Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KALIMAT : PENGERTIAN, CONTOH & CIRI”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Nama : 1. ANNISA KHAIRANI HULU 1941000027


2. MUHAMMAD FAHMI HIDAYAT 1941000029

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA


MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan
tak lupa pula kita lantunkan kata shalawat kepada nabiullah Muhammad
SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa umat manusia dari alam yang
gelap gulita kea lam yang terang benderang.
Adapun penulis menyusun makalah ini yang berjudul KALIMAT :
PENGERTIAN, CONTOH & CIRI, penulis menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh
pihak perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Potensi Utama Medan.
Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak
yang turut ikut serta dalam proses penyusunan makalah ini baik itu dalam
segi materi maupun dalam segi-segi yang lain, terutama kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan gambaran dan memberikan masukan
demi kelancaran dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada teman-
teman seangkatan yang telah membatu dan memberi masukan.
Harapan penulis dari makalah ini ialah makalah ini dapat
dipergunkan dan difungsikan sebagaimana mestinya, agar dapat memperluas
gagasan dan wawasan para pembaca makalah ini.
Akhir kata mohon maaf atas segala kekurangan karena sebaik-baik
manusia tiada manusia yang sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran ataupun kritik yang membangun agar tercapainya
kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.

Medan, Oktober 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3
2.1. Pengertian Kalimat ........................................................ 3
2.1.1. Pengertian Kalimat Menurut Para Ahli ............. 4
2.2. Jenis Kalimat ................................................................. 6
2.3. Kalimat Efektif dan Transfortasi Kalimat Efektif ......... 11
2.3.1. Kalimat Efektif .................................................. 11
2.3.2. Transfortasi Kalimat Efektif ............................. 11
2.4. Syarat Untuk Mencapai Kalimat Efektif ....................... 14
2.5. Ciri-ciri Kalimat ............................................................ 15
2.6. Struktur Kalimat ............................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini
disebabkan antara lain karena dengan perantaraan kalimatlah seorang guru
atau dosen dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan jelas. Kalimat
yang dimaksudkan adalah satuan bahasa yang didahului dan diakhiri
kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu
sudah lengkap dengan makna gramatikal.Satuan bentuk bahasa yang sudah
kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah frasa atau kelompok
kata dan klausa atau anak kalimat. Untuk dapat berbahasa dengan baik perlu
kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kelengkapan bagian ujaran itu ditandai oleh struktur kalimat adanya
subjek dan predikat dan secara fakultatif adapula objek dan perwujudan
pikiran yang lengkap atau bermakna gramatikal. Pikiran yang lengkap
dalam kalimat mengandung informasi yang jelas yang direfleksikan melalui
pikiran tadi. Kejelasan informasi dalam merefleksikan pikiran didasarkan
atas adanya unsur subjek, unsur predikat, (dalam unsur objek apabila
predikat transitif).
Subjek dan predikat merupakan salah satu penentu kalimat. Apabila
urutan kalimat dalam pernyataan itu tidak menunjukkan unsur subjek dan
predikat secara jelas, pernyataan itu bukan kalimat melainkan berupa frase
atau klausa. Dengan demikian, suatu pernyataan dikatakan kalimat apabila
strukturnya menunjukkan adanya unsur subjek dan predikat secara jelas
dengan intonasi yang sesuai dan memiliki makna gramatikal

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini kami mencoba membahas beberapa masalah
antara lain :
1. Apa saja yang membedakan kalimat menjadi beberapa jenis ?
2. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?

