Anda di halaman 1dari 11

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan ataupun tulisan, yang

mengungkapkan pikiran yang utuh. Jabatan atau fungsi dalam kalimat meliputi subjek,
predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Nah berikut merupakan pengertian secara singkat
namun jelas mengenai jabatan kalimat tersebut.

1. Subjek (S)
Subjek adalah fungsi innti kedua setelah predikat. Bentuk subjek biasanya berupa
nomina, baik berupa kata, frasa, maupun klausa. Untuk menentukan subjek, dapat
ditentukan dengan menggunakan pertanyaan siapa dan apa.
2. Predikat (P)
Pada suatu kalimat, predikat menjadi fungsi paling inti karena hubungan antara
fungsi-fungsi yang lain melalui predikat. Predikat pada umumnya menyatakan suatu
tindakan (aksi), proses, presitiwa, keadaan, atau perihal.
3. Objek (O)
Objek merupakan bagian yang menerangkan langsung terhadap predikat kata kerja
transitif. Biasanya berupa nomina, atau frasa nominal. Pada kalimat aktif transitif,
objek akan bergeser fungsinya menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan.
4. Pelengkap (Pel.)
Dalam kalimat, pelengkap menerangkan langsung predikat kata kerja intransitif.
Pelengkap memiliki kemiripan dengan objek. Namun, pelengkap tidak dapat menjadi
subjek akibat penafsiran kalimat.
5. Keterangan (Ket.)
Keterangan merupakan bagian kalimat yang ingin menerangkan selutruh bagian
kalimat dan dapat dipindahkan tanpa mengubah makna kalimat tersebut.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA


Posted on October 25, 2007 | 10 comments

Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain
subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.

Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.

1. Ciri-Ciri Subjek

Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.


Contoh :
1. Juanda memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
memelihara adalah )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja
Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara
subyek dan predikat)

Contoh : Anak itu mengambil bukuku

SP

2 Ciri-Ciri Predikat

Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.

Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.

Kata Adalah atau Ialah


Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat
demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat
pengganti predikat.

Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas


Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti
telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau
adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai
modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak,
dan mau.

3 Ciri-Ciri Objek

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak
memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.

Langsung di Belakang Predikat


Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului
predikat.

Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam
kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan
bentuk verba predikatnya.

Didahului kata Bahwa


Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4 Ciri-Ciri Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi
subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat
pada kalimat berikut.

a) Diah mengirimi saya buku baru.


b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.

Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.


Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )

b. Budi membaca buku.


Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

5 Ciri-Ciri Keterangan

Ciri keterangan adalah dapat dipindah pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:

Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.

SPOK

Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .


Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.

Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan
keterangan.

Frase
Posted on October 25, 2007 | 1 comment

Frase adalah bagian kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi
batas fungsi.
Artinya satu frase maksimal hanya menduduki gatra subjek (S), predikat (P) atau
objek (O) atau keterangan (K).
Frase dibedakan atas:
a. Frase endosentris, ada dua macam:
1. Endosentris koodinatif (setara), yaitu frase yang setidaknya memiliki dua inti.
Misalnya: meja kursi, maju mundur, bapak ibu.
2. Endosentris atributif (frase bertingkat), yaitu frase yang terdiri atas unsur inti
(Diterangkan/D) dan unsur penjelas (Menerangkan/M).
Misalnya: pegawai negeri,perusahaan rokok, tidak pergi

Frase bertingkat mempunyai pola


DM, MD dan MDM( dalam frase bertingkat hanya ada satu unsur inti (D) sedangkan
penjelasnya boleh lebih dari satu.

Contoh:

baju baru
DM

anak manis
DM

sebatang rokok kretek


MDM

sebuah rumah mewah


MDM

seorang guru
MD

sepotong roti
MD

2. Frase eksosentris.

sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata (atau lebih) yang menunjukkan
bahwa kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata dari salah satu(atau
lebih) unsur pembentukannya.

