Anda di halaman 1dari 41

TUGAS KELOMPOK

BAHASA INDONESIA

NO NAMA NIM
1. Clara Sareskiya 2193310032
2. Desi Sitorus 2193310003
3. Deta Kumala Johan 2193310025
4. Halma 2193310014
5. Heny Kencana 2193310033
6. Icha Rahmaputri 2193310006

HARI KULIAH : RABU /07.50-09.30


DOSEN : MALIK HIDAYAT, S.Ag, M.Pd

AKADEMI AKUNTANSI
YAYASAN ADMINISTRASI INDONESIA
JAKARTA, 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan makalah Bahasa Indonesia
dengan tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin penulis upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para baca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

                                                                          Jakarta, 01 Juli 2020

                                                                                            Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
1. PEGERTIAN KALIMAT.................................................................................................................2
2. PENGERTIAN KALIMAT MENURUT PARA AHLI...........................................................................3
3. UNSUR-UNSUR KALIMAT...........................................................................................................4
I. Subjek (S)...............................................................................................................................4
II. PREDIKAT...............................................................................................................................6
III. OBJEK...............................................................................................................................10
IV. PELENGKAP......................................................................................................................11
V. KETERANGAN......................................................................................................................13
4. POLA KALIMAT.........................................................................................................................15
5. JENIS-JENIS KALIMAT...............................................................................................................18
6. CIRI-CIRI KALIMAT....................................................................................................................27
7. KESALAHAN DALAM PENULISAN KALIMAT..............................................................................28
8. PENYEBAB SUATU TUTURAN MENJADI KURANG EFEKTIF.......................................................30
9. KALIMAT PASIF, KALIMAT NEGATIF, DAN INTEROGATIF..........................................................33
BAB III................................................................................................................................................37
PENUTUP...........................................................................................................................................37
1. KESIMPULAN............................................................................................................................37
2. SARAN......................................................................................................................................37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang lain
maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang disampaikan dalam pembicaraan
atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah
tertentu. Bahasa sebagai simbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang secara
fungsional saling berhubungan sebagai suatu sistem. Satuan terkecil yang mengandung
makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar yang
mengandung pikiran berupa kalimat.

Dalam dunia pendidikan, kita telah mengenal yang namanya “kalimat”. Kalimat sering
kita nyatakan dengan tulisan maupun tulisan. Kalimat juga sering disampaikan dalam
berbagai Bahasa. Dalam kegiatan sehari-hari, kita sering menjumpai kalimat, seperti kalimat
dalam berita pagi, kalimat dalam buku yang kita baca, kalimat dari buku harian kita, dan
sebagainya.

Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana pengertian
kalimat, bagian-bagiannya dan jenis kalimat tunggal. Oleh karena itu penulis berusaha untuk
memberikan pemahaman tentang  pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah
ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji. Kami
akan menyusun sebuah makalah Bahasa Indonesia mengenai “Kalimat”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Apa saja yang termasuk unsur-unsur kalimat?
3. Apa saja yang termasuk kedalam pola dasar kalimat?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian kalimat dan mengetahui unsur-unsur yang membentuk kalimat.
2. Mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada sebuah kalimat.
3. Memahami berbagai macam pola dasar pembentuk sebuah kalimat dan mampu
mengidentikasi pola dasar pada suatu kalimat.
4. Mampu memproduksi kalimat berdasarkan unsur dan pola dasar yang tepat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. PEGERTIAN KALIMAT
Kalimat dapat dipahami sebagai suatu bahasa terkecil yang dapat
digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Pakar menyampaikan bahwa
kalimat adalah suatu bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi
akhir dan secara aktual dan potensial terdiri atas klausa. Klausa merupakan satuan
kebahasaan yang merupakan kelompok kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan
predikat.
Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan
kalimat dimulai dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!).
Kalimat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah:
 Kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
 Perkataan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri.
 Mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas
klausa.
Dalam berbagai literatur sering kita temukan bahwa kalimat diartikan
sebagai kumpulan kata-kata dan memenuhi unsur subjek, predikat, dan objek. Dalam
kenyataannya tidak semua kalimat yang digunakan dalam tuturan sehari-hari
memenuhi persyaratan tersebut.
Kalimat yaitu rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan,
pikiran, atau perasaan. Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada
kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila tidak
memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi disebut frasa.
Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Bila diekspresikan
kedalam wacana tulisan, kalimat itu akan tampak dengan penandaan berupa penulisan
ejaan yang disempurnakan, seperti penulisan diawali dengan hurup kapital dan
diakhiri dengan tanda baca titik(.), seru(!), dan tanya(?).

2
2. PENGERTIAN KALIMAT MENURUT PARA AHLI
1) Menurut Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa.
2) Menurut Bloomfield, 1955
Kalimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu
bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.
3) Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985)
Kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu
bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain.
4) Menurut Lado (1968)
Kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas
lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat
adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.
5) Menurut Ramlan (1996)
Kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa,
yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.
6) Menurut Slametmuljana (1969)
Kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut
sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata,
mungkin lebih.
7) Menurut Kridalaksana (2001:92
Kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;
klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk
satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
8) Menurut Oxford
Kalimat adalah seperangkat kata yang lengkap dengan sendirinya, biasanya
berisi subjek dan predikat, menyampaikan pernyataan, pertanyaan, seru, atau
perintah, dan terdiri dari klausa utama dan kadang-kadang satu atau lebih
klausa subordinat.

