Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“STRUKTUR TEKS DAN DIMENSI DRAMA”

OLEH:

Kelompok V
Ulmi Alfira.Rg (1855040001)

Ardina (1855040010)

Novianti Agustina (1855042002)

Khalifah Muslimah (1755042004)

Ahmad Bilal (1855041030)

Nurul Fajri Alhabsy (1855041001)

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Struktur Tes dan Dimensi Drama”. Solawat serta salam tak
lupa pula kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu kami selaku dosen mata
kuliah “Teori dan Apresiasi Drama” yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah. Setra
teman-teman yang sudahmembantu dalam menyelesaikan makalah kami.

Tujuan kami menyusun makalah ini yaiyu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
dan Apresiasi Drama sekaligus memberikan pengetahuan tambahan kepada pembaca.

Kami selaku penyusun makalah ini dapat membaca dan memperluas ilmu pengetahuan serta
kami mengharap kritik dn saran dari para pembaca yang bersifat membangun, dan jug kami mohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan atau kekuranagn di dalam makalah kami.

Takalar, Oktober 2020

Penulis

Daftar Isi

Halaman Judul.........................................................................................................................

Kata Pengantar........................................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang ............................................................................................................


B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Pembelajaran....................................................................................................

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Drama.........................................................................................................
B. Jenis Drama..................................................................................................................
C. Unsur-unsur Drama......................................................................................................
D. Struktur Drama.............................................................................................................
E. Dimensi Drama.............................................................................................................

Bab III Penutup

Kesimpulan...............................................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata – mata sebuah imitasi.
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah
karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan
eksistensi dirinya.

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam
kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama,
lukisan/kaligrafi.

Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini
telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan
pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.

Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini,
penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi
sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas
agar dapat berkembang terus.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud struktur drama ?


2. Bagaimana jenis dari drama itu?
3. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur drama?
4. Apa saja yang ada di dimensi drama ?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian drama.


2) Mengetahui jenis-jenis yang ada dalam Drama.
3) Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dari drama.
4) Untuk mengetahui dimensi drama.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Drama merupakan salah satu dari bentuk karya sastra yang menggambarkan atau mengilustrasikan
kehidupan dengan menyampaikan konflik dengan melalui dialog. Didalam sebuah drama terdapat unsur
intrinsik, yakni unsur yang membangun sebuah karya sastra terdapat di dalamnya.
B. Jenis Drama

Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a). Berdasarkan isi ceritanya

1. Drama tragedy (drama duka)

Tragedy atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-
tokohnya terlibat dalam bencana atau masalah yang besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan
antara tokoh protagonist dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainya. Pertentangan ini berakhir dengan
keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis.

Contoh: Drama Romeo dan Juliet, film Ttitanic.

2. Melodrama

Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental), mendebarkan hati, dan
mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam
melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip). Seorang tokoh jahat adalah
seluruh wataknya jahat, tidak ada sisi baik sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero atau tokoh protagonist
adalah tokoh pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini pada
akhirnya akan memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Tokoh-tokoh dalam
melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi. Biasanya sinentron dan
film Indonesia merupakan melodrama.

Contoh: Film Ada Apa Dengan Cinta, sinetron Cinta Fitri.

3. Komedi (drama ria)

Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan didalamnya terdapat dialog kocak yang
bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi menampilkan tokoh tolol,
konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada
yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini
disebabkan oleh perbedaan budaya dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang
diceritakan dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.

Contoh: Film Mister Bean, sinetron Bajaj Bajuri

4. Dagelan

Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam
dagelan tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan ketetapan
waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang berubah-ubah dari awal
sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga
banyolan, sering disebut tontonan konyol atau tontonan murahan.

Contoh: Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera Anak
b). Berdasarkan cara penyajianya

1) Closed Drama (drama untuk dibaca)

Closed drama adalah drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed
drama mempunyai dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang
digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.

2) Drama treatikal (Drama yang dipentaskan)

Drama treatikal adalah drama yang dapat dipentaskan. Drama treatikal dipentaskan di atas pentas
atau panggung.

3) Drama radio

Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama radio
mementingkan dialog yang diucapkan melalui media radio. Drama radio biasanya direkam melalui kaset.
Misalnya, selingan music, sound effect, dan jenis suara. Adegan dan babak dalam drama radio dapat
diganti sebanyak mungkin karena tidak perlu menyiapkan pergantian dekor. Misalnya sahur sepuh.

4) Drama televise

Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui media televisi. Kelebihan
drama televisi adalah dalam melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk
scenario . drama televisi ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela.

c). Berdasarkan bentuknya

 Sandiwara

Sandiwara berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti
ajaran. Sandiwara berarti suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.

 Teater rakyat

Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat
kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali, lenong dari Jakarta, dan
sebagainya.

 Opera

Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada saat pementasanya. Nyanyian
digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut drama musical.

 Sendratari
Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari pemainanya. Suasana dan adegan
dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari. Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik,
seperti Ramayana dan mahabarata.

 Pantomim

Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan dengan gerak dan ekspresi
wajah biasanya diiringi music.

 Operet atau Operette

Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.

 Tableau

Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan
mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku hanya mengandalkan gerak patah-patah.

 Passie

Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau religius.

 Wayang

Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.

 Minikata

Drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak treatikal.

d). Menurut masanya drama dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu:

 Drama Baru (Modern)

Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat
yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.

 Drama Lama (Klasik)

Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan
istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

e). Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pementasan Drama

Didalam pementasan drama ini ada beberapa istilah-istilah yang perlu diketahui, yaitu:

- Prolog yaitu kata –kata pembukaan dalam suatu pementasan drama.


- Epilog yaitu kata-kata penutup dalam suatu pementasan drama yang berisikanpesan, kesimpulan
dan amanat.
- Monolog yaitu berbicara sendiri dalam suatu pementasan drama.
- Dialog yaitu bagian dari naskah drama atau percakapan para pemain.

Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:

 Tata panggung

Sesuaikah tata panggung dengan tema tersebut? Misalnya tema tentang keadaan perang, tentu saja
tata panggung harus bisa menggambarkan hal itu.

 Pemeran

Pemeran sangat memengaruhi berhasil tidaknya suatu pertunjukan drama. Pemeran harus mampu
menampilkan watak dari tokoh yang diperankannya.

 Kostum

Kostum akan mendukung pementasan tersebut. Pemilihan kostum harus sesuai karakter tokoh yang
diperankannya.

 Suara

Suara sangat memengaruhi kelancaran suatu pementasan. Suara dapat berupa vokal si pemain ataupun
musik yang mengiri pementasan itu. Penggunaan pengeras suara sangat diperlukan jika pemain tidak
dapat bersuara secara lantang dan jelas.

Jenis drama selanjutnya adalah dengan berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama. Pembagian jenis
drama berdasarkan naskah drama ini, antara lain:

1. Drama Tradisional, merupakan sebuah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah.
2. Drama Modern, merupakan sebuah tontonan drama menggunakan naskah.

C. Unsur-unsur Drama

Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam)
dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur dalam adalah unsur yang tidak
tampak.

Unsur intrinsik (unsur dalam) diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tokoh

Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain
drama disebut actor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau drama berkaitan dengan
nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan.
Tokoh dalam drama diklasifikasikan menjadi:

a) Berdasarkan sifatnya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:

- Tokoh protagonist yaitu tokoh utama yang mendukung cerita.


- Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menetang
cerita.
- Tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonist maupun tokoh antagonis.

b) Berdasarkan peranannya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:

 Tokoh sentral yaitu tokoh yang paling menentukan dalam drama. Tokoh sentral merupakan
penyebab terjadinya konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
 Tokoh utama yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai perantara
tokoh sentral atau dalam hal ini adalah tokoh tritagonis.
 Tokoh pembantu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata
rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja. Jadi tidak semua
drama menampilkan kehadiran tokoh pembantu.

