Anda di halaman 1dari 2

Nama : Maulida Azkiya Rahmawati

NIM : 0202522001

STRUKTUR WACANA
Menurut Ekowardono (2022:35) ada tiga komponen yang diperlukan dalam
pembentukan sebuah wacana, yaitu topik, konteks, dan kalimat. Berikut ini uraian tentang
ketiga komponen tersebut.
1. Topik
Topik merupakan sesuatu yang dipikirkan untuk dituturkan dan diwujudkan sebagai
wacana. Untuk berwujud sebagai wacana, topik itu perlu dijabarkan dan ditansfer
menjadi sebuah atau sederet kalimat sesuai dengan konteks nonverbalnya sehingga
menjadi wacana. Topik-topik itu dirumuskan dari tema yang merupakan bidang kajian
yang bisa dirumuskan menjadi beberapa topik. Misalnya dalam menulis karya ilmiah
dengan tema kurikulum merdeka, maka tema tersebut dapat dirumuskan menjadi
beberapa topik, seperti: Implementasi Kurikulum Merdeka di SMA, Pembelajaran
Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka, dan Pembelajaran Berbasis Proyek dalam
Kurikulum Merdeka.
2. Kalimat
Dasar pembentukan wacana turunan adalah wacana dasar atau paragraf. Wacana dasar
atau paragraf itu dibentuk langsung dengan sebuah kalimat atau lebih. Kalimat itu
sekurang-kurangnya satu kata, tetapi kebanyakan lebih. Kalimat merupakan “wadah”
jabaran pokok gagasan (topik) yang dibangun berdasarkan konteks nonverbal.
Misalnya dalam sebuah artikel di koran dengan judul “Kurikulum Merdeka”.
Kalimat yang muncul sebagai jabaran topik tersebut yaitu:
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum baru yang sedang digencarkan oleh
Pemerintah.
3. Konteks
Konteks adalah keseluruhan bentuk hubungan antarunsur segmental pembentuk
wacana yang merupakan “wadah” jabaran dan transfer pokok gagasan dan hal-hal di
luar bahasa yang menyatu dan mengondisikan bentuk hubungan antarunsur segmental
pembentuk wacana. Bentuk hubungan antarunsur segmental pembentuk wacana
disebut konteks verbal, sedangkan bentuk hubungan aspek bahasa wacana dengan hal-
hal di luar bahasa disebut konteks nonverbal. Sebagai contoh, dalam sebuah poster
terdapat tulisan “Saksikanlah!” dan foto sebuah grup band terkenal. Jadi, tulisan
“Saksikanlah!” tersebut merupakan konteks verbal, sedangkan foto grup band yang
terdapat dalam poster tersebut adalah konteks nonverbal.

Sementara, Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001:227-229; Sobur, 2001:73-84)


mencetuskan kerangka analisis wacana yang terdiri atas tiga struktur utama yaitu struktur
makro, superstruktur, dan struktur mikro.
1. Struktur Makro
Struktur makro merupakan makna global/umum dari sebuah teks yang dapat dipahami
dengan melihat topik dari sebuah teks.
2. Struktur Superstruktur
Superstruktur merupakan kerangka dasar sebuah teks yang meliputi susunan atau
rangkaian struktur atau elemen sebuah teks dalam membentuk satu kesatuan bentuk
yang koheren.
3. Struktur Mikro
Struktur mikro merupakan analisis sebuah teks berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya
(semantik dan sintaksis).

Jika dianalisis lebih dalam, kedua struktur wacana yang disampaikan oleh
Ekowardono dan Van Dijk memiliki beberapa kesamaan. Namun, istilah yang digunakan
berbeda. Bagian struktur makro milik Van Dijk cukup identik dengan struktur topik milik
Ekowardono yaitu topik merupakan bagian pembentuk wacana. Kemudian pada bagian
struktur superstruktur milik Van Dijk disampaikan bahwa struktur tersebut merupakan
kerangka dasar sebuah teks yang meliputi susunan atau rangkaian struktur dalam membentuk
kesatuan bentuk yang koheren. Definisi ini menjadi identik dengan struktur kalimat yang
merupakan kerangka dasar sebuah wacana. Begitu pula dengan struktur mikro yang identik
dengan struktur konteks. Meskipun jika diuraikan dengan lebih rinci terdapat beberapa
elemen yang bisa membedakan atau menambahkan. Berdasarkan dua pendapat tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa dalam membentuk sebuah wacana harus memuat tiga
hal, yaitu topik, kalimat, dan konteks.

Daftar Referensi
Ekowardono, B. Karno. (2022). Tata Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Cipta Prima
Nusantara.
Eriyanto (2003). Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKiS.

Anda mungkin juga menyukai