3
3. UNSUR-UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
I. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
 Ayahku sedang melukis.
 Meja direktur besar.
 Yang berbaju batik dosen saya.
 Berjalan kaki menyehatkan badan.
 Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S
yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh
S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh
frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu


merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun
jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda,
namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku
pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak
lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai
S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak
jelas pelaku atau bendanya.
 Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
 Di sini melayani obat generic.
 Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada

4
contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.

Ciri-ciri subyek yaitu :

a. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa


Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
b. Dapat disertai kata ini atau itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).
Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu atau ini. Subjek
yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama
diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata ini atau itu.
c. Tidak didahului kata depan/preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.
Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu
sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
d. Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping
nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata
penunjuk itu.

5
II. PREDIKAT
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan
subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.
termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P.
katameringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok
katasedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa
ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam
keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang
tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g)
memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-
kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.

1. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.


2. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
3. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak
ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu
(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota
kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang
tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c)
tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang
pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru
merupakan kelompok kata atau frasa.

6
Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa,


atau berapa.
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi
atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat.
Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk
menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi).
Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang
berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
2. Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
3. Dapat disertai kata pengingkaran tidak, atau bukan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran
yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini
digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di
samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan
penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
4. Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-
kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa
nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata
sifat, kata atau kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan

Predikat berupa kata (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan
kata depan) dan kelompok kata.

Predikat berupa kata (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan
kata depan) dan kelompok kata.

Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sebagai berikut:
a. Predikat berupa kata benda atau frasa nomina
Mereka itu mahasiswa.
Bapak itu pimpinan perusahaan.
b. Predikat berupa kata kerja atau frasa verbal.
Mereka belajar di teras rumah.
Dia datang memenuhi janjinya.
c. Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.

7
Mereka malas ke sekolah pagi ini.
Harganya mahal sekali.
d. Predikat berupa kata bilangan atau numeralia.
Kenaikan rata-rata 5 %.
Jumlah penonton sekitar seribu orang.

Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan
sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang
berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan
untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa
numeralia.

Contoh :

Mereka sedang berdiskusi.


Pertemuan itu kurang menari.

Kata Adalah atau Ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama
digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas
antara subjek dan pelengkap tidak jelas.

Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk
predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina
atau predikat kata merupakan.

Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas


Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata
aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di

depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa
dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara
(subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

8
Peran dalam predikat
Peran predikat dalam kalimat mengungkapkan tiga informasi, yaitu:

a. Pernyataan
Contoh:
Pedagang terkenal itu anak seorang nelayan.
                                                (Predikat berupa frasa nominal).

b. Perintah
Dalam peran perintah perlu diperhatikan beberapa cacatan penting.
i. Subyek dapat ditiadakan.
ii. Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru.
iii. Dapat berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang, pergi,
gerak, dan tenang.
iv. Partikel lah mempertegas (kalimat) perintah.
v. Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan
harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan,
dan larangan, sepeti contoh:
Harap tenang!
Perhatikan baik-baik!
Jangan dibagikan dahulu!
c. Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta
tanda tanya (?) dalam kalimat tulis. Perlu diketahui beberapa hal tentang
peran pertanyaan ini.
i. Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat
menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam semua contoh.
ii. Partikel kah dapat ditambahkan sebagai penekanan.
Contoh: Marahkah dia?.
iii. Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun,
predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan.
Contoh: Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)
Dia kesini kemarin? (Pertanyaan).
iv. Kata tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana,
kapan dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.
Contoh: Apa isi surat ini?

9
III. OBJEK
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P
yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O,
contoh di bawah ini:
 Nurul menimang …
 Arsitek merancang …
 Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk
dilengkapi.

 Nenek mandi.
 Komputerku rusak.
 Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang
dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

 Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O).


 Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
 Orang itu menipu adik saya (O).

 Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

10
a. Langsung mengikuti predikat.
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat
pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
c. Tidak didahului kata depan atau preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului
preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat
disisipkan preposisi.
d. Dapat didahului kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak
kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

IV. PELENGKAP
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini:
 Ketua MPR membacakan Pancasila.

S P O
 Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

S P O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa
adjectival dan frasa preposisional.

11
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila
dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan
penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh
pelengkap dalam kalimat.
 Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
 Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
 Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
 Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
 Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Melengkapi makna kata kerja (predikat)


Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
 Diah mengirimi saya buku baru.
 Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap
dan tidak mendahului predikat.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang
didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan
dijelaskan setelah bagian ini.
c. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat
itu.
d. Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa.
e. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.

12
V. KETERANGAN
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi
lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi
informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat
berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai
oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,
oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata
penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
Ciri-ciri keterangan yaitu :
 Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.
 Tidak Terikat Posisi

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki


kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau
akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.

Jenis-jenis keterangan:

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.


a) Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan
waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.

