Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANALISIS KARYA ABDUL HADI W.M

Disusun dan dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Kajian Sastra
Islam Nusantara”

Dosen Pengampu : Ahmad Badrus Sholihin, S.S.,M.A

Disusun Oleh :

1. Nuri Anis Rina ( U20183011)


2. Aulia Rafika Tjotjon ( U20183065)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2021
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .......................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................
1. Bagaimana mengenal sastra................................................
2. Bagaimana menganalisis sebuah karya...............................
3. Bagaimana mengenal seorang Abdul Hadi Wm.................
C. TUJUAN MASALAH .......................................................................
BAB II: PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI ABDUL HADI WM ......................................................


B. PEMIKIRAN ABDUL HADI WM ...................................................
C. ANALISIS KARYA ABDUL HADI WM........................................
BAB III: PENUTUP

D. KESIMPULAN .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum wr.wb

Pertama-tama marilah kita senantiasa memanjatkan puja dan puji syukur


kita atas kehadirat Allah Swt. Karena berkat karunia dan inayahnya penyusun
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Analisis Karya Abdul Hadi Wm”
tak lupa juga Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita ,
nabi besar Muhammad Saw,beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa kita dari dzaman yang gelap menuju dzaman yang terang benderang.

Makalah ini penulis susun dengan maksimal untuk memenuhi tugas mata
kuliah”Kajian Sastra Islam Nusaantara” oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini.Sebelumnya penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya kepada para pembaca jika dalam penulisan terdapat kata atau kalimat
yang kurang berkenan, maaka dari itu kami sebagai penyusun dengan tangan
terbuka menerima kritik dan saran dari para pembaca, semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi para pembaca

Wassaalamualaikum wr.wb....

Jember 03 Mei 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan wadah seni menampilkan keindahan lewat
penggunaan bahasa yang menarik, bervariasai, dan penuh imajinasi. Tidak hanya
ini, karya sastra juga memberikan pengetahuan tentang berbagai hal yang
mungkin saja belum diketahuo pemmbaca. Sastra merupakan sarana yang
digunakan pengarang yang berisi ide dan gagasan terhadap karya seni. Sesuai
dengan hakekat dulce, yang artinya “indah dan berguna,” watt berpendapat bahwa
karya satra yang baik memberikan fungsi, sebagai :(1) pleasing atau kenikmatan
hiburan, yang artinya karya sastra dipandang sebagai pengatur irama hidup dan
penyeimbangan rasa. (2) intruksting atau memberikan ajaran tertentu, yang
menggunakan semangat hidup. Artinya, karya sastra diharapkan mencerminkan
aspek didaktif selain memberikan hiburan dan pendidikan, karya sastra juga dapat
mempengaruhi pembaca lewat isi dan maknanya. Karya sastra memberikan
pengaruh dari masyarakat dan sekalikgus mampu memberi pengaruh sosial
terhadap madyarakat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah biografi Abdul Hadi W.M?
2. Bagaimana pemikiran Abdul Hadi W.M ?
3. Bagaimanakah analisis karya W.M?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahuai bagaimanakah biografi Abdul Hadi W.M
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Abdul Hadi W.M
3. Untuk mengetahui bagaimanakah analisis karya W.M
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI ABDUL HADI W.M


Abdul Hadi W.M. atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji Muthari adalah
sastrawan, budayawan, dan ahli filsafat Indonesia. Ia dikenal melalui karya-
karyanya yang bernafaskan sufistik, penelitian- penelitiannya dalam bidang
kesusastraan Melayu Nusantara, serta pandangan-pandangannya tentang Islam
prulalisme.1 Abdul Hadi telahir dari ibu bernama RA Sumartiyah seorang putri
bangsawan dari Keraton Surakarta, sedangkan ayahnya adalah seorang saudagar
dan seorang guru. Abdul Hadi terlahir dari keluarga yang taat beragama yang juga
memiliki pesantren bernama “Pesantren An-Naba”.Ia dilahirkan tepatnya di
Sumenep, Madura, pada hari Senin tanggal 24 Juni 1946. Sejak kecil, Abdul Hadi
sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat dari pemikir seperti Plato,
Socrates, Imam Gozali, Rabindranath Tagore, dan Muhammad Iqbal. Ia juga
mencintai puisi-puisi karya Chairil Anwar dan Amir Hamzah.2

Abdul Hadi menempuh pendidikan dasar dan sekolah menengah


pertamanya (SMP) di Sumenep. Setelah lulus SMP, ia merantau ke Surabaya
untuk melanjutkan sekolah menengah awal (SMA). Setelah lulus SMA ia
mendaftar ke Universitas Gadjah Mada, mengambil jurusan Filologi dan berhasil
menempuh kuliah hanya dalam kurun waktu 2 tahun lamanya (1965-1967) karena
itu ia dinobatkan sebagai sarjana muda. Setelah memperoleh pendidikan di
Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Abdul hadi kemudian menempuh pendidikan di
Fakultas Filsafat di Universitas yang sama untuk selanjutnya mendapat gelar
doktoral di tahun 1968-1971. Kemudian ia pindah ke Bandung untuk lagi-lagi
mendapatkan pendidikan. Di Bandung, ia berkuliah di Universitas Padjadjaran,
Fakultas Sastra, Jurusan Antropologi Budaya, ia menempuh pendidikan di sana
pada tahun 1971-1973.

1
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 274
2
Achmad Sulaiman, Sosok dan Karya Abdu Hadi W.M. https://.nusantaranews.co/sosok -dan-
karya-Abdul-Hadi-w-m-pelopor-sastra-sufi-di-Indonesia/ diakses pada Minggu, 2 Mei 2021
Selama bersekolah di Sumenep, Abdul Hadi sudah menyukai puisi- puisi
sufi. Awal mulanya ia menyukai puisi-puisi Amir Hamzah dan Chairil Anwar.
Secara isi ia lebih menyukai karya Amir Hamzah, namun secara gaya penulisan ia
lebih menyukai karya Chairil Anwar. Artinya, dari remaja, Abdul Hadi telah
condong menyukai puisi sufi dibanding puisi bergenre lain. Setelah merantau dan
berkuliah di UGM, Abdul hadi mulai mendapat referensi lain tentang karya sufi,
yaitu karya Rumi dan murid Rumi yaitu Iqbal. Dari sana penulis karya sufi yang
dikagumi menjadi bertambah.

Selanjutnya, selama setahun sejak 1973-1974 Abdul Hadi bermukim di


Iowa, Amerika Serikat untuk mengikuti International Writing Program di
University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Kemudian pindah ke Hamburg,
Jerman selama beberapa tahun untuk memperdalam ilmu sastra dan Filsafat. 3 3

Terakhir dalam perjalanan pendidikannya, Abdul Hadi mendapat Gelar Ph. D. di


Malaysia, tepatnya di Universiti Sains Malaysia di Penang. Jadi, di Universiti
Sains Malaysia ini ia mendapat dua gelar, gelar M.A. (1992) dan Ph. D (1997)
semua itu diperoleh di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains
Malaysia. Setelah menyelesaikan disertasinya yang berjudul Estetika Sastra
Sufistik: Kajian Hermeneutik terhadap karya-karya Shaykh Hamzah Fansuri. Di
samping mempelajari kesusastraan Indonesia dan Filsafat Eropa, Abdul Hadi
mempelajari kebudayaan kesusastraan Timur.4

Perjalanan karier Abdul Hadi di mulai dari tahun 1968-1990, ketika itu
secara berturut-turut ia menjadi redaktur tabloid Gema Mahasiswa (UGM) dan
Mahasiswa Indonesia (Bandung).5 Abdul Hadi W.M juga pernah menjadi editor
mingguan Mahasiswa Indonesia di Bandung, lalu redaksi Majalah Dagang dan
Industri, Staf Ahli Bagian Pernaskahan P.N. Balai Pustaka, dan Ketua dewan
Kesenian Jakarta. Antara tahun 1979-1990, ia mengasuh lembaran kebudayaan
“Dialog” Harian Berita Buana. Selain itu, ia juga menjadi dosen mata kuliah

3
Achmad Sulaiman, Sosok dan Karya Abdu Hadi W.M. https://.nusantaranews.co/sosok -dan-
karya-Abdul-Hadi-w-m-pelopor-sastra-sufi-di-Indonesia/ diakses pada Minggu, 2 Mei 2021
4
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 274
5
Abdul Hadi W.M, Masnawi Senandung Cinta Abadi (Yogyakarta:Ircisod, 2017), hlm. 326
penulisan kreatif, di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan Institut Kesenian
Jakarta. Pada tahun 1991 ia mendapat tawaran menjadi penulis tamu juga dosen di
university Sains Malaysia. Selama 6 tahun ia tinggal di Malasia antara tahun
1991-1997.6

Setelah kembali ke Indonesia, ia menjadi ketua Dewan Kurator Bayt


Alquran dan Museum Istiqlal, serta anggota lembaga sensor film. Sejak tahun
1998 dia menjadi dosen tetap Universitas Paramadina, dan dosen tamu pada
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan ICAS (Islamic College For
Advance Studies) Jakarta.7

Sebagai penyair dan penulis esai terkemuka, Abdul Hadi W.M. telah
memperolah berbagai penghargaan antara lain:8 Pada tahun 1969, Abdul Hadi
W.M memperoleh hadiah puisi terbaik II majalah sastra Horison, 1978 Hadiah
Buku Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, 1979 Anugerah Seni dari
Pemerintah Republik Indonesia, dan 1985 Sea Write Award di Bangkok Tailand,
2003 Anugerah Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara), dan 2010 penghargaan
Styalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia.9 Penghargaan dari
Universitas Internasional Al- Mustafa, Qum Iran, 2011; Meraih Penghargaan
Tertinggi untuk Kebudayaan (Satya Lencana Kebudayaan) dari Presiden RI
2011.10 Banyak pertemuan penyair dan sastra yang ia hadiri di antaranya di
Indonesia, Malaysia, Filipina, Jepang, Thailand, Korea Selatan, Rotterdam,
London, Amerika Serikat, dan lain-lain. Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jepang, Jerman, Cina, Thailand, Arab,
Bengali, Urdu, Korea, dan Spanyol.11

Kini, Abdul Hadi W.M. adalah dosen tetap Universitas Paramadina Mulya,
dan mengajar di Fakultas Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan

6
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 274-275
7
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 326
8
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 327
9
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 276
10
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 327
11
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 275
Fakultas sastra Universitas Indonesia, di samping menjadi anggota Dewan
Kurator Bayt Alquran dan Museum Istiqlal, Anggota Lembaga Sensor Film, dan
dosen tamu/penulis modul mata kuliah karya-karya yang terpilih Kesusastraan
Asia di Pusat Pendidikan Jarak Jauh, Universiti Sains Malaysia.12

B. PEMIKIRAN ABDUL HADI W.M


Abdul Hadi sangat terkenal dengan puisi-puisinya yang menguak hakikat
kehidupan dan ketuhannan. Sebelum sampai ke titik itu, ia telah melalui beberapa
tahap agar bisa mencspsi pemikiran yang hebat itu. Dalam permulaan penulisan
sajak ia masih mencari-cari bentuk pengucapan yang sesuai untuk kepribadiannya.
Mula-mula ia berorientasi pada alam sebagai objek estetisnya sehingga ia layak
disebut penyair alam. Kemudian Abdul Hadi beralih ke penyair imajis. Apa yang
diekspresikan melalui sajak-sajaknya membayangkan gambaran makna kehidupan
yang konkret.13

Seperti pernyair sufi lainnya, Abdul Hadi memandang alam sebagai


sebuah pancaran dari besarnya cahaya Tuhan. Setiap penyair sufi menganggap
bahwa ada pancaran Tuhan di dalam diri setiap makhluk, maka ketika melihat
makhluk ciptaan Allah, kita dapat melihat ada tanda-tanda kehadiran Tuhan. Pada
akhir perjalanannya mencari bentuk kini Abdul Hadi telah menemukan bentuk
pengucapan yang cocok dengan kepribadiannya, yaitu gaya pengucapan sufistik.
Sajak-sajaknya yang tampil lebih berorientasi pada dunia keislaman dapat dan
mendapat pengaruh kuat dari susastra sufi termasuk sitem penceritaanya,
pemakaian lambang- lambangnya, metafora-metaforanya, dan mitos yang
dimanfaatkan dalam sajaknya.14

Bagi Abdul Hadi, menulis puisi sufi merupakan jalan ibadah bagi para
penyair sufi. Jalan ibadah ini adalah tata cara untuk menempuh keridaan Allah. Ia

12
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 276
13
Puji Santoso. “Sosok Penyair Sufistik Abdul Hadi WM”. Artikel dari
https://www.researchgate.net/publication/326518018_SOSOK_PENYAIR_SUFISTIK_ABDUL_
HADI_WM diakses pada Senin 2 Mei 2021
14
Puji Santoso. “Sosok Penyair Sufistik Abdul Hadi WM”. Artikel dari
https://www.researchgate.net/publication/326518018_SOSOK_PENYAIR_SUFISTIK_ABDUL_
HADI_WM diakses pada Senin 2 Mei 2021
menepis anggapan orang-orang yang menganggap bahwa penyair atau penulis
puisi adalah seorang sihir seperti yang pernah diucapkan dalam Alquran (Q.S
Asy-Syuara) menurutnya, Alquran harus dilihat dari konteksnya karena pada
zaman Nabi Musa para penyihir menggunakan puisi (mantra) sebagai penghubung
anata manusia dengan jinnya atau ilmu hitamnya. Namun, penyair sufi
menggunakan puisi sebagai zikir dan untuk mengagumkan kekuasaan Tuhan,
dianggapnya sebagai ibadah kepada Allah Swt.15 Orientasi kepenyairan Abdul
Hadi mengarah pada ragam sajak – sajak sufistik. Dalam sajak sufistiknya itu ia
mengekspresikan pengalaman religiusnya berdasarkan paham tasawuf yang
berakar pada dunia keislaman.16

Abdul Hadi sangat terkenal dengan puisi-puisinya yang menguak hakikat


kehidupan dan ketuhannan. Sebelum sampai ke titik itu, ia telah melalui bebrapa
tahap agar bisa mencspsi pemikiran yang hebat itu. Seperti pernyair sufi lainnya,
Abdul Hadi memandang alam sebagai sebuah pancaran dari besarnya cahaya
Tuhan. Setiap penyair sufi menganggap bahwa ada pancaran Tuhan di dalam diri
setiap makhluk, maka ketika melihat makhluk ciptaan Allah, kita dapat melihat
ada tanda-tanda kehadiran Tuhan. Pada akhir perjalanannya mencari bentuk kini
Abdul Hadi telah menemukan bentuk pengucapan yang cocok dengan
kepribadiannya, yaitu gaya pengucapan sufistik.

C. ANALISIS KARYA ABDUL HADI W.M


Tuhan Begitu Dekat
Karya: Abdul Hadi W. M.

(1) Tuhan
(2) Kita begitu dekat
(3) Sebagai api dengan panas
(4) Aku panas dalam apimu

(5) Tuhan
(6) Kita begitu dekat

15
Abdul Hadi W.M, Cakrawala Budaya Islam, (Yogyakarta: Ircisod), 2016. hlm. 17
16
Puji Santoso. “Sosok Penyair Sufistik Abdul Hadi WM”. Artikel dari
https://www.researchgate.net/publication/326518018_SOSOK_PENYAIR_SUFISTIK_ABDUL_
HADI_WM diakses pada Senin 2 Mei 2021
(7) Seperti kain dengan kapas
(8) Aku kapas dalam kainmu

(9) Tuhan
(10) Kita begitu dekat
(11) Seperti angin dan arahnya

(12) Kita begitu dekat


(13) Dalam gelap
(14) Kini aku nyala
(15) Pada lampu padamu
Hasil Analisis
Pada bait pertama sampai ke empat penulis memberikan sebuah makna
dari bait Tuhan kau begitu dakat sebagai api dengan panas aku panas dalam api-
Mu dalam bait tersebut dapat menggambarkan bahwa kehidupan anatara manusia
dengan tuhan selalu berhubungan satu sama lain. Hubungan tersebut dapat
diibarakan pada bait ke tiga dan ke empat yang sebagai hubungan api dan panas,
yang tak mungkin dapat terpisahkan karena sudah pada dasarnya api itu panas dan
panas itu tidak akan ada jika tidak ada api. Hal ini juga dapat diartikan bahwa
manusia tidak mungkin ada jika tidak ada Tuhan. Karena, Tuhanlah sang pencipta
langit dan bumi dan segala isinya, termasuk manusia sebagai makhluk ciptaannya.

Pada bait kelima sampai dengan kedelapan memiliki simbol index yang
berbeda dengan menggunakan objek kain dan kapas. Seperti yang terdapat dalam
larik berikut Seperti kain dengan kapas Aku kapas dalam kainmu. Index yang
digunakan adalah index kain dan kapas. Seperti yang telah diketahui jika kain
berasal dari serat halus kapas yang dibuat menjadi pintalan-pintalan benang, dari
pintalan-pintalan benang itulah akan dibuat menjadi sehelai kain dan kain inilah
yang diibaratkan sebagai hamba atau makhluk.

Pada bait kesembilan sampai dengan sebelas, kedekatan tuhan dengan


hambanya kembali digambarkan sebagai berikut, Tuhan Kita begitu dekat seperti
angin dan arahnya dalam penggalan bait puisi ini memiliki objek yang berbeda.
Penggalan puisi ini ditandai dengan index angin dan arahnya. Dapat dikatakan
mustahil jika keberadaan angin ada tanpa ada arah. Arah dapat diibaratkan sebagai
tuhan yang selalu menunjukkan jalan yang terbaik bagi hambanya. Tanpa adanya
arah makan angin tak dapat bergerak dan tak memiliki tujuan. Keberadaannya pun
akan menjadi sia-sia.

Pada bait terakhir, kedekatan tuhan dan hambanya digambarkan melalui


penggalan bait berikut Kita begitu dekat Dalam gelap Kini aku nyala Pada lampu
padamu, pada bait ini objek indexik yang digunakan adalah kata „nyala‟ yang
dapat diartikan sebagai cahaya sedangkan