1
3. Apa saja syarat untuk mencapai keefektifan sebuah kalimat ?
4. Apa saja ciri-ciri kalimat ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui atau
memahami tentang pembagian jenis kalimat.. Selain itu agar kita
mengetahui apa itu kalimat efektif. Dengan membaca tulisan ini di harapkan
kita bisa lebih memahami syarat untuk mencapai keefektifan sebuah
kalimat, karena bangsa yang maju adalah bangsa yang dapat berbahasa
dengan baik dan benar maka akan mamudahkan kita menyelesaikan
pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kalimat


Satuan bahasa terkecil dan terlengkap maknanya disebut kalimat.
Hal ini dikarenakan pada sebuah kata terkadang tidak dapat mewakili
sebuah konsep makna yang utuh. Walaupun satuan bahasa terkecil, kalimat
mempunyai makna yang utuh karena dapat berdiri sendiri serta mempunyai
pola intonasi akhir.
Adapun unsur kalimat merupakan fungsi sintaksis yang bisa disebut
jabatan kata atau peran kata. Unsur-unsur tersebut adalah :
Subjek (S) merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku,
tindakan, keadaan, masalah atau segala sesuatu hal yang menjadi pokok
suatu pembicaraan dan dapat diterangkan oleh Predikat (P). Fungsi Subjek
(S) ini dapat diisi oleh kata benda atau frasa nomina, klausa, maupun frasa
verba.
Contoh :
 Dosen suka membaca.
 Kursi dosen bagus.
 Yang memakai baju putih itu dosen saya.

Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai


dengan kaidah yang berlaku. Setiap kata yang disusun sesuai dengan kaidah
yang berlaku. Setiap katatermasuk kelas atau kategori kata, dan mempunyai
fungsi dalam kalimat. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang
dipakai dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan.
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar,
yang biasanya barupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan,
disertai dengan intonasi final. Kalimat berperan sangat penting dalam
sebuah komunikasi karena kalimat harus mampu menyampaikan informasi,
menanyakan sesuatu, atau bahkan mengekspresikan emosi manusia.

3
2.1.1. Pengertian Kalimat Menurut Para Ahli
1. Pengertian kalimat menurut Keraf (1984:156)
mendefinisikan kalimat sebagai satu bagian dari ujaran
yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang
intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
2. Pengertian kalimat menurut Dardjowidojo (1988: 254)
menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara ketatabahasaan.
3. Pengertian kalimat menurut Slametmuljana (1969)
menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata
yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang
bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata,
mungkin lebih.
4. Pengertian kalimat menurut Kridalaksana (2001:92)
kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang
menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa,
yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan,
salam, dan sebagainya.
5. Menurut ahli tata bahasa tradisional dalam buku
Chaer (1994:240), “kalimat adalah susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap”.
6. Menurut Alwi dkk., (2000:311), “Dalam wujud tulisan,
kalimat diucapkan dalam suara naik-turun dan keras-
lembut disela jeda, diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan, baik
asimilasi bunyi maupun proses fonologis lainnya”.
7. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan
bahwa kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks

4
(wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh
alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan
adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud
tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sekurang-
kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun
tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah
predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut,
pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah
frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.1
Dari rumusan itu bias disimpulkan, bahwa yang penting atau
yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final,
sebab konjungsi hanya ada kalo diperlukan. Konstituen dasar itu
biasanya berupa klausa. Jadi, pada sebuah klausa diberi intonasi final,
maka akan terbentuk kalimat itu. Dari rumusan itu, bisa disimpulkan
pula,bahwa konstituen dasar itu bisa juga tidak berupa klausa (karena
dikatakan biasanya berupa klausa), melainkan bisa juga berupa kata
atau frasa. Hanya mungkin status kekalimatannya tidak sama. Kalimat
yang konstituen dasarnya berupa klausa tentu saja menjadi kalimat
mayor atau kalimat bebas. Sedangkan yang konstituen dasarnya
berupa kata atau frasa tidak dapat menjadi kalimat bebas melainkan
hanya menjadi kalimat terikat.
Jika diperhatikan benar konstituen yang terbentuk kalimat inti
dalam Bahasa Indonesia, akan tampak bahwa salah satu konstituen itu
memegang peran yang sangat besar dari yang lain. Konstituen itu
seolah-olah menentukan konstituen lain yang mana yang boleh atau
harus muncul dalam kalimat tersebut. Konstituen yang mempunyai
peranan lebih itu dinamakan pusat, sedangkan konstituen lain yang