2. Perwatakan atau Penokohan

Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan atau Penokohan adalah penggambaran efek
batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Watak pada tokoh digambarkan dalam tiga dimensi
(watak dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal, baru
kemudian sosialnya. Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan
perkembangan lakon.

 Keadaan Fisik

Yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri tubuh, cacat
jasmani, cirri khas yang menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk.
Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai watak mudah tersinggung, seseorang yang berleher
panjang mempunyai watak sabar.

 Keadaan Psikis

Keadaan psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral, temperanmen, ambisi,
psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.

 Keadaan Sosiologis

Keadaan sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas social, ras, agama, dan ideology.
Contoh penampilan pegawai bank akan berbeda dengan penampilan makelar, kendatipun keadaan social
ekonominya sama. Penampilan istri bupati, akan berbeda dengan penampilan istri gubernur atau istri
lurah. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang
tokoh.

3. Setting

Setting diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar
menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar penonton, pembaca mempunyai pembayangan yang
tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain itu, setting juga diciptakan untuk menggerakan
emosi atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara emottif penonton atau pembaca diharapkan
mempunyai daya khayal yang lebih dalam sesuai dengan kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya.
Misalnya pelaku yang berada diantara deretan pedagang-pedagang kaki lima, bukan di sebuah plasa atau
supermarket, pembaca atau penonton akan menagkap kesan kesedihan, bahkan kemiskinan. Setting atau
tempat kejadian cerita sering disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:

a. Setting tempat

Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri
sendiri. Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.

b. Setting waktu

Setting waktu adalah waktu atau zaman atau periode sejarah terjadinya cerita dalam drama.
Setting waktu juga terjadi di waktu pagi, siang, sore, atau malam.

c . Setting ruang

Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam rumah atau latar rumah, hiasan, warna, dan peralatan
dalam ruang akan memberi corak tersendiri dalam drama yang dipentaskan. Misalnya di ruang tamu
keluarga modern yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu keluarga tradisional yang miskin.

4. Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam
drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan
ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik
social, kemiskinan, kesenjangan social, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotism, dan
renungan hidup.

5. Alur atau plot

Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-
mundurnya sebuah cerita seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang membimbing
cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan),
adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak
s.d. antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang
menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau
resolusi-keputusan.

6. Amanat atau pesan pengarang

.Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui
karyanya. Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui drama harus ditentukan atau dicari
sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam
menafsirkan amanat drama.

Amanat bersifat kias subjektif dan umum sedangkan tema bersifat lugas, objektif, dan khusus.
Amanat sebuah drama akan lebih mudah ditafsirkan, jika drama itu dipentaaskan. Amanat biasanya
memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Amanat drama selalu berhubungan dengan tema
drama.

Contoh:

Drama Romeo dan Juliet bertema masalah percintaan yang berakhir dengan kematian, berdasarkan
temanya drama Romeo dan Juliet memiliki amanat:

“Meskipun manusia begitu cermat dan teliti merencanakan sesuatu, Tuhan jugalah yang menetukan apa
yang terjadi,manusia tidak kuasa melawan garis nasib yang ditetapkan oleh Tuhan:.

D. Struktur Drama

Struktur adalah bentuk drama pada waktu pementasan. Struktur terdiri atas alur,karakter, dan tema
(premise) (Kernodle, 1967: 345 dan Harymawan, 1984:26—29). Drama mendapat intensitas konsentrasi
dan kekuatan dari alur. William Archer (via Kernodle, 1967:345) mengatakan bahwa drama adalah seni
dari kegentingan sebagai karya fiksi yangdibangun secara bertahap. Bagian ini merupakan dasar dari pola
irama drama secarakeseluruhan. Alur tersusun dari peristiwa-peristiwa yang tersaji di atas pentas.
Penikmatdrama pada umumnya mengejar cerita dari bagian awal, tengah, dan akhir (Kernodle,
1967:345).

 Struktur Drama Naskah

Drama naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu jenis sastra, drama naskah dibangun oleh
struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Struktur drama naskah antara lain :

1. Plot atau kerangka cerita

Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan
konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu semakin lama semakinmeningkat untuk kemudian
mencapai titik klimaks. Setelah klimaks lakon akan menujukepada penyelesaian masalah.

2. Penokohan dan perwatakan


Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh adalah daftar tokoh-tokoh yang
berperan dalam drama itu. Dalam susunan tokoh itu, yang terlebih dahuludijelaskan adalah nama, umur,
jenis kelamin, tipe fisik, jabatan dan keadaan jiwanya.

Klasifikasi Tokoh

- Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita

a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.


b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu atau penengah antara tokoh protagonis danantagonis.

- Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya :

a. Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak lakon.


b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral.
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalamcerita.

Perwatakan

Tokoh-tokoh dalam cerita harus memiliki watak yang berbeda. Watak para tokoh iniharus konsisten
dari awal sampai akhir. Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi(watak dimensional).
Penggambaran ini berdasarkan keadaaan fisik, psikis, dan sosial.

3. Dialog (percakapan)

Dalam menyusuin dialog ini, pengarang harus benar-benar mamperhatikan pambicaraan tokoh-
tokoh dalam cerita. Ragam bahasa dalam dialog drama adalah bahasalisan yang komunikatif dan bukan
ragam bahasa tulis. Dialog juga harus bersifiat estesis,artinya memiliki keindahan bahasa.

4. Setting

Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut dengan latar cerita. Setting biasanya
meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang dan waktu. Setting tempat tidak berdirisendiri melainkan
berhubungan dengan waktu dan ruang. Setting waktu juga berarti apakah jalan cerita terjadi di waktu
pagi, siang, sore atau malam hari. Ruang dapat berarti ruangdalam atau luar rumah, tetapi juga dapat
bererti lebih mendetail.

5. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam cerita. Tema berhubungandengan
premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuahdrama dan sudut
pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya.

6. Amanat

Amanat ialah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui dramanyalewat jalan cerita
yang ditampilkan. Seorang pengarang drama secara sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat
dalam karyanya itu.
7. Petunjuk teknis

Dalam naskah drama diperlukan juga petunjuk teknis yang sering pula disebut tekssamping yang
kedudukannya sangat penting. Teks samping memberikan petunjuk teknistentang tokoh, waktu, suasana
pentas, suara, musik, dan yang lainnya.

8. Drama sebagai interpretasi kehidupan

Ulasan drama sebagai interpretasi kehidupan berhubungan erat dengan nada dasar atau
pandangan dasar penulis drama itu.Struktur Teks Drama

 Prolog

Prolog merupakan sebuah bagian yang menjadi pengantar naskah. Prolog dapat berisisatu atau
beberapa keterangan maupun pendapat dari penulis naskah drama tentang ceritayang akan dipentaskan.
Biasanya disampaikan oleh seorang narator.

 Dialog

Dialog merupakan bagian dari naskah drama yang berupa rangkaian percakapanantara satu tokoh
dengan tokoh lainnya. Penulisan dialog dalam naskah drama menggunakantanda baca petik (“_”).

 Epilog

Epilog merupakan bagian penutup dari suatu drama. Sama seperti prolog, bagian ini biasanya juga
akan disampaikan oleh narator yang berisi tentang sekilas kisah balik maupunkesimpulan dari isi drama
yang telah dipentaskan.

 Adegan

Adegan merupakan struktur yang meliputi cara seorang aktor atau aktrismembawakan tokoh yang
diperankannya dalam suatu drama. Adegan juga merupakan bagiandari suatu babak di mana batas dari
suatu adegan ditentukan oleh perubahan peristiwaataupun transisi datang perginya seorang tokoh dalam
suatu babak drama.

 Babak

Babak dalam naskah drama merupakan setiap bagian atau sesi adegan dalam drama.Babak merupakan
rangkuman semua peristiwa yang terjadi di suatu latar tempat pada urutanwaktu tertentu.

