Anda di halaman 1dari 14

SINTAKSIS

(Kalimat)
Resume ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Kajian Kebahasaan

Dosen Pengampu : Ibu Dra Asri Susetyo Rukmi, M.pd

Disusun oleh

Dawamur Rozaq (22010644082)

KELAS 2022C
JURUSAN PENIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Resume Sintaksis (Kalimat)

A. Pengertian Kalimat

Menurut beberapa ahli :

1. Samsuri
Kalimat ialah untai berstruktur dari kata-kata.

2. Dardjowijojo
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang
utuh secara ketatabahasaan.

3. Cook
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa

4. Bloomfield
Pengertian Kalimat menurut Bloomfield adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak
termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu
konstruksi gramatikal

5. Hocket
Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang
bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam
konstruksi gramatikal lain. 

6. Lado
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari
ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana
(1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi
lengkap. 

7. Ramlan 
Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal
yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah
satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan
mengandung pikiran lengkap.

8. Alwi dkk
“Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dalam suara naik-turun dan keras-lembut
disela jeda, diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah
terjadinya perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun proses fonologis lainnya”.

9. Kridalaksana 
Pengertian kalimat menurut pendapat Kridalaksana (2001:92) kalimat sebagai
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final,
dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;  klausa bebas yang menjadi
bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa
atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal,
seruan, salam, dan sebagainya

10. Chaer
Menurut ahli tata bahasa tradisional di dalam buku Chaer (1994:240), “kalimat
adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap”.

B. Ciri-ciri Kalimat

1. Pada bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik(.), tanda
Tanya(?), serta tanda seru(!).
2. Kalimat aktif minimal terdiri dari subyek dan juga predikat.
3. Predikat transitif disertai dengan objek, predikat intransitive bisa disertai dengan
pelengkap.
4. Mengandung anggapan yang lengkap.
5. Menggunakan urutan yang logis di setiap kata maupun kelompok kata yang dimana
mendukung fungsi (SPOK) dan disusun ke dalam satuan sesuai dengan fungsinya.
6. Mengandung: satuan makna, ide, atas pesan yang jelas.
7. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat tersebut
disusun ke dalam satuan makna pikiran yang saling berkaitan. Hubungan dijalin
melalui konjungsi, pronominal/kata ganti, repetisi/struktur sejajar.
8. Memiliki lenih dari satu klausa
9. Diawali huruf besar ditiap awal kalimat.
10. Berwujud satu ide dengan makna utuh.

C. Unsur-unsur Kalimat

Gabungan kata dapat dianggap sebagai kalimat apabila memiliki unsur-unsur pembetuk
kalimat. Berikut ini unsur-unsur yang selalu terdapat pada sebuah kalimat, diantaranya:

1. S (Subjek)

Subjek sering disebut sebagai unsur inti atau unsur pokok pada sebuah kalimat,
biasanya berupa kata-kata benda dan biasanya terletak sebelum unsur Predikat.
Subjek adalah bagian yang berfungsi untuk menunjukkan pelaku dalam kalimat.
Pada umumnya subjek terbentuk dari kata benda (nomina) serta diletakkan di awal
kalimat. Tidak hanya kata, subjek juga bisa diisi dengan frasa ataupun klausa.
Dalam pengertian lain, Subjek adalah orang atau benda yang melakukan tindakan
atau yang dideskripsikan. Subjek didefinisikan sebagai membuat seseorang atau
sesuatu mengalami sesuatu. Subjek adalah kata benda. Ini bisa berupa benda atau
orang.
Ciri-ciri Subjek:

1. Mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa


Contoh :
a) Amel sedang bermain
b) Perusahaan itu telah maju pesat
2. Disertai kata itu
Contoh :
a) Rumah itu bagus.
b) Berenang itu menyehatkan.
3. Didahului kata bahwa
Contoh :
a) Bahwa dia tidak bersalah // telah dibuktikan
b) Bahwa masalah itu rumit // telah dibayangkan sebelumnya
4. Memiliki keterangan lebih lanjut dengan konjungsi
a) Mobil yang merah hati // akan dijual murah.
b) Tim bulu tangkis yang mengalami kekalahan itu tampak kecewa
sekali.
5. Tidak didahului Preposisi
Contoh:
a) Pada tabel di atas menunjukkan bahwa peningkatan jumlah
penduduk mencapai 5% per tahun. Tabel di atas menunjukkan
bahwa peningkatan jumlah penduduk mencapai 5% per tahun.

b) Kepada mahasiswa yang belum melunasi uang kuliah harap segera


menghubungi bagian adminstrasi. Mahasiswa yang belum melunasi
uang kuliah harap segera menghubungi bagian adminstrasi.