13
Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan
minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai
oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
b) Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang
ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
c) Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan
perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh
kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
d) Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab
yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti
oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak
kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
e) Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan
tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya,
agar, atau untuk.
f) Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau
objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–),
atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
¨ Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
g) Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun
objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi
dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan
tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti
contoh berikut.
¨ Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan
unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
h) Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,
predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan
dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contohnya sebagai berikut.
¨ Mahasiswa yang mempunyai IP tigalebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang
mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP
tiga lebih.

14
4. POLA KALIMAT
1) S-P
Pola ini terhitung pola kalimat yang paling dasar dan sederhana. Sebab, pola
ini hanya berupa subjek (S) dan predikat (P) saja. Kalimat dasar tipe ini
mempunyai sebuah unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat pada tipe ini
bisa berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Adapun
beberapa contoh kalimat yang menggunakan pola ini adalah sebagai berikut.

 Ayah Bekerja. (S= Ayah, P= bekerja).

 Petani bercocok tanam. (S= Petani, P= bercocok tanam ).

 Ibu Guru sedang mengajar. (S= Ibu Guru (subjek berbentuk frasa
nomina), P= sedang mengajar).

 Mereka sedang bersepeda. =S – P (Kata Kerja).


 Ibunya guru SMA. = S – P (Kata Benda).
 Pemandangan itu indah.= S – P (Kata Sifat).
 Peserta pengajian ini seratus puluh orang. = S P (kata bilangan).

2) S-P-O

Pola yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), dan objek (O) ini biasanya
dipakai pada contoh kalimat deklaratif aktif transitif dan kalimat aktif transitif.
15
Pada kalimat dasar tipe ini mempunyai suatu unsur subjek, predikat, dan
objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa suatu verba
transitif, dan objek berupa suatu nomina atau frasa nominal. Adapun bebrapa
contoh kalimat dengan pola ini adalah sebagai berikut:

 Ibu menanak nasi. (S= Ibu, P= menanak, O= nasi).

 Adik sedang memainkan piano. (S= adik, P= sedang memainkan, O=


piano).

 Anak-anak sedang mengerjakan soal-soal ujian. (S= anak-anak, P=


sedang mengerjakan, O= soal=soal ujian).

 Mereka sedang merangkai karangan bunga. = S – P – O.

3) S-P-PEL

Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan pelengkap (Pel). Biasanya,
pola ini digunakan dalam contoh kalimat deklaratif aktif intransitif, contoh
kalimat deklaratif semitransitif, kalimat aktif intransitif, dan contoh kalimat
aktif semitransitif. Pada alimat dasar tipe ini mempunyai sebuah unsur subjek,
predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa suatu verba intransitif atau sebuah kata sifat, dan pelengkap berupa
nomina atau adjektiva. Contoh :

 Tubuhnya berlumuran keringat. (S= tubuhnya, P= berlumuran, Pel=


keringat)
 Langit malam ini bertaburan bintang-bintang. (S= langit malam ini, P=
bertaburan, Pel= bintang-bintang)
 Anak-anak sedang bermain layang-layang. (S= anak-anak, P= sedang
bermain, Pel= layang-layang).

4) S-P-K

Merupakan pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan Keterangan (K).
Pola ini biasanya dapat dijumpai pada kalimat deklaratif aktiif intransitif dan
kalimat aktif intransitif. Kalimat dasar tipe ini mempunyai sebuah unsur
subjek, predikat, dan harus mempunyai sebuah unsur keterangan karena
diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif, dan keterangan berupa sebuah frasa berpreposisi.
Adapun contoh pola ini adalah sebagai berikut:

 Anak-anak bermain di lapangan. (S= anak-anak, P= bermain, K= di


lapangan).
 Burung-burung bersahutan di pagi hari. (S= burung-burung, P=
bersahutan, K= di pagi hari).
 Paman sedang bercukur dengan menggunakan pisau cukur. (S=
Paman, P= sedang bercukur, K= dengan menggunakan pisau cukur).
 Mereka berasal dari Jakarta = S – P – K.

16
5) S-P-O-K

Pola ini merupakan pola yang paling umum dan paling dikenal di masyarakat.
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa pola ini terdiri atas subjek (S),
predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Pada kalimat dasar tipe ini
mempunyai sebuah unsur subjek, predikat, objek, dan sebuah keterangan.
subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif,
pada objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pada keterangan berupa
sebuah frasa berpreposisi. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:

 Ibu membeli sayur-sayuran di pasar tradisional. (S= Ibu, P= membeli,


O= sayur-sayuran, K= di pasar tradisional).
 Dimas mengerjakan tugas sekolah dengan sungguh-sungguh. (S=
Dimas, P= mengerjakan, O= tugas, K= dengan sungguh-sungguh).
 Para petani menanam padi di pagi hari. (S= para petani, P= menanam,
O= padi, K= di pagi hari).
 Kami memasukkan buku ke dalam tas. = S – P – O – K.