1
PendidikanBahasa.2012.http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/09/kesepadanan_
dan_keparalelan_dalam.html?m=1. (diakses pada 23 Oktober 2019)

5
wajib hadir dinamakan pendamping. Pada kalimat yang memakai
verba, pusat adalah verba sedangkan pendamping adalah nomina.2

2.2. Jenis Kalimat


Jenis kalimat itu dibedakan berdasarkan berbagi kriteria atau sudut
pandang. Oleh karena itu, dalam kepustakaan linguistik dan berbagai buku
tata bahasa kita dapati banyak sekali istilah untuk menamakan jenis-jenis
kalimat, ini lah jenis-jenis kalimat :
1. Jumlah Klausa
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Unsur
sebuah kalimat adalah S dan P. K arena unsur pembentuk utamanya
yang serbatunggal itulah kalimatnya dinamakan kalimat tunggal.
Berdasarkan jenis frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipisah
menjadi empat macam, dan kalimat-kalimat tunggal itu diberi nama
sesuai dengan P-nya masing-masing. Contohnya:
 Kami mahasiswa Indonesia (kalimat nominal)
 Jawaban anak itu sangat tepat (kalimat adjektival)
 Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal)
 Mobil orang kaya itu ada delapan (kalimat numeral)
Kalimat tunggal tidak meski berupa kalimat pendek karena ada yang
dapat diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel, K et. Selain itu,
unsur S dan O dapat diperluas lagi dengan memberi berbagai
keterangan.
b. Kalimat Majemuk
Kalimat Majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari
dua atau lebih kalimat tunggal.dan lebih dari satu klausa.Perhatikan
contoh berikut ini.

2
Bitar “Kalimat : Pengertian, Contoh, Ciri, Unsur, Struktur dan Jenis” https://www.guru
pendidikan.co.id/pengertian-kalimat/ (Diakses 23 Oktober 2019)

6
Seorang rektor harus mempunyai wawasan yang luas dan harus
menjunjung tinggi etika profesi.
Contoh diatas adalah kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk
setara mempunyai ciri dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
dan kedudukan setiap kalimat sederajat.
Penghubungnya menghubungkan klausa-klausa dalam kalimat
majemuk setara, jumlahnya ada beberapa, Penjumlahan (dan, serta,
baik, maupun), Pertentangan (bukannya, melainkan, tetapi,
sedankan), Pemilihan (atau), dan Perurutan (lalu, kemudian).
Karyawan tetap bekerja di kampus ketika para dosen dan
mahasiswa menikmati hari libur.
Contoh diatas adalah kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk
bertingkat berbeda konstruksinya dari kalimat majemuk setara,
perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak
setara karena kedua merupakan perluasan dari klausa pertama.
Karena itu, konjungsi yang menghubungkan klausa.
Klausa kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungsi
pada kalimat majemuk setara. Waktu (sejak, sedari, sewaktu), Syarat
(jika, seandainya, andaikata), Tujuan (agar, supaya, untuk), K
onsesif (sekalipun, meskipun, biarpun), Perbandingan (seperti,
bagaikan, laksana), Penyebaban (sebab, karena, olehkarena),
Pengakibatan (sehingga, maka), Cara (dengan, tanpa), dan K
emiripan (seolah-olah, seakan-akan).3

2. Kalimat Dari Segi Makna


Di dalam buku Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia (1988, 284)
berdasarkan fungsi isi atau makna komunikatifnya kalimat dapat
dibedakan atas empat macam yaitu,
a. Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat perintah, atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang
maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu.
3
Fictive man, Makalah Kalimat (Mahasiswa Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indra Prasta PGRI), hal 8-11