2. P (Predikat)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan predikat adalah bagian nama,


gelar kehormatan, dan yang dikenakan pada subjek. Predikat adalah pelengkap dari
subjek. Predikat yaitu unsur yang fungsinya menerangkan yang sedang dilakukan
subjek pada kalimat. Predikat biasanya menggunakan kata kerja ataupun kata sifat.
Namun, tidak hanya itu saja loh, predikat juga dapat diisi dengan kata sifat dan kata
benda. Letak predikat, yaitu berada di antara subjek dan objek. Nah, cara untuk
mengetahui predikat dalam kalimat, kamu dapat memberikan pertanyaan
“mengapa” dan “bagaimana” pada kalimat tersebut.

Ciri-ciri Predikat :

1. Jawaban pertanyaan mengapa atau bagaimana.


2. Kata adalah atau ialah.
3. Dapat diingkarkan.
4. Dapat disertai kata-kata aspek dan modalitas.

3. O (Objek)

Objek adalah komponen darai struktur kalimat sederhana. Biasanya, objek adalah


kata yang terletak setelah predikat. Biasanya, objek adalah kata
benda yang mengalami atau menjadi penderita dari subjek. Dalam kalimat
yang umum, objek adalah bagian wajib yang harus ada. Pada kalimat pasif objek
menjadi subjek. Dengan posisinya yang berada di belakang predikat, maka objek
tidak didahului oleh preposisi. Pada umumnya, objek itu diisi oleh kelas kata
nomina, frasa nomina, atau klausa.

4. K (Keterangan)

Keterangan pada suatu kalimat terletak di bagian akhir. Unsur keterangan biasanya
di jadikan pelengkap kalimat. Keterangan bisa diisi oleh frasa, kata, atau anak
kalimat. Keterangan yang berupa frasa akan ditandai dengan preposisi ke, di, dari,
pada, dalam, kepada, terhadap, untuk, oleh, dan  tentang. Sedangkan keterangan
yang berupa anak kalimat ditandai dengan preposisi karena, ketika, jika, meskipun,
supaya, dan sehingga.

Ciri-ciri Keterangan :
1. Bukan unsur utama
2. Tidak terikat posisi

5. Pelengkap

Meskipun berfungsi hanya melengkapi kalimat, pelengkap adalah unsur yang


melengkapi predikat. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pelengkap posisinya
berada di belakang predikat. Namun, posisinya yang berada di belakang predikat
terkadang agak menyulitkan untuk membedakannya dengan objek. Ada satu cara
yang dapat kamu lakukan untuk mengidentifikasinya.

D. Jenis-Jenis Kalimat 

Ditinjau dari susunannya, jenis kalimat dapat dibagi menjadi beberapa macam.
Diantaranya adalah: 

1. Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas tiga jenis yaitu kalimat
tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Unsur inti kalimat
tunggal adalah subjek dan predikat. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk tiap
unsur kalimat, seperti subjek dan predikat merupakan satu kesatuan. Dalam
kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib dan juga unsur manasuka, seperti
keterangan waktu, tempat, dan alat. Dengan demikian kalimat tunggal tidak selalu
dalam wujud yang pendek tetapi juga dalam wujud yang panjang.. Contoh:
Dia datang dari Jakarta.

(S)     (P) (Ket)

Dunia meratapi musibah ini.

(S)           (P)          (O)

Dia sedang menulis surat di kamar.

(S)         (P) (O)        (Ket)

Kakekku masih gagah.

(S)                   (P)

Mereka bergembira sepanjang hari.

(S)                 (P)        (Ket)

b. Kalimat Bersusun

Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan
sekurang-kurangnya satu klausa terikat. Kalimat bersusun sering juga
dinamakan kalimat majemuk bertingkat atau kalimat majemuk subordinat.
Disebut kalimat bersusun karena dapat dianggap adanya lapisan atau tersusun,
yaitu bagian utama dan bagian bawah. 

Disebut bertingkat karena bagian-bagiannya memperlihatkan tingkatan yang


tidak sama, ada bagian induk dan bagian anak. Dipandang sebagai subordinasi
karena bagian yang satu bergantung dari bagian yang lain. Klausa-klausa yang
membentuk kalimat bersusun (bertingkat) ini tidak setara, ada klausa utama
(Klut) dan klausa subordinat (Klsub).