6) S-P-O-PEL

Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan pelengkap (Pel).
Pada kalimat dasar tipe ini memilikimempunyai sebuah unsur subjek, predikat,
objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa sebuah verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.Adapun contohnya adalah
sebagai berikut:

 Ibu membelikan adik pakaian baru. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik,


Pel= pakaian baru).
 Adik membelikan kucingnya makanan kucing. (S= Adik, P=
membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan kucing).
 Dia mengirimi saya surat.bunga = S – P – O – Pel.

7) S-P-PEL-K

17
Adalah pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), pelengkap (Pel), dan
keterangan (K). Pada kalimat dasar tipe ini mempunyai sebuah unsur subjek,
predikat, pelengkap, dan sebuah keterangan. pada Subjek berupa nomina atau
frasa nominal, pada predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pada
pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan pada keterangan berupa frasa
berpreposisi. Contoh:

 Tubuhnya berlumuran keringat karena bekerja keras seharian. (S=


tubuhnya, P= berlumuran, Pel= keringat, K= karena bekerja keras
seharian).
 Anak-anak bermain bola di tanah lapang. (S= anak-anak, P= bermain,
Pel= bola, K= di tanah lapang).
 Soraya bermain sepeda di lapangan. = S – P – Pel – K.

8) S-P-O-PEL-K

Merupakan pola kalimat yang paling kompleks dan lengkap karena semua
unsur kalimat terkandung di dalamnya. Pada kalimat dasar tipe ini mempunyai
sebuah unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan sebuah keterangan. pada
subjek berupa nomina atau frasa nominal, pada predikat berupa verba
intransitif, pada objek berupa nomina atau frasa nominal, pada pelengkap
berupa nomina atau frasa nominal, dan pada keterangan berupa frasa
berpreposisi. Contoh:

 Ibu membelikan adik sepatu baru pada hari Minggu kemarin. (S= Ibu,
P= membelikan, O= adik, Pel= sepatu baru, K= pada hari Minggu
kemarin).
 Adik membelikan kucingnya makanan kucing dengan uang sakunya
sendiri. (S= adik, P= membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan
kucing, K= dengan uang sakunya sendiri).

5. JENIS-JENIS KALIMAT

Jenis kalimat itu dibedakan berdasarkan berbagi kriteria atau sudut pandang. Oleh
karena itu, dalam kepustakaan linguistik dan berbagai buku tata bahasa kita dapati
banyak sekali istilah untuk menamakan jenis-jenis kalimat, ini lah jenis-jenis kalimat :

A. Kalimat Dilihat dari Segi Maknanya


Jika kita tinjau dari segi maknanya (nilai komunikatifnya), maka kalimat
terbagi menjadi lima kelompok, yakni (1) kalimat berita, (2) kalimat perintah,
(3) kalimat tanya, (4) kalimat seru, dan (5) kalimat emfatik.

 Kalimat Berita
Kalimat berita, yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif, adalah
kalimat yang isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau
pendengar. Jika suatu saat kita mengetahui ada kecelakaan lalu lintas
dan kemudian menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain, maka

18
kita memberitakan kejadian itu. Kalimat berita dapat bermacam-
macam, sebagai berikut:
 Kemarin sore ada angkutan kota menabrak pengendara motor.
 Pada pagi terjadi kecelakaan beruntun yang menyebabkan
kemacetan lalu lintas.
 Banjir yang terjadi di Bekasi merendam perumahan warga.
 Terjadi kebakaran besar di pasar Obor Jakarta Timur.
Dari segi bentuknya, kalimat diatas bermacam-macam. Ada yang
memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif, dan
sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat nilai komunikatifnya, maka
kalimat diatas adalah sama, yakni semua merupakan kalimat berita.
Dengan demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja.
Asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisnya,
kalimat berita diakhiri dengan tanda titik. Dalam bentik lisan, nada
suara berakhir dengan nada turun.

 Kalimat Perintah
Kalimat perintah, atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang
maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat
yang dapat memiliki bentuk perintah pada umumnya adalah kalimat
taktransitif atau transitif (baik aktif maupun pasif). Kalimat yang
predikatnya adjektiva kadang-kadang dapat juga memiliki bentuk
perintah, bergantung pada macam adjektivanya. Sebaliknya, kalimat
yang bukan verbal atau adjektival tidak memiliki bentuk perintah.
Berikut contoh kalimat perintah.

 Kalimat Perintah Taktransitif


Kalimat perintah traktransitif dibentuk dengan mengikuti kaidah
berikut.
 Hilangkan subjek, yang umumnya berupa pronomina persona
kedua.
 Pertahankan bentuk verba seperti apa adanya.
 Tambahlah partikel –lah bila dikehendaki untuk sedikit
memperhalus isisnya. Dari contoh berikut.
Anda naik bus kota sekali-kali.
Naik bus kota sekali-kali!
Naiklah bus kota sekali-kali!
Kamu berlibur ke tempat nenekmu.
19
Berliburlah ke tempat nenekmu!
Baik verba traktransitif yang berupa kata dasar (naik), maupun yang
turunan (berlibur), tidak mengalami perubahan apa-apa.

