Disusun Oleh:
Kelompok 4
Nurhazima : (1928040013)
Sri Asrini : (1928040011)
Irnawanti : (1928040008)
Wahyu Setya N. : (1928042036)
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pembentukan kalimat, Pembentukan paragraf, Pengembangan
paragraph” tepat pada waktunya.
15 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pengertian Kalimat........................................................................ 3
A. Kesimpulan................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain atau menerima dari orang lain yang biasa kita sebut sebagai ber-
komunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian kata-kata, disebut
juga kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu serta rangkaian kalimat-
kalimat yang disebut juga paragraf.
Kalimat dan paragraf ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat
kelengkapan dan kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan
tentang unsur-unsur tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat
digunakan untuk menilai apakah suatu kalimat dan paragraf tersebut telah
memenuhi kaidah tata bahasa atau belum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur-unsur pembentuk kalimat?
2. Apa saja jenis-jenis kalimat?
3. Apa saja jenis-jenis paragraf?
4. Bagaimana syarat-syarat pembentukan paragraf?
5. Bagaimana cara mengembangkan suatu paragraf?
C. Tujuan Penulisan
1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan
oleh pak Asri Ismail, S.Pd., M.Pd.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan unsur-unsur pembentukan kalimat
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan syarat-syarat pembentukan paragraf
4. Untuk mengetahui cara mengembangkan suatu paragraf
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
Kalimat oleh beberapa pakar didefinisikan atas berbagai pengertian,
antara lain:
1. Sultan Takdir Alisyahbana menjelaskan bahwa kalimat adalah kumpulan
kata-kata yang terkecil yang mengandung pikiran lengkap.
2. Gorys Keraf mengemukakan bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan. Sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap
3. Fachruddin A.E mendefinisikan bahwa kalimat adalah kelompok kata
yang mempunyai arti tertentu, terdiri atas subjek dan predikat dan tidak
tertanggung pada suatu konstruksi Gramatikal yang lebih besar.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas, maka kita dapat menarik
kesimpulan bahwa Kalimat adalah kumpulan kata yang memiliki
pengertian lengkap dan dibangun oleh konstruksi fungsional dan tidak
bergantung pada konstruksi Gramatikal yang lebih besar. misalnya:
a. Dua bangun runtuh rumah.
b. Kue penuh kuning telah
c. Jumpa tidak
d. Nenek jatuh sakit
e. Warga Madura mengungsi kemarin
f. Joko Widodo berangkat lagi ke Australia
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai pembicaraan atau
tindakan subjek serta penjelas dari subjek yang dapat berupa kata atau frasa.
Adapun ciri-ciri predikat yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan
sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat
yang berupa kata benda penggolong (identifikasi). Kata Tanya berapa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frase numeralia.
b. Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
c. Dapat diingkarkan
Predikat dalam Bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan
untuk predikat yang berupa kata kerja atau kata sifat. Di samping tidak
sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat
yang berupa kata benda atau predikat kata merupakan.
d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat disertai
kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata
itu terletak di depan kata kerja atau kata sifat. Kalimat yang subjeknya
berupa kata benda bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
3. Objek (O)
Objek adalah perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Objek berada dibelakang predikat apabila bentuk kalimatnya aktif transitif
dan dapat berubah menjadi subjek (S) apabila kalimatnya berbentuk pasif.
Adapun ciri-ciri objek, yaitu:
a. Langsung dibelakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat
pasif yang disertai dengan perubahan bentuk kata kerja predikatnya.
c. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan tidak
didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak
dapat disisipkan preposisi.
d. Kategori katanya kata benda/frase kata benda
e. Dapat diganti dengan –nya
f. Didahului kata bahwa
g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa dan anak
kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak memerlukan objek
(intransitif)
i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek (transitif)
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat verbal dan berada
di belakang predikat. Berbeda dengan objek, pelengkap tidak dapat berubah
menjadi subjek ketika dipasifkan. Adapun ciri-ciri pelengkap, yaitu:
a. Terletak di belakang predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu
objek.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang
didahului preposisi disebut keterangan.
c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
5. Keterangan
Sesuai namanya, unsur keterangan berfungsi sebagai penjelas kata atau
bagian kalimat lain. Posisi keterangan tidaklah menentu, sehingga dapat
berada pada posisi manapun di dalam sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri
keterangan, yaitu:
a. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.
b. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki
kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir
kalimat, atau diantara subjek dan predikat. Jika tidak dapat di pindah-
pindahkan, maka unsur tersebut tidak termasuk keterangan.
c. Umumnya di dahului oleh preposisi seperti, di, dari, ke, atau tentang.
B. Jenis-Jenis Kalimat
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
a. Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan
ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang
memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga)
dengan lngsung menirukan, mengutip atau mengulang kembali ujaran
dari sumber tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik
dua (“….”) dan Intonasi dari bagian kutipan bernada lebih tinggi dari
bagian lainnya.
Ciri-ciri kalimat langsung :
1) Susunan kutipan-pengiring
a) Ikuti dengan spasi.
b) Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
c) Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2) Susunan pengiring-kutipan
a) Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan huruf
besar.
b) Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
c) Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : Lalu Ratu berkata kepada pengawalnya, “Suruh kedua
wanita itu menghadapku!”