Untuk menggabungkan klausa-klausa yang tidak setara itu, digunakan


konjungsi subordinatif seperti; kalau, ketika, meskipun, atau karena. Contoh:

(Klut)      (Klsub)

Dina tidak mencuci baju karena hari hujan.

(Klut)        (Klsub)

Kalau Kakak pergi, Adik pun akan pergi.

(Klut)           (Klsub)

Rima membaca majalah, ketika ayah tidur.


(Klut)            (Klsub)

Meskipun dilarang oleh Ibu, Lina akan pergi juga.

(Klut)        (Klsub)

Karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan.

c. Kalimat Majemuk

E. Zaenal Arifin (2009:54) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan Bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat lisan) dan secara
aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Hal itu sejalan dengan pandangan
Verhaar (1996:275) yang menyatakan bahwa Kalimat majemuk adalah kalimat
yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Sementara itu, Kridalaksana (1984:164);
Tarigan (1986:14) mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri atas beberapa klausa bebas. Selanjutnya, Sudaryanto dkk. 1991: 62)
mengatakan bahwa kalimat majemuk dibentuk dengan satuan lingual yang
berpotensi menjadi kalimat tunggal, seperti halnya dengan kata majemuk dibentuk
dengan satuan lingual yang berpotensi menjadi kata leksikal. Kemiripan itu
memberi petunjuk bahwa dalam pembentukan kalimat majemuk pun ada cara-cara
tertentu yang ditempuhnya. Suatu bentuk kalimat dapat ditentukan sebagai kalimat
majemuk apabila kalimat itu dapat dipilah menjadi dua klausa atau lebih tanpa
mengubah informasi atau pesannya (Sudaryanto dkk., 1991:158).

Kesimpulannya, kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk dari beberapa


klausa bebas. Kalimat majemuk sering pula disebut kalimat setara. Karena
klausa-klausa yang membentuknya memiliki status yang sama, setara atau
sederajat. Klausa-klausa yang setara dalam kalimat majemuk dihubungkan
dengan konjungsi koordinatif, seperti; dan, atau, tetapi, lalu. Contoh:

( Kl bebas) ( Kl bebas)              ( Kl bebas)

Rini melirik, Rahmat tersenyum dan Tini tertawa.

( Kl bebas)                       ( Kl bebas)

Dia membuka pintu, lalu mempersilakan kami masuk.

( Kl bebas)                 ( Kl bebas)

Nadiyah datang dan duduk di sebelah saya.

2. Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Subjeknya


Berdasarkan fungsi subjeknya, jenis kalimat dibagi menjadi dua macam yaitu ada
kalimat aktif dan juga  kalimat pasif. Berikut penjelasan mengenai kalimat aktif dan
kalimat Pasif

a. Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat di mana subjeknya merupakan pelaku atau


melakukan perbuatan. Kalimat aktif adalah suatu kalimat yang subjeknya (S)
melakukan tindakan yang diungkapkan dalam predikat (P) terhadap objeknya
(O).

Ciri – ciri kalimat aktif

1. Subjek kalimat ini melakukan tindakan langsung terhadap objeknya.


2. Predikatnya selalu diawali dengan imbuhan me- atau ber-.
3. Memiliki pola S P O K, S P O atau S P K

Contoh:

Kakak  menyiram bunga di taman.

S              P                    K

Adik membaca   buku.

  S              P         O

Polisi   menangkap   penjahat      kemarin malam.

 S              P                         O                        K

Kalimat aktif juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan


objeknya.

1) Kalimat Aktif Transitif (Kalimat aktif berobjek)

Kalimat ini adalah kalimat yang predikat atau verbanya selalu membutuhkan
objek untuk dikenai tindakan. Kalimat ini selalu memiliki kata kerja yang selalu
memerlukan objek, dan biasanya kata kerjanya memiliki imbuhan me-, menye-,
atau menge- Contoh: memukul, memberi, menyeberangkan, mengelompokkan,
dan lain – lain.

Contoh kalimat:

Ridho memukul anjing itu hingga kesakitan.

S          P             O          K

Ayah  memberi  adik  sebuah buk.


S      P        O        pel

Anak itu  menyebrangkan  nenek  yang berdiri di pinggir jalan.