Adapun strukturdrama yaitu :

1) Eksposisi : yaitu pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan dengan posisi
diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhirnya antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang
lebih dominan.

2) Raising Action : yaitu menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh. Hasil akhirnya
protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis. Awal
terjadi masalah
3) Complication : yaitu perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder. Pertentangan
meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil akhirnya antagonis dan
sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.

4) Klimaks : yaitu jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis. Hasil
akhirnya peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar
kubu.

5) Resolusi : yaitu hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau tokoh baru
yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta
kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan
dengan tema atau konflik yang sudah diusung.

Langkah Langkah Mengarang Drama

1) Menentukan Tema.

Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang
kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir. Misalnya tema yang dipilih
adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, maka dalam cerita hal tersebut harus dimunculkan
melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat
apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.

2) Menentukan Persoalan (Konflik).

Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita drama. Tidak ada cerita drama tanpa konflik.
Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan disesuaikan dengan tema yang
dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan akan mengalahkan kejahatan,” pangkal persoalan yang
dibicarakan adalah sikap licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri.
Persoalan ini kemudian dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.

3) Membuat Sinopsis (ringkasan cerita).

Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis
digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar. Dengan adanya
sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak mengada-ada.

4) Menentukan Kerangka Cerita.

Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini
membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian. Dengan membuat
kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. William
Froug (1993) misalnya, membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan,
bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita.
Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal
muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik
balik cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno (2003), sutradara sekaligus penulis naskah Teater
Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau
sebab awal, isi yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan
cerita atau akibat.

5) Menentukan Protagonis.

Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan
menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya, dalam
persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagi orang yang rajin, semangat
dalam bekerja, senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat
atau karakter protagonis, maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari
sifat protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan
antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan
mudah diciptakan.

6) Menentukan Cara Penyelesaian.

Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon
ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang
bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena
itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.

7) Menulis.

Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan
mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi memindahkan gagasan
dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin.

E. Dimensi Drama

3 Dimensi Tokoh dalam Drama

Drama merupakan salah satu dari 4 jenis karya sastra. Drama sendiri dibedakan menjadi duayaitu drama
sebagai naskah yang merupakan sebuah bentuk prosa dan drama sebagai pertunjukan yaitu sebagai bentuk
implementasi dari naskah drama. Untuk menghayati suatutokoh kita bisa menggunakan 3 Dimensi tokoh
ini.

1. Dimensi yang pertama yaitu dimensi fisik. Dimensi fisik ini adalah keadaan fisik tokoh yang akan di
perankan. Misal tokoh kakek - kakek, fisik sang kakek itu bagaimana, sehat bugarkah atau sakit - sakitan.

2. Dimensi kedua yaitu dimensi sosial. Maksudnya adalah keadaan sosial tokoh tersebut.Misal tokoh
kakek - kakek seperti di contoh pertama, kakek yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan tentulah
berbeda. Inilah yang dimaksud dimensi sosial.
3. Dimensi ketiga yaitu dimensi psikologis. Dimensi ini adalah keadaan kejiwaan tokoh.Misal masih
dengan contoh sebelumnya, kakek yang hidup sakit - sakitan lalu tinggaldi desa tidak ada sanak saudara
yang merawat itu bagaimana keadaan kejiwaannyaakankan gembira? Tentulah tidak, inilah yang
dimaksud dimensi psikologis.

Ketiga tahapan tersebut haruslah urut dalam perncariaannya. Dan jika salah satu tahaptidak di
jalankan, mendalami tokoh masih bisa namun tidak dapat maksimal. Dengan ketigatahapan diatas di
harapkan dapat memudahkan dalam menghayati tokoh drama yang akan di pentaskan.

Namun menurut Hasanuddin memiliki 2 dimensi yaitu:

1. Dimensi pertama : Dimensi Teks pertunjukan

Drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan yaitu sebaliknya denganorang yang
menganggap drama sebagai seni pertunjukan akan membuang fokus itu sebab perhatiannya harus dibagi
dengan unsur lain. hal itu disebabkan bahwa dalam seni pertunjukan naskah drama hanya salah satu unsur
yang berdampingan dengan unsur gerak,suara, mimik/bunyi, dan rupa.

