Kelompok 4 :
Dengan menyebut nama Allah subhanallahu ta’ala yang maha pengasih lagi maha
penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, dan hikmah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Apresiasi Drama yang berjudul “Teori Postkolonial dan contohnya (Jendral
Terakhir)".
Terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Hajrah yang senantiasa membimbing
kami selama proses diskusi berlangsung. Tanpa adanya bimbingan dari beliau, penulis
kiranya tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Teori Postkolonial dan
contohnya (Jendral Terakhir)ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
KATA
PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar
Belakang ............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Ciri-Ciri
Pootskolonial................................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Poskolonial yang secara etimologis berasal dari kata ‘post’ dan kolonial,
sedangkan kata kolonial itu sendiri berasal dari akar kata colonia, bahasa
Romawi, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Adapun konotasi negatif
kolonial lahir karena tidak seimbangnya interaksi antara pribumi dengan
pendatang yang berkuasa. Sedangkan secara harfiah poskolonial berarti teori
yang lahir sesudah zaman egaray.
1. Anti-esensialisme (bahwa sastra bukan suatu teks yang ajeg dan permanen, tetapi
merupakan hasil bentukan realitas di luarnya)
2. Anti-determinisme (bahwa sastra bukan teks yang pasif, yang dibentuk secara tetap
dan pasti sebuah struktur, tetapi juga membentuk dan menciptakan struktur-struktur
baru)
3. Anti-universalisme (bahwa sastra bukan teks yang berlaku secara universal, tetapi
lahir dari negoisasi-negoisasi kulturalnya sendiri yang bersifat lokal dan partikular)
4. Kajian postkolonial bukanlah kajian yang terpaku pada aspek formal dan struktural
dari karya sastra tetapi kajian-kajian yang ingin membaca secara cair, flexible dan
radikal dimensi-dimensi kritis dari sastra, dalam relasinya dengan kekuasaan (yang
dipahami secara luas dan cair pula) dalam teks sastra maupun formasi sosial yang
membentuknya.
5. Pada kajian poskolonial, kekuasaan tersebut adalah relasi-relasi kuasa yang
diakibatkan oleh penjajahan dan kolonisasi, kekuasaan itu adalah relasi-relasi kuasa
akibat kapitalisasi.
1. Sebagai gejala kultural sastra menampilkan sistem komunikasi antara pengirim dan
penerima, sebagai mediator antara masa lampau dengan masa sekarang.
2. Karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan
intelektualitas, fiksi dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
3. Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah
manifestasinya yang paling signifikan.
4. Berbagai masalah yang dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung,
sehingga tujuan-tujuan yang sesungguhnya tidak Nampak. Di sinilah egaray
oriental ditanamkan, di sini pulalah analisis dekontruksi poskolonial dilakukan
C. Contoh Drama
Drama merupakan salah satu cabang dalam karya sastra yang berhasil
mengaplikasikan fenomena dan dinamika pada masa poskolonial. Drama,
memiliki unsur-untur intrinsik dan ekstrinsik yang dapat diapriesiasi keduanya
karena drama merupakan karya seni yang memberikan banyak manfaat.
Naskah drama Jenderal Terakhir karya Fahmi Syarif mengambil sudut
waktu pada masa koloni Belanda di Indonesia, Bone khususnya. Beberapa
pennggalan teks drama Jenderal Terakhir. Dalam naskah drama Jenderal
Terakhir karya Fahmi Syariff, Arung Bontorihu berperan sebagai figure
resistensi, sebagai mimic man atau kolonial subjek karena ia adalah Pribumi
yang mengakui otoritas Barat. Akan tetapi sebagai figur resistensi, Arung
Bontorihu juga berusaha mengacaukannya. Pada masyarakat poskolonial,
resistensi sebagai perwujudan dirinya untuk menolak, yakni sebuah resistensi
yang menggunakan cara lain dengan pemertahanan identitas dan kepemilikan
budaya. Arung Bontorihu adalah mimic man yang proses resistensinya melalui
cara mimikri, yaitu melakukan peniruan sekaligus terlibat pada objek yang
dilawannya. Beberapa penggalan naskah teks drama “Jenderal Terakhir”, yaitu :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://harjonbasri.blogspot.com/2014/11/posmodernisme-dan-teori-postkolonial.html?
m=1
https://onesearch.id/Record/IOS3399.11808