S                 P                      O                pel

Guru mengelompokan anak muridnya ke dalam beberapa kelompok.

    S     P            O                         K

2) Kalimat Aktif Intransitif (Kalimat aktif tidak berobjek)

Kalimat aktif ini adalah kalimat yang predikat atau verbanya tidak memerlukan
objek. Namun, biasanya kalimat ini selalu diikuti dengan pelengkap (pel), dan
keterangan (K). Predikat pada kalimat ini biasanya kata kerja yang diberi
imbuhan ber – dan ter -. Contoh: bekerja, belajar, berlari, berterimakasih,
tertawa, tertidur, dan lain – lain.

Contoh kalimat:

Pamanku  bekerja  di bandara.

  S      P                      K

Aku  belajar  dengan  sangat giat.

   S          P             K

Rudi  berterimakasih  kepada Dani.

  S            P              pel.

Adik  tertidur  di kursi.

   S         P       K

3) Kalimat Aktif Ekatransitif

Kalimat ini adalah kalimat aktif yang hanya memiliki 3 unsur kalimat yaitu,
Subjek (S), Predikat (P), dan Objek (O).

Contoh:

Dina  meminjam   sebuah buku.

    S            P               O

Burung itu   memakan   cacing.


    S                      P               O

4) Kalimat Aktif Dwitransitif

Kalimat ini adalah kalimat aktif yang harus memiliki 4 unsur kalimat, yaitu
Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), da Pelengkap (pel.)

Contoh:

Aku  melihat  gadis  yang berambut pirang itu

 S         P            O               pel.

Kakak  menggendong  kucing  yang dia temui di jalanan.

  S               P               O          pel.

Ani  membeli  bunga mawar asli dari afrika.

  S          P       O                    pel.

b. Kalimat Pasif

Kalimat pasif yang merupakan kalimat yang terdapat subjek yang melakukan
pekerjaan dengan ciri-ciri utama menggunakan imbuhan di-, ke-an, dan ter-
dalam kata kerja yang disematkan dalam kalimat pasif.  Kalimat pasif ini juga
dapat dibedakan berdasarkan predikatnya menjadi kalimat pasif dengan predikat
sebagai tindakan dan kalimat pasif dengan predikat sebagai keadaan. 

Ciri – ciri kalimat pasif

1. Subjeknya dikenai tindakan oleh objek.


2. Kata kerjanya selalu berimbuhandi-, ke – anatau ter-.
3. Biasanya diikuti dengan kata oleh, dan dengan.

Kalimat pasif ini juga dapat dibedakan berdasarkan subjek yang digunakan
menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Kalimat Pasif Transitif


Kalimat pasif transitif merupakan kalimat pasif yang dilengkapi dengan
objek kalimat, baik objek tersebut dilengkapi dengan keterangan/pelengkap
ataupun tidak. Adapun pola dasar kalimat ini adalah O-P-S atau O-P-S-K.
Contoh kalimat:

Bubur dimasak ibu


O  P      S
Sepeda diperbaiki paman kemarin ketika sedang tidak bekerja
O       P               S        K
Batu dilempar Tono.
O           P            S

2) Kalimat Pasif Intransitif


Kalimat pasif intransitif adalah  kalimat pasif yang tidak memiliki objek.
Jenis kalimat pasif ini dapat diidentifikasi apakah kalimat ini bisa berubah
menjadi kalimat aktif atau tidak. Adapun pola dasar kalimat ini adalah S-P
atau S-P-K. 
Contoh kalimat: 

Buah dijual di pasar pagi. 


S   P    K

Andi terjatuh.
S          P

Kotak makan itu tertinggal di kelas.


S       P            K

Semua pertanyaan dijawab dengan benar.


S                 P        K

3. Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapannya.


Berdasarkan pengucapannya, kalimat bisa dibagi menjadi kalimat langsung dan
kalimat tidak langsung.

a. Kalimat Langsung 
Kalimat langsung adalah kalimat yang langsung diucapkan oleh seorang
pembicara. Menurut Kosasih (2017), menyatakan bahwa kalimat langsung
merupakan kalimat yang secara cermat menirukan sesuatu yang telah diujarkan
oleh seseorang. Biasanya pada bagian kutipan akan berupa kalimat tanya, kalimat
berita, maupun kalimat perintah. Lalu, Asul Wiyanto (2019) juga turut
berpendapat mengenai definisi dari kalimat langsung yakni kalimat yang
memberitahukan bagaimana ucapan yang telah dikatakan oleh orang ketiga seperti
apa adanya. Apabila perkataan tersebut ditulis, maka ucapan aslinya akan diapit
oleh tanda petik dua. Tanda petik digunakan untuk membedakan kalimat kutipan
dengan kalimat yang menjelaskan kutipan itu. Selain itu, huruf pertama dalam
kalimat langsung juga harus menggunakan huruf kapital. Didalam kalimat yang
menggunakan petikan dengan kalimat pengiringnya dipisahkan menggunakan
tanda baca koma (,). Contoh kalimat: 

