Oleh :
KELOMPOK 1
2020/2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Pengertian Frasa.................................................................................................2
B. Frasa Endosentris................................................................................................3
C. Frasa Eksosentris................................................................................................5
A. Kesimpulan...........................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................8
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan
seperti fonem, morfem, frasa, klausa atau kalimat dianalisis oleh
subbidang analisis masing-masing. Satuan bahasa itu akan
diidentifikasi menurut kategori fungsi dan makna. Oleh karena itu
munculah subbidang analisis sintaksis. Sintaksis menjadikan frasa,
klausa, kalimat, dan wacana sebagai objek analisis. Sintaksis itu
sendiri adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur
frasa dan kalimat. Berdasarkan keterangan di atas dan pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu linguistik
yang mempelajari struktur tata bahasa kalimat, klausa, dan frasa.
Sintaksis menyelidiki hubungan semua kelompok kata atau
antarfrasa-antarfrasa dalam satuan-satuan sintaksis itu. Sintaksis
mempelajari hubungan gramatikal di luar kata, tetapi di dalam satuan
yang disebut kalimat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Frasa
Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang tidak terdiri dari subjek dan predikat (nonpredikatif). Satuan
gramatikal akan menulis dan menyampaikan berita merupaka frase
karena anggota pembentuk satuan bahasa tidak menjabat subjek dan
juga tidak menjabat predikat. Istilah lain yang sering digunakan dalam
linguistik Indonesia adalah kelompok kata.
Menurut Ramlan (1985), frase adalah satuan gramatik yang terdiri
dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur
klausa. Yang dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah
unsur S, P, O, pelengkap dan keterangan.
Contoh, Eka sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri
dari beberapa fungsi yaitu, Ekamenduduki fungsi S, sedang
membaca menduduki fungsi P, majalah menduduki fungsi O dan di
ruang tamu menduduki fungsi keterangan.
Sedangkan menurut Kridalaksana (1984), frasa ialah gabungan
dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat
rapat, dapat renggang; misalnya gunung tinggi adalah frasa karena
merupakan konstruksi non-predikatif. Dari kedua pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa ciri utama frasa ialah:
Gabungan dua kata atau lebih, dan
Gabungan kata-kata dalam suatu frasa tidak bersifat predikatif.
Frasa tidak dibatasi oleh jumlah kata atau panjang-pendeknya
satuan. Frasa bisa terdiri dari dua kata, tiga kata, empat kata, lima
kata, enam kata, dan seterusnya. Seperti contoh-contoh berikut:
1. Buku saya ;
2. Buku sejarah saya ;
3
B. Frasa Endosentris
Contoh: (a) Kaya atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan
miskin, dari, untuk, dan oleh rakyat, untuk dan atas nama klien; (b)
Baik merah maupun biru, entah suka entah tidak suka, makin pagi
makin baik, makin tua makin bermutu. Perhatikan bahwa kata yang
dapat digabungkan hanya kata yang berkategori sama, seperti
merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak) suka, dan pagi-baik. Dan jika
tidak menggunakan partikel, gabungan itu disebut frase parataktis,
seperti tua muda, besar kecil, hilir mudik, keluar masuk, pulang
pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak, dan kaya miskin.
2. Frase Endosentris Atributif, berbeda dengan endosentrik
koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan
dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya:
a. Pembangunan lima tahun
b. Sekolah Inpres
c. Buku baru
d. Pekarangan luas
e. Orang itu
f. Malam ini
Kata-kata yang dicetak miring dalam frase-frase diatas, yaitu kata
pembangunan, sekolah, buku, pekarangan, orang, malam,
merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik
merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainnya
merupakan atribut (Atr).
3. Frase Endosentris Apositif, frase apositif adalah frase yang
unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat
dihubungkan dengan kata dan atau atau. Menurut Zaenal Arifin
dan Junaiyah (2008), frase apositif adalah frase endosentris
berinduk banyak yang secara luar bahasa komponennya menunjuk
pada wujud yang sama.Frase ini memiliki sifat yang berbeda
dengan frase endosentrik yang koordinatif dan yang atributif.
5
C. Frasa Eksosentris
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Frase merupakan satuan gramtikal yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang tidak terdiri dari subjek dan predikat (nonpredikatif). Frasa
tidak dibatasi oleh jumlah kata atau panjang-pendeknya satuan. Frasa
bisa terdiri dari dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata, enam kata,
dan seterusnya. Seperti contoh-contoh berikut: Buku saya; Buku
sejarah saya.
Frasa endosentris dan eksosentris merupakan dua diantara jenis
frasa dalam bahasa Indonesia. Keduanya mempunyai sejumlah ciri
dan definisi masing-masing sehingga keduanya bisa dibedakan satu
sama lainnya. Frasa endosentris adalah frasa yang keseluruhannya
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu
konstituennya. Sedangkan frasa eksosentris adalah frasa yang
keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan salah satu konstituennya.
B. Saran
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak atau bahkan lebih
lengkap tentang pembahasan frase, pembaca dapat membaca dan
mempelajari buku-buku yang didalamnya membahas tentang frase,
salah satunya buku sintaksis dari berbagai pengarang. Karena di
dalam makalah ini, kami selaku penulis hanya membahas garis
besarnya saja tentang pembahasan frase.