Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEMBENTUKAN KALIMAT, PEMBENTUKAN PARAGRAF,


PENGEMBANGAN PARAGRAF

Mata Kuliah: Bahasa Indonesia

Dosen: Asri Ismail, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Nurhazima : (1928040013)
Sri Asrini : (1928040011)
Irnawanti : (1928040008)
Wahyu Setya N. : (1928042036)

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pembentukan kalimat, Pembentukan paragraf, Pengembangan
paragraph” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya sehingga dapat


terselesaikan tanpa adanya hambatan yang sulit bagi kami. Makalah ini belum
mendekati kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan agar kedepannya dapat lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.

Kami juga berterima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang


turut andil membantu menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami harap makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca serta dapat menambah wawasan
pembaca.

15 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2

A. Pengertian Kalimat........................................................................ 3

B. Unsur-unsur Pembentukan Kalimat............................................... 4


C. Jenis-jenis Kalimat......................................................................... 5
D. Pengertian paragraf........................................................................ 5
E. Jenis-jenis paragraf........................................................................ 5
F. Syarat-syarat pembentukan paragraf............................................. 6
G. Pengembangan paragraf................................................................. 6

BAB III PENUTUP......................................................................................... 8

A. Kesimpulan................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain atau menerima dari orang lain yang biasa kita sebut sebagai ber-
komunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian kata-kata, disebut
juga kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu serta rangkaian kalimat-
kalimat yang disebut juga paragraf.
Kalimat dan paragraf ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat
kelengkapan dan kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan
tentang unsur-unsur tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat
digunakan untuk menilai apakah suatu kalimat dan paragraf tersebut telah
memenuhi kaidah tata bahasa atau belum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur-unsur pembentuk kalimat?
2. Apa saja jenis-jenis kalimat?
3. Apa saja jenis-jenis paragraf?
4. Bagaimana syarat-syarat pembentukan paragraf?
5. Bagaimana cara mengembangkan suatu paragraf?

C. Tujuan Penulisan
1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan
oleh pak Asri Ismail, S.Pd., M.Pd.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan unsur-unsur pembentukan kalimat
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan syarat-syarat pembentukan paragraf
4. Untuk mengetahui cara mengembangkan suatu paragraf
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
Kalimat oleh beberapa pakar didefinisikan atas berbagai pengertian,
antara lain:
1. Sultan Takdir Alisyahbana menjelaskan bahwa kalimat adalah kumpulan
kata-kata yang terkecil yang mengandung pikiran lengkap.
2. Gorys Keraf mengemukakan bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan. Sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap
3. Fachruddin A.E mendefinisikan bahwa kalimat adalah kelompok kata
yang mempunyai arti tertentu, terdiri atas subjek dan predikat dan tidak
tertanggung pada suatu konstruksi Gramatikal yang lebih besar.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas, maka kita dapat menarik
kesimpulan bahwa Kalimat adalah kumpulan kata yang memiliki
pengertian lengkap dan dibangun oleh konstruksi fungsional dan tidak
bergantung pada konstruksi Gramatikal yang lebih besar. misalnya:
a. Dua bangun runtuh rumah.
b. Kue penuh kuning telah
c. Jumpa tidak
d. Nenek jatuh sakit
e. Warga Madura mengungsi kemarin
f. Joko Widodo berangkat lagi ke Australia

Ketiga contoh diatas (1-3) hanyalah merupakan kumpulan kata


(bukan kalimat), karena tidak mengandung makna, sedangkan (4-6) adalah
kalimat.