7
Kalimat yang dapat memiliki bentuk perintah pada umumnya adalah
kalimat taktransitif atau transitif (baik aktif maupun pasif). Kalimat
yang predikatnya adjektiva kadang-kadang dapat juga memiliki
bentuk perintah, bergantung pada macam adjektivanya. Sebaliknya,
kalimat yang bukan verbal atau adjektival tidak memiliki bentuk
perintah. Berikut contoh kalimat perintah.
 Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
 Pergilah ke sekolah!
Dalam bentuk tulis, kalimat perintah seringkali diakhiri dengan
tanda seru (!) meskipun tanda titik biasa pula dipakai. Dalam bentuk
lisan, nadanya agak naik sedikit.
a) Kalimat Perintah Taktransitif
Kalimat perintah traktransitif dibentuk dengan mengikuti kaidah
berikut :
 Hilangkan subjek, yang umumnya berupa pronomina
persona kedua.
 Pertahankan bentuk verba seperti apa adanya.
 Tambahlah partikel –lah bila dikehendaki untuk sedikit
memperhalus isisnya.
Contoh :
 Anda naik bus kota sekali-kali.
 Naik bus kota sekali-kali!
 Naiklah bus kota sekali-kali!
 Kamu berlibur ke tempat nenekmu.
 Berliburlah ke tempat nenekmu!
Baik verba traktransitif yang berupa kata dasar (naik), maupun
yang turunan (berlibur), tidak mengalami perubahan apa-apa.

b) Kalimat Perintah Transitif Aktif


kaidah untuk membuat kalimat perintah yang verbanya transitif
mirip dengan kaidah yang untuk taktransitif kecuali mengenai
bentuk verbanya. Pada kalimat transitif, verbanya harus diubah

8
menjadi bentuk perintah terlebih dahulu dengan menanggalkan
prefiks meng- dari verbanya. Kalimat (a) adalah kalimat berita,
sedangkan kalimat (b) kalimat perintah.
 Engkau mencari pekerjaan apa saja.
 Carilah pekerjaan apa saja.
 Kamu membelikan adikmu seatu baru.
 Belikanlah adikmu sepatu baru.
 Saudara memberangkatkan kereta itu sekarang.
 Berangkatkan kereta itu sekarang.

c) Kalimat Perintah Bentuk Pasif


Kalimat perintah dapat pula dinyatakan dalam bentuk pasif.
Bentuk verbanya masih tetap dalam bentuk pasif, dan urutan
katanya juga tidak berubah. Dalam bentuk tulis, bentuk itu
ditandai lagi dengan tanda baca seru (!). Sedangkan dalam
bentuk lisan dengan nada yang agak naik.
 Kontrak ini dikirim sekarang!
 Konsep perjanjian itu diketik serapi-rapinya, ya!
 Dijual saja mobil tua seperti itu.
Pemakai bentuk pasif dalam kalimat perintah sangat umum
dalam bahsa Indonesia. Hal itu mungkin berkaitan dengan
keinginan penutur untuk meminta agar orang lain melakukan
sesuatu untuknya, tetapi tidak tidak secara langsung.4

b. Kalimat berita (Deklaratif)


Kalimat berita, yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif,
adalah kalimat yang isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca
atau pendengar. Jika suatu saat kita mengetahui ada kecelakaan lalu
lintas dan kemudian menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain,