 Kalimat Perintah Transitif Aktif


Kaidah untuk membuat kalimat perintah yang verbanya transitif mirip
dengan kaidah yang untuk taktransitif kecuali mengenai bentuk
verbanya. Pada kalimat transitif, verbanya harus diubah menjadi
bentuk perintah terlebih dahulu dengan menanggalkan prefiks meng-
dari verbanya. Kalimat (a) adalah kalimat berita, sedangkan kalimat (b)
kalimat perintah.
 Engkau mencari pekerjaan apa saja.
 Carilah pekerjaan apa saja.
 Kamu membelikan adikmu sepatu baru.
 Belikanlah adikmu sepatu baru.
 Saudara memberangkatkan kereta itu sekarang.
 Berangkatkan kereta itu sekarang.
Perlu kiranya diperhatikan bahwa yang dihilagkan hanyalah prefiksnya
saja, sedangkan sufiksnya masih tetap dipertahankan. Jika prefiksnya
terdiri atas dua unsur, seperti memper- atau member- maka hanya
mem-nya yang dihilangkan.

 Kalimat Perintah Bentuk Pasif


Kalimat perintah dapat pula dinyatakan dalam bentuk pasif. Bentuk
verbanya masih tetap dalam bentuk pasif, dan urutan katanya juga
tidak berubah. Dalam bentuk tulis, bentuk itu ditandai lagi dengan
tanda baca seru (!). Sedangkan dalam bentuk lisan dengan nada yang
agak naik.
 Kontrak ini dikirim sekarang!
 Konsep perjanjian itu diketik serapi-rapinya, ya!
 Dijual saja mobil tua seperti itu.

Pemakai bentuk pasif dalam kalimat perintah sangat umum dalam


bahsa Indonesia. Hal itu mungkin berkaitan dengan keinginan penutur

20
untuk meminta agar orang lain melakukan sesuatu untuknya, tetapi
tidak tidak secara langsung.

 Berdasarkan diathesis kalimat


 Kalimat Aktif
Kalimat yang subjeknya langsung melakukan pekerjaan
terhadap objeknya. Kata kerja kalimat aktif umumnya ditandai
oleh awalan me-. Tapi tidak sedikit kalimat aktif yang
predikatnya tidak disertai imbuhan tersebut misal, makan dan
minum. Contohnya : Ani menggunakan kaleng untuk
menciptakan bunyi.
 Kalimat Pasif
Kalimat pasif kata kerjanya cenderung memakai di- atau ter-.
Contohnya : Bangunan itu dikerjakan dengan baik oleh para
teknisi ternama.

 Berdasarkan Urutan kata


 Kalimat Normal, Kalimat yang subjeknya mendahului
predikatnya. Kalimat berpola dasar.
 Kalimat Inverse, Kalimat ini jenis ini adalah kebalikan dari
kalimat normal. Dimana predikatnya mendahului objek.
 Kalimat Minor, Kalimat yang mempunyai satu inti fungsi
gramatikalnya. Bentuk kalimat minor seperti kalimat tambahan,
kalimat jawaban, kalimat salam, panggilan maupun judul.
 Kalimat Mayor, Kalimat mayor hanya mempunyai subjek dan
predikat. Objek, pelengkap dan keterangan boleh ditambahkan
sesuka hati. Sama seperti pola dasar pertama.

 Berdasarkan Struktur gramatikal


 Kalimat Tunggal, Kalimat tunggal hanya mempunyai Subjek
dan Predikat. Bila dilihat dari unsur penyusunnya, kalimat yang
panjang dalam bahasa indonesia bisa dikembalikan ke bentuk
dasar yang sederhana.
Contoh kalimat tunggal :
Bapak-bapak bersalaman

21
S P

Pola contoh kalimat diatas hanya mempunyai subjek dan


predikat sehingga termasuk kedalam kalimat tunggal.

 Kalimat Majemuk
Orang-orang sering kali menggabungkan beberapa pertanyaan
ke dalam satu kalimat untuk memudahkan dalam
berkomunikasi. Hasilnya, lahirlah penggabungan struktur
kalimat yang didalamnya terdapat beberapa kalimat dasar.
Penggabungan inilah yang dinamakan kalimat majemuk.
Kalimat majemuk ini masih terbagi lagi dalam beberapa jenis,
yaitu sebagai berikut :
 Kalimat Majemuk Setara
Struktur kalimat ini mempunyai dua kalimat tunggal
atau lebih yang bila dipisahkan bisa berdiri sendiri. Kata
penghubung kalimat majemuk setara biasanya
digunakan kata dan, serta, tanda koma (,), tetapi, lalu,
kemudian, atau. Contoh kalimat majemuk setara :
Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Jepang
telah digolongkan negara maju.
 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat mempunyai dua kalimat
yang satunya bisa berdiri sendiri (induk kalimat) atau
bebas sedangkan yang satunya lagi tidak(anak kalimat).
Kata penghubung yang dipakai dalam kalimat majemuk
ini yaitu ketika, sejak, karena, oleh sebab itu, hingga,
sehingga, maka, jika, asalkan, apabila, meskipun,
walaupun, andai kata, seandainya, agar supaya, seperti,
kecuali, dengan. Contoh kalimat majemuk bertingkat :
Ilmuan masih saja mencari asal usul bulan.
 Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah dua jenis kalimat
majemuk (setara dan bertingkat) yang digabungkan.

 Berdasarkan unsur kalimat


 Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap mengikuti pola dasar dari kalimat baik yang
sudah dikembangkan maupun tidak. Penggunaan unsur-

22
unsurnya jelas. Sehingga mudah dipahami. Contoh : Warna
merah melambangkan keberanian.

 Kalimat tidak Lengkap


Kalimat yang satu ini tidak sempurna karena hanya memiliki
salah satu dari unsurnya saja. Kalimat ini biasanya berupa
semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban,
setuan, larangan, sapan dsb. Contoh : Kapan pulang?

 Berdasarkan Pengucapan
 Kalimat Langsung
Kalimat yang secara detai meniru sesuatu yang diujarkan
oranglain. Tanda baca kutip tidak luput dalam jenis kalimat
langsung. Kutipan dalam kalimat langsung berupa kalimat
tanya, kalimat berita ataupun kalimat perintah.
Contohnya : “Letakkan senjatamu!” bentak pak polisi.

 Kalimat Tak Langsung


Kalimat yang melaporkan kembali kalimat yang diujarkan
orang lain. Kutipan dalam kalimatnya senmuany berbentuk
berita.
Contohnya : Bapak Budi berkata padaku bahwa lebih baik
membaca daripada main-main.

 Berdasarkan Bentuk Retorik

23
 Kalimat yang Melepas
Jika sebuah kalimat diawali dengan indu kalimat. gaya
penyajian kalimat tersebut disebut melepas. Unsur anak kalimat
seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan walaupun
unsur ini tidak dilepaskan, kalimat tersebut sudah mengandung
makna.
Contoh :
 Saya akan dibelikan motor oleh ayah jika saya lulus
ujian nasional dengan nilai tertinggi.
 Kau harus selalu mendapatkan IPK diatas 3 di tiap
semester jika ingin lulus dengan
predikat cumlaude nantinya.
 Kita harus melaksanakan kewajiban dahulu sebelum
meminta hak kita.
 Kau harus mengerahkan semua kemampuan terbaikmu
dulu sebelum akhirnya menyerah pasrah pada kenyataan
yang terjadi.
 Kami memutuskan untuk mencari pemasok lain karena
bahan mentah dari mereka tidak berkualitas baik.
 Kita harus memiliki ilmu dan keahlian yang memadai
untuk menghadapi persaingan dunia kerja yang semakin
sengit.
 Aku tidak ingin berteman dengan orang sembarangan
karena tidak ingin terbawa dan terjebak dalam
lingkungan pergaulan yang bebas.
 Dia tidak hadir hari ini karena ingin menghindari
hukuman atas kesalahan yang ia lakukan di hari
sebelumnya.
 Kesalahpahaman ini harus segera dijernihkan sebelum
kedua pihak semakin tersulut emosi dan masalahnya
semakin rumit.
 Renovasi rumah ini harus selesai dalam kurun waktu
satu bulan karena sang pemilik rumah akan kembali ke
kota ini bulan depan.
 Kita harus terus berlatih dan terus meningkatkan
kemampuan diri agar dapat memenangkan kejuaraan
nasional kali ini.
 Kau perlu memperhatikan dan memahami cara
penggunaan dari alat ini agar bisa merasakan
manfaatnya secara maksimal.

24
 Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat.
maka gaya bahasa kalimat tersebut disebut berklimaks.
Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa
bahwa ada sesuatu yang kurang, yaitu induk kalimat. Oleh
karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak kalimat
dengan induk kalimat terasa berklimaks dan terasa membentuk
ketegangan.
Contoh :
 Karena motornya mogok dijalan, ia datang terlambat ke
kampusnya.
 Sebelum ayah dan ibu pulang kerumah, kita harus
segera membereskan rumah yang berantakan ini.
 Karena tidak ingin menambah beban kedua orang tuaku
di usia senja mereka, aku memilih untuk kuliah sambil
bekerja.
 Jika ingin luus dengan predikat cumlaude nantinya, kau
harus selalu mendapatkan IPK diatas 3 di tiap semester.
 Sebelum meminta hak kita, kita harus melaksanakan
kewajiban dahulu.
 Sebelum akhirnya kau menyerah pasrah pada kenyataan
yang terjadi, kau harus mengerahkan semua
kemamppuan terbaikmu dulu.
 Karena bahan mentah dari mereka tidak berkualitas
baik, kami memutuskan untuk mencari pemasok lain.
 Untuk menghadapi persaingan dunia kerja yang
semakin sengit kita harus memiliki ilmu dan keahlian
yang memadai.
 Karena tidak ingin terbawa dan terjebak dalam
lingkungan pergaulan yang bebas, aku tidak ingin
berteman dengan orang sembarangan.
 Karena ingin menghindari hukuman atas kesalahan
yang ia lakukan di hari sebelumnya, dia tidak hadir hari
ini.
 Sebelum kedua pihak semakin tersulut emosi dan
masalahnya semakin rumit, kesalahpahaman ini harus
segera dijernihkan.