Kalimat adalah kumpulan kata yang berkumpul dan berkaitan satu


sama lain dan membentuk satu gagasan utuh. Kalimat tersusun dari kata-
kata yang memiliki peran atau fungsi yang berbeda-beda. Konteks fungsi
kata tersebut dinamakan dengan unsur-unsur kalimat.
Beberapa factor yang menentukan efektif dan tidaknya suatu kalimat adalah
pemakaian tanda baca, bentuk kata, urutan kata, dan pilihan kata.
 Pemakaian tanda baca
Tanda baca adalah tanda-tanda bahasa didalam kaimat seperti koma,
titik, tanda Tanya dan sebagainya.
 Bentuk kata
Adalah perubahan suatu kata. Dalam bahasa Indonesia ada tiga unsur
pembentuk kata, yaitu imbuhan (afiks), perulangan(reduplikasi) dan
pemajemukan(komposisi). Semua perubahan bentuk kata tersebut
mempengaruhi makna suatu kata sebab setiap perubahan bentuk kata
mengakibatkan perubahan makna.
 Urutan kata
Adalah penempatan kata atau kelompok kata sesuai dengan fungsi yang
dimilikinya.Di dalam kalimat, kata atau kelompok kata yang memiliki
fungsi tertentu menduduki pola urutan atau susunan tertentu
pula.Penempatan kata atau kelompok kata yang tidak sesuai dengan fungsi
dan artinya menyebabkan kalimat tidak efektif.
 Pilihan kata
Dalam menyusun kalimat, kita harus memilih kata bersinonim yang
maknanya sesuai dengan makna lingkungan kalimat yang kita
kehendaki.Dalam bahasa Indonesia ada kata yang bersinonim dengan yang
lainnya dan ada juga yang merupakan sinonim semu yaitu hanya
mempunyai kemiripan makna, sehingga masing-masing tidak dapat
bervariasi secara bebas tanpa menimbulkan perubahan arti.

A. Unsur-unsur Pembentukan Kalimat


1. Subjek (S)
Subjek merupakan bagian dari kalimat yang menandai pembicaraan atau
yang menjadi pokok pembahasan. Unsur inilah yang wajib ada pada suatu
kalimat. Kadang-kadang subjek juga merupakan pelaku yang ada pada
sebuah kalimat. Adapun cirri-ciri subjek, yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata Tanya
siapa.
b. Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut (sebagai pembatas antara
subjek dan predikat).
c. Mempunyai keterangan pewatas/atribut ‘yang’
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung ‘yang’. Keterangan ini
dinamakan keterangan pewatas.
d. Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.
Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu
sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
e. Berupa kata benda atau frase kata benda
Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Di samping
kata benda, subjek juga dapat berupa kata kerja atau kata sifat, biasanya
disertai kata penunjuk itu.

2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai pembicaraan atau
tindakan subjek serta penjelas dari subjek yang dapat berupa kata atau frasa.
Adapun ciri-ciri predikat yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan
sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat
yang berupa kata benda penggolong (identifikasi). Kata Tanya berapa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frase numeralia.
b. Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
c. Dapat diingkarkan
Predikat dalam Bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan
untuk predikat yang berupa kata kerja atau kata sifat. Di samping tidak
sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat
yang berupa kata benda atau predikat kata merupakan.
d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat disertai
kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata
itu terletak di depan kata kerja atau kata sifat. Kalimat yang subjeknya
berupa kata benda bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3. Objek (O)
Objek adalah perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Objek berada dibelakang predikat apabila bentuk kalimatnya aktif transitif
dan dapat berubah menjadi subjek (S) apabila kalimatnya berbentuk pasif.
Adapun ciri-ciri objek, yaitu:
a. Langsung dibelakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat
pasif yang disertai dengan perubahan bentuk kata kerja predikatnya.
c. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan tidak
didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak
dapat disisipkan preposisi.
d. Kategori katanya kata benda/frase kata benda
e. Dapat diganti dengan –nya
f. Didahului kata bahwa
g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa dan anak
kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak memerlukan objek
(intransitif)
i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek (transitif)

4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat verbal dan berada
di belakang predikat. Berbeda dengan objek, pelengkap tidak dapat berubah
menjadi subjek ketika dipasifkan. Adapun ciri-ciri pelengkap, yaitu:
a. Terletak di belakang predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu
objek.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang
didahului preposisi disebut keterangan.
c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.

5. Keterangan
Sesuai namanya, unsur keterangan berfungsi sebagai penjelas kata atau
bagian kalimat lain. Posisi keterangan tidaklah menentu, sehingga dapat
berada pada posisi manapun di dalam sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri
keterangan, yaitu:
a. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.
b. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki
kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir
kalimat, atau diantara subjek dan predikat. Jika tidak dapat di pindah-
pindahkan, maka unsur tersebut tidak termasuk keterangan.
c. Umumnya di dahului oleh preposisi seperti, di, dari, ke, atau tentang.