Contoh :
dari sekolah (kata keterangan) dari (kata depan) sekolah (kata benda),

yang memimpin(kata benda) yang (kata tugas) memimpin (kata kerja

Menurut jenis kata, frase dibedakan:

-frase nominal (kata benda)


-frase verbal (kata kerja)
-frase adjektival (kata sifat)
-frase numeralia (kata bilangan)
-frase adverbial(kata keterangan)
-frase preposisional (kata depan)
Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat
walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausa mungkin tidak
tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. Sebuah
kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit terdiri
dari beberapa klausa dan satu klausa juga terdiri dari beberapa klausa.

Klausa sering kali di kontraskan dengan frasa. Sebuah kumpulan kata dikatakan sebagai
klausa apabila ia mempunyai Kata kerja finit dan subyeknya sementara sebuah frasa berisi
kata kerja finit namun tanpa subyeknya Frasa kata kerja, atau tidak berisi kata kerja. Sebagai
contoh kalimat "Aku tidak tahu kalau kamu membuat lukisan itu", "kamu membuat lukisan
itu" adalah klausa dan sebuah kalimat benuh sedangkan "lukisan itu" dan "membuat lukisan
itu" adalah sebuah frasa. Ahli Bahasa masa kini tidak membuat perbedaan seperti itu, mereka
menerima ide akan klausa non-finit, klausa yang di atur disekitar kata kerja non-finit.

1. Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah
kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan predikat, dan
berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi
untuk menjadi kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak
berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang
menjadi ciri kalimat.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel,
dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam
praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya
kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya :

(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.

Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa
(b) Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P,
diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat
penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.

2. Ciri-ciri Klausa
Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa terdapat satu
predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya
dikenai intonasi final; (3) dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat; (4)
klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat
dalam klausa tersebut; selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau
setiap fungsi sintaktis yang ada.

3. Jenis-jenis Klausa
Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu (1) kelengkapan unsur
internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap, (2) adatidaknya kata yang menegatifkan
P: klausa negative dan klausa positif, (3) kategori primer predikatnya: klausa verbal dan
klausa nonverbal, (4) dan kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah kalimat:
klausa mandiri, klausa tergabung.

a. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap


Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua yaitu,
klausa lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki unsur
internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur internalnya,
dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa susun biasa dan klausa lengkap susun balik.
Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P.
adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah klausa lengkap yang S-
nya berada di belakang P, misalnya :
(2) Tulisan Hendi sangat berbobot.
Klausa (2) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan Hendi
berada di depan P, sangat berbobot.
Klausa tak lenngkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa buntung
merupakan klausa yang unsure internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak terdapat
unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket.
Misalnya :
(3) terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu
Klausa (3) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya ditambah S,
misalnya ditambah frasa istri saya sehingga menjadi (3) Istri saya terpaksa berhenti bekerja
di perusahaan itu.

b. Klausa Negatif dan Klausa Positif


Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu klausa negatif dan klausa positif. Klausa negatif ialah klausa yang di
dalamnya terdapat kata negative, yang menegasikan P.menurut Ramlan (1987: 137), yang
termasuk kata negatif, yang menegasikan P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum. Berikut
ini adalah contoh klausa negative :
(4) Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya.
Klausa (4) merupakan klausa negatif karena terdapat kata tidak yang menegasikan
mengurus.

c. KLausa Verbal dan Klausa Nonverbal


Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada
konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal ialah
klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari golongan verbanya
klausa verbal dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan klausa verbal transitif. Klausa
verbal transitif ialah klausa yang mengandung verba transitif, dan klausa verbal intransitif
ialah klausa yang mengandung verba intransitif.
Contoh klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut :
(5) Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.
(6) Pengidap AIDS bertambah.
Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat dibedakan menjadi
(1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4) klausa resiprokal (Ramlan, 1987:
145-149). Klausa aktif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif aktif. Klausa pasif ialah
klausa yang P-nya berupa verba transitif pasif. Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya
berupa verba transitif reflektif, yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang mengenai
pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng- yang diikuti kata
diri. Adapun klausa resiprokal adalah klausa yang P-nya berupa verba transitif resiprokal,
yaitu verba yang menyatakan kesalingan.
Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa nonverbal masih
bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa adjektival, (3) klausa
preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa adverbial. Contoh:
(7) Yang kita bela kebenaran
(8) Budi pekertinya mulia
(9) Aku bagai nelayan yang kehilangan arah
(10) Yang dikorupsi 300 juta rupiah
(11) Kedatangannya kemarin sore

d. Klausa Mandiri dan Klausa Tergabung


Klausa mandiri merupakan klausa yang kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa
mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya :
(12) Merokok dapat menyebabkan kanker
Klausa tergabung
a) Klausa Mandiri
Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yan kehadirannya dapat berdiri sendiri.
Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya:
Merokok dapat menyebabkan kanker
Nirina sedang belajar
b) Klausa Tergabung
Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya untuk menjadi sebuah
kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klausa tergabung
dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa subordinatif. Contoh:
(1) Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan
dan janin.
(2a) Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu.
(2b) Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat menghadiri rapat.
Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam konatruksi (1) terdapat
klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam konstruksi (2) terdapat klausa-
klausa tergabung secara subordinatif.
Klausa Koordinatif
Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara. Dalam kalimat
plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa klausa koordinatif. Klausa tersebut
dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik dihubungka secara koordinatif oleh
penghubung-penghubung koordinatif dan, atau, tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya,
malahan, dan lain-lain.
Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral, (2) koordinasi kontrastif, (3) koordinasi
alternatif, (4) koordinasi konsekutif, yang berturut-turut dapat dilihat dalam contoh-contoh
kalimat berikut.
(1) Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa
(2) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannyajauh lebih sulit
(3) Saudara mau bekerja atau melanjutkan studi ke jenjang S-2?
(3) Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi perlu diangsur.
Klausa Subordinatif
Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat
plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa induk,
Klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa bawahan atau klausa sematan atau
klausa subordinatif. Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan
klausa terkandung.
Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural.
Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausa-klausa berbatasan:
(1) final, contoh
Irfan rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati.
(2) kausal, contoh
Rombogan Suciwati merasa kecewa karena tidak diperkenankan menjenguk Presiden
Soeharto
(3) kondisional, contoh
Jika diundang, ia mau datang.
(4) konsekutif, contoh
Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli mobil.
(5) konsesif, contoh
Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi.
(6) temporal, contoh
Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim memperkuat
Benfica.
Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi subordinatif seperti
agar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang berturut-turut dinamakan
sebagai klausa berbatasan.

Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya bersifat wajib.


Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung dapat
dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan klausa pemerlengkap.
Klausa pewatas
Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang kehadirannya berfungsi
mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang diikutinya. Contohnya ialah
beberapa klausa dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut:
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang
besar.
Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto yang
sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Klausa Pemerlengkap
Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klausa yang berfungsi
melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang terkandung dalam) verba matriks.
Klausa pemerlengkap dibedakan lagi menjadi: (1) klausa pemerlengkap preposisional, (2)
klausa pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap perbuatan.
Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut biasanya
berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu proposisi. Contoh:
Dokter berkata, ASI sangat baik untuk anak.
Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak.
Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM bidang sosial, tingkat wilayah B, pada
tanggal 22-23 Mei 2006 menjadi sorotan media kampus.
Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang menyatakan
proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa dan proses pada kalimat-
kalimat berikut.
Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari pekerjannya sudah
terduga sebelumnya.
Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah artikel) hanya diketahui
oleh para penulis.
Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang dilakukan,
klausa perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan yang mungkin dilakukan.
Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan,
mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Misalnya:
Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela
Zahra mendorong Ela
Prof. Dr. Fathur Rokhman mulai meneliti masalah itu pada tahun yang lalu
Prof. Dr. Fathur Rokhman meneliti masalah itu
Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh verba mencegah, menolak, gagal,
dan lupa. Misalnya:
Ayah mencegah kami membawa uang saku ke sekolah
Kami tidak membawa uang saku ke sekolah
Imron gagal mengikuti lomba
Imron tidak mengikuti lomba
Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat ditandai oleh verba bermaksud,
berniat, bertekad, merencanakan, menganjurkan, dan menyarankan. Misalnya:
Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang ke kampus
Farah memohon izin; Farah tidak memohon izin
Samdum mengajak Dian pergi ke Mal Ciputra
Dian pergi ke Mal Ciputra; Dian tidak pergi ke Mal Ciputra

SUMBER:
Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai