Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.Adapun makalah ini dikerjakan untuk memenuhi Mata Kuliah
“Lingusitik Mikro”.
Penulis berharap, dengan adanya makalah ini kiranya dapat bermanfaat bagi
pembaca,agar pembaca dengan mudah memahami dan mengerti mengenai “Frasa dan
Klausa”.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-kata yang
kurang berkenan. Dalam kesempatan ini penulis juga berharap agar pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun agar menjadi lebih baik lagi.Semoga makalah ini berguna
dan bermanfaat bagi kita yang membacanya.
Medan,Oktober 2023
Penulis
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...…………………………………………………………………..........i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
A.Pengertian Frase dan Klausa................................................................................................2
B.Jenis-Jenis Frase Dan Klausa................................................................................................3
C.Ciri-Ciri Frasa dan Klausa....................................................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
A.Kesimpulan.............................................................................................................................9
B.Saran........................................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah unit bahasa
salah satu nya adalah klausa, frase
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai
berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang diirangkai, dijalin sedemikian rupa,
sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan
memelihara kerjasamanya dengan orang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian frase dan klausa
2. Apa saja jenis-jenis frase dan klausa
3. Apa saja ciri-ciri frase dan klausa
C. TUJUAN
1.Untuk mengetahui apa pengertian frase dan klausa
2.Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis frase dan klausa
3.Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri frase dan klausa
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Frase
Frasa adalah satuan tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi. Dengan kata lain, frase atau kelompok kata yang di sebut juga sebagai
kontruksi sintaksis yg terdiri atas bentuk bebas yg lebih kecil yang membentuk satu kesatuan
dalam pembentukan kalimat. Misalnya, dalam frasa rumah ayah muncul makna baru yang
mengatakan milik, dalam frase rumah tinggal, muncul makna baru menyatakan untuk tinggal
atau tempat tinggal. Dan contoh yang satu ini terdapat tiga kata, yaitu gedung sekolah itu adalah
frase yang terdiri atas tiga kata.Untuk dapat menentukan unsur frase tersebut harus di lihat
apakah kata itu berkaitan dengan kata gedung atau dengan kata sekolah, apa bila kata itu
berkaitan dengan kata gedung, frase tersebut terdiri atas dua unsur, yaitu unsur gedung, unsur
itu. Sebaliknya, apabila kata itu tentang dengan kata seekolah, frase gedung sekolah itu terdiri
atas dua unsur pula, yaitu unsur gedung dan unsur sekolah itu.Frasa merupakan gabungan dua
kata atau lebih yang bersifat nononpredikatif,, artinya tidak terdapat predikat. Sering juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.
Contoh lain dari frasa:
1) Nasi goreng
2) Anak emas
3) Rumah megah
4) Baru pulang
Satuan bahasa nasi goreng, anak emas, rumah megah, dan baru pulang adalah frasa tidak
membentuk hubungan subjek dan predikat.
2.Pengertian Klausa
Klausa adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang mengandung unsur subjek dan
predikat. Klausa disebut juga sebagai rentetan kata berkonstruksi predikatif, yaitu konstruksi
yang mengandung unsur predikat. Secara umum klausa terdiri dari S, P, O, KET, dan PEL,
namun tidak semua unsur itu selalu ada pada klausa. Inti klausa terdapat pada S dan P. karena
kedua unsur ini tidak pernah lepas dari Klausa. Jika boleh, kami dapat mengatakan demikian.
Inti dari kalimat adalah Klausa. Klausa minimal terdiri dari unsur S dan P karena pada
umumnya klausa terbangun dari kedua unsur ini. namun Klausa juga memiliki inti utama yang
tidak boleh penghapusan unsur P. Jika klausa tidak memiliki unsur P, maka kalimat itu tidak
dapat dikatakan sebagai klausa. Dengan kata lain kalimat itu dapat dikatakan kalimat yang tidak
berklausa.Didalam klausa tidak terdapat intonasi final. Intonasi final itu berupa tanda baca.
3
B.Jenis-Jenis Frase Dan Klausa
1. Jenis-Jenis Frase
a. Frasa nominal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata benda. Dapat berfungsi
menggantikan kata benda.
Contoh: buku tulis, lemari besi, ibu bapak
b. Frasa verbal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata kerja. Dapat berfungsi
menggantikan kedudukan kata kerja dalam kalimat.
Contoh: sedang belajar, akan datang belum muncul
e. Frasa ajektiva, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata sifat.
Contoh: cukup pintar, hitam manis, agak jauh
d. Frasa preposisional, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata depan.
Contoh: di rumah, dari Bandung, ke pantai
a. Frasa endosentris, yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi diterangkan (D) dan
menerangkan (M) atau menerangkan (M) dan diterangkan (D).
Contoh: anak ayam (DM), dua orang (MD)
1) Frasa atributif, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan pola DM atau MD.
Contoh: ibu kandung (DM), seorang anak (MD)
2) Frasa apositif, yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan
kedudukan unsur intinya (pola diterangkan).
Contoh: Farah si penari ular sangat cantik
D M
3) Frasa eksosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas.
Contoh: dari Bandung, kepada teman
4
a.Frasa biasa, yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna sebenarnya (denotasi).
Contoh: ayah membeli kambing hitam
b.Frasa idiomatik, yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru
atau makna yang bukan sebenarnya (makna konotasi).