B. Jenis-Jenis Kalimat
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
a. Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan
ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang
memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga)
dengan lngsung menirukan, mengutip atau mengulang kembali ujaran
dari sumber tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik
dua (“….”) dan Intonasi dari bagian kutipan bernada lebih tinggi dari
bagian lainnya.
Ciri-ciri kalimat langsung :
1) Susunan kutipan-pengiring
a) Ikuti dengan spasi.
b) Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
c) Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2) Susunan pengiring-kutipan
a) Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan huruf
besar.
b) Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
c) Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : Lalu Ratu berkata kepada pengawalnya, “Suruh kedua
wanita itu menghadapku!”
3) Susunan kutipan, pengiring dan kutipan lagi.
a) Taruh tanda koma di belakang pengiring.
b) Selipkan spasi
c) Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : “Tunggu!” teriak penasehat ratu, “lebih baik kita selidiki
dulu masalahnya.”
b. Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai
lagi dengan tanda petik dua, berkata
tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi mendatar
dan menurun pada akhir kalimat
Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
1) kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh: Ratu Gading Mas tidak tahu apa yang harus dia lakukan
2) kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.
Contoh: Ia menyuruh pengawalnya untuk membawa kedua wanita
itu masuk.
3) kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka,
sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu
dan menyarankan agar mereka menanyakan dulu sebabnya.
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
a. Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa),
yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat
yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat
ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

KB + KK (kata benda + kata kerja)


Contoh:
Ibu memasak
S P
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
S P

KB + KBil (kata benda + kata bilangan)


Contoh:
Apel itu ada dua buah.
S P

Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:


 Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya
menggunakan kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
 Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja
sebagai predikatnya.
Contoh: Saya sedang mandi.
b. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat
dasar. Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua atau lebih kalimat
tunggal yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi.
Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
 Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan
tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun
makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat
berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh: Saya makan; dia minum.
 Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat
terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul
akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Kalimat
majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan
inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi
sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang
digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena,
supaya, meskipun, jika, dan sehingga.
 Kalimat Majemuk Campuran (KMC)
Kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat
majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal
pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti
keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar,
ketika aku datang kerumahnya.

3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya


a. Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah Kalimat pernyataan dipakai
jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia
ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi
yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kota-kota besar.
b. Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan
perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah
dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi,
sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda
seru (!)
Ciri-ciri kalimat perintah:
1. Intonasi keras, terutama perintah biasa dan larangan
2. Menggunakan tanda seru (!) , bila digunakan dalam tulisan
3. Kata kerja yang mendukung kalimat biasanya kata kerja dasar
4. Menggunakan partikel pengeras (lah)
5. Berpola kalimat inversi (PS).
c. Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau
menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri
dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri
dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir
dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita
ini.
Ciri-ciri kalimat berita :
1. intonasinya yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari
yang lain.
2. Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri karena hampir sama saja
dengan kalimat lain.
3. Suatu bagian dari kalimat berita dapat dijadikan pokok pembicaraan.
Dalam hal ini bagian tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat,
atau bagian tersebut mendapat intonasi yang lebih keras. Intonasi yang
lebih keras yang menyertai kalimat seperti ini disebut intonasi
pementing.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di
bogor
d. Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda
tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan untuk membuat kalimat.
Adapun macam kata tanya dan gunanya adalah :
- Apa : hal, orang, atau barang
- Siapa : orang atau nama orang
- Kapan, bilamana : waktu
- Dimana : tempat
- Mengapa : sebab
- Bagaimana : keadaan, cara, proses.
Contoh :
1. Apa yang dia lakukan disana ?
2. Siapa namamu?
3. Kapan anda pergi ke Banjarmasin?
4. Dimana rumahmu?
5. Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
6. Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?
e. Kalimat seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan
perasaan (sakit, marah, terkejut, hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat,
hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan
intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan
diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
4. Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat Aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata
kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata
kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja),
misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum)
Contoh:
- Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.
b. Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa kata
kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”.
D. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas
daripada kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian
dalam satu rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama. Melalui
paragraf itu, gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang
tujuannya untuk menonjolkan pikiran utama tadi secara lebih jelas. Setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan utama.
Contoh:
setiap warga negara republik indonesia dijamin kebebasannya
memeluk dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.
Kebebasan memeluk dan beribadah dikukuhkan dalam UUD 1945
pasal 29. Oleh karena itu, situasi kerukunan dan toleransi antarumat
beragama hendaknya digalang. Umat yang satu tidak dibenarkan
menggangu ataupun menyinggung perasaan umat yang lainnya,
apalagi memaksakan kehendaknya. Dengan sikap saling menghormati
dan menghargai akan terbina pri kehidupan yang rukun sehingga
tercipta situasi yang tertib, damai dan tidak tidak timbul perpecahan
antar umat beragama.
Paragraf di atas terdiri atas lima kalimat, semua kalimat itu membicarakan
masalah kebebasan memeluk dan beribadah. Oleh sebab itu, paragraf ini
mempunyai pikiran utama “kebebasan memeluk dan beribadah”. Uraian
dimulai dengan kalimat pertama yang mengemukakan kebebasan setiap
warga negara memeluk dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya,
disusul dengan serangkaian penjelasan pada kalimat 2-5 tentang kebebasan
dan kerukunan hidup antar umat beragama.

1. Jenis-jenis Paragraf
a. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka atau paragraf pendahuluan befungsi sebagai
pengantar atau pembuka tulisan untuk sampai pada masalah yang akan
diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang agar tidak
membosankan.
b. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung ialah paragraf yang letaknya antara paragraf
pembuka dan paragraf penutup. Masalah yang akan diuraikan terdapat
dalam paragraf ini. Jadi, paragraf penghubung berisi pembahasan inti
persoalan yang dikemukakan oleh sipenulis. Oleh sebab itu, antara
paragraf yang satu dengan yang lain haru saling berhubungan secara
logis.
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir tulisan
atau yang mengakhiri sebuah tulisan. Biasanya, paragraf penutup ini
berisi kesimpulan dan semua pembahasan yang telah dipaparkan pada
paragraf penghubung. Isi paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri
sebuah tulisan tidak boleh terlalu panjang, tetap tidak berarti bahwa
paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Kalimat-kalimat
yang menyusun paragraf penutup ini diusahakan dapat menimbulkan
kesan yang dalam bagi pembaca. Isi paragraf penutup banyak
ditentukan oleh sifat karangan.
2. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Sama halnya dengan kalimat, sebuah paragraf harus memnuhi
syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik atau efektif harus memenuhi
syarat-syarat berikut.
a. Kesatuan atau Kohesi
Kalimat-kalimat dalam satuan paragraf harus menggambarkan
pikiran yang saling berhubungan dan menunjukkan ikatan untuk
mendukung satu pikiran sebagai pikiran utama atau suatu ide tunggal
(keraf,1980:36). Kesatuan pikiran dalam paragraf berarti adanya
hubungan tentang masalah menjadi pikiran utama. Jadi, tidak boleh
terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan
pikiran utama tersebut. Penyimpangan uraian akan menyulitkan
pembaca memahami maksud penulis. Berikut ini dicantumkan
paragraf yang menggambarkan pikiran yang saling berhubungan
untuk mendukung satu pikiran utama.
Contoh:
Industri perkapalan siap memproduksi jenis kapal untuk menggantikan
kapal yang akan dibesituakan. Tetapi kemampuan mereka terbatas, kalau
dalam waktu yang singkat harus memproduksi kapal sebanyak yang
harus dibesituakan. Jelas industri dalam negeri tidak mampu.
Peningkatan kemampuan ini memerlukan waktu. Sebaiknya hal ini
dilakukan bertahap, kalau bentuk peremajaan ini pemerintah sampai
mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang begitu besar untuk
industri dalam negeri tidak termanfaatkan.

Pada contoh diatas kita lihat bahwa paragraf ini hanya mengandung satu
pikiran utama yaitu penggantian kapal yang akan dibesituakan. Pikiran
utama ini kemudian diperinci dengan beberapa pikiran penjelasan, yaitu:
1) Kesiapan industri perkapalan dalam negeri
2) Kemampuan terbatas
3) Pelaksanaan secara bertahap
4) Impor dapat menghilangkan kesempatan.

