Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

WACANA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Dr. Agus Darmuki, M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Puji Rahmawati (202011033)


2. Kharisma Wahyuningsih (202011327)
3. Mochamad Zaenal Arifin (202011408)
4. Novia Wiku Kartika (202011524)
5. Shofiatun Ni’mah (202011550)
6. Intan Permata Sari (202011582)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI MANAJEMEN


UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta
salam atas nikmat dan karunia yang tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Agus Darmuki, M. Pd selaku dosen
pengampuh Bahasa Indonesia, yang telah memberikan kesempatan (lagi) kepada penulis untuk
mengerjakan tugas tentang Wacana Bahasa Indonesia. Tidak lupa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah yang mengenai wacana masih kurangnya isi dari makalah kami ini mungkin dengan
adanya kritik dan saran dari pembaca kami sangat berterimakasih dan berlapang dada untuk menerima
masukannya.
Tiada gading yang tak retak, maka saya akan berusaha menggabungkan gading tersebut. pepatah
dan tambahannya ini mewakili penulis untuk meminta kritik dan saran bagi kesempurnaan makalah ini
apabila terdapat banyak kesalahan untuk menambah wawasan keilmuan penulis.

Jepara, Maret 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Wacana .................................................................................................................. 2
2.2 Ciri – ciri Wacana .................................................................................................................... 3
2.3 Jenis – jenis Wacana ................................................................................................................ 3
1. Bahasa yang digunakan ....................................................................................................... 3
2. Media yang digunakan ........................................................................................................ 3
3. Sifat atau Jenis Pemakaiannya ............................................................................................. 3
4. Bentuknya ........................................................................................................................... 4
5. Cara dan Tujuan Pemaparannya .......................................................................................... 4
2.4 Persyaratan Wacana ............................................................................................................... 10
1. Topik ................................................................................................................................... 10
2. Tutuan Pengungkap Topik .................................................................................................. 10
3. Kohesi dan Koherensi ......................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 11


2.5 Kesimpulan .............................................................................................................................. 11
2.6 Saran ......................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti banyak
diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur
pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana bukti bahwa kalimat bukan satuan
terbesar dalam sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimat-kalimat yang
ada disekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan yang tidak mandiri. Kalimat-kalimat itu tidak
mempunyai makna dalam kesendiriannya. Mereka baru mempunyai makna bila berada dalam konteks
dengan kalimat-kalimat yang berada disekitarnya.

Kalau kalimat itu adalah unsur pembentuk wacana, maka persoalan kita sekarang apakah wacana
itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana ujudnya, atau bagaimana pembentukannya. Berbagai macam definisi
tentang wacana telah dibuat orang. Namun, dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu, pada
dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan,
pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar
(dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti
wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan
persyaratan kewacanaan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Bebarapa rumusan masalah yang dapat di kaji dari uraian-uraian di atas, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan wacana?
2. Apa saja ciri-ciri dari wacana?
3. Apa saja jenis-jenis wacana?
4. Persyaratan wacana terdiri dari apa saja?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan wacana.
2. Mahasiswa dapat mengenal ciri-ciri dari wacana.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja jenis-jenis wacana
4. Mahasiswa dapat mengetahui persyaratan wacana.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wacana

Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse”, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju
menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran,
baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan
yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti
terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana
tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan
persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah
terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana
sehingga isi wacana apik dan benar.
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana merupakan satuan
bahasa yang paling besar di gunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut
adalah kalimat, frase, kata dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata.
Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat
membentuk wacana.
Berikut ini adalah pengertian wacana menurut para ahli:
1) Alwi et.al.
Alwi et.al. (2000:41) menyatakan wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah
makna yang serasi di antara kalimat-kalimat ini.
2) Aminudin
Menurut Aminudin sebagaimana dikutip oleh Sumarlan (2003:9-10) wacana adalah keseluruhan unsur-
unsur yang membangun perwujudan paparan bahasa dalam peristiwa komunikasi.
3) Harimurti Kridalaksana
Kridalaksana (2001:231) mendefinisikan wacana adalah satuan bahasa, dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
4) Samsuri
Menurut Samsuri (1998:1) wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa.
Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulis.
5) Jusuf Syarif Badudu
Menurut JS Badudu sebagaimana dikutip oleh Eriyanto (2001:2) wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan, yang menghubungkan provinsi yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan,
sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu.
6) Alex Sobur
Sobur (2001:11) menyatakan wacana adalah rangkaian ujar dan rangkaian tidak tutur yang
mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan yang
koheren, dibentuk oleh unsur segmental dan suprasegmental.
7) Robert E Longacre
Longacre (1983) berpendapat bahwa wacana merupakan suatu rentetan kalimat yang membentuk satu
pengertian yang serasi Dan terpadu, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.
8) Michael Stubbs
Stubbs (1993:4) menyatakan wacana dibentuk dari satuan bahasa di atas kalimat atau klausa, baik lisan
maupun tulis, dengan menggunakan kontak sosial untuk sampai pada pemahaman.

2.2 Ciri – ciri Wacana


Ciri – ciri wacana adalah sebagai berikut:
1. Terdapat tema
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
4. Memliki hubungan koherensi
5. Memiliki hubungan kohesi
6. Medium bisa lisan maupun tulis
7. Sesuai dengan konteks

2.3 Jenis – jenis Wacana


1) Bahasa yang digunakan
berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkan wacana-wacana dapat
diklasifikasikan menjadi wacana bahasa nasional (Indonesia), wacana bahasa lokal atau daerah
(seperti bahasa Jawa, Sunda, Bali, dll), wacana bahasa internasional (Inggris), wacana bahasa
lainnya, seperti Belanda, Jerman, dll.
2) Wacana berdasarkan media yang digunakan
Wacana berdasarkan media dibedakan menjadi wacana tulis dan wacana lisan
•wacana tulis adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis. Dimana
tidak terjalin komunikasi secara langsung antara penulis dan pembaca.
• wacana lisan adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. Gimana
wacana tersebut terjalin komunikasi secara langsung antara pembicara dan pendengar.
3) Wacana berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya
Wacana berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya dibedakan menjadi wacana monolog wacana
dialog, dan wacana polilog.
•Wacana monolog (monologue discourse) adalah wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa
melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Bersifat searah dan termasuk
komunikasi tidak interaktif.
• Wacana dialog (dialogue discourse) adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang secara
langsung. Bersifat dua arah dan komunikasi interaktif.
•wacana polilog adalah pembicaraan atau percakapan yang melibatkan partisipan pembicara lebih
dari 2 orang penutur. Partisipan maupun pembicara semua berperan aktif dan langsung dalam
komunitatif.
4) Wacana berdasarkan bentuknya
berdasarkan bentuknya wacana dapat diklasifikasikan menjadi wacana prosa puisi dan drama.
• Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa (dalam bahasa Jawa disebut
gancaran). Wacana berbentuk prosa dapat berupa wacana tulis dan lisan.
• Wacana puisi ialah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi (dalam bahasa Jawa disebut
geguritan). Wacana berbentuk puisi juga dapat berupa wacana tulis dan lisan.
• Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik
berupa wacana tulis maupun wacana lisan. Bentuk wacana drama tulis terdapat pada naskah naskah
atau teks teks drama atau naskah sandiwara sedangkan bentuk wacana drama lisan terdapat pada
pemakaian bahasa dalam peristiwa pementasan drama.
5) Wacana berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya
A. Wacana narasi
Narasi berasal dari kata Inggris narration yang berarti cerita dan narattive (yang menceritakan).
wacana narasi yang disebut juga sebagai wacana penceritaan atau wacana penuturan adalah wacana
yang menceritakan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan pelaku atau tokoh. Dalam wacana
narasi seluruh bagiannya diikat secara kronologis, yakni berdasarkan urutan waktu. Dan rangkaian
peristiwa berdasarkan hubungan sebab akibat.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:

1. kejadian,
2. tokoh,
3. konflik,
4. alur/plot.
5. latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut:

1. menentukan tema cerita


2. menentukan tujuan
3. mendaftarkan topik atau gagasan pokok
4. menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan
waktu.
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Perhatikan contoh Narasi Berikut:


Bandar Upal Diringkus

Bandar uang palsu (upal) yang beredar di kawasan Surabaya Timur, Asmat Syaeri 27 diringkus di
rumahnya di kawasan Bulak Banteng Gg Lebar 10A oleh Polsekta Kenjeran, Kamis (20/3). Tersangka
ditangkap setelah menjadi buron hampir setahun. Penangkapan ini berdasarkan informasi dan
pengembangan tiga orang pengedar upal yang telah tertangkap Polresta Surabaya Timur dan Polsekta
Rungkut Ketiga pelaku tersebut, Nurhaji 40, Rohimah 35, dan Hatip 25 ditangkap dua bulan lalu.
Keduanya ditangkap ketika membelanjakan upalnya di toko kawasan Jalan Kapasan. Dari tersangka disita
upal senilai Rp.200.000,00 dalam pecahan Rp.20.000-an.

Sementara Hatip ditangkap Polsekta Rungkut saat membeli rokok dan buah pakai uang palsu di kawasan
Kali Rungkut. Petugas menyita barang bukti upal Rp.2.020.000 serta enam bungkus roko

B. Wacana deskripsi
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau
memerikan sesuatu.
wacana deskripsi adalah wacana yang melukiskan suatu objek secara mendetail dari berbagai segi,
sehingga objek tersebut dapat dilihat didengar, ataupun dirasakan wacana deskripsi berorientasi pada
objek dan tidak terikat waktu. Wacana deskripsi dinyatakan juga sebagai wacana yang bertujuan
melukiskan, menggambarkan atau memberikan menurut apa adanya.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:

1. menentukan objek pengamatan


2. menentukan tujuan
3. mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
4. menyusun kerangka karangan
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Perhatikan contoh berikut


SLTP Raiders Makasar

Membantu Anak Jalanan untuk Terus Bersekolah

Irfan sempat setahun meninggalkan bangku sekolah. Setamat SD anak ketiga dari empat bersaudara ini
terpaksa harus turun ke jalan, menjajakan koran di lampu-lampu merah kota Makasar. Ketidakmampuan
orang tua membuyarkan harapannya untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP, jenjang yang lebih tinggi
dari ijazah yang dipunyainya.

Di tengah kehilangan pengharapan, dia memperoleh informasi ada sekolah yang bisa member kesempatan
untuk terus belajar. Sekolah itu adalah SLTP Raiders Makasar. Tak banyak persyaratan, tidak mesti
mengeluarkan biaya yang cukup besar, sebagaimana lazimnya di lembaga pendidikan formal lain. Ke
sanalah irfan ditemani orang tuanya.

Kepala SLTP Raiders Makasar, Wahyudin Hakim, S.Pd. M.Hum.menuturkan sedikitnya ada sepuluh
orang anak jalanan yang ditampung di sekolah ini. Tak hanya putus sekolah karena ketidakmampuan
orang tua, tapi hamper semuanya juga sudah menjadi pekerja, mencari uang untuk membantu orang tua.

Kebijakan seperti apa yang diberikan kepada mereka? Wahyu menuturkan tidak ada persyaratan
administratif yang ketat, misalnya harus ada surat pindah atau keterangan lain dari sekolah sebelumnya.
“Kalau sudah menunjukkan ijazah SD yang dimilikinya kita terima. Yang penting mereka bisa
bersekolah.”, tuturnya. Hanya saja menurut Wahyu meski sudah kembali bersekolah tapi semuanya masih
melakukan aktivitas kesehariannya, mencari uang di luar waktu sekolah.
Soal biaya, Wahyu mengatakan, “Kita tidak memberikan beban biaya pendaftaran.”. kebijakan lain SPP
hanya dikenai separo yang besarnya RP. 13.000 per bulan. Itu pun tidak semua mampu membayar, meski
telah diberi keringanan. Menghadapi kenyataan semacam ini, pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak.
“Yayasan tidak masalah”, tuturnya.