3) Susunan kutipan, pengiring dan kutipan lagi.
a) Taruh tanda koma di belakang pengiring.
b) Selipkan spasi
c) Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : “Tunggu!” teriak penasehat ratu, “lebih baik kita selidiki
dulu masalahnya.”
b. Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai
lagi dengan tanda petik dua, berkata
tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi mendatar
dan menurun pada akhir kalimat
Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
1) kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh: Ratu Gading Mas tidak tahu apa yang harus dia lakukan
2) kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.
Contoh: Ia menyuruh pengawalnya untuk membawa kedua wanita
itu masuk.
3) kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka,
sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu
dan menyarankan agar mereka menanyakan dulu sebabnya.
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
a. Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa),
yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat
yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat
ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Jenis-jenis Paragraf
a. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka atau paragraf pendahuluan befungsi sebagai
pengantar atau pembuka tulisan untuk sampai pada masalah yang akan
diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang agar tidak
membosankan.
b. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung ialah paragraf yang letaknya antara paragraf
pembuka dan paragraf penutup. Masalah yang akan diuraikan terdapat
dalam paragraf ini. Jadi, paragraf penghubung berisi pembahasan inti
persoalan yang dikemukakan oleh sipenulis. Oleh sebab itu, antara
paragraf yang satu dengan yang lain haru saling berhubungan secara
logis.
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir tulisan
atau yang mengakhiri sebuah tulisan. Biasanya, paragraf penutup ini
berisi kesimpulan dan semua pembahasan yang telah dipaparkan pada
paragraf penghubung. Isi paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri
sebuah tulisan tidak boleh terlalu panjang, tetap tidak berarti bahwa
paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Kalimat-kalimat
yang menyusun paragraf penutup ini diusahakan dapat menimbulkan
kesan yang dalam bagi pembaca. Isi paragraf penutup banyak
ditentukan oleh sifat karangan.
2. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Sama halnya dengan kalimat, sebuah paragraf harus memnuhi
syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik atau efektif harus memenuhi
syarat-syarat berikut.
a. Kesatuan atau Kohesi
Kalimat-kalimat dalam satuan paragraf harus menggambarkan
pikiran yang saling berhubungan dan menunjukkan ikatan untuk
mendukung satu pikiran sebagai pikiran utama atau suatu ide tunggal
(keraf,1980:36). Kesatuan pikiran dalam paragraf berarti adanya
hubungan tentang masalah menjadi pikiran utama. Jadi, tidak boleh
terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan
pikiran utama tersebut. Penyimpangan uraian akan menyulitkan
pembaca memahami maksud penulis. Berikut ini dicantumkan
paragraf yang menggambarkan pikiran yang saling berhubungan
untuk mendukung satu pikiran utama.
Contoh:
Industri perkapalan siap memproduksi jenis kapal untuk menggantikan
kapal yang akan dibesituakan. Tetapi kemampuan mereka terbatas, kalau
dalam waktu yang singkat harus memproduksi kapal sebanyak yang
harus dibesituakan. Jelas industri dalam negeri tidak mampu.
Peningkatan kemampuan ini memerlukan waktu. Sebaiknya hal ini
dilakukan bertahap, kalau bentuk peremajaan ini pemerintah sampai
mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang begitu besar untuk
industri dalam negeri tidak termanfaatkan.
Pada contoh diatas kita lihat bahwa paragraf ini hanya mengandung satu
pikiran utama yaitu penggantian kapal yang akan dibesituakan. Pikiran
utama ini kemudian diperinci dengan beberapa pikiran penjelasan, yaitu:
1) Kesiapan industri perkapalan dalam negeri
2) Kemampuan terbatas
3) Pelaksanaan secara bertahap
4) Impor dapat menghilangkan kesempatan.
Contoh:
4. Pengembangan Paragraf
g. Secara paralelisme
Pengembang paragraf secara paralelisme adalah paragraf yang
didalamnya menggunakan kata yang pararel (kerja keras, ketekunan,
keuletan, keringat).
Contoh:
Swasembada pangan yang kita capai sekarang adalah sebuah sejarah
panjang tentang kerja keras, ketekunan, keuletan, dan keringat petani yang
didukung oleh penyuluhan pertanian lapangan. Hal itu, perlu kita
tingkatkan agar swasembada pangan semakin meningkat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan
yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh dan dapat berdiri sendiri.
Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P).
Unsur-unsur kalimat lainnya berupa pelengkap (pel) dan keterangan (ket),
kehadirannya bersifat tidak wajib.
Sementara paragraf merupakan beberapa kalimat yang berkaitan secara
utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran artinya bukan deretan
kalimat yang berdiri sendiri. Paragraf tidak dapat dilakukan secara
sembarangan, tidak boleh terdapat unsur yang sama sekali tidak berhubungan
dengan topik, dan tidak mendukung topik. Penyimpangan pengembangan
paragraf akan menyulitkan pembaca, akan mengakibatkan paragraf tidak
efektif.
B. Saran
1. Kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil dalam menyusun kalimat,
hendaknya kita kembali merujuk kepada kaidah tata bahasa. Selain itu
dalam menyusun suatu paragraf hendaknya sesuai dengan ketentuan atau
syarat-syarat yang telah ada, sehingga mempermudah dalam membaca
dan mamahami isi dari suatu paragraf dengan mudah.
2. Sebagai warga Negara yang baik, hendaknya kita mempelajari lebih
dalam mengenai Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa
dan Sastra Universitas Negeri Makassar. 2014. Pengembangan Kepribadian
Bahasa Indonesia. Makassar: Penerbit UNM
Syamsuri, Andi Sukri. 2017. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Dasar Umum.
Makassar: Pustaka Lontara