat subjek
ganda.
Contoh :
Orang itu gerak-geriknya mencurigakan. Orang itu mencurigakan Gerak-geriknya
mencurigakan.
Kata penghubung intra kalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal.
Contoh :
1) Saya datang agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
2) Saya datang agak terlambat. Saya tidak dapat mengikuti pelajaran jam pertama.
C. PARALEL
Kesamaan atau kesejajaran bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Semakin bertambah umur seharusnya manusia semakin baik, bijaksana, dan tanggung
jawab
D. HEMAT
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang
berlebih.
Contoh:
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga - bunga dalam kalimat diatas tidak perlu. Dalam kata mawar,
anyelir, dan melati terkandung makna bunga. Beberapa hal yang perlu dihindari:
Hindari pengulangan subjek
Contoh:
Saya datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata
Contoh:
Ayah saya dilahirkan pada Jumat 17 Agustus 1945
Hindari kesinoniman yang tidak diperlukan dalam satu kalimat
Contoh:
Sejak dari tadi dia hanya termenung saja
Hindari penjamakan yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh:
Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.
E. CERMAT
Cermat dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata. Tepat dan tidak menimbulkan
penafsiran ganda.
F. SEJAJAR
Memiliki kesamaan bentukan atau imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata
kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ia ke pinggir jalan
G. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Beberapa metode penekanan anatara
lain :
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di
depan kalimat.
Mengubah partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel -lah, -pun, dan
–kah.
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Menggunakan pertentangan yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
H. PADU
Kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.
I. LOGIS
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.
Contoh:
Rektor Universitas Jaya Raya kami persilahkan untuk memberi sambutan (logis).
Waktu dan tempat dipersilahkan untuk memberi sambutan. waktu dan tempat tak dapat
dipersilahkan (tak logis).
G. Kalimat Tanya
Pengertian
Kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau
pertanyaan.
Adapun penjelasan mengenai kalimat tidak baku dan kalimat baku, ragam tidak
baku dan baku, serta kalimat tidak teratur dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1. Kalimat tidak baku
Contoh: Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
Kalimat baku
Contoh: Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
2. Ragam tidak baku
Contoh: Persoalan yang diajukan oleh Bapak Kepala Sekolah diulas kembali bersama Bapak Ketua
P.O.MG.
Ragam baku
Contoh: Soal yang diajukan oelh Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG
3. Kalimat tidak teratur
Contoh: Ini hari, kita bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang itu.
Kalimat teratur
Contoh: Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal mutu barang itu.
H. Kalimat Bernalar
Kalimat bernalar merupakan satuan kalimat informasi yang berjalan selaras antara
yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
Contoh:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Waktu dan tempat kami persilakan.
Mungkin Anda pernah mendengar kalimat tersebut dalam sebuah diskusi atau pertemuan.
Kalimat waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak logis karena
kalimat ini tidak dapat diterima akal yang sehat. Padahal, yang harus memberikan
sambutan adalah ketua panitia. Apakah betul waktu dan tempat dapat memberikan
sambutan? Dalam kalimat sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan
adalah sang ketua panitia, bukan waktu dan tempat. Akan tetapi, dalam kalimat
selanjutnya jalan pikiran pembawa acara tergelincir, yakni dengan mempersilakan waktu
dan tempat. Dalam hal ini, seolah-olah yang diundangkan untuk datang ke mimbar
pertemuan itu adalah waktu dan tempat.
Kalimat yang bernalar dari ucapan pembawa acara adalah sebagai berikut:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Ketua panitia kami persilakan.
Kalimat berklausa terdiri dari satu klausa dan dua klausa atau lebih. Kalimat yang
terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana. Sedangkan kalimat yang terdiri dari
dua klausa atau lebih disebut kalimat luas.
Contoh kalimat sederhana:
a. Mahasiswa itu berusia 20 tahun
b. Ia mengeluarkan handpond dari saku bajunya.
Contoh kalimat luas:
a. Ia menutup laptopnya lalu pergi keluar ruangan
b. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi
secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan
dan pengucapannya. Di mana dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan
struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat
yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif.
Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi:
koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian
dan logis/nalar.
Kalimat tanya adalah kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa
informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi
yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan
“utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk
mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau
sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu
kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu. Kalimat luas adalah kalimat yang
terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di
dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat
berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat
adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan
satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat
inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas
bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Kalimat luas
yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.
B. Saran
Pentingnya dalam berkomunikasi memahami penggunaan kalimat efektif, agar
informasi yang berjalan cepat selaras antara gagasan yang disampaikan oleh pihak
pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Media Cetak
Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi.
Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.
1. Ciri-Ciri Subjek
¨ Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek
dan predikat)
SP
2 Ciri-Ciri Predikat
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu
terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
3 Ciri-Ciri Objek
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan
objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini
sebagai berikut.
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi
subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
4 Ciri-Ciri Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
5 Ciri-Ciri Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
SPOK
Setelah bisa membuat kalimat, mulailah membaca denagn pelan asalkan benar dan baik.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis,kata manis mengandung makna enak,biasanya dirasakan oleh alat
pegecap,berubah menjadi bagus,dirasakan oleh indera penglihatan.Demikian juga kata
panas,kasar,sejuk,dan sebagainya.
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang
kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan untuk memperkaya kosa kata.
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan
dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang
dari luar budaya masyarakat itu.Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara
memenuhi keperluan itu–yang sering dianggap lebih mudah–adalah mengambil kata yang
digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Karena perkembangan zaman dan pemakaian bahasa, makna suatu kata bisa mengalami
pergeseran.
Ada beberapa kemungkinan pergeseran makna kata meluas dan menyempit, citranya menurun
atau naik, serta artinya berubah.Semua itu bisa dilihat dalam konteks kalimat dan dibandingkan
penggunaannya pada zaman dahulu dan sekarang.
Contoh:
1. Kata sarjana, dahulu kala berate orang yang berpengetahuan luas, terpelajar, berilmu, sekarang
khusus lulusan S1 suatu universitas atau perguruan tinggi.
2. Kata bapak dan ibu pada mulanya berate orang tua yang melahirkan kita, yang menjadi
lantaran adanya kita, sekarang dipakai untuk menunjukkan guru, dosen, pimpinan, pejabat, para
senior.
3. Kata laki-bini dulu dipakai untuk pengertian suami-isteri sekarang citra kata itu dirasa kurang
halus. Demikian juga kata beranak, palacur, miskin, bodoh, gila. Sebagai gantinya digunakan
kata suami-istri, melahirkan/bersalin, wanita tuna susila/pekarja seks komersial, kurang mampu,
kurang pengetahuan, kurang waras.
4. Kata ulama dulu berarti orang yang berilmu pengetahuan secara luas dan umum, sekarang
khususuntuk ahli agama.
Kata-kata yang mengalami pergeseran makna yang lain misalnya kata cangih, tegar, transparan,
bernyanyi, aktor intelektual.
5.Kata Penghubung
Kata penghubung berfungsi menghubungkan dua buah informasi di dalam satu kalimat.
Contoh:Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan besar darinya.
6. Kata Frase
Merupakan sebuah kelompok kata dan seringkali berfungsi sebagai keterangan prediket untuk
keperluan-keperluan tertentu.Misalnya, keterangan waktu,tempat, sebab dan lain sebagainya.
Contoh:
Rapat akan di lakukan lagi sehabis makan siang.
• Kalimat dengan Beberapa Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan
sertaperbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif:
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya.
a. Sejak dari usia delapan tahun ia telah di tinggal kan ayahnya. (Sejak usia delapan tahun ia
telah di tinggalkan ayahnya.)
b. Hal itu di sebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. (Hal ini di
sebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.)
c. Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup. (Ayahku rajin bekerja
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
2. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku:
a. Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang
buruk.)
b. Gereja itu di lola oleh para rohaniawan secara professional. (Gereja itu di kelola oleh para
rohaniawan secara professional.)
3. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ yang tidak tepat
a. Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik. (Saya menyukainya karena sifat-
sifatnya sangat baik)
b. Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempatorang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih).