SLTP Raiders Makasar memang bukan sekolah favorit di kota itu. Terletak di kelurahan Tamamaung,
kecamatan Panaklukang, Makasar, lokasi sekolah ini tidak berada di jalan utama. Bangunan sekolah
berlantai dua seluas 380 meter persegi dibangun di atas lahan seluas 410 meter persegi.

Dibangun pada 1987 kini SLTP Raiders membina 89 siswa yang terdiri atas tiga kelas masing kelas I,
kelas II, dan kelas III. “Ada tiga kelas dipakai dari lima kelas yang ada.”, katanya. Para siswa itu dididik
oleh 13 guru, dua diantaranya guru negeri yang diperbantukan.

Disbanding tahun-tahun sebelumnya, sekolah ini pernah mendidik siswa dalam jumlah yang cukup.
Semua kelas terpakai tidak seperti sekarang, hanya tiga dari lima kelas yang ada. “tahun 1989, kita pernah
punya siswa lima kelas.”, kata Wahyu.

Meski mengalami gelombang surut dalam jumlah siswa, tapi dia masih menyimpan optimisme di tengah
kesederhanaannya. “Saya optimis sekolah ini bisa berkembang.”, katanya. “Apalagi ada kebersamaan di
antara sesame guru.”

C. Wacana eksposisi
Eksposisi berasal dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti membuka atau memulai.
wacana eksposisi adalah wacana yang menjelaskan atau memaparkan suatu pokok permasalahan
secara global. Wacana eksposisi merupakan wacana yang bertujuan utama untuk memberitahu,
mengupas menguraikan, dan menerangkan sesuatu. Dalam wacana eksposisi sesuatu yang
dikomunikasikan itu berupa data faktual, suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap
seperangkat fakta, mungkin berupa fakta mengenai seseorang yang berpegang teguh pada suatu
pendirian yang khusus.
Wacana eksposisi tidak terikat oleh waktu. Wacana eksposisi tidak mementingkan waktu dan pelaku
tujuan utama wacana eksposisi adalah tercapainya tingkat pemahaman terhadap pokok
permasalahan.
Metode yang dapat digunakan dalam menulis wacana eksposisi yaitu metode definisi.metode definisi
merupakan metode dasar dari semua penulisan yang bertujuan menjelaskan.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.

1. menentukan objek pengamatan


2. menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi
3. mengumpulkan data atau bahan
4. menyusun kerangka karangan, dan
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Perhatikan Contoh Berikut
Konsep Pengajaran SD Islam Disamakan

Sebanyak 44 guru SD Islam se-Sidoharjo selama tiga hari melakukan pelatihan guna meningkatkan
profesionalitas dan pengelolaan proses belajar-mengajar. Pelatihan yang dilakukan Konsorsium
Pendidikan Islam (KPI) bekerja sama dengan Yayasan Dana Sosial Alfalah (YDSF) ini, dilakukan
bertahap. Untuk awal minggu ini pelatihan diprioritaskan pada guru IPA.

Saifullah, seorang pengurus KPI usia pembukaan pelatihan mengatakan perlunya pelatihan dikarenakan
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah Islam mulai berkurang. Selain itu, belum terjadinya
komunikasi yang baik antarsekolah Islam.

“Melalui pelatihan ini semua guru SD Islam yang ada akan dihadapkan pada kesamaan konsep
pengajaran dengan landasan Islam,” jelasnya. Ini mencontohkan bila selama ini seorang guru yang
mengajar keilmuan misalnya fenomena gerhana matahari selalu dilihat dari sisi ilmiah saja. “Dengan
pelatihan guru SD Islam ini, setidaknya nanti fenomena alam seperti gerhana matahari akan diwarnai
dengan sudut ilmu keislaman,” papar Saifullah.

Hadir dalam kesempatan itu Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sidoharjo, Tafrani SH dan
Penilik Pendidikan Agama Islam dari Departemen Agama, Bashori.

D. Wacana argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan data-
data sebagai bukti, dan bertujuan untuk meyakinkan pembaca terhadap kebenaran ide atau gagasan.
wacana argumentasi merupakan seni mempengaruhi orang lain melalui media wacana penalaran agar
orang lain percaya atau bertindak sesuai dengan yang diinginkan titik wacana argumentasi
menekankan pada logika, sedangkan wacana persuasi menekankan emosi.

Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.


a)  Menentukan tema atau topik permasalahan,
b)  Merumuskan tujuan penulisan,
c) Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti – bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung
d)  Menyusun kerangka karangan, 
Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau
pola pemecahan masalah.
1) Sebab-akibat
a) Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan
yang menjadi akibat.
2) Akibat-sebab
b) Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibatdan dilanjutkan dengan
hal-hal yang menjadi sebabnya.
3) Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkanmasalah kemudian mengarah
pada pemecahan masalah.

Perhatikan contoh berikut


Ada yang Bertindak Membabi Buta

Sekarang ini kita lihat ada yang bertindak membabi buta. Jauh dari semangat reformasi. Di dalam tubuh
bangsa ini banyak orang yang bukan minta maaf dalam berbuat dosa dan kesalahan, tetapi malah justru
meningkatkan perbuatan dosanya itu dengan berlipat ganda dari waktu ke waktu.

Keadaan semakin gawat dan semakin tertutup sulit dideteksi. Tindakan mereka itu menunjukkan kalau
mereka semakin merasa tidak berdosa untuk berbuat kedhaliman yang luar biasa jahatnya. Kata-kata saya
ini merujuk pada orang yang menjadi dalang kerusuhan-kerusuhan yang tidak pernah kapok
menumpahkan darah anak-anak bangsanya sendiri di berbagai wilayah dan daerah di negara kita. Ini
betul-betul sebuah kemunduran yang sangat serius dari sifat kemanusiaan bangsa kita sebagai sebuah
bangsa besar, bangsa Indonesia.

Beberapa waktu ini saya pergi ke Jakarta di Wisma Ahmad Yani di dekat Taman Suropati. Di sana
dikumpulkan tokoh-tokoh Nasional. Karena saya memang pernah mengatakan kala ada sebuah usulan
yang bagus, inisiatif yang baik, darimanapun datangnya maka seperti ajaran Muhammadiyah kita harus
mendatangiya. Nah pertemuan malam itu namanya pertemuan tokoh Ciganjur Plus yang terdiri dari Sri
Sultan HB X, Abdurrahman Wahid, Megawati, Amin Rais, Jenderal Wiranto, Setiawan Jodi, Jenderal SB
Yudhoyono, Nurcholis Majid dan lain-lain.

Saya mengatakan kepada Jenderal Wiranto bahwa saya ini sebagai anggota masyarakat yang awam dan
tidak ahli dalam bidang intelijen, bukan ahli asalah hankam, tetapi sebagai orang awam pun sayan
prihatin melihat seluruh kejadian kerusuhan dan seluruh ledakan sosial yang terjadi di negeri ini yang
telah menumpahkan banyak darah sesama anak bangsa. Modus operandinya lebih kurang sama dan selalu
mirip. Saya katakan pada Pak Wiranto bahwa kejadian di Banyuwangi berlanjut ke Semanggi ke
Ketapang.

Ke Kupang kembali ke Lohksumawe Aceh, ke Krawang kemudian sekarang di Ambon Maluku dan nanti
entah di mana lagi itu jelas ada pemegang skenarionya ada barisan provokatornya, ada barisan pelakunya,
ada dalang-dalangnya dan lain-lain. Kemudian saya katakan ini bukan pekerjaan orang biasa. Bukan
pekerjaan orang-orang kampong yang buta huruf atau orang-orang tidak terdidik. Tetapi, semua ini
dilakukan orang-orang terlatih dengan baik yang terorganisir dengan baik dan terkondisi dengan baik pula
dan ada pendanaan yang baik pula. Bukan dilakukan oleh Paijo dan Paijem yang buta huruf itu. Tetapi ini
jelas dilakukan dalam scenario yang sistematik.

E. Wacana persuasi
Kata persuasi merupakan alihan bentuk kata persuasion dalam bahasa Inggris bentuk kata
persuasion diturunkan dari kata to persuade yang berarti membujuk atau meyakinkan. wacana
persuasi adalah wacana yang berisi rayuan, ajakan himbauan atau harapan. Wacana persuasi
bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu yang diinginkan.wacana persuasi
berorientasi pada waktu sekarang dan yang akan datang. Wacana persuasi disebut juga sebagai
wacana hortatori.
wacana persuasi berusaha mencapai suatu persetujuan atau penyesuaian kehendak penulis dengan
pembacanya. dalam struktur penulisan, wacana persuasi kadang-kadang menggunakan bentuk
wacana argumentasi, tetapi diksinya berbeda. diksi dalam wacana persuasi mencari efek tanggapan
emosional.Diksi dalam wacana persuasi bertujuan untuk membangkitkan emosi atau perasaan
pembaca.
Untuk mengembangkan (penulisan) wacana persuasi agar efektif, ada alat-alat persuasi yang bisa
dimanfaatkan:
1. Bahasa
Bahasa digunakan untuk mempengaruhi merayu, dan membujuk orang lain agar bersedia menuruti
kehendak si penulis atau pembicara.
2. Detail
detail dalam wacana persuasi merupakan uraian terhadap ide pokok sampai ke bagian yang sekecil-
kecilnya dalam mendukung tujuan persuasi.
3. Nada
Dalam wacana persuasi yang dimaksud dengan nada ialah nada pembicaraan, yaitu berkaitan dengan
sikap pengarang dalam menyampaikan gagasannya.
4.Pengaturan (Organisasi)
Organisasi dalam wacana persuasi yaitu sebagai pengaturan detail. Pengaturan detail dalam wacana
persuasi ialah menggunakan prinsip mengubah keyakinan dan pandangan.
5. Kewenangan (authority)
dalam konteks wacana persuasi merupakan "penerimaan dan kesadaran" pembaca terhadap penulis
atau pengarang.

Perhatikan Contoh Berikut


Kurangi Efek Samping Obat Kimia

Pengobatan menggunakan bahan-bahan alami seperti tumbuhan, sudah lama dikenal masyarakat.
Keahlian meracik atau membuat ramuan yang sering disebut jamu ini adalah salah satu warisan nenek
moyangyang harus terus kita gali dan kembangkan.

Karena itu sentra-sentra pengobatan alternative, terutama yang menggunakan bahan-bahan alami seperti
tanaman obat keluarga (Toga) harus dibina, dikaji dan diteliti sejauh mana manfaatnya bagi kesehatan
masyarakat, demikian dikatakan Prof Dr. dr PG Konthen, Ketua Sentra P3T (Penelitian, Pengembangan
dan Penggunaan Obat Tradisional).

Kepada Surya seusai meresmikan Warung Toga 2 Dayang Sumbi di Desa Puri, Mojokerto, Kamis (8/5)
lalu, Prof Konthen menyatakan menggunakan obat-obat tradisional seperti Jamu Toga, semakin diminati
masyarakat. Karena itu, lanjut dia, P3T berkewajiban melakukan pendekatan dan pembinaan pada sentra
pengobatan tradisional, guna meneliti apakah pengobatan yang dilakukan memang berkhasiat baik dan
aman.

Ia menjelaskan bila pengobatan menggunakan bahan alami ini ternyata dicari banyak orang, karena
mereka merasakan khasiatnya dan tidak ditemukan efek samping maka produk tersebut bisa diangkat ke
permukaan dan direkomendasikan menjadi obat alternatif di samping obat modern atau kimia. “Tetapi
tentu saja obat itu harganya harus dapat dijangkau masyarakat atau tidak lebih mahal dari obat-obatan
modern,” kata Kothen.
Bila obat alternatif itu lebih mahal dari obat-obatan modern, meskipun khasiat atau kegunaannya dicari
masyarakat maka perlu dilakukan pendekatan agar produsen mau memikirkan harganya bisa dijangkau
masyarakat. Sebab tujuan orang beralih ke pengobatan alternative salah satunya memperoleh pengobatan
dengan harga lebih murah daripada dating ke dokter atau beli obat di apotik. “Kalau lebih mahal dari
pengobatan modern, untuk apa,” ujar Kothen.

2.4 Persyaratan Wacana


Wacana sebagai satuan bahasa yang pada tatanan gramatikal merupakan tataran yang paling
tinggi, mempunyai persyaratan tertentu. Syarat terbentuknya wacana mencakupi 3 hal, yaitu (1)
topik, (2) tuturan (ujaran) pengungkap topik, dan (3) kohesi dan koherensi.
1. Topik
Topik merupakan persyaratan pertama. Topik adalah pokok pembicaraan (dalam bentuk
lisan) atau pokok karangan (dalam bentuk tulisan). Topik dalam wacana mengacu pada “hal yang
dibicarakan dalam wacana”.
Topik juga dapat dinyatakan sebagai proposisi yang berwujud frasa atau kalimat yang
menjadi inti pembicaraan dalam wacana. Oleh karena itu, topik dapat pula ditanyakan dengan apa
yang dikemukakan.

2. Tuturan Pengungkap Topik


Persyaratan kedua adalah tuturan pengungkap topik beserta jabaran-jabaran topik yang
bersangkutan. Wujud konkret tuturan itu adalah kalimat, atau untaian kalimat yang membentuk
teks. Teks yang dimaksudkan didalam wacana tidak selalu berupa tuturan tulis, tetapi juga
berupa tuturan lisan. Oleh sebab itu, dalam kajian wacana dikenal teks tulis dan teks lisan.
Tuturan (ujaran) pengungkap suatu topik tidak selalu dinyatakan dalam sejumlah kalimat.
Jadi, bisa juga diungkapkan dengan sebuah kalimat. Kalimat yang digunakan juga tidak harus
kalimat lengkap, tetapi bisa juga kalimat tidak lengkap misalnya, “hati-hati”, “awas, jalan
licin!”.

3. Kohesi dan Koherensi


Kohesi merupakan hubungan formal (hubungan yang tampak pada bentuk). Kohesi dapat
juga disebut sebagai pertalian bentuk. Kohesi juga merupakan hubungan yang ditandai oleh
penanda-penanda yang menghubungkan apa yang dinyatakan dengan apa yang dinyatakan
sebelumnya dalam wacana yang bersangkutan. Adapun penanda kohesi mencakupi referensi,
elips, konjungsi, substitusi, dan leksikal.
Adapun koherensi merupakan hubungan semantik antarkalimat atau antarbagian wacana,
yakni hubungan yang serasi antara proposisi satu dan yang lain, atau antara makna satu dan
makna yang lain. Koherensi dapat ditandai oleh kohesi, dan kohesi mengakibatkan koherensi.
Akan tetapi, koherensi tidak selalu dinyatakan dengan kohesi.
BAB III
PENUTUP

2.5 KESIMPULAN

Wacana adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam
wacana setiap unsur-unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Berdasarkan bentuk atau
jenisnya, Wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
a.       Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi
dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
b.      Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulisnya.
c.       Eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan)
sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
d.      Argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang
disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.
e.       Persuasi ialah wacana yang bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan
sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang
memungkinkan penerima pesan terpengaruh

2.6 SARAN
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dengan itu
dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu wacana, kita tidak keliru lagi.
Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut tentang wacana.
DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Kanzannudin “Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”


http://otaklapar.blogspot.com/2016/03/makalah-bahasa-indonesia-tentang-wacana.html?m=1
https://www.gurupendidikan.co.id/wacana-adalah/

Anda mungkin juga menyukai