Penjelasan atau perincian itu diurutkan sedemikian rupa sehingga hubungan


antara satu kalimat dengan kalimat yang lain membentuk kesatuan yang
bulat.

b. Koherensi atau Kepaduan


Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah paragraf
itu harus mengandung koherensi atau kepaduan. Kepaduan itu terjadi
apabila hubungan timbal balik antar kalimat-kalimat yang membina
paragraf itu baik. Pembaca dengan mudah dapat memahami dan mengikuti
jalan pikiran penulis tanpa merasa ada sesuatu yang menghambat atau yang
memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya. Uraian yang tersusun
tidak menunjukkan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan
pikiran yang teratur tetap memperlihatkan adanya kepaduan. Kepaduan
dalam paragraf dapat dibangun dengan cara-cara tertentu dalam penggunaan
bahasa berupa repetisi, penggunaan kata ganti, dan kata transisi.
1) Penggunaan repitisi
Repetisi adalah pengulangan kata kunci, yaitu kata yang dianggap
penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yang mula timbul pada awal
paragraf kemudian diulang-ulang pada kalimat berikutnya. Pengulangan
itu berfungsi memelihara kepadanan semua kalimat.
Contoh:
Sebagai penjasmanian pikiran dan berfikir, bahasa itu
merupakan alat yang baik dalam pergaulan antarmanusia,
pergaulan antarmanusia adalah pertemuan total antar manusia
satu dan manusia lainnya. Dalam keseluruhannya, jasmani dan
rohani bertemu dan bergaul satu sama lain. Tanpa bahasa,
pertemuan dan pergaulan kita dengan orang lain amat tidak
sempurna.

2) Penggunaan kata ganti


Kata ganti adalah kata-kata yang mengacu pada manusia atau
benda. Untuk menghindari kebosanan, kata-kata yang mengacu pada
manusia atau benda itu diganti dengan kata ganti. Pemakaian kata ganti
dalam paragraf berfungsi menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat
yang membangun paragraf. Yang biasa dipasangkan menjadi penanda
hubungan paragraf ialah
a) Kata ganti (ia/dia, beliau, mereka,-nya)
b) Kata ganti milik (-nya, beliau, mereka)
c) Kata gantu penunjuk (ini dan itu).

Contoh:

Pembaca selalu ingin dapat membaca dnegan tenang, bebas, dan


leluasa. Ia ingin berdikari, berfikir sendiri, dan akhirnya menilai
sendiri. Segala macam nasehat dan anjuran dalam karangan yang
diakhiri dengan pidato amat dan sebagainya, akan disambutnya
dengan rasa tak senang. Ia akan merasa senang jika diperlakukan
sebagai lawan bicara yang telah dewasa. Ia tidak mau
dianakkemarinkan.
3) Penggunaan kata transisi
Kata transisi adalah kata atau ftasa yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain untuk
menjadikan kepaduan paragraf. Sifat hubungan antarkalimat akan
menentukan pilihan kata/frasa transisi yang dipakai dalam paragraf.
Contoh:
Jam lima pagi saya bangun. Sesudah itu saya kekamar mandi,
Sesudah itu saya berpakaian, setelah berpakaian saya sarapan
pagi, sesudah itu saya pamit pada ayah dan ibu, lalu saya
berangkat kesekolah.
Peralihan dari kalimat yang satu ke kalimat yang lain dalam
paragraf dapat dipertalikan dengan kata-kata atau frasa transisi. Sesuai
dengan jenis hubungan yang ditunjukkan, pengguna bahasa dapat
memilih kata-kata frasa transisi berikut ini:

a) Hubungan yang menyatakan tambahan, dengan menggunakan


kata/frasa lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, disamping itu,
akhirnya, tambahan pula, kedua, ketiga, dan demikian juga.
b) Hubungan yang menyatakan pertentangan, dengan kata/frasa tetapi,
namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama
sekali tidak, meskipun, biarpun.
c) Hubungan yang menyatakan perbandingan, dengan menggunakan
kata atau frasa lain halnya, seperti dalam hal demikian,
sebagaimana.
d) Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil dengan
menggunakan kata atau frasa sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena
itu, jadi, maka, akibatnya.
e) Hubungan yang menyatakan tujuan mengunakan kata atau frasa
kata penghubung untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, agar
suapaya.
f) Hubungan yang menyatakan singkatan, dengan menggunakan kata
atau frasa pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya,
seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu,
sesungguhnya.
g) Hubungan yang menyatakan kata/frasa sementara itu, segera,
beberapa saat kemudian, kemudian, sesudah itu.
h) Hubungan yang menyatakan tempat, dengan menggunakan
kata/frasa disini, disana, dekat, diseberang, berdekatan,
berdampingan dengan.

4. Pengembangan Paragraf

Sebuah paragraf mengandung satu pikiran utama dan beberapa


pikiran penjelas. Yang merupakan pengecualian adalah paragraf naratif
dan deskriptif. Dalam pengembangannya, pikiran utama dituangkan
kedalam kalimat utama. Ada beberapa pengembangan pola paragraf
yaitu:

a. Hal-hal yang khusus


b. Dengan alasan-alasan (sebab-akibatt)
c. Dengan perbandingan
d. Dengan contoh-contoh
e. Dengan definisi luas
f. Dengan campuran
g. Secara paralelisme

Pola pengembangan paragraf tersebut dapat dilihat pada contoh berikut:

a. Pengembangan dengan hal-hal yang khusus


Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan paragraf, baik
dari umum ke khusus ataupun sebaliknya. Dalam bentuk umum ke
khusus, pikiran utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian diikuti
dengan perincian-perincian.
Contoh:
(1) Salah satu cara untuk mengatasi kepadatan penduduk adalah melalui
program keluarga berencana (KB).
(2) Program ini bertujuan menciptakan kebahagiaan hidup keluarga,
disamping menekan jumlah kelahiran.
(3) Pelaksanaannya telah lama dicanangkan oleh pemerintah, namun
belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
(4) Sebagian masyarakat belum menyadari pentingnya program ini,
sehingga tidaklah mengherankan kalau proses pelaksanaannya
mengalami hambatan.
b. Pengembangan dengan alasan-alasan
Dalam perkembangan menurut pola ini, fakta yang menjadi penyebab
terjadinya sesuatu itu dikemukakan lebih dahulu, kemudian disusul oleh
rincian-rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini, sebab merupakan
pikiran-pikiran penjelas.
Contoh:
(1) Limbah industri yang dibuang dengan tidak memperhatikan alam
sekitarnya akan menimbulkan banyak masalah
(2) Lahan-lahan kritis yang membentang disekitar pembuangan industri
lambat atau cepat akan mengalami pencemaran
(3) Bintang-bintang yang ada disekitarnya dapat terhambat
perkembangannya
(4) Selain itu, juga menyebabkan timbulnya daerah-daerah kotor, berbau
dan menjijikan sehingga banyak mendatangkan wadah penyakit.
c. Pengembangan dengan perbandingan
Pada pola pengembangan paragraf ini, penulis memaparkan
persamaan dan perbedaan dua obyek/gagasan obyek yang berbeda itu
mempunyai persamaan tertentu dan juga perbedaan tertentu.
Contoh:
(1) Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan
(2) Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri atas empat basis
(3) Pada syair, keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun
isinya terletak kepada baris ketiga dan keempat
(4) Pantun berasal dari bumi indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra
arab
Pada perkembangan contoh paragraf diatas perbandingan dipaparkan
dengan melihat adanya persamaan dan perbedaan antara bentuk puisi yang
disebut syair persamaan ini dinyatakn pada (3) dan (4).

