Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“TATA KALIMAT BAHASA


INDONESIA”

Sebagai Syarat Penilaian Mata Kuliah Bahasa Indonesia

OLEH:
KEVIN RAFAEL PUTRA PRASETYO
NIM. 421009

PROGRAM STUDI STRATA-1 TEKNIK ELEKTRO


KONSENTRASI MULTIMEDIA BROADCASTING
SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG
202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Tata Kalimat Bahasa
Indonesia” ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini menjelaskan lebih mendalam mengenai
Tata, pola, bentuk, dan fungsi kalimat dengan bahasa yang lebih mudah untuk
di cerna dan di pahami. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan
kalimat bahasa Indonesia, serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan kalimat yang baik.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi


manfaat bagi kita semua, serta dapat menambah wawasan kita mengenai
keluasan kalimat dalam bahasa Indonesia. Akhir kata, mungkin dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.

Malang, 15 Febuari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB 2 TEORI DAN PEMBAHASAN...................................................................3

2.1 Pengertian Kalimat....................................................................................3

2.2 Pola Kalimat...............................................................................................4

2.3 Macam-macam Kalimat.............................................................................5

2.4 Bentuk Kalimat...........................................................................................5

2.5 Fungsi Kalimat...........................................................................................6

2.6 Jenis – jenis Kalimat..................................................................................7

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan..............................................................................................10

3.2 Saran.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran
yang disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui
rangkaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa
sebagai simbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang
secara fungsional saling berhubungan sebagai suatu sistem. Satuan
terkecil yang mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata),
sedangkan satuan yang lebih besar yang mengandung pikiran berupa
kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek
(S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah
berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur
minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah
semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai
kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat
harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penuturannya.
Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa sebagai sarana
berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh penguasaan kaidah
kalimat yang didukung oleh kosa kata yang memadai. Hal inilah yang
kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana pengertian kalimat,
bagian- bagiannya dan jenis kalimat tunggal. Oleh karena itu penulis
berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut
dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan
memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kalimat?
2. Bagaimana susunan pola kalimat?
3. Apa saja macam-macam kalimat?
4. Apa fungsi dari kalimat?
5. Apa saja jenis-jenis kalimat?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kalimat.
2. Untuk mengetahui susunan pola kalimat.
3. Untuk mengetahui macam-macam kalimat.
4. Untuk mengetahui fungsi dari kalimat.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat.

2
BAB 2
TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat


Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun
tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki
unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan
kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan
tanda seru (!).1 Untuk mengenal lebih dalam bahasa Indonesia yaitu
bahasa kita sendiri,
Kalimat juga dapat diartikan sebagai gabungan dari dua buah kata atau
lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. 2 Dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Kalimat adalah kesatuan ujar yang
mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan, perkataan, ling
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial yang terdiri atas klausa. 3
Sedangkan menurut pakar linguistik, Kalimat adalah satuan bahasa yang
secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir
yang terdiri dari klausa.4 Jadi dapat disimpulkan Kalimat adalah gabungan
beberapa kata atau klausa yang memiliki unsur subjek dan predikat yang
saling berkaitan satu sama lain, dan diberi irama dengan tanda baca yang
menghasilkan sebuah intonasi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh
dan bermakna.

1
EZaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta, Akademika pressindo,
2010), hlm.66.
2
Ahmad Ali Hasan, Gramatika Bahasa Indonesia, (Bandung, Acarya Media Utama,2011), hlm.4.
3
https://kbbi.web.id/kalimat
4
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik, (Bandung, Angkasa, 1988), hlm.48.