25
 Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat disusun dalam bentuk majemuk setara atau bahkan
majemuk campuran, maka gaya penyajian kalimat tersebut
disebut berikbang. Karena strukturnya memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam kalimat yang
bersimetri.
Contoh :
 Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor
domestik dan asing saling berlomba melakukan
transaksi, dan IHSG naik tajam.
 Pekerjaan online mulai berkembang pesat, banyak
mahasiswa dan pengangguran mulai tertarik berbisnis
online.
 Jika Hana selalu makan makanan bergizi, Hana akan
semakin sehat dan tumbuh dengan baik.
 Jika Adit selalu bermain game, Adit akan menjadi
individualis dan kurang peka terhadap sekitar.
 Guru semakin sedikit, semakin banyak siswa tidak
mempunyai guru dan semakin banyak anak bodoh.
 Industri kuliner semakin menjanjikan, para pengusaha
dan pebisnis mulai beralih ke bisnis kuliner.

26
 Berdasarkan Tata Bahasa Modern
 Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur
pusat atau bagian inti.
Contoh :
 Masuk!
 Ayo!
 Apa!
 Ibu, di sekolah, keluar!
 Cita-cita tidak akan tercapai tanpa ada mimpi.Tanpa
ada doa.Tanpa ada ikhtiar
 Lari!
 Ambillah!
 Tiada rotan akar pun jadi
 Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur pusat atau inti.
Contoh :
 Budi membaca
 Ayah membeli motor
 Saya membeli sayuran di pasar
 Fajar menyusun laporan di kantin
 Kamu tidak boleh bermain api di sini
 Adik menangis
 Polisi menangkap pencuri

27
6. CIRI-CIRI KALIMAT
o Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. DAlam bahasa tulis diawali huruf capital dan diakhiri dengan
titik(.), tanda Tanya(?), dan tanda seru(!).
o Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat.
o Predikat transitif disertai objek, predikat intransitive dapat disertai pelengkap.
o Mengandung pikiran yang utuh.
o Menggunakan urutan logis setiap kata atau kelompok kata yang mendukung
fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut
fungsinya.
o Mengandung, satuan makna, ide, atas pesan yang jelas.
o Dalam paragraph yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. Hubungan
dijalin dalam konjungsi, pronominal atau kata ganti, repetisi, atau struktur
sejajar.

o Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan morfem. Fonem
adalah bunyi pada sebuah bahasa yang membedakan makna dalam sebuah
kata, sedangkan morfem adalah bentuk bahasa yang mengandung arti pada
sebuah kata.

o Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan kalimat lengkap.

o Mempunyai pola intonasi akhir.

o Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat.

28
7. KESALAHAN DALAM PENULISAN KALIMAT
i. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan),
yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung
kesalahan pleonastis antara lain:

o Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.


Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

o Kita harus saling tolong-menolong.

Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya
tolong-menolong.

ii. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:

Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.


Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.

Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

iii. Salah pemilihan kata


Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:

Saya mengetahui kalau ia kecewa.

Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.


iv. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:

29
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

v. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)


o Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh
bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat
terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
o Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh
bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.

o Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga


dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini
dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.
Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat
mana?

vi. Kata depan yang tidak perlu


Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak
perlu seperti pada kalimat berikut:

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.


Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga
kalimatnya menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

30
8. PENYEBAB SUATU TUTURAN MENJADI KURANG EFEKTIF
i. Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu
memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan
mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata.


Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran
seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak
keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan.
Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada
kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

ii. Kurang ekonomis pemakaian kata.


Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam
tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari
sudut maknanya, misalnya:
o Membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi

o Sudah pada tempatnya apabila


Seharusnya: sudah selayaknya apabila

o Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan


bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan
bawah dan kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

iii. Kurang logis susunan gagasannya.

31
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada
contoh berikut:

Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat
bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat
putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.

Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:

Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan
daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat
putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan
hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat
bagi tubuh.

iv. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.


Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa
keilmuan.
o Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S
atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
o Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal
bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa
keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan
mengucapkan dan mengatakan.

v. Konstruksi yang bermakna ganda.


Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah,
namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga
tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda
dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
o Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang
dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.

o Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.


Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak?
Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih
baik seperti kalimat berikut:
Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

vi. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.


Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung
di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

32
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah
manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:

o Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah


manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
o Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah
manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

vii. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.


Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan
lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat
perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat,
perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun
kalimat juga (sejajar). Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
o Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan
data, dan menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian
data, dan penganalisisan data.

o Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan
dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan
dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan
dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

33
9. KALIMAT PASIF, KALIMAT NEGATIF, DAN INTEROGATIF

A. Kalimat Pasif
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya sebelum predikat. Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktivitas.
Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-.

Adapun ciri-ciri dari kalimat pasif adalah:


 Subjeknya sebagai penderita.
 Predikatnya berimbuhan di-, ter-, atau ter-kan.
 Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul
oleh kata kerja yang kehilangan awalan).

Kalimat pasif terdiri dari dua:

a. Kalimat pasif transitif adalah kalimat pasif yang memiliki objek.


