Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Penggunaan Kalimat

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Anisa Putri 1910070120012


2. Artha Novia 1910070120013
3. Lidia 1910070530086
4. Arief Swandi 1910070530089
5. Lathifah Puja Angela 1910070160009
6. Vrestylia Okta Gina 1910070110062

Dosen Pengampu : Dr. Fajri Usman, M,Hum

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Penggunaan Kalimat” ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas Bahasa Indonesia dengan judul “Penggunaan Kalimat”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih
banyak terdapat kekurangannya.

Padang, 17 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
2.1 Pengertian Kalimat...................................................................................................2
2.2 Unsur Kalimat...........................................................................................................3
2.3 Pola Kalimat.............................................................................................................5
2.4 Jenis Kalimat.............................................................................................................6
2.5 Kalimat Efektif........................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting
tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya
dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran
kalimat adalah kata (misalnya tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak
tahu). Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu maksud
dengan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat
berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu
kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek
(S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa
tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P
dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau
rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap
sebagai pengungkap maksud penuturannya.
1.2 Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan kalimat?


2.    Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
3.    Apa saja jenis-jenis kalimat?
4.    Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

1.3 Tujuan Masalah

1.    Menjelaskan pengertian kalimat.


2.    Menjelaskan bentuk pola kalimat dasar.
3.    Menjelaskan jenis-jenis kalimat.
4.    Menjelaskan bentuk kalimat efektif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat


Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan
predikat. Kalimat pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa.
Kalimat menurut Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran atau teks
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan
kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau
amilasi bunyi. Dalam wujud tulisan huruf latin, sebuah kalimat ditandai dengan
adanya berbagai tanda baca yang menunjukan seperti apa kalimat harus seperti
apa dibaca.
Menurut Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun
potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif
percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan
satu klausa, yang membentuk satuan bebas; Jawaban minimal, seruan, salam, dan
sebagainya.
Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan dan tulisan harus
memiliki subjek dan predikat.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat adalah:

(1) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan

(2) perkataan; linguistic

(3) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.

2
2.2 Unsur Kalimat

Terdapat beberapa unsur yang dapat membentuk suatu kalimat, terlepas


apapun itu jenis-jenis kalimatnya. kita akan mengetahui unsur apa saja yang dapat
membentuk sebuah kalimat.
Adapun unsur-unsur kalimat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Subjek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, subjek atau subyek merupakan suatu
bagian klausa yang menandai apa yang hendak dibicarakan oleh pembicara atau
pengarang. Secara sederhana, subjek disebut dengan pokok kalimat. Subjek
sendiri dapat berbentuk jenis-jenis kata benda, atau bisa juga berbentuk contoh
frasa nomina.
Contoh:
 Ibu sedang berbelanja ke pasar. (Ibu= subjek yang berbentuk kata kerja).
 Ayah Andi bekerja di perusahaan multinasional. (Ayah Andi= subjek yang
berbentuk frasa nomina).

2. Predikat

Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, predikat merupakan bagian


kalimat yang menandai apa yang hendak diucapkan oleh pembicara atau penulis
tentang subjek. Predikat biasanya diletakkan setelah subjek. Biasanya, predikat
dapat berupa jenis-jenis kata kerja atau contoh frasa verba dalam bahasa
indonesia.

Contoh:

 Adik bermain bola. (bermain= predikat yang berbentuk kata kerja).


 Adik sedang bermain bola. (sedang bermain= predikat yang berbentuk
frasa verba).

3. Objek

Objek merupakan unsur kalimat yang diletakkan setelah subjek. Objek biasanya
digambarkan sebagai korban yang dikenai perbuatan oleh subjek. Dalam kalimat

3
pasif, objek biasanya dileakkan di awal kalimat menggantikan posisi subjek.
Sementara itu, dalam kalimat intransitif dan kalimat semitransitif, unsur kalimat
ini tidak digunakan sama sekali, dan fungsinya digantikan oleh unsur pelengkap
dan keterangan. Sama seperti subjek, objek sendiri juga dapat berupa kata benda
ataupun frasa nomina.

Contoh:

 Agus sedang membacakan puisi. (puisi= objek yang berbentuk kata kerja).