1. Rani mengatakan, “Aku akan mendapatkan apa yang aku mau!”


2. Ibu berkata,”Dimanakah kamu semalam tidak pulang?”
3. Rian bertanya, “Apa yang kau mau?”

b. Kalimat tidak langsung 


Dalam pengertian sederhana, kalimat tidak langsung adalah kalimat yang
menceritakan kembali sesuatu yang diujarkan orang.Dalam pengertian lengkap,
kalimat tidak langsung adalah kalimat yang digunakan untuk menceritakan
kembali pokok ucapan seseorang tanpa perlu mengutipnya sama persis seperti
ucapan aslinya. Kalimat ini terdiri dari lebih dari satu klausa dan dihubungkan
dengan kata tertentu seperti bahwa, jika, dll. Kalimat tidak langsung
penulisanya tidak menggunakan tanda petik. Intonasi yang digunakan kalimat
tidak langsung yaitu datar dan terkesan menurun pada bagian akhir kalimat.

Ciri-ciri kalimat tidak langsung


1. Tidak menggunakan tanda petik ("...") jika ditulis.
2. Adanya perubahan kata ganti orang.
3. Intonasinya mendatar dan menurun pada akhir kalimatnya.
4. Menggunakan kata hubung tugas seperti, agar, bahwa, untuk, supaya,
sebab, tentang, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat tidak langsung: 

1. Kakek berkata kepadaku bahwa aku haru menjadi anak yang pandai.
2. Ibu guru mengatakan kepadaku bahwa aku harus rajin belajar.
3. Ketua kelompok mengucapkan terima kasih karena kalian sudah datang
pada acara kunjungan.
4. Rna mengatakan kepadaku bahwa nanti malam ia akan kerumahku untuk
belajar bersama
5. Ibu berkata kepadaku bahwa aku tidak boleh bermain terlalu larut malam.

4. Jenis-jenis kalimat menurut tujuan :


Berdasarkan tujuan kalimat, tujuan kalimat dibedakan menjadi 4, yakni kalimat
deklaratif, interogatif, perintah, dan seruann.

a. Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang
memberikan sebuah pernyataan atau informasi.
Ciri-ciri kalimat deklaratif adalah tidak terdapat kata tanya, seperti apa, siapa,
kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana. Selain itu, tidak juga mengandung
kata ajakan, seperti ayo, silahkan, dan sebagainya.
Contoh :
1. Wilayah Indonesia terbentang dari Sabang hingga ke
Merauke.
2. Pagi ini, para mahasiswa yang terlibat tawuran ditangkap oleh
polisi.

b. Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif adalah kalimat yang berisi pertanyaan yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi. Selain itu kalimat interogatif juga diartikan
sebagai kalimat yang digunakan untuk menanyakan sesuatu dalam teks
negosiasi.
Contoh :
1. Siapa yang menjemput kakak pagi ini?
2. Apakah adik sedang sakit?

c. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi permintaan/menyuruh orang lain
untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Sebab itu perintah meliputi
suruhan yang keras hingga ke permintaan yang sangat halus.
Contoh :
1. “Berdirilah !”
2. “Tolong, ambilkan minumku”
d. Kalimat Seruan
Kalimat seruan, adalah kalimat yang bertujuan untuk mengungkapkan ekspresi
yang ada di dalam diri seseorang, entah itu kekaguman, kemarahan,
kekecewaan, perintah, dan lain sebagainya.
Contoh :

1. “Awas, itu berbahaya!”


2. “Aduh, koper ini tertukar”
Sumber Referensi :

Alwi dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Chaer. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.

Krisdalaksana Harimurti (1985). Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia Sintaksis.


Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT.Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis.
Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Kushartanti dkk.2005 .Pesona B

Samsuri (1985). Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Sastra Hudaya.

Ramlan (1997). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta : CV. Karyono.

Anda mungkin juga menyukai