4. Pilihan kata yang tidak tepat.
Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang
dengan masyarakat.(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk
berbincang-bincang dengan masyarakat).
5. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
Sopir bus santoso yang masuk jurang melarikan diri.(Bus santoso masuk jurang,sopirnya
melarikan diri.)
6. Pengulangan kata yang tidak perlu:
Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun. (Dalam setahun ia berhasil
menerbitkan 5 judul buku)
• Membuat Kalimat Efektif
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan
kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara
lain:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu.
Contohnya:
– Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan. Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol
yang dapat anda gunakan.
2. Kontaminasi
Contoh:
– Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat ini seharusnya: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh:
– Saya mengetahui kalau ia kecewa. Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa
4. Salah Nalar
– Bola gagal masuk gawang. Seharusnya: Bola idak masuk gawang
5. Kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Seharusnya: Program ini menyediakan
berbagai fitur terbaru.
Unsur-unsurnya :
1. Paralelisme
Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsure yang setara dalam konstruksi
yang sama. Konstruksi yang selarian dan sejalan itu biasanya menempatkan diri dalam hal-hal
berikut: sama-sama berbentuk kata kerja, sama-sama berbentuk kata benda.kalau berawalan me
sama-sama berawalan me.
Contoh:
Yang di lakukannya selama ini di kampong hanya mengurus pusaka,menyudahkan sawah,
menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan nenek.
2. Repetisi
Kekuatan sebuah kalimat dapat pula di bangkitkan dengan mengulang sebuah kata yang di
anggap penting dalam bagian kalimat.
Contohnya:
Mengarang sebuah buku agama berbeda syaratnya dengan mengarang buku cerita fiksi, sedang
mengarang untuk surat kabar berlainan ketentuannyadengan mengarang syair.
3. Inversi
Seringkali kalimat efektif dapat diusahakan dengan membalikkan pola dasarnya. Kalau struktur
biasa punya urutan subyek + prediket, maka dalam bentuk inverse jadi terbalik: prediket+subyek.
Inversi termasuk sejenis gaya kalimat. Tujuanya sepeti juga tujuan gayakalimat yang lain ialah
untuk memberikan efek yang lebih besar. Terjadinya bentuk inversi boleh jadi karena ingin
memberi variasi, agar kalimat tidak terlalu menoton.
Contoh:
Besar rumah itu. Roni terkilir kakinya waktu bermain bola.
4. Posisi Frase dan Klausa
Posisi sebuah frase maupun klusa ada kalanya mempengaruhi sebuah kalimat. Sebuah frase atau
klausa tang di taruh belakang sebuah kalimat, pengaruhnya akan lain daripada menaruhnya di
bagian depan.
Contoh:
Harta bendanya di sita lantaran utangnya banyak di bank. Lantaran utangnya banyak di bank,
harta bendanya di situ.
• Kalimat Bervariasi
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea, kalimat yang bervariasi itu
merupakan “santapan” yang menarik.Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja karena
memahiminya mudah, tetapi karena sifatnya yang menyenangkan.
Jadi, variasi itu sangat penting.Bukan saja dalam kalimatkarya tulis, tapi juga dalam kehidupan
pada umumnya; variasilah yang membuat segala sesuatunya terasa indah dan nikamat.
a. Variasi dalam cara memulai
Kalimat pada umumnya dapat di mulai dengan: subyek, prediket, sebuah kata modalitas, sebuah
frase, sebuah klausa dan penekanan yang efektif. Penulis yang berpengalaman, pintar sekali
menggunakan kalimat-kalimatnya bervariasi. Mereka bukan hanya berisi kalimat yang di mulai
dengan subyek atau kata modalitas, prediket, dan sebagainya, akan tetapi mereka beri bervariasi.
b. Variasi dalam panjang-pendek kalimat.
Variasi kalimat bisa pula di usahakan dengan sekaligus mempekerjakan kalimat pendek dan
kalimat yang agak panjan.Di sini kalimat singkat dan kalimat panjang mempunyai nilai
tersendiri. Kedua jenis ukuran kalimat itu mesti bekerja sama. Lagi pula baik kalimat singkat
maupun kalimat panjang punya fungsi tertentu dalam alinea.
c. Variasi dalam Struktur kalimat
Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya di lihat dari sudut
variasi. Alinea yang demikian biasanya lebih menyenangkan, tidak seperti membaca alinea yang
struktur kalimatnya sama semua. Karangan yang efektif mencerminkan keragaman struktur
kalimat.
• Menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh
pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh si penutur atau penulis.
• Sebelumnya penelitian tentang kalimat efektif pernah diteliti yaitu penelitian tentang “Kalimat
Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi” yang ditulis oleh Epraim (1992)menyimpulkan bahwa
struktur kalimat yang benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah kemampuan
kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat sesuai
dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur dan tenaga masih dibutuhkan adanya
variasi.
• Juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur,
dan logikanya.
Juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif secara jelas dan terperinci yaitu: “Setiap
gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam
bentuk kalimat”. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan
gramatikal.Hasil ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku.
Kaidah-kaidahtersebutmeliputi :
1. Unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat,
2. Aturan-aturan tentang Ejaan yang Disempurnakan,
3. Cara memilih kata dalam kalimat.
Menyatakan: “Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat
seperti yang diharapkan oleh penulis naskah perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan
ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam
kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam struktur kalimat”.
Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan
predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi menjelaskan
unsur/bagian kalimat tersebut.Selain struktur/ bentuk kesepadanan, kalimat efektif harus pula
mengandung kesatuan ide pokok/ kesatuan pikiran.Syarat pertama bagi kalimat efektif
mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan
predikat atau bisa ditambah dengan objek, pelengkap dan keterangan melahirkan keterpaduan
yang merupakan ciri kalimat efektif .
Kesepadanan kalimat diperhatikan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung atau
konsep yang merupakan kepaduan pikiran.
Alwi, dkk. (2003:296) menyatakan bahwa konjungtor juga dinamakan kata sambung adalah kata
tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa dengan
frasa atau klausa dengan klausa.
c) Gagasan pokok.
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan gagasan (ide) pokok kalimat. Biasanya
gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis hendak
menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung
gagasan pokok harus menjadi induk kalimat.
Contoh:
1. Ia dipukul mati ketika masih dalam tugas latihan.
2. Ia masih dalam tugas latihan ketika dipukul mati.
Gagasan pokok dalam kalimat (1) ialah “ia dipukul mati”.Gagasan pokok dalam kalimat (2) ialah
“ia masih dalam tugas latihan”.Oleh sebab itu, “ia dipukul mati” menjadi induk kalimat di
kalimat (1), sedangkan “ia masih dalam tugas latihan” menjadi induk kalimat dalam kalimat (2).
d) Penggabungan dengan “yang”,”dan” jika dua kalimat digabungkan dengan partikel danmaka
hasilnya adalah kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikelyang akan
menghasilkan kalimat mejemuk bertingkat. Artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan
anak kalimat.
Contoh:
(1) Semua perintah telah dijalankan.
(2) Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kesejajaran satuan dalam kalimat, menempatkan ide/ gagasan yang sama penting dan sama
fungsinya kedalam struktur/ bentuk gramatis. Jika sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan
dengan frase. Kesejajaran (paralelisme) membantu memberi kejelasan kalimat secara
keseluruhan.
Contoh:
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab
pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu. Dalam kalimat di atas penggunaan yang
sederajat ialah kata mengerikan dengan berbahayadan kata pencegahan dengan pengobatannya.
Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai untuk kata-kata yang sederajat dalam contoh kalimat di atas
harus sama (paralel) sehingga kalimat itu kita tata kembali menjadi:Penyakit Aids adalah salah
satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan sebab pengecahan dan pengobatannya
tak ada yang tahu.
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok.Inti pikiran ini oleh biasanya ingin
ditekankan atau ditonjolkan penulis atau pembicara. Menurut penekanan terhadap inti yang ingin
diutarakan dalam kalimat biasanya ditandai dengan nada suara, seperti memperlambat ucapan,
meninggikan suara, pada bagian kalimat yang dipentingkan.
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk
lainnya dianggap tidak diperlukan.Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna
kata.Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang manambah kejelasan makna
kalimat boleh dihilangkan.
b) Hiponimi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hiponim adalah hubungan antara makna spesifik dan
makna generik atau antaranggota taksonomi.
Contoh:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Direvisi menjadi:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.
5. Kevariasia
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang. Variasi dalam
penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan
memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan
dan menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur yang bervariasi.
a) Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan
informasi.
b) Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan kalimat
aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya.
6. Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan.
Kalimat tersebut tidak logis. Maka seharusnya:
Kepada Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan.
3. Kalimat Hemat.
Kalimat yang efektif harus hemat.Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari
pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh kalimat tidak efektif:
Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke acara itu.
Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai ke daerah itu.
Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
Banyak orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa tokoh-tokoh
terkemuka.Kalimat pertama kurang efektif karena menggunakan subjek (kata para menteri)
dengan subjek kedua (kata mereka). Kalimat kedua menggunakan kata bermakna sama, yaitu
kata hanya dan saja. Kalimat ketiga kurang efektif karena menggunakan kata bermakna
hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak perlu
menggunakan kata warna).Kalimat keempat, menggunakan kata bermakna jamak secara
berulang, yaitu kata banyak dan beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya.
4. Kalimat Berpadu.
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak
berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata
depan) secara tidak tepat.
Contoh kalimat tidak efektif:
Segala usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
Uraian pada bagian ini akan menyajikan tentang perkembangbiakan pohon aren.
Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemuan
yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di antara subjek dengan predikat pada kalimat pertama
menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Demikian pula penggunaan kata tentang dan daripada
setelah verba menjadikan kalimat tersebut kurang padu.
5. Kalimat Logis.
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat.Biasanya
ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang salah.
Contoh kalimat tidak efektif:
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran acara ini.
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah
tersebut.
Pada kalimat pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah kesempatan, kecuali
verbanya diganti dengan membahagiakan.Kalimat kedua memiliki makna yang tidak mungkin
waktu dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat.Kalimat ketiga
menggunakan konstruksi kalimat yang kurang benar sehingga memunculkan makna yang kurang
logis dan menakutkan.
6. Kontaminasi
Merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh :
• Diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
• Memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
• Sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
• Saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
• Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas
seni (salah)
7. Pleonasme
Berlebihan, tumpang tindih
Contoh :
• Para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
• Para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
• Banyak siswa-siswa (banyak siswa)
• Saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
• Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
• Disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
8. Tidak Memiliki Subjek.
Contoh :
• Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
• Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
• Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
9. Adanya kata depan tidak perlu.
Contoh :
• Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
• Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
• Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
10. Salah Nalar.
Contoh :
• waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
• Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
• Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
• Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
• Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
• Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
• Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa).
11. Kesalahan Pembentukan Kata.
Contoh :
• mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
• menyetop seharusnya menstop
• mensoal seharusnya menyoal
• ilmiawan seharusnya ilmuwan
• sejarawan seharusnya ahli sejarah
12. Pengaruh bahasa asing.
Contoh :
Kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat
berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
– Penelitian inidilakukanmerekasejak 2 bulan yang lalu.
.SPOK
– Aku dan diabertemudi cafe ini.
.SPK
F. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama
(induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat).Unsur anak kalimat ini seakan-
akan dilepaskan saja oleh penulisnya.Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap.
Contoh;
– Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
– Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan
di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi,
tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
– Mereka akan berangkat besok pagi.
– Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1).Predikat pada
kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Enimencucipiring.
. S P O1
1.Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-.Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti
dengan O1.Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
– Merekaberangkatminggu depan.
.SPK
– Amelmenangis tersedu-sedudi kamar.
.SPK
2.Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
– Diankehilanganpensil.
. S P Pel.
– Soniselalu mengenderaisepeda motorke kampus.
. S P Pel K
2.Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya
memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
– PiringdicuciEni.
. S P O2