3
2.2 Pola Kalimat
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk
membuat berbagai tipe kalimat atau dapat diartikan sebagai kalimat yang
menjadi dasar untuk membangun kalimat luas, baik kalimat luas tunggal
maupun kalimat luas majemuk. Bentuk kalimat ini memiliki beberapa ciri,
diantaranya adalah:
1. Berkontruksi sederhana atau simple
2. Bermakna pernyataan
3. Berintonasi netral
4. Berunsur inti subjek diikuti predikat yang dilengkapi objek atau
pelengkap yang wajib hadir.
Kalimat dasar ini memiliki dua macam pola. Pertama adalah pola
berdasarkan atas jabatan kata atau frasa. Jabatan kata yang dijadikan
komponen dasar adalah subjek, predikat, objek, pelengkap. Kedua, adalah
pola berdasarkan kategori kata atau frase pendukung fungsi predikat.
Apakah konstruksi pendukung itu kata benda, kata kerja, dan sterusnya. 5
a. Pola Berdasarkan Jabatan Kata
Berdasarkan susunan jabatan kata atau frasa, kalimat dasar itu berpola:
1) Pola S + P (Subjek + Predikat) Contoh: (1) Langit biru, (2) Rakyat
Sejahtera.
2) Pola S + P + O (Subjek + Predikat + Objek) Contoh: (1) Petani
membajak sawah. (2) Adik menggambar kerbau.
3) Pola S + P + Pel (Subjek + Predikat + Pelengkap) Contoh: (1) Dia
bersuara emas. (2) Puisi adalah seni.
4) Pola S + P + O1 + O2 (Subjek + Predikat + Objek 1 + Objek 2)
Contoh: (1) Ayah membelikan adik kelereng. (2) Dia
menghadiahkan Dilan jaket.
b. Pola Berdasarkan Kategori Kata atau Frase Pendukung Predikat
1) Pola KB + KB (Kata benda + Kata benda) Contoh: (1) Orang
tuanya / pedagang. (2) Bangunan itu / rumah tua.
2) Pola KB + KK (Kata benda + Kata kerja) Contoh: (1) Anak-anak /
bermain bola. (2) Petani / bercocok tanam.

5
Iyo Mulyuno, Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia Dan Problematika Penggunaanya, (Bandung, CV Yrama
Widya, 2012), hlm.95.

4
3) Pola KB + KS (Kata benda + Kata sifat) Contoh: (1) Warnanya /
jingga. (2) Perhitungannya / tepat.
4) Pola KB + Kbil (Kata benda + Kata bilangan) Contoh: (1)
Tingginya / 3200 meter. (2) Penduduknya / ratusan juta.
5) Pola KB + KD (Kata benda + Kata depan) Contoh: (1) Ayah / di
perantauan. (2) Nenek / ke kampung.

2.3 Macam-macam Kalimat


Pemilihan kata, pembentukan kata, atau pembuatan kalimat yang tidak
cermat mengakibatkan nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu.
Hal itu seharusnya dihindari oleh penyusun kalimat yang ingin
menyampaikan informasi secara tepat. 6
1. Berdasarkan Diathesis Kalimat
a. Kalimat aktif (subyek melakukan perbuatan): bentuk kalimat yang
subjeknya melakukan pekerjaan yang mengenai langsung terhadap
objeknya.
Contoh: Budi membeli daging.
b. Kalimat pasif: suatu bentuk kalimat yang mana subjeknya dari
kalimat tersebut menderita.
Contoh: Roni berkelahi.
2. Berdasarkan Urutan Kata
a. Kalimat normal (subyek mendahului predikat)
b. Kalimat inverse (prediakat mendahului obyek)

2.4 Bentuk Kalimat


1. Kalimat Dasar, Kalimat Inti, dan Kalimat Luas
a. Kalimat Dasar
Kalimat dasar ini memiliki dua macam pola. Pertama adalah pola
berdasarkan jabatan kata atau frasa. Jabatan kata yang dijadikan
komponen dasar adalah objek, predikat, subjek, pelengkap. Kedua,
adalah pola berdasarkan kategori kata atau frase pendukung fungsi
predikat.

Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1, (Jakarta, Kementerian


6

Pendidikan dan Kebudayaan,2011), hlm 93.