4
Scribd.2016.www.scribd.com/mobile/doc/113470525/jenis_kalimat_menurut_fungsi_isiny
a. (diakses pada 23 Oktober 2019)

9
maka kita memberitakan kejadian itu. Kalimat berita dapat
bermacam-macam, sebagai berikut:
 Kemarin sore ada angkutan kota menabrak pengendara motor.
 Pada pagi terjadi kecelakaan beruntun yang menyebabkan
kemacetan lalu lintas.
 Banjir yang terjadi di Bekasi merendam perumahan warga.
 Terjadi kebakaran besar di pasar Obor Jakarta Timur.
Dari segi bentuknya, kalimat diatas bermacam-macam. Ada yang
memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif,
dan sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat nilai komunikatifnya, maka
kalimat diatas adalah sama, yakni semua merupakan kalimat berita.
Dengan demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja.
Asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisnya,
kalimat berita diakhiri dengan tanda titik. Dalam bentik lisan, nada
suara berakhir dengan nada turun.5
c. Kalimat tanya (Interogatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh
suatu informasi atau jawaban yang diharapkan. Biasanya diakhiri
dengan tanda tanya (?). K ata tanya yang digunakan adalah
bagaimana, dimana, kapan, berapa. Contohnya: Mengapa gedung ini
dibangun tidak sesuai dengan aslinya?
d. Kalimat Seru (Ekslamatif)
Kalimat Tanya adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkap-
kan perasaan yang kuat atau yang mendadak. Biasanya diakhiri
dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.). Contohnya : Aduh,
pekerjaan rumah saya tertinggal !.6

5
Ahmad Rifai.2013. http://ahmad-rifai-uin.blogspot.com/2013/04/jenis-kalimatii.html?m=
1. (diakses pada 23 Oktober 2019)
6
Bitar “Kalimat : Pengertian, Contoh, Ciri, Unsur, Struktur dan Jenis” https://www.guru
pendidikan.co.id/pengertian-kalimat/ (Diakses 23 Oktober 2019)

10
2.3. Kalimat Efektif dan Transfortasi Kalimat Efektif
2.3.1. Kalimat Efektif
Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat
sangat penting dalam sebuah tulisan. Kalimat yang baik mudah dipahami
oleh pembaca.
Kalimat lengkap dan bukan fragmentaris. Kalimat yang disusun
hendaknya memiliki struktur kalimat bahasa Indonesia yaitu S P O K/pel.
Apabila struktur tersebut tidak dipenuhi, maka kalimat yang disusun
menjadi tidak lengkap strukturnya yang disebut kalimat yang fragmentaris.
Contoh:
1. ira.
2. ira belajar.
3. ira belajar bahasa Indonesia.
4. ira belajar bahasa Indonesia dikampus.

2.3.2. Transformasi Kalimat


Transformasi berasal dari bahasa inggris transformation yaitu suatu
proses mengubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain. baik dari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks, maupun dari bentuk yang
kompleks ke bentuk yang sederhana. Maka tranformasi kalimat berupa
perubahan bentuk kalimat menjadi bentuk kalimat lain.
Jenis-jenis transformasi sebagai berikut:
1. Transformasi Jeda, yaitu dengan menggunakan jeda.
2. Transformasi Aposisi, yaitu dengan menggunakan kata tugas “yang”.
3. Transformasi Setara, yaitu dengan menggunakan kata tugas “dan”.
4. Transformasi Disjungtif, yaitu dengan menggunakan kata tugas
atau/tetapi.
5. Transformasi Opini, yaitu dengan menggunakan kata tugas benar atau
tiadak benar.

11
6. Transformasi Total, yaitu dengan menggunakan bentuk afirmatif dan
negasi dalam bentuk kalimat.7

Jenis-jenis transformasi sebagai berikut:


1. Transformasi jeda, yaitu dengan menggunakan jeda.
Jeda adalah perhentian sebentar. Perhentian sebentar ini dalam kalimat
dapat diwujudkan setelah mengucapakan kata-kata yang ada di dalam
kalimat.
Contoh:
a. Ibu Ruminah seorang guru.
b. Ibu, Ruminah seorang guru.
c. Ibu Ruminah, seorang guru.
d. Ibu, Ruminah, seorang guru.
Penempatan jeda mengakibatkan kalimat a) yang masih meragukan
menjadi kalimat b) c) dan d) yang memiliki maksud berbeda. Kalimat
b) yang berprofesi sebagai guru adalah Ruminah; kalimat c) yang
berprofesi sebagai guru adalah Ibu Ruminah; dan d) yang berprofesi
sebagai guru adalah Ibu dan Ruminah. Tanda baca (,) yang merupakan
perhentian sebentar memiliki makna yang dalam. Jadi dalam menulis
harus memperhatiakan tanda baca agar pemabaca dapat mememahami
informasi yang disampaikan. Kalimat minor atau minim juga dapat
dijadikan menjadi kalimat lain dengan transfornasi jeda.
Contoh:
a. Aduh!
b. Aduh?
c. Aduh….?
d. Aduh?