 Maya sedang mengerjakan PR Matematika. (PR Matematika= objek yang
berbentuk frasa nomina).
4. Pelengkap

komplimen merupakan unsur kalimat yang letaknya berada di sebelah objek atau
bisa juga diletakkan di sebelah kalimat jika kalimat itu merupakan kalimat
intransitif dan semitransitif yang tidak membutuhkan keberadaan objek di
dalamnya. Pelengkap seringkali disamakan dengan objek, bahkan dengan
keterangan. Padahal, pelengkap mempunyai perbedaan dengan objek maupun
keterangan.

Salah satu cara membedakan pelengkap dan objek adalah dengan melihat kata


atau frasa yang ada setelah predikat. Jika kata yang ada di sebelah predikat itu
adalah kata benda atau frasa nomina, maka dipastikan bahwa itu adalah objek.
Dengan demikian, kata atau frasa selain itu adalah pelengkap. Sementara itu, salah
satu cara membedakan pelengkap dan objek adalah dari segi posisi kedua unsur
tersebut. Posisi unsur pelengkap terletak di sebelah predikat atau objek dan tidak
bisa dipindah ke posisi lainnya, sedangkan keterangan posisinya bisa di sebelah
objek, predikat, pelengkap, bahkan di awal kalimat sekali pun. Pelengkap sendiri
dapat berupa klausa dalam bahasa indonesia, frasa verba, contoh frasa adjektiva
dalam kalimat, kata benda atau pun contoh frasa preposisional dalam bahasa
Indonesia.

Contoh:

4
 Andi mengatakan bahwa baju itu adalah kepunyaannya. (baju itu adalah
kepunyaannya= pelengkap yang berbentuk klusa).
 Wajah Andi terlihat begitu murung. (begitu murung= pelengkap yang
berbentuk frasa adjektiva).
5. Keterangan

Seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, bahwa keterangan merupakan unsur


kalimat yang dapat diletakkan setelah pelengkap, objek, predikat, dan bahkan di
awal kalimat sekalipun. Adapun definisi keterangan sendiri–yang dikutip dari
KBBI–adalah jenis-jenis kata atau kelompok kata yang menerangkan kata atau
bagian kalimat lainnya. Keterangan atau jenis-jenis kata keterangan dapat berupa
keterangan tempat, waktu, cara, dan sebagainya.

Contoh:

 Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (di pasar = keterangan tempat).


 Amalia mengerjakan tugas sekolah di malam hari. (di malam hari=
keterangan waktu).
2.3 Pola Kalimat

pola kalimat dasar beserta contohnya adalah sebagai berikut:

Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti,
belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur
seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat,
objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe
sebagai berikut.

2.3.1    Kalimat Dasar Berpola S - P


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat
untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
2.3.2    Kalimat Dasar Berpola S - P - O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek
berupa nomina atau frasa nominal.

5
2.3.3    Kalimat Dasar Berpola S – P - Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.

Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam.


      S               P          Pel.
2.3.4    Kalimat Dasar Berpola S – P – O - Pel.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,
objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
  S           P             O       Pel.
2.3.5    Kalimat Dasar Berpola S – P - K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki
unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau
frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
     S            P                   K
2.3.6    Kalimat Dasar Berpola S – P – O - K
subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif,
objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi.
2.3.7    Kalimat Dasar Berpola S – P - Pel. - K
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif
atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
    S           P          Pel.              K
2.3.8    Kalimat Dasar Berpola S – P – O - Pel. - K

6
  subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,
objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
  S           P              O         Pel.           K

2.4 Jenis Kalimat


Berdasarkan pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis, yakni  :
2.4.1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang
tanpa melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan.
Kalimat ini ditandai dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat
kutipan dengan kalimat penjelas.
Contoh :
 “Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar
 Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku
beri kabar lagi.”
 “Andai waktu itu ibumu ini tidak lari, Nak,” Ibu mulai bercerita, “tidak
mungkin kamu bisa sampai sebesar ini. Karena kalo ibu tidak lari, kita
pasti ikut hangus bersama desa kita.

2.4.2. Kalimat Tidak Langsung


Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi
atau pokok ucapan yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip
keseluruhan kalimatnya.
Contoh :
 Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya ia tidak terlalu
senang dengan kabar perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
 Tadi Bu Neti berpesan jika hari beliau tidak dapat masuk kelas karena
suatu urusan. Namun, beliau memberikan tugas untuk mengerjakan LKS
halaman 75.

