pendekatan objektif
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.2 Analisis puisi aku dan senja dengan menggunakan pendekatan pragmatik.......................................7
2.3 Penelaahan.........................................................................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................13
PENDAHULUAN
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Kemudian,
arti tersebut lambat laun menyempit menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut
syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan”.
Sedangkan menurut Pradopo (2002 a: 7) mengemukakan bahwa puisi mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama.
PEMBAHASAN
pragmatik merupakan pendekatan yang menekankan peran pembaca. (Siswanto dan Roekhan, 1991: 30),
menyatakan bahwa karya sastra baru dianggap sebagai karya sastra dengan segala legalitasnya ketika
telah sampai ke tangan pembaca dan telah dibacanya. Namun, bila karya sastra belum dibaca oleh
pembaca, maka belum ada keutuhan komunikasi antara penulis dan pembaca.
Pendekatan pragmatik yang menitik beratkan pada peran pembaca sebagai penghayat memiliki
peran utama dalam menilai baik atau buruk, layak atau tidak layak, bernilai atau tidak bernilai. Pembaca
seolah-olah memiliki otonomi yang kokoh dalam menilai suatu karya sastra. Karya yang dihasilkan oleh
penulis sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca, sedangkan penulisnya sudah tidak memiliki
kewenangan. Pembacalah yang menentukan setiap hal yang ditulis oleh sastrawan dalam menyampaikan
pesan, nilai, dan unsur didalamnya (Selden, 1991: 106—107; Aminuddin, 1987: 94).
pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang puisi sebagai sesuatu yang dibangun untuk
mencapai efek-efek tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek kesenangan
estetik ataupun ajaran atau pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan ini cenderung
menilai puisi berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut.
Kehadiran suatu teks yang dibaca akan memberikan warna tertentu pada teks itu dan bagaimana
seseorang memperlakukan suatu teks yang selanjutnya dapat pula diberi makna sehingga dapat
diketahui manfaat dari teks karya sastra tersebut.
2. Subjek pendekatan pragmatik adalah pembaca.
Pembaca yang sama sekali tidak tahu menahu tentang proses kreatifitas diberikan tugas utama
bahkan dianggap sebagai penulis yang memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi bagi
pembaca karya sastra tesebut. Pada tahap tertentu pendekatan pragmatik memiliki hubungan yang
cukup dengan masyarakat pembacanya. Pendekatan ini memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi dalam
masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya sehingga manfaat karya sastra tersebut dapat
dirasakan.
Perkembangan pendekatan pragmatic yang semakin lama melahirkan tokoh-tokoh baru, seperti
Wolfgang Iser, Hans Robert Jausz. Tokoh-tokoh tersebut melahirkan pandangan resepsi sastra atau
resepsi estetik (Junus, 1985). Resepsi sastra dapat dimaknai sebagai kajian yang mempelajari teks
sastra dengan menitikberatkan pada pembaca untuk memberikan respon baik aktif maupun pasif (Junus,
1985; Endraswara, 2013). Seorang penikmat sastra akan mendapatkan pesan yang berbeda ketika
membaca cerpen Gus Jafar karya K.H. Mustofa Bisri yang diterbitkan oleh Kompas tahun 2002 yang
kemudian dibukukan dalam antologi cerpen berjudul Lukisan Kaligrafi (2013). Pembaca awam akan
bertanya-tanya bagaimana bias Gus Jafar memiliki kemampuan khusus untuk melihat kejadian yang akan
terjadi. Begitu juga ketika membaca cerpen Salawat Dedaunan karya Yanusa Nugroho yang dimuat koran
Kompas pada Oktober 2011 dan dibukukan dalam kumpulan cerpen berjudul Setubuh Seribu
Mawar (2013).
Lain halnya dengan Beberapa tokoh yang menggeluti pendekatan objektif yang melacak asal-usul
hingga pada pandangan Aristoteles pada karya Poetics. Mereka memandang bahwa objek yang ada di
dalam karya seperti plot, karakter, tokoh adalah elemen yang bekerja sama untuk menghasilkan katarsis
diantara penonton. Para ahli memandang pendekatan objektif dalam konsep Aristoteles sebagai inheren
dalam pekerjaan mereka. Karya mereka akan dipuji sejauh elemen-elemen internal bekerja secara kohesif.
Namun, beberapa orang membantah dengan argument bahwa Poetics Aristoteles bila diperhatika lebih
cermat lagi, lebih sesuai dengan kriteria teori pragmatis daripada objektif Abrams (1976: 26—28).
C.Contoh penerapan puisi dengan pendekatan pragmatik
Berikut ialah beberapat contoh bait dari bermacam puisi yang di analisis dengan pendekatan pragmatik
1. Nilai Moral
a. Bila bara ini adalah penawar
aku akan genggam dan telan (Puisi Pemeluk Api, hlm 6)
Komentar: Kutipan tersebut menunjukkan bentuk perlakuan seseorang yang
berani berkorban walaupun mengambil resiko yang cukup besar bagaikan
menggenggam bara api.
2. Nilai Sosial
a. Cerita sebatas kertas-kertas yang
dihancurkan. Aku tak ingin sekadar bayangan
atau kerumunan (Puisi Hiruopal, hlm 4)
Komentar: Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kisah hidupnya hanyalah
sebatas kisah yang tak dihiraukan oleh orang lain dan bahkan dihancurkan.
Lalu si aku tidak menginginkan seseorang yang mengikutinya seperti bayangan
namun tak bisa berbuat apa-apa, dan tidak pula menginginkan kerumunan
orang-orang yang sibuk dengan kehidupannya.
2.2 Analisis puisi aku dan senja dengan menggunakan pendekatan pragmatik
Pada puisi “ aku dan senja” dalam buku montase sepilihan Puisi karya Heri Isnaini
2.3 Penelaahan
Puisi “Aku dan Senja” yang terdapat dalam buku Montase Sepilihan Sajak karya Heri
Isnaini dengan isinya yang menceritakan bahwa seseorang yang merindukan suasana ketika bersama
kekasihnya dahulu di kala hujan sore hari yang menyisakan kenangan indah. Seseorang tersebut setia di
kota yang sama, tetapi dengan suasana yang sudah berbeda. Dia begitu merindukan seseorang yang
menemaninya di masa lalu. Sepanjang jalan hujan tumpah menyapu kenangan kita. Hujan seolah-olah
mengingatkan ku kepada kenangan indah yang telah kita bangun bersama. Matamu yang seperti rintik
yang membasahi pori-pori, artinya selalu ada ketenangan dimatamu dan indah juga sejuk dilihat. Jiwa ku
yang gelisah, kenangan kita yang selalu masuk ke dalam aliran darah. Aku begitu mencintaimu, itu saja.
Tidak ada kata-kata yang bisa menjelaskan seberapa besar cinta dan sayangku untukmu. Terdapat larik-
larik dalam setiap sajaknya yang amat menunjukan kerinduan pengarang dalam kesendirian. Selain
itu, puisi “Aku dan Senja” juga menunjukan bahwa sekecil apapun dan sederhana apapun hal-hal kita
lakukan bersama dengan orang yang tersayang itu akan terasa menjadi lebih indah dan menyenangkan
sebagai manusia yang mempunyai perasaan, kita bisa mencurahkan isi perasaan melalui apapun yang
kita bisa. Bisa dilihat bahwa penulis bias menggambarkan perasaannya dalam sebuah puisi yang bisa
membuat pembaca menjadi merasakan hal yang ia rasakan juga.
Ratna (2010:73) mengatakan bahwa pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-
unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Dimana pendekatan objektif sendiri sama dengan analisis
struktural yaitu fokus pada karya sastra itu sendiri. Pendekatan objektif ini membahas bagaimana unsur-
unsur dalam karya sastra terjalin.
Abrams (1976: 26) mengungkapkan bahwa pendekatan objektif memandang karya sastra terlepas
dari semua titik acuan eksternal, menganalisisnya sebagai entitas mandiri yang dibentuk oleh bagian-
bagiannya dalam hubungan internal mereka, dan berangkat ke menilainya semata-mata dengan kriteria
intrinsik dengan mode keberadaannya sendiri.
Tema
Rindu
Contoh lainnya :
“PENERIMAAN”
Chairil Anwar
Analisis puisi penerimaan karya Chairil Anwar dengan menggunakan pendekatan objektif
Yang pertama menelaah Struktur Fisik
1. Tipografi (Perwajahan Puisi)
Tipografi yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata- kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan
barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk
menciptakan makna tertentu. Puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar memiliki tipografi yang
unik. Puisi ini memiliki enam bait dengan pola 2-1-2-1.
Pada bait pertama, ketiga dan kelima terdapat dua larik sedangkan bait kedua, keempat, dan keenam
terdapat satu larik. Setiap awal larik puisinya menggunakan huruf kapital dan tidak diakhiri dengan tanda
baca titik (.) serta tidak banyak menggunakan tanda baca lain yang digunakan hanya tanda baca seru (!)
pada larik Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani.
2. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah
bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus
dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan
bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata-kata dalam puisi Penerimaan menggunakan kata kata yang
sederhana sehingga maknanya dengan mudah dipahami. Dalam puisi tersebut juga terdapat kata yang
memakai konotasi, diantaranya, sebagai berikut:
bak: bagaikan
kembang sari : wanita perawan
tunduk: melihat ke bawah atau malu
tentang: melawan atau temui
cermin : alat pantul atau bayangan
3.Citraan
Citraan yaitu kesan yang dapat kita tangkap (terima) pada kalimat atau baris dalam puisi atau
susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran,
dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan
imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan- akan melihat,
mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Citraan yang
dipakai dalam puisi Penerimaan” ini sebagai berikut.
a. Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan, sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah olah terlihat. Misalnya,
/kau bukan yang dulu lagi/, /Jangan
tunduk!/, /dengan cermin aku enggan
berbagi/
b. Citraan Peraba
Citraan yang timbul gambar angan yang dapat dihayati dengan indra peraba atau perasaan. Misalnya,
Bak kembang sari sudah terbagi/ seolah
membayangkan bagaimana situasi bunga
yang telah terbagi
4.Bunyi
Bunyi adalah sesuatu hal yang dibentuk oleh rima dan irama. Bunyi dapat menciptakan suasana tertentu
dalam pembacaan puisi. Bunyi yang terdapat dalam puisi Penerimaan iniadalah bunyi euphony.
Bunyi euphony adalah bunyi yang dipakai untuk menghadirkan suasana keriangan, semangat, gerak,
kegembiraan dan keberaniaan. Dalam puisi Penerimaan tersebut terdapat rasa semangat pengharapan
seseorang yang akan kembali walaupun di dalamnya juga terdapat bunyi chacophony karena di dalamnya
juga terdapat kecemasan dalam pengharapan serta suasana haru mengingat cinta yang tulus yang terdapat
pada puisi tersebut.
5. Irama
Irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya berkenaan
dengan pergantian tinggi rendahnya bunyi. Irama yang digunakan dalam puisi Penerimaan adalah irama
yang menunjukkan keteguhan hati dalam mempertahankan prinsipnya walaupun di dalamnya
memberikan kesempatan dan harapan.
6.Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Puisi ini
memiliki rima yang tetap karena seluruh baris pada puisi ini berakhiran huruf i dari awal hingga akhir.
Puisi ini dapat digolongkan dalam puisi berima terbuka dan rima datar. Karena suku akhirnya termasuk
suku terbuka dengan vocal yang sama yaitu vocal i (rima terbuka) dan kata-kata yang berima terdapat
pada baris yang sama (rima datar). Seperti: Kalau kau mau kuterima kau kembali.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bentuk tulisan yang dipergunakan dalam suatu karya sastra dengan tujuan
untuk mewakili perasaan dan pikiran penyair. Gaya bahasa disebut juga majas. Gaya bahasa yang
digunakan dalam puisi Penerimaan adalah gaya bahasa perumpamaan (jenis majas padanan kata)
dan majas personifikasi. Misalnya majas perumpamaan dan masjas personifikasi berikut.
Majas Perumpamaan : Kutahu kau bukan yang dulu lagi , Bak kembang sari sudah terbagi
Majas Personifikasi : Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
8.Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya
citraan. Kata- kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi Penerimaan terdapat kata
konkret seperti Bak kembang sari sudah terbagi artinya wanita yang sudah kehilangan keperawanannya
dan sedang dengan cermin aku berbagi artinya si “aku” tidak ingin wanitanya mendua bahkan dengan
bayangannya sekalipun.
2. Struktur Batin
Berikut ialah struktur batiniah dalam puisi diatas:
Tema
Tema yang diangkat pada puisi Penerimaan yaitu tentang percintaan. Tentang seorang lelaki yang masih
memberi harapan kekasihnya untuk kembali meskipun sang kekasih sudah bersama orang lain. Ini
tergambar dari bait pertama dan kedua.
Rasa
Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisi. Rasa yang ada pada
puisi Penerimaan. Ini adalah rasa semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan pada setiap baitnya.
Harap dan cemas terhadap sang mantan kekasih yang akan berpikir dan menimbang penawarannya
dengan matang hingga ia akan kembali padanya.
Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Pada puisi Penerimaan ini,terdapat penuangkan perasaan
harap-harap cemas dan ketegasan. Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada dasarnya ia masih
mencintai kekasihnya yang dulu. Suasana yang timbul dalam membaca puisi Penerimaan adalah
romantisme
Amanat
Amanat yang terdapat pada puisi Penerimaan adalah agar perempuan yang dimaksud
si Aku mempertimbangkan penawaran si Aku dan memutuskan dengan tegas pilihan yang akan diambil
perempuan tersebut. Puisi tersebut juga memiliki pesan untuk jangan pernah menduakan seseorang yang
mencintai dengan tulus dan tanpa pamrih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang dilakukan dengan menekankan fokus pada pembaca,
penikmat, penghayat karya. Kritik pragmatik mencoba mengeksplorasi intelektual dan hal-hal penting,
dampak emosional dan etis yang dimiliki karya sastra kepada pembaca.
2) Pendekatan objektif menekankan karya terlepas dari semua titik acuan eksternal, menganalisisnya
sebagai entitas mandiri yang dibentuk oleh bagian-bagiannya dalam hubungan internal mereka, dan
berangkat ke menilainya semata-mata dengan kriteria intrinsik dengan mode keberadaannya sendiri
(otonom).
Siswanto, Wahyudi & Roekhan. 1991. Teori Kesusastraan. Malang: OPF IKIP Malang.
Selden, Raman. 1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini (terj. Rachmat Djoko Pradopo).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.