Anda di halaman 1dari 10

TEORI DAN APRESIASI DRAMA

‘‘TEORI POSTKOLONIAL DAN CONTOHNYA (JENDERAL TERAKHIR)’’

Kelompok 4 :

DEWI KANIA PUTRI


NURISMI AULIYAH
SATRIANI
ISMAIL

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020-2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah subhanallahu ta’ala yang maha pengasih lagi maha
penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, dan hikmah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Apresiasi Drama yang berjudul “Teori Postkolonial dan contohnya (Jendral
Terakhir)".
Terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Hajrah yang senantiasa membimbing
kami selama proses diskusi berlangsung. Tanpa adanya bimbingan dari beliau, penulis
kiranya tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Teori Postkolonial dan
contohnya (Jendral Terakhir)ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Makassar, 16 November 2020


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI .....


……............................................................................................................ i

BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1  Latar
Belakang ............................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah


..........................................................................................................4

1.3 Tujuan ………………………..……………………………….


………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Postkolonial


…............................................................................................. 6

2.2 Ciri-Ciri
Pootskolonial................................................................................................... 6

2.3 Contoh (Jendral Terakhir…………...........………………………………….


………….8

BAB III PENUTUP


3.1
Kesimpulan .................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bangsa Timur (Asia) secara umum dan Indonesia secara khusus


memiliki ribuan ingatan pahit tentang penjajahan. Penjajahan dikaitkan
dengan yang terjajah dan yang menjajah. Dalam sejarah, Indonesia mengalami
proses kolonialisme dari bangsa Barat (Eropa) terutama bangsa Belanda yang
menjajah Indonesia selama kurang lebih tiga setengah abad. Tujuan Belanda
datang ke Indonesia, pada awalnya, tertarik dengan hasil buminya. Akan
tetapi, pada perkembangan selanjutnya Belanda mulai mengeksploitasi
Indonesia secara ekonomis. Belanda kemudian juga mengembangkan
kekuasaannya dengan menjajah Indonesia secara politisi, sosial, dan kultural.
Fenomena munculnya adaptasi dari novel atau cerpen ke dalam bentuk film
bukan lagi hal yang asing pada era sekarang ini. Film yang diangkat dari suatu
karya sastra akan mampu mempopulerkan kembali karya sastra yang menjadi
acuannya tersebut. Namun dalam proses adaptasi tersebut tentunya akan
mengalami berbagai macam bentuk perubahan. Sastra pada dasarnya
merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi (dalam
Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan
kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa
untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah
karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam
Sarjidu, 2004: 2).

B. Rumusan Masalah

1)     Apa saja Ciri-ciri Teori Postkolonial ?

2)     Bagaimana contoh Teori Postkolonial ?

C.   Tujuan

1)     Untuk mengetahui Ciri-ciri Teori Postkolonial

2)     Untuk mengetahui bagaimana contoh Teori Postkolonial


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Postkolonial

Poskolonial yang secara etimologis berasal dari kata ‘post’ dan kolonial,
sedangkan kata kolonial itu sendiri berasal dari akar kata colonia, bahasa
Romawi, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Adapun konotasi negatif
kolonial lahir karena tidak seimbangnya interaksi antara pribumi dengan
pendatang yang berkuasa. Sedangkan secara harfiah poskolonial berarti teori
yang lahir sesudah zaman egaray.

Teori poskolonial menurut Ratna (2006: 206) adalah teori yang


digunakan untuk menganalisis berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik,
ekonomi, sastra, dan sebagainya, yang terjadi dibekas koloni Eropa. Pada
umumnya gejala kultural tersebut terkandung dalam berbagai teks studi
mengenai dunia timur, yang ditulis oleh para Orientalis, yang disebut sebagai
teks Oriental. Dari berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa teori
postkolonial (pascakolonial) adalah seperangkat pernyataan mengenai kondisi
dan kecenderungan masyarakat terjajah dan pernah terjajah.
B. Ciri-Ciri Teori Postkolonial

Adapun 5ciri poskolonial ialah sebagai berikut:

1. Anti-esensialisme (bahwa sastra bukan suatu teks yang ajeg dan permanen, tetapi
merupakan hasil bentukan realitas di luarnya)
2. Anti-determinisme (bahwa sastra bukan teks yang pasif, yang dibentuk secara tetap
dan pasti sebuah struktur, tetapi juga membentuk dan menciptakan struktur-struktur
baru)
3. Anti-universalisme (bahwa sastra bukan teks yang berlaku secara universal, tetapi
lahir dari negoisasi-negoisasi kulturalnya sendiri yang bersifat lokal dan partikular)
4. Kajian postkolonial bukanlah kajian yang terpaku pada aspek formal dan struktural
dari karya sastra tetapi kajian-kajian yang ingin membaca secara cair, flexible dan
radikal dimensi-dimensi kritis dari sastra, dalam relasinya dengan kekuasaan (yang
dipahami secara luas dan cair pula) dalam teks sastra maupun formasi sosial yang
membentuknya.
5. Pada kajian poskolonial, kekuasaan tersebut adalah relasi-relasi kuasa yang
diakibatkan oleh penjajahan dan kolonisasi, kekuasaan itu adalah relasi-relasi kuasa
akibat kapitalisasi.

Menurut Nyoman (2004:211) ada egar penting dari teori poskolonial.


Secara defenitif teori poskolonial dimanfaatkan untuk menganalisis khazanah
kultural yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara-negara
pascakolonial, lebih khusus lagi adalah negara-negara bekas koloni Eropa
modern.

Ada 4 alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis


melalui teori-teori poskolonial.

1. Sebagai gejala kultural sastra menampilkan sistem komunikasi antara pengirim dan
penerima, sebagai mediator antara masa lampau dengan masa sekarang.
2. Karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan
intelektualitas, fiksi dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
3. Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah
manifestasinya yang paling signifikan.
4. Berbagai masalah yang dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung,
sehingga tujuan-tujuan yang sesungguhnya tidak Nampak. Di sinilah egaray
oriental ditanamkan, di sini pulalah analisis dekontruksi poskolonial dilakukan

C. Contoh Drama

Drama merupakan salah satu cabang dalam karya sastra yang berhasil
mengaplikasikan fenomena dan dinamika pada masa poskolonial. Drama,
memiliki unsur-untur intrinsik dan ekstrinsik yang dapat diapriesiasi keduanya
karena drama merupakan karya seni yang memberikan banyak manfaat.
Naskah drama Jenderal Terakhir karya Fahmi Syarif mengambil sudut
waktu pada masa koloni Belanda di Indonesia, Bone khususnya. Beberapa
pennggalan teks drama Jenderal Terakhir. Dalam naskah drama Jenderal
Terakhir karya Fahmi Syariff, Arung Bontorihu berperan sebagai figure
resistensi, sebagai mimic man atau kolonial subjek karena ia adalah Pribumi
yang mengakui otoritas Barat. Akan tetapi sebagai figur resistensi, Arung
Bontorihu juga berusaha mengacaukannya. Pada masyarakat poskolonial,
resistensi sebagai perwujudan dirinya untuk menolak, yakni sebuah resistensi
yang menggunakan cara lain dengan pemertahanan identitas dan kepemilikan
budaya. Arung Bontorihu adalah mimic man yang proses resistensinya melalui
cara mimikri, yaitu melakukan peniruan sekaligus terlibat pada objek yang
dilawannya. Beberapa penggalan naskah teks drama “Jenderal Terakhir”, yaitu :

 Arung bakka seperti terkulum, karena mulutnya sudah terbekap oleh


tangan arung bontiruhu bersamaan dengan dicabutnya badik itu, dan
langsung dihujamkan ke dada kiri, dada kanan, dan ulu hati. (Syariff,
2013: 85)
 Arung bontorihu mengulurkan kedua tangannya ke depan, tapi secepat
kilat salah satu tangannnya menjangkau badik di atas meja, mencabutnya,
meloncati tuan petoro, menghujamkan badiknyaa terus dan terus…
(Syariff, 2013: 94)
 Rentetan tembakan dari sekian lop senapan menembus tubuh arung
bontorihu. Tubuh itu perlahan terkulai, melorot, tapi tetap berdiri oleh
sanggaan lututnya. (Syariff, 2013: 95)
 Arung Bontorihu: Bumi tempatku lahitr… besar… dewasa… sampai di
sinilah… Allahu Akbar. (Syariff, 2013: 95)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Postkkolonia merupakan suatu kajian yang merefeksikan kembali masa


kolonial yakni interaksi antara penjajah dalam hal ini barat dengan masyarakat
pribumi yakni timur (orient). Dimana pada saat itu terjadi penguasaan dan
penundukan secara totalitas terhadap masyarakat pribumi yang meliputi segala
aspek, baik secara fisik maupun mental. Kondisi sosial kultural juga tidak
luput dari hegemoni barat.
Dalam kajian postkolonial, barat melakukan hegemoni terhadap
Negara bekas jajahan dengan mengkonstruk cara pandang bahwa masyarakat
barat merupakan sosok makhluk sempurna, sehingga tolak ukur kebenaran
berdasarkan praktek keBaratan. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah sebuah
Negara telah bebas dari cengkaraman penjajah, tidak berarti juga bebas dari
hegemoni atau penjajahan secara konsep. Dalam hal ini masyarakat timur
digiring cara pandang agar berkiblat ke barat.

DAFTAR PUSTAKA

http://harjonbasri.blogspot.com/2014/11/posmodernisme-dan-teori-postkolonial.html?
m=1

https://onesearch.id/Record/IOS3399.11808

Anda mungkin juga menyukai