Contoh: Pak Aldin banting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya
c.Frasa ambigu, yaitu kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud
kalimat.
Contoh: Perusahaan pakaian itu milik perancang busana wanita terkenal
Frasa perancang busana wanita menimbulkan pengertian ganda:
(1) Perancang busana wanita berjenis kelamin wanita
(2) Perancang busana yang menciptakan model baju untuk wanita
2.Jenis-Jenis Klausa
Sedangkan Klausa positif merupakan kebalikan dari klausa negatif. Artinya, pada
bagian predikat tidak terdapat kata-kata negatif seperti tidak, bukan, jangan, tak, atau sejenisnya
Contoh: Dia berhasil melakukan nya dengan baik.
6
sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klusa tergabung
dapat berupa klusa koordinatif, atau klausa subordinatif.
Contoh:
(1) Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan
dan janin.
(2a) Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu.
(2b) Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat menghadiri rapat.
Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam konstruksi (1) terdapat
klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam konstruksi (2) terdapat klausa-
klausa tergabung secara subordinatif.
Klausa Koordinatif
Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara. Dalam
kalimat plural atau majemuk setara, semua kusanya berupa klusa koordinatif. Klausa tersebut
dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik dihubungkan secara koordinatif oleh
penghubung-penghubung koordinatif dan atau, tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya,
malahan, dan lain-lain.
Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral, (2) koordinasi kontrastif, (3)
koordinasi alternatif, (4) koordinasi konsekutif, yang berturut-turut dapat dilihat dalam contoh-
contoh kalimat berikut.
(1) Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa
(2) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannya jauh lebih sulit
(3) Saudara mau bekerja atau melanjutkan studi ke jenjang S-2?
(4) Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi perlu diangsur
Klausa Subordinatif
Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam
kalimat plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa induk,
Klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa bawahan atau klausa sematan atau klausa
subordinatif. Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan klausa
terkandung. Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam
kalimat plural. Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu
klausa-klausa berbatasan:
(1) final,
contoh
Irfan rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati.
(2) kausal,
contoh
Rombongan Suciwati merasa kecewa karena tidak diperkenankan menjenguk presiden
Soeharto
(3) kondisional,
contoh
Jika diundang, ia mau datang
7
(4) konsekutif,
contoh
Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli mobil
(5) konsesif,
contoh
Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi
(6) temporal, contoh
Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim memperkuat
Benfica
Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi subordinatif seperti
agar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang berturut-turut dinamakan sebagai
klusa berbatasan.
Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya bersifat wajib.
Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung dapat
dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan klausa pemerlengkap.
a. Klausa Pewatas
Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang kehadirannya
berfungsi membatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang diikutinya. Contohnya ialah
beberapa klausa dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut:
1) Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar.
2) Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto yang
sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
b. Klausa Pemerlengkap
Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klusa yang berfungsi
melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang terkandung dalam) verba matriks.
Khusa pemerlengkap dibedakan lagi menjadi (1) klausa pemerlengkap preposisional, (2) klausa
pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap perbuatan.
Klusa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut biasanya
berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu proposisi Contoh:
1) Dokter berkata, "ASI sangat baik untuk anak."
2) Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak.
3) Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM bidang sosial, tingkat wilayah B.
pada tanggal 22-23 Mei 2006 menjadi sorotan media kampus.
Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klusa yang menyatakan
proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa dan proses pada kalimat-
kalimat berikut:
1) Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari pekerjannya
sudah terduga sebelumnya.
2) Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah artikel) hanya
diketahui oleh para penulis.
Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang
8
dilakukan, klausa perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan yang mungkin
dilakukan.Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan
mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Misalnya:
1) Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela
2.Ciri-Ciri Klausa
Sama seperti frasa tentunya klausa juga memiliki ciri-ciri yang berfungsi untuk
membantu kita mengidentifikasinya. ciri-ciri klausa adalah
1) Dalam sebuah klausa hanya terdapat satu predikat saja dan tidak lebih
2) Klausa dapat berubah menjadi sebuah kalimat jika diimbuhi intonasi akhir.
3) Klausa merupakan bagian dari sebuah kalimat jika kalimat itu adalah kalimat plural
4) Klausa bersifat meluas jika ditambahkan dengan atribut-atribut khusus yang belum
terdapat pada klausa tersebut
9
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa
Frasa adalah satuan tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi. Dengan kata lain, frase atau kelompok kata yang di sebut juga sebagai
kontruksi sintaksis yg terdiri atas bentuk bebas yg lebih kecil yang membentuk satu kesatuan
dalam pembentukan kalimat..Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nononpredikatif,, artinya tidak terdapat predikat. Sering juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.
Sedangkan klausa adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang mengandung unsur
subjek dan predikat. Klausa disebut juga sebagai rentetan kata berkonstruksi predikatif, yaitu
konstruksi yang mengandung unsur predikat. Secara umum klausa terdiri dari S, P, O, KET,
dan PEL, namun tidak semua unsur itu selalu ada pada klausa.
B.Saran
Dengan adanya pembahasan diatas, para pembaca dapat menambah wawaun dan ilmu
pengetahan lebih luas lagi selain itu dapat menjadi bekal dalam pemakaian Bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari- hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan
kemampuan berbahasa.
10