7
 Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih merasa
mendapat bully-an dari teman sekelasnya

Dilihat dari jumlah frasanya, kalimat dapat dibedakan menjadi :

2.4.3.  Kalimat Tunggal


Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, yang
terbentuk dari satu pola. Berikut ini pola – pola dalam kalimat tunggal beserta
contohnya :

No Pola Kalimat Kategori Kata Contoh

Kata Benda (KB) + Kata Kerja (KK) Pendemo berorasi.


Subjek (S) + Predikat
1 Kata Benda + Kata Sifat (KS) Pemilik villa itu menakutkan.
(P)
Kata Benda + Kata Bilangan (KBil) Harga sofa itu dua juta rupiah

S + P + Keterangan
2 KB + KK +(Konjungsi + Kata Benda) Ayu menari dengan gemulai.
(K)

S + P + Pelengkap
3 KB1 + KK + KB2 Mukanya bersemu merah.
(Pel)

4 S+P+O KB1 + KK + KB2 Ayah membeli roti.

5 S+P+O+K KB1 + KK + KB2 +(Konjungsi + KB3) Rasya menikahi gadis itu di Bali.

6 S + P + O + Pel KB1 + KK + KB2 + KB3 Ayah membelikan aku sebuah bunga

Kalimat tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi


dua yakni kalimat nomina dan kalimat verbal :

1. Kalimat Nomina

Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata
bilangan atau kata sifat) sebagai predikat

Contoh :

8
 Tentara itu tewas di medan perang.
 Adik saya ada dua orang
2. Kalimat Verbal

Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja


sebagai predikat.

Contoh :

 Andi mengayuh  sepedanya pelan.


 Siska makan di kamarnya.
2.4.4. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat
tunggal yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal
dengan yang lain, kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara
(baca : contoh kalimat majemuk setara), bertingkat (baca : contoh kalimat
majemuk bertingkat), dan campuran (baca : contoh kalimat majemuk campuran).

1. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat
tunggal, di mana kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat
majemuk setara dibagi lagi menjadi beberapa jenis, seperti berikut

a) . Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan


penggunaan kata hubung (konjungsi) “dan” atau “serta”.

Contoh :

Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan  Andi


akan mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di
sana.

9
b) Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata
hubung (konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan
sebagainya.

Contoh :

Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk


tidak ikut.

c) Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung


“atau”.

Contoh :

Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman
atau tetap tinggal di sini bersama ayahnya.

d) Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung


“bahkan”.

Contoh :

Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah
mendapatkan gelar sarjana pertamanya.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua


kalimat tunggal atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang
berbeda, yakni sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk
bertingkat dapat dibagi menjadi 10 jenis berdasarkan penggunaan kata hubung
atau konjungsinya, yakni,

a). Waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.

Contoh :

10
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia
masih bayi.

b). Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.

Contoh :

Tia memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan
ayahnya.

c). Akibat: “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.

Contoh :

Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak


hingga Singapura dan Malaysia.

d). Syarat: “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.

Contoh :

Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui


hubungan mereka.

e). Perlawanan: “meskipun”, “walaupun”, dsb.

Contoh :

Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang 
tetap menolak dipindahkan.

f). Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.

Contoh :

Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi
di kafe itu.

g). Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.

11
Contoh:

Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.

h). Perbandingan: “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.

Contoh :

Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan


bulan.

i). Pembatasan: “kecuali”, “selain”, dsb.

Contoh :

Dia sangat jago di semua mata pelajaran kecuali pelajaran olahraga.

j). . Alat: “dengan + kata benda”

Contoh:

Orang itu pergi ke kantor dengan menggunakan mobil

3. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk setara merupakan kalimat majemuk yang menggabungkan


kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk setingkat. Kalimat majemuk
campuran terdiri dari sekurang – kurangnya tiga kalimat tunggal.

Contoh :

Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba


di rumah mereka.

12
(kata hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika”
menyatakan kalimat majemuk bertingkat.)

Menurut pembagian berdasarkan isi atau fungsi suatu kalimat, kalimat


dibedakan menjadi lima jenis, seperti berikut:

2.4.5. Kalimat Berita atau Pernyataan (Kalimat Deklaratif)

Merupakan kalimat yang bertujuan untuk menyampaian suatu informasi.


Kalimat ini dalam penulisannya  di akhiri dengan tanda baca titik (.).Dalam
pembacaannya, pada akhir kalimat biasanya memiliki intonasi yang menurun.