5
b. Kalimat Inti
Kalimat inti hanya terdiri dari dua kata dan keduanya merupakan subjek
dan predikat.
Contoh: (1) Ayah / datang. (2) Adik / belajar. (3) Singa / mengaum.
c. Kalimat Luas
Kalimat luas merupakan hasil perluasan kalimat atau kalimat dasar. Jika
kedua bentuk kalimat mengalami perluasan dengan minimal satu unsur
keterangan (K), terbentuklah kalimat luas.
Contoh: (1) Besok Ayah datang. (K + S + P) (2) Adik belajar dengan
teman-temannya. (S + P + K) (3) Ayah menghadiahkan sepeda baru
kepada Adik. (S + P + O + K)

2.5 Fungsi Kalimat


Menurut fungsinya, kalimat dapat diperinci menjadi kalimat pernyataan,
kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis
kalimat itu dapat di sajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa
lisan intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah
satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh
bermacam macam tanda baca.7
1. Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya
diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam
bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. Macam-
macam kalimat perintah:
 Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah. Contoh:
Gantilah bajumu!
 Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh: Jangan membuang sampah sembarangan!
 Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh: Tolong temani nenekmu di rumah!
2. Kalimat Tanya (Interogatif)

7
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta, Akademika pressindo,
2010), hlm.94

6
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu
informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri
dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya
menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh:
(1) Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
(2) Kapan Justin kembali ke Inggris?
3. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan
perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya
ditandai dengan intonasi yang tinggi dalam pelafalannya dan
menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
(1) Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
(2) Bukan main, eloknya.
4. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai ketika penutur ingin menyatakan sesuatu
dengan lengkap pada waktu ia ingin mentakan sesuatu dengan lengkap
pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan
berbahasanya. Biasanya intonasi menurun, tanda baca titik (.). Contoh:
1) Presiden Jokowi mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2) Tidak semua nasabah bank memperoleh kredit lemah.

2.6 Jenis – jenis Kalimat


1. Kalimat Berita, Kalimat Tanya, Kalimat Perintah, dan Kalimat Seru.
a. Kalimat Berita
Kalimat berita yang lazim disebut kalimat deklaratif ialah kalimat
yang berisi pernyataan atau pemberitahuan dari pembircar atau
penulis tentang sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Kalimat
jenis ini bertujuan agar pendengar atau pembaca mengetahui apa
yang ditulis atau diucapkannya. Contoh: Seorang gadis memetik
mawar di halaman kami.
b. Kalimat Tanya

7
Kalimat Tanya yang lazim disebut kalimat introgatif ialah kalimat
yang berisi pertanyaan dari penulis patau pembicara. Wujudnya,
selain berintonasi pertanyaan, juga lazim digunakan kata tanya,
seperti apa, mengapa, kapan, siapa, berapa, kenapa, bagaimana, di
mana, dan sebagainya. Tujuan penggunaan kalimat jenis ini adalah
agar penulis atau pembicara mengetahui tentang apa yang
ditanyakannya berdasarakan respons jawaban dari orang kedua.
Contoh: Siapakah yang harus mengerjakan tugas itu?
c. Kalimat Perintah
Kalimat perintah atau kalimat imperatif ialah kalimat yang isinya
berupa perintah dari pembicara kepada pihak yang lain. Tujuan
kalimat perintah adalah respons tindakan yang yang dilakukan oleh
lawan bicara. Jika dalam kalimat tanya sering digunakan partikel –
kah, kadang-kadang –tah, maka dalam kalimat perntah lazim
digunakan partikel penegas –lah.
d. Kalimat Seruan
Kalimat seruan atau kalimat interjektif adalah kalimat yang
bermakna seruan dari pembicara kepada pihak lain. Karena jenis
kalimat ini berisi seruan, lazim sekali digunakan kata seru, seperti ah,
amboi, bukan main, hai, halo, huh, wah, hus, wow, dan sebagainya.
Contoh: Amboi, cantiknya putri itu.

5. Kalimat Afirmatif dan Kalimat Negatif


Pengelompokan kalimat atas kalimat aternatif dan kalimat negatif
adalah ada atau tidak adanya kata negasi di depan predikat kalimat.
Kata negasi yang dimaksukan adalah kata tidaak untuk menegatifkan
predikat kata kerja dan kata sifat, dan kata bukan untuk menegatifkan
predikat kata bilangan dan kata benda. Predikat frasa presepsisioal
bias dinegatifkan dengan kedua-duanya, seperti dalam ungkapan
bukan ke kota tetapi ke kantor, dan ungkapan ayah tidak kekantor.
Kalimat afirmatif disebut juga kalimat positif. Kalimat ini ditandai
dengan tidak adanya kata negasi didepan predikat. Sebaliknya, kalimat
negative ialah kalimat yang ditamdai adanya kata negasi didepan

8
predikat. Dibawah ini disajikan contoh pasangan kalimat alternatif (a)
dan kalimat negatif (b).
Contoh:
(1a) Peraturan itu menungtungkan semua pihak.
(1b) Peraturan itu tidak menguntungkan semua pihak.
(2a) Tempatnya jauh dari rumahnya.
(2b) Tempatnya tidak jauh dari rumahnya.

6. Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung


Penjenisan kalimat atas kalimat kangsung dan kalimat tidak
langsung didasari ada atau tidaknya petikan ucapan dalam kalimat.
Kalimat langsung ialah kalimat yang berupa petikan langsung ucapan
seseorang. Sebaliknya, kalimat tidak langsung ialah kalimat yang tidak
merupakan petikan langsung dari ucapan seseorang. Dalam penulisan,
kalinat langsung memerankan tanda petik, sedangkan kalimat tidak
langsung memerankaan konjungsi bahwa atau konjungsi tanya. Selain
itu, manakala kalimat langsung diubah nenjadi kalimat tidak langsung,
terjadi pula perubahan bentuk kata dan perubahan kata ganti persona
yang terkadung di dalamnya. Maksud sepasang kalimat langsung dan
kalimat tidak langsung itu sama. Hanya bentuknya yang berbeda. Di
bawah ini disajikan contoh pasangan kalimat langsung (a) dan kalimat
tidak langsung (b).
Contoh:
(1a) Mario berkata, “Hai, Maria aku cinta kepadamu.”
(1b) Mario mengatakan, bahwa dia mencintai Maria.
(2a) Kepada Gina, Gani bertanya, “Apakah engkau bisa menemani
saya?”
(2b) Kepada Gina, Gani menyatakan apakah Gina bias menemaninya.

BAB 3
PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan bersadarkan teori diatas penggunaan tata kalimat adalah
sebagai berikut :
1. gabungan beberapa kata atau klausa yang memiliki unsur subjek
dan predikat yang saling berkaitan satu sama lain, dan diberi irama
dengan tanda baca yang menghasilkan sebuah intonasi sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermakna.
2. Selain itu Kalimat merupakan bagian ujaran/tulisan yang mempunyai
struktur minimal subjek (S), predikat (P) dan intonasi finalnya
menunjukkan bagian ujaran / tulisan itu sudah lengkap dengan
makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
3. Kalimat inti berbeda dengan inti kalimat. Kalimat inti adalah kalimat
yang terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalah kalimat
yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-
O. Dan perlu kita ketahui bersama kalimat itu tidak hanya sekedar
kalimat, tetapi kalimat memiliki susunan pola kalimat, bentuk-bentuk
kalimat, jenis-jenis kalimat dan fungsi kalimat seperti apa yang telah
dijabarkan di bab sebelumnya.

3.2 Saran
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat ketidak
sempurnaan dalam penyusun makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak
orang.

DAFTAR PUSTAKA

10
Arifin, Zaenal E., dan S Amran Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Akademika Pressindo.

Fitriyani, Alfi Syahrin., Firda Fairisa Azhar, dan Siti Kurniasih. 2015. Tata
Kalimat. Makalah dipublikasikan pada Google Drive, Maret 2015,
Sumedang.

Hasan, Ahmad Ali. 2011.Gramatika Bahasa Indonesia. Bandung: Acarya.

Mulyuno, Iyo. 2012. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia Dan Problematika


Penggunaanya. Bandung: CV Yrama Widya.

Sugono, Dendy. 2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik. Bandung:


Angkasa.

https://kbbi.web.id/kalimat
(Diunduh pada hari, Sabtu 2 November 2019)

11

Anda mungkin juga menyukai