 Jambu dilempar Tono.
 Ikan mas dimasak Bu Susi.
 Ayam dipukul Udin.
 Novel dibaca Andi di kamar.
 Baju yang bersih telah disetrika Ibu.
 Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
 Buku itu sudah kubeli.
 Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
 Makalah ini harus kami tulis kembali.
 Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat.
 Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
 Bunga anggrek hitam itu terinjak si Anita.
 Fahrizal ditendang Haris

34
b. Kalimat pasif intransitif adalah kalimat pasif yang tidak memiliki objek.
 Buku dibeli.
 Mobil sedang dicuci.
 Mobil itu kemarin tertabrak.
 Budi terlempar ke sungsunga

B. Kalimat Positif

Contoh Kalimat Positif dalam Bahasa Indonesia

 Kami telah mengetahui keberadaannya saat ini.


 Rahmi sudah mengerjakan tugas sekolahnya yang menumpuk itu.
 Aku sudah menyampaikan salammu kepadanya barusan.
 Aku mohon beritahukan soal itu kepadanya.
 Pak Burhan masih menjadi direktur utama perusahaan ini.
 Tas itu masih punyaku.
 Kami memohon kepada kalian untuk atang lagi ke kampung kami.
 Hari ini, pak guru akan mengajar ke kelas kita.
 Besok, aku akan berkunjung ke rumahmu.
 Subuh tadi, ibu berbelanja sebagaimana biasanya.
 Acara festival itu hanya digelar hari ini saja.
 Pembangunan jembatan itu akan selesai hari ini.
 Keluarga Pak Syamsudin akan mudik tahun ini dengan menggunakan
pesawat

35
C. Kalimat Negatif
Kalimat negatif merupakan suatu kalimat yang mengandung kata-kata negatif
seperti tidak, jangan, dan belum di dalamnya.

Contoh Kalimat Negatif dalam Bahasa Indonesia


 Kami tidak mengetahui keberadaannya saat ini.
 Rahmi masih belum mengerjakan tugas sekolahnya yang menumpuk
itu.
 Aku tidak sempat menyampaikan salammu kepadanya, karena aku
tengah terburu-buru saat itu.
 Aku mohon jangan kau beritahu soal itu kepadanya.
 Pak Burhan sudah bukan direktur utama perusahaan ini.
 Tas itu sudah bukan punyaku lagi.
 Kami mohon kalian jangan datang lagi ke kampung kami.
 Hari ini, pak guru tidak  akan mengajar ke kelas kita.
 Besok, aku tidak bisa berkunjung ke rumahmu karena satu dan lain
hal.
 Subuh tadi, ibu tidak berbelanja sebagaimana biasanya.
 Acara festival itu bukan hanya digelar hari ini saja.
 Pembangunan jembatan itu masih belum selesai hingga kini.
 Keluarga Pak Syamsudin tidak akan mudik tahun ini, karena mereka
kehabisan tiket pesawat.

36
D. Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif merupakan kalimat yang dipakai untuk menanyakan
suatu informasi kepada orang lain.

Contoh Kalimat Interogatif dalam Bahasa Indonesia


 Apakah kau telah mengetahui keberadaannya saat ini?
 Sudahkah Rahmi mengerjakan tugas sekolahnya yang menumpuk itu?
 Sudahkah kau sampaikan salamku kepadanya?
 Mengapa aku tak boleh memberitahukan soal itu kepadanya?
 Apakah Pak Burhan masih direktur utama perusahaan ini?
 Siapakah pemilik tas itu?
 Mengapa kami harus kembali ke kampung kalian?
 Mengapa pak guru tidak dapat mengajar hari ini?
 Kapan kau akan berkunjung ke rumahku?
 Kapan ibu berbelanja ke pasar seperti biasanya?
 Pada hari apa festival besar itu dilaksanakan?
 Bagaimana proses pembangunan jembatan di desa itu?
 Mengapa Pak Syamsudin tidak bisa mudik tahu ini dengan
menggunakan pesawat?

37
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah
yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif
lengkap. Dalam merangkai kata tersebut di perlukan unsur-unsur dan pola dasar
kalimat agar kalimat yang terbentuk menjadi efektif. Ada lima unsur yang membentuk
sebuah kalimat,sebagai berikut:
 Subjek.
 Predikat.
 Objek.
 Pelengkap.
 Keterangan.
Kelima unsur tersebut disusun dalam sebuah pola dasar sehingga dapat membentuk
sebuah kalimat yang efektif. Berikut adalah pola dasar pembentuk kalimat:
 SPOK (Subjek-Prediket-Objek-Keterangan).
 SPOPel (Subjek-Prediket-Objek-Pelengkap).
 SPO (Subjek-Prediket-Objek).
 SPPel (Subjek-Prediket-Pelengkap).
 SPK (Subjek-Prediket-Keterangan).
 SP (Subjek-Prediket) Prediket berupa Verba .
 SP (Subjek-Prediket) Prediket berupa Nomina.
 SP (Subjek-Prediket) Prediket berupa Adjektiva.

2. SARAN
Demikian makalah ini disusun. Semoga untuk kedepannya kita semua bisa memahami
unsur-unsur dan pola dasar kalimat, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
penulisan. Terima kasih atas antusiasme dari pembaca yang telah mecoba memahami
isi makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi. Kami berharap pembaca
memberikan saran dan kritik kepada kami demi sempurnanya makalah ini di
kesempatan berikutnya.

38

Anda mungkin juga menyukai