2. Dimensi kedua: Dimensi Teks Sastra atau genre sastra

Drama sebagai genre sastra yaitu sebuah genre sastra. Drama memungkinkan ditulisdalam bahasa
yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnyadengan mempergunakan bahasa
sebagaimana sebuah sajak: penuh irama dan karya akan bunyi yang indah, namun sekaligus
menggambarkan watak-watak manusia secara tajam.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Drama merupakan salah satu dari bentuk karya sastra yang menggambarkan atau mengilustrasikan
kehidupan dengan menyampaikan konflik dengan melalui dialog. Didalam sebuah drama terdapat unsur
intrinsik, yakni unsur yang membangun sebuah karya sastra terdapat di dalamnya.

Drama naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu jenis sastra, drama naskah dibangun oleh
struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Struktur drama naskah antara lain :

1. Plot atau kerangka cerita

2. Penokohan dan perwatakan

3. Dialog (percakapan)

4. Setting
5. Tema

6. Amanat

7. Petunjuk teknis

8. Drama sebagai interpretasi kehidupan

Prolog
Dialog
Epilog
Adegan
Babak

Dimensi yang dimiliki oleh drama yang pertama yaitu dimensi fisik. Dimensi fisik ini adalah
keadaan fisik tokoh yang akan di perankan. Misal tokoh kakek - kakek, fisik sang kakek itu bagaimana,
sehat bugarkah atau sakit - sakitan.

Dimensi kedua yaitu dimensi sosial. Maksudnya adalah keadaan sosial tokoh tersebut.Misal tokoh
kakek - kakek seperti di contoh pertama, kakek yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan tentulah
berbeda. Inilah yang dimaksud dimensi sosial.

Dimensi ketiga yaitu dimensi psikologis. Dimensi ini adalah keadaan kejiwaan tokoh.Misal masih
dengan contoh sebelumnya, kakek yang hidup sakit - sakitan lalu tinggaldi desa tidak ada sanak saudara
yang merawat itu bagaimana keadaan kejiwaannyaakankan gembira? Tentulah tidak, inilah yang
dimaksud dimensi psikologis.

Namun menurut Hasanuddin memiliki 2 dimensi yaitu: Dimensi Teks pertunjukan dan Dimensi Teks
Sastra atau genre sastra.

Terciptnya sebuah drama yang menarik tentu harus ada pondasi yang di susun dengan teratur
yaitu mulai dari eksposisi, rising action, complication, klimaks, resolu. Untuk mengarang sebuah cerita
drama, langkah langkahnya yaitu; menentukan tema, menentukan persoalan (konflik), membuat
sinopsis (ringkasan cerita), menentukan kerangka cerita, menentukan protagonist, menentukan cara
penyelesaian, setelah itu menulis.

b. Saran

Demi terciptanya sebuah masyarakat yang memiliki aroma seni yang pekat di mata
internasional, disini Penulis mengharapkan agar seni drama mendapatkan perhatian yang tinggi,
baik di kalangan biasa, pendidikan, pebisnis maupun pemerintah.

Adapun mengenai penulisan serta penyusunan makalah ini penulis menyadari akan
terdapat beberapa kesalahan, untuk itu saran serta kritik yang membangun dapat diperoleh dari
pembaca dan semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka

www.academia.edu

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia

http://arisudaryatno.blogspot.com/2010/01/unsur-unsur-drama.html

http://www.dbp.gov.my/lamandbp/main.php?
Content=vertsections&SubVertSectionID=893&VertSectionID=25&CurLocation=208&IID=&Page=1

http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknik-penulisan-naskah-drama/

http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983

http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia

http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dan-drama

http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/

Maryati, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV. Aneka Ilmu

Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo

Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara

Anda mungkin juga menyukai