2. Transformasi aposisi, yaitu dengan menggunakan kata tugas “yang”.


Perubahan bentuk kalimat antara dua komponen menggunakan kata
tugas “yang” (monovalen)

7
Irwan Siagian, M.Pd., dkk.2015.Bahasa Indonesia1.Jakarta.Unindra Press

12
Contoh:
a. Almari itu dipakai tempat baju.
b. Almari itu dijual.
Contoh:
a. Almari itu dipakai tempat baju.
b. Almari itu dijual.
Kalimat a) transformasi primer sebab gagasan pertama menempati posisi
depan (bagian depan/kontur depan)

3. Transformasi setara, yaitu dengan menggunakan kata tugas “dan”.


Pentransformasian ini akan menghasilkan kalimat majemuk
setara/kalimat koordinat. Dua gagasan yang nilai komunikasinya sama
disatukan oleh kata “dan”.
Contoh:
a. Hujan turun dan pohon tumbang.
b. Ayah pergi dan ibu pulang.

Hal yang bisa disatukan tentu saja memenuhi syarat nilai sama seperti
kalimat diatas.
Contoh:
a. Hujan turun dan sudah wisuda.
b. Ibu menjahit dan teroris bergerak.
Ada kendala psikologis dalam penyusunan kalimat diatas, penulis
nampak memaksa gagasan yang berbeda disatukan dalam satu kalimat.

4. Transformasi disjungtif, yaitu dengan menggunakan kata tugas


atau/tetapi.
Penggunaan kata atau untuk menghasilkan kesamaan dan penggunaan
tetapi untuk menghasilkan ketidaksamaan.
Contoh:
a. Ida makan, atau Ibu tidur.
b. Ida makan, tetapi Ibu tidur.

13
c. Saya berbicara keras, tetapi guru menerangkan.
d. Saya berbicara keras, tetapi guru tidak menghiraukan.

5. Transformasi opini, yaitu dengan menggunakan kata tugas “benar” atau


“tidak benar”.
Opini merupakn pandangan penulis. Transformasi opini merupakan
pandangan subjektif penulis. Nilai pendapat ditentukan oleh kepandaian
yang dimiliki penulis. Penulis yang dipercaya tentu saja berimbas pada
kepercayaan terhadap kalimat yang dibuat.
Contoh:
a. Benar, bahwa Ani mengikuti semester pendek ini.
b. Tidak benar, rakyat belum makmur.

6. Transformasi Total, yaitu dengan menggunakan bentuk afirmatif dan


negasi.
Transformasi total atau dupik. Penulis menampilakn bentuk afirmatif
dan negasi dalam bentuk kalimat.
Contoh:
a. Ayah pergi atau tidak pergi dan saya harus ada di rumah.
b. Sehat atau tidak sehat, saya harus mengikuti kuliah ini.
c. Penjudi atau bukan penjudi, tetapi mereka tetap ditangkap.
Transformasi total ini juga berdsarkan transfomasi disjungtif yang
mempergunakan kata atau dan tetapi.8

2.4. Syarat Untuk Mencapai Kalimat Efektif


Untuk dapat mencapai keefektifannya, kalimat efektif harus
memahami paling tidak enam syarat berikut yaitu :
1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya suatu ide pokok
dalam suatu kalimat.