d. Pengembangan dengan contoh-contoh


Pada pola pengembangan seperti ini terlebih dahulu dikemukakan suatu
pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-contoh
konkret. Bandingkan pola pengembangan paragraf berikut dengan pola
pengembangan paragraf (1)
Contoh:
(1) Kata-kata pungutan itu ada yang telah lama masuk
(2) Baik yang telah lama maupun yang baru, ada yang benar-benar sudah
menjadi warga bahasa indonesia, misalkan: saya, sabun, pasar, kursi,
meja dsbnya, (3) ada juga yang masih terasa asingnya misalnya,
insyaf, sukses, akhlak, proses.
e. Pengembangan dengan definisi luas
Definisi luas ini dapat dipakai untuk mengambangkan pikiran utama.
Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu sendiri.
Contoh:
Apa dan siapakah pahlawan itu? Pahlawan adalah orang yang berpahala.
Mereka yang berbuat baik, melaksanakan kewajiban dengan baik berjuan
tanpa pamrih adalah pahlawan. Pahlawan tidak menuntut balas jasa, tidak
ingin dihargai, tidak meminta pengakuan dari orang lain. Mereka berbuat
berdasarkan idealisme, cita-cita luhur, berjuang untuk kepentingan umum,
membela nusa bangsa, dan negara. Pahlawan yang sejati adalah pahlawan
yang tidak menonjolkan diri, tidak ingin disanjung dan dijunjung.
Pahlawan itu berjuang dengan ikhlas, rela berkorban tanpa pamrih.
f. Pengembangan dengan campuran
Pada pola pengembangan ini rincian-rincian terhadap kalimat utama
terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf.
Jadi, misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab akibat, atau
dengan perbandingan dan sebagainya.
Contoh:
(1) Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari,
terutama dalam percakapan
(2) Umumnya bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya
(3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak jumlahnya
(4) Lagipula bahasa tutur hanya menggunakan kata-kata yang lazim
dipakai sehari-hari
(5) Sudah barang tentu sering digunakan juga kata tutur yaitu kata yang
memang hanya boleh dipakai dalam tut, misalnya bilang, pelan, bikin,
enggak, dsbnya.
(6) Sering pula kata-katanya dibentuk secara salah misalnya, dibikin betul
(dibetulkan), merubah (mengubah), dsbnya.
(7) Lafalnyapun sering menyimpang dari lafal yang umum misalnya, dapet
(dapat), malem (malam), ampat (empat) dsbnya.
(8) Bahkan sering juga digunakan urutan kata yang menyimpang dari
bahasa umum misalnya, ini hari, itu orang, dsbnya.

g. Secara paralelisme
Pengembang paragraf secara paralelisme adalah paragraf yang
didalamnya menggunakan kata yang pararel (kerja keras, ketekunan,
keuletan, keringat).
Contoh:
Swasembada pangan yang kita capai sekarang adalah sebuah sejarah
panjang tentang kerja keras, ketekunan, keuletan, dan keringat petani yang
didukung oleh penyuluhan pertanian lapangan. Hal itu, perlu kita
tingkatkan agar swasembada pangan semakin meningkat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan
yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh dan dapat berdiri sendiri.
Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P).
Unsur-unsur kalimat lainnya berupa pelengkap (pel) dan keterangan (ket),
kehadirannya bersifat tidak wajib.
Sementara paragraf merupakan beberapa kalimat yang berkaitan secara
utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran artinya bukan deretan
kalimat yang berdiri sendiri. Paragraf tidak dapat dilakukan secara
sembarangan, tidak boleh terdapat unsur yang sama sekali tidak berhubungan
dengan topik, dan tidak mendukung topik. Penyimpangan pengembangan
paragraf akan menyulitkan pembaca, akan mengakibatkan paragraf tidak
efektif.

B. Saran
1. Kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil dalam menyusun kalimat,
hendaknya kita kembali merujuk kepada kaidah tata bahasa. Selain itu
dalam menyusun suatu paragraf hendaknya sesuai dengan ketentuan atau
syarat-syarat yang telah ada, sehingga mempermudah dalam membaca
dan mamahami isi dari suatu paragraf dengan mudah.
2. Sebagai warga Negara yang baik, hendaknya kita mempelajari lebih
dalam mengenai Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa
dan Sastra Universitas Negeri Makassar. 2014. Pengembangan Kepribadian
Bahasa Indonesia. Makassar: Penerbit UNM

Syamsuri, Andi Sukri. 2017. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Dasar Umum.
Makassar: Pustaka Lontara

Amal, M Ihlasul. 2015. Pembentukan dan Perluasan Kalimat.


https://www.academia.edu/19667593/pembentukan_dan_perluasan_kalimat
(diakses 25 september 2019)

Anda mungkin juga menyukai