Contoh :

Ari tengah berlari ke hutan. (memberitahu kepastian)

Aku menolak hadir dalam acara tersebut. (memberitahu pengingkaran)

Pemain baru itu sepertinya tidak periu dikhawatirkan. (memberitahu kesangsian)

2.4.6. Kalimat Tanya (Kalimat Interogatif)

Merupakan kalimat digunakan untuk mencari tahu suatu informasi atau


jawaban atau respon dari lawan bicara. Kalimat ini dalam penulisannya di akhiri
dengan tanda baca tanya (?). Contoh :

Bagaimana kabarmu hari ini?

Apakah kau sudah bertemu langsung dengan ayahnya?

Di mana kamu tinggal sekarang?

Siapa yang mengantarkanmu ke rumah tadi?

Kapan terakhir kali Anda melihat pria tersebut?

Mengapa kamu nampak ceria sekali hari ini?

13
2.4.7. Kalimat Perintah (Kalimat Imperatif)

Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberikan


perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam penulisannya,
kalimat perintah akan diakhiri dengan tanda baca seru (!). Serta dalam
pembacaannya, pada akhir kalimat biasanya digunakan intonasi yang meninggi.

Contoh :

Tolong ambilkan kertas di meja itu! (permohonan)

Jangan mendekat! (larangan)

Mari kita jaga kelestarian hutan lindung? (ajakan)

2.4.8. Kalimat Seruan

Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti


kalimat perintah, dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan
intonasi yang tinggi. Dalam penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan
tanda seru (!).

Contoh :

Wah, indah sekali pantai!

Hore, aku menang!

2.4.9.  Kalimat Pengandaian

Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan


dari penulis atau pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian
dalam penulisannya diakhiri dengan tanda baca titik (.).

Contoh:

14
Andai saja aku bisa mengulang waktu kembali.

Seandainya aku menjadi dokter nantinya, aku hanya akan pergi ke daerah
terpencil dan memberikan pengobatan bagi yang membutuhkan di sana.
2.5 Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan


kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan
yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis.  Kalimat efektif adalah kalimat yang
terdiri atas kata-kata yang mempunyai unsur SPOK atau kalimat yang mempunyai
ide atau gagasan pembicara/ penulis.

Penggunaan kalimat efektif :

 Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis,


disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya
 Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para
sastrawan atau wartawan.

Kalimat Efektif dan Penekanan Ide Pokok :

1. Posisi Kata dalam Kalimat

Delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)


akhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamain di Aceh. Pimpinan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan delegasi pemerintah Indonesia akhirnya
sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di Aceh. Akhirnya delegasi
pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sepakat
memulai perundingan tentang perdamaian di Aceh. Perundingan tentang
perdamaian di Aceh akhirnya sepakat dimulai oleh delegasi pemerintah Indonesia
dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

15
2. Urutan Logis

Penderitaan para pengungsi itu susah, sulit, dan tragis. Yang datang saat itu
para lurah, camat, dan para bupati sePropinsi Sumatera Selatan.

3. Pengulangan Kata

Pembangunan dapat dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai


banyak dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik,
dimensi sosial, dan dimensi budaya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap. Kalimat yang
jumlahnya banyak pada hakikatnya disusun dengan pola tertentu yang jumlahnya
sedikit. Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P),
Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur
pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan
tugasnya masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus
memiliki unsur Subjek (S) dan Prediket (P).Kalimat yang jumlahnya banyak
biasanya disusun dengan pola yang mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun
berdasarkan unsur-unsur pembangin kalimat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan pikiran dan gagasan
yang dapat dimengerti oleh orang lain dan menarik perhatian pembaca mengenai
pokok pembicaraan.Kalimat efektif juga mempunyai ciri-ciri khas, yaitu

16
kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata,
kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.Jadi, yang
dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. 2)
Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

3.2 Saran
Dari makalah ini, diharapkan pembaca mengerti dan memahami tentang
Penggunaan Kalimat. Pembaca juga diharapkan dapat mengambil manfaat dari
makalah yang telah kami susun. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
memperbaiki penulisan makalah yang selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

nurwardani, p. (2016). bahasa indonesia untuk perguruan tinggi. jakarta:


kementerian riset, teknologi dan pendidikan tinggi republik indonesia.

resmini, n. (2016). direktori file UPI. Retrieved maret 16, 2020, from KALIMAT
EFEKTIF: http://file.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai