Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FRASA

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Oleh :

KELOMPOK 1

ISMAIL P. LANGODAY 1551041022


MUHAMMAD BASO RAMDHAN 200501502013
MUH ALIF PUTRA NIGARA 200501501008
NURASIA ASIS 200501502009
RISKA NURVIA 200501501007

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah. dan lnayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan makalah Sintaksis Bahasa Indonesia yang berjudul
"Frasa" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan
dengan dukungan berbagai pihak sehingga dapat memperlancarkan kami
dalam penyusunannya. Namun tidak lepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarya
pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan
semoga dari makalah ini mengambil manfaat dan besar keinginan kami
dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan
lainnya pada makalah-makalah selanjutnya.

Makassar, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2

A. Pengertian Frasa.................................................................................................2

B. Frasa Endosentris................................................................................................3

C. Frasa Eksosentris................................................................................................5

BAB III PENUTUP...........................................................................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................................8

B. Saran.....................................................................................................................8

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan
seperti fonem, morfem, frasa, klausa atau kalimat dianalisis oleh
subbidang analisis masing-masing. Satuan bahasa itu akan
diidentifikasi menurut kategori fungsi dan makna. Oleh karena itu
munculah subbidang analisis sintaksis. Sintaksis menjadikan frasa,
klausa, kalimat, dan wacana sebagai objek analisis. Sintaksis itu
sendiri adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur
frasa dan kalimat. Berdasarkan keterangan di atas dan pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu linguistik
yang mempelajari struktur tata bahasa kalimat, klausa, dan frasa.
Sintaksis menyelidiki hubungan semua kelompok kata atau
antarfrasa-antarfrasa dalam satuan-satuan sintaksis itu. Sintaksis
mempelajari hubungan gramatikal di luar kata, tetapi di dalam satuan
yang disebut kalimat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan frase


2. Apa itu endosentris
3. Apa itu eksosentris

C. Tujuan Pembahasan

Untuk mengetahui tentang pengertian frase dan hubungan fungsi


dalam frasa: endosentris dan eksosentris.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Frasa

Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang tidak terdiri dari subjek dan predikat (nonpredikatif). Satuan
gramatikal akan menulis dan menyampaikan berita merupaka frase
karena anggota pembentuk satuan bahasa tidak menjabat subjek dan
juga tidak menjabat predikat. Istilah lain yang sering digunakan dalam
linguistik Indonesia adalah kelompok kata.
Menurut Ramlan (1985), frase adalah satuan gramatik yang terdiri
dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur
klausa. Yang dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah
unsur S, P, O, pelengkap dan keterangan.
Contoh, Eka sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri
dari beberapa fungsi yaitu, Ekamenduduki fungsi S, sedang
membaca menduduki fungsi P, majalah menduduki fungsi O dan di
ruang tamu menduduki fungsi keterangan.
Sedangkan menurut Kridalaksana (1984), frasa ialah gabungan
dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat
rapat, dapat renggang; misalnya gunung tinggi adalah frasa karena
merupakan konstruksi non-predikatif. Dari kedua pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa ciri utama frasa ialah:
 Gabungan dua kata atau lebih, dan
 Gabungan kata-kata dalam suatu frasa tidak bersifat predikatif.
Frasa tidak dibatasi oleh jumlah kata atau panjang-pendeknya
satuan. Frasa bisa terdiri dari dua kata, tiga kata, empat kata, lima
kata, enam kata, dan seterusnya. Seperti contoh-contoh berikut:
1. Buku saya ;
2. Buku sejarah saya ;
3

3. Buku pelajaran sejarah saya ;


4. Buku sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

B. Frasa Endosentris

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), frasa endosentris


adalah frasa yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang
sama dengan salah satu konstituennya.
Frase endosentris (endosentric phrase) ialah frase yang
keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan
salah satu unsurnya. (Kridalaksana, 1984). Frase endosentris adalah
frase yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
perilaku salah satu komponennya (Zaenal Arifin dan Junaiyah
2008:20-21). Artinya adalah salah satu komponennya dapat
menggantikan kedudukan keseluruhannya.
Menurut Parera (1991), frase endosentris ialah frasa yang satuan
konstruksinya berfungsi sama dengan salah satu anggota
pembentuknya. Sedangkan menurut Ramlan, frase endosentris
adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan
1985:142).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa gabugan kata seperti: baik sekali, sebuah mangga, saban
bulan, dan hampir terbenam, tergolong ke dalam jenis frase
endosentris. Unsur-unsur atau satuan-satuan konstruksi dalam
gabungan-gabungan kata tersebut berfungsi sama dengan salah satu
anggota pembentuknya masing-masing. Frase endosentris dapat
dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Frase Endosentris Koordinatif, Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008),
frase koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak, yang
secara potensial komponennya dapat dihubungkan dengan partikel
dan, ke, atau, tetapi, ataupun konjungsi korelatif, seperti baik …
maupun dan makin … makin (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:25).
Kategori frase koordinatif sesuai dengan kategori komponennya.
4

Contoh: (a) Kaya atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan
miskin, dari, untuk, dan oleh rakyat, untuk dan atas nama klien; (b)
Baik merah maupun biru, entah suka entah tidak suka, makin pagi
makin baik, makin tua makin bermutu. Perhatikan bahwa kata yang
dapat digabungkan hanya kata yang berkategori sama, seperti
merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak) suka, dan pagi-baik. Dan jika
tidak menggunakan partikel, gabungan itu disebut frase parataktis,
seperti  tua muda, besar kecil, hilir mudik, keluar masuk, pulang
pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak, dan kaya miskin.
2. Frase Endosentris Atributif, berbeda dengan endosentrik
koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan
dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya:
a. Pembangunan lima tahun
b. Sekolah Inpres
c. Buku baru
d. Pekarangan luas
e. Orang itu
f. Malam ini
Kata-kata yang dicetak miring dalam frase-frase diatas, yaitu kata
pembangunan, sekolah, buku, pekarangan, orang, malam,
merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik
merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainnya
merupakan atribut (Atr).
3. Frase Endosentris Apositif, frase apositif adalah frase yang
unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat
dihubungkan dengan kata dan atau atau. Menurut Zaenal Arifin
dan Junaiyah (2008), frase apositif adalah frase endosentris
berinduk banyak yang secara luar bahasa komponennya menunjuk
pada wujud yang sama.Frase ini memiliki sifat yang berbeda
dengan frase endosentrik yang koordinatif dan yang atributif.
5

Dalam frase endosentrik yang koordinatif unsur-unsurnya dapat


dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau, dan dalam
endosentrik yang atributif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan
dengan kata penghubung dan atau atau. Dalam frase Surti anak
pak Tejo unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata
penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu
dalam hal ini unsur anak pak Tejo, sama dengan unsur lainnya,
yaitu sama dengan unsur Surti. Karena sama, unsur anak pak Tejo
dapat menggantikan unsur Surti. Contoh : Surti sedang belajar,
artinya sama dengan anak pak Tejo sedang belajar. Unsur Surti
merupakan UP, sedangkan unsur anak pak Tejo merupakan
aposisi (Ap).

C. Frasa Eksosentris

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), frasa eksosentris


adalah frasa yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis
yang sama dengan salah satu konstituennya.
Menurut Kridalaksana (1984), frase eksosentris (exocentris phrase)
ialah frase yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis
yang sama dengan salah satu unsurnya (konstituennya); frase ini
mempunyai dua bagian, yang pertama disebut perangkai berupa
preposisi atau partikel lain si atau partikel yang dan yang kedua
disebut sumbu berupa kata atau kelompok kata.
Sedangkan menurut Ramlan, frase eksosentris adalah frase yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya
(Ramlan 1985:142). Jadi, gabungan-gabungan kata seperti: di rumah,
ke sekolah, yang tidur terus, dan tentang linguistik, tergolong jenis
frase eksosentris. Konstituen di, ke, yang, dan tentang, pada frase-
frase itu merupakan perangkai; sedangkan konstituen rumah, sekolah,
tidur terus, dan linguistik, pada frase-frase itu merupakan sumbu.
Berdasarkan struktur internalnya, frase eksosentris ini disebut juga
relater-axis atau frase relasional. Dan berdasarkan posisi penghubung
6

yang mungkin terdapat di dalamnya, maka frase eksosentris atau


frase relasional dapat dibagi atas :
1. Frase Preposisi, frase preposisi adalah frase yang
penghubungnya menduduki posisi di bagian depan (Tarigan
1984:94). Pada umumnya frase proposisional berfungsi sebagai
keterangan. Pada dasarnya, frase preposisi menunjukkkan makna
berikut :
 ’tempat’, seperti di pasar dan pada dinding
 ’asal arah’, seperti dari kampung, dari sekolah
 ’asal bahan’, seperti (cincin) dari emas, (kue) dari tepung
beras
 ’tujuan arah’, seperti ke pasar, ke kampus
 ’menunjukkan peralihan’, seperti kepada saya,(percaya)
terhadap Tuhan
 ’perihal’, seperti tentang ekonomi, (terkenang) akan
kebaikannya
 ’tujuan’, seperti untukmu, buatku
 ’sebab’, seperti karena, lantaran, sebab, gara-gara (kamu)
 ’penjadian’, seperti oleh karena, untuk itu
 ’kesertaan’, seperti denganmu, dengan ayah
 ’cara’, seperti dengan baik, dengan senang
 ’alat’, seperti cangkul, dengan traktor
 ’keberlangsungan’, seperti sejak kemarin, dari tadi, sampai
besok, sampai nanti
 ’penyamaan’, seperti selaras dengan, sesuai dengan
 ’perbandingan’, seperti seperti dia, sebagai bandingan
2. Frase Posposisi, frase posposisi atau post-position adalah frase
yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang. Frase
ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa
yang mempunyaai frase ini adalah bahasa Jepang. Contoh :
 ga ”penanda subyek”
7

 heitai ga, kureta. ”The soldier gave it to me”.


 O ”penanda obyek”
 Heitai O, mita. ”I saw a soldier”
 de ”by means of; in; on; at”
 Kisya de, kita. ”I come by train”.
3. Frase Preposposisi, frase preposposisi  adalah frase yang
penghubungnya menduduki posisi di bagian depan  dan di bagian
belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia.
Salah satu bahasa yang menggunakan frase ini adalah bahasa
Karo. Contoh :
 i juma nari ”dari ladang”
 i tiga nari ”dari pasar”
 i Bandung nari ”dari bandung”
 i jenda nari ”dari sini”
 i jah nari ”dari sana”
8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Frase merupakan satuan gramtikal yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang tidak terdiri dari subjek dan predikat (nonpredikatif). Frasa
tidak dibatasi oleh jumlah kata atau panjang-pendeknya satuan. Frasa
bisa terdiri dari dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata, enam kata,
dan seterusnya. Seperti contoh-contoh berikut: Buku saya; Buku
sejarah saya.
Frasa endosentris dan eksosentris merupakan dua diantara jenis
frasa dalam bahasa Indonesia. Keduanya mempunyai sejumlah ciri
dan definisi masing-masing sehingga keduanya bisa dibedakan satu
sama lainnya. Frasa endosentris adalah frasa yang keseluruhannya
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu
konstituennya. Sedangkan frasa eksosentris adalah frasa yang
keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan salah satu konstituennya.

B. Saran

Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak atau bahkan lebih
lengkap tentang pembahasan frase, pembaca dapat membaca dan
mempelajari buku-buku yang didalamnya membahas tentang frase,
salah satunya buku sintaksis dari berbagai pengarang. Karena di
dalam makalah ini, kami selaku penulis hanya membahas garis
besarnya saja tentang pembahasan frase.

Anda mungkin juga menyukai