8
Bitar “Kalimat : Pengertian, Contoh, Ciri, Unsur, Struktur dan Jenis” https://www.guru
pendidikan.co.id/pengertian-kalimat/ (Diakses 23 Oktober 2019)

14
2. Kepaduan (Kohorensi)
Yang dimaksud dengan kohorensi adalah terjadinya hubungan yang
pada antara unsur-unsur pembentuk kalimat.
3. Keparalelan
Keparalelan adalah terdapat unsur-unsur yang sama derajatnya, sama
pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
4. Ketetapan
Ketetapan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur
yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang
bulat dan pasti diantara semua yang berperan dalam pembentukan
kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. tetapi
perlu diingat kadang-kadang kita harus memilih dengan akurat satu kata,
satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi
terciptanya makna yang bulat dan pasti.
5. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan adalah adanya upaya menghindari
pemakaian yang tidak perlu.
6. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang
logis atau masuk akal. Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya,
sudah benar pula pemakaian tanda bacanya, kata, atau frasanya, dapat
menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.9

2.5. Ciri-ciri Kalimat


1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. DAlam bahasa tulis diawali huruf capital dan diakhiri
dengan titik(.), tanda Tanya(?), dan tanda seru(!).
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat.
3. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitive dapat disertai
pelengkap.
4. Mengandung pikiran yang utuh.
9
PendidikanBahasa.2012.http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/09/kesepadanan_
dan_keparalelan_dalam.html?m=1. (diakses 23 Oktober 2013)

15
5. Menggunakan urutan logis setiap kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun
dalam satuan menurut fungsinya.
6. Mengandung, satuan makna, ide, atas pesan yang jelas.
7. Dalam paragraph yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-
kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling
berhubungan. Hubungan dijalin dalam konjungsi, pronominal atau
kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.

2.6. Struktur Kalimat


Semua kalimat yang kita pakai berasal dari beberapa struktur
ataupun pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-
masing, kalimat dasar tersebut bisa dikembangkan berdasarkan kaidah yang
berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut :
1. Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar semacam ini hanya mempunyai unsur subjek dan
predikat. Predikatnya bisa berupa kata kerja, kata benda, kata sifat,
ataupun kata bilangan.
Contohnya :
Mobil itu besar.
S P

2. Kalimat dasar berpola S P O


Pola kalimat ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Unsurnya ada subjek predikat dan objek.
Contohnya :
Ari mengemudikan mobil.
S P O
Kalimat dasar berpola S P Pel
Contohnya :
Keluarganya pergi liburan.
S P Pel

16
3. Kalimat dasar berpola S P O Pel
Contoh :
Supir bus mengemudikan busnya sembarangan.
S P O Pel

4. Kalimat dasar berpola S P K


Contoh :
Andi menjahit tadi pagi.
S P K

5. Kalimat dasar berpola S P O K


Contoh :
Indah merapikan kamarnya seminggu lalu.
S P O K

6. Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel-K


Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek,
pelengkap, keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
Predikat berupa verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa
nominal, Pelengkap berupa nomina atau frasa nominal dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Ayah membelikan Aldy sepatu baru di margo city

7. Kalimat dasar berpola S-P-Pel-K.


Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, pelengkap dan
keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva
dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Aku sedih ketika mama masuk rumah sakit.10

10
Bitar “Kalimat : Pengertian, Contoh, Ciri, Unsur, Struktur dan Jenis” https://www.guru
pendidikan.co.id/pengertian-kalimat/ (Diakses 23 Oktober 2019)

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kalimat/
Man Fichtive Makalah Kalimat https://www.academia.edu/31871403/
MAKALAH_KALIMAT (Diakses 23 Oktober 2019)
PendidikanBahasa.2012.http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/09
/kesepadanan_dan_keparalelan_dalam.html?m=1. (diakses pada 23
Oktober 2019)
Ahmad Rifai.2013. http://ahmad-rifai-uin.blogspot.com/2013/04/ jenis-
kalimat-ii.html?m=1. (diakses pada 23 Oktober 2019)
Scribd.2016.www.scribd.com/mobile/doc/113470525/jenis_kalimat_menu
rut_fungsi_isinya. (diakses pada 23 Oktober 2019)
Irwan Siagian, M.Pd., dkk.2015.Bahasa Indonesia1.Jakarta.Unindra Press

18

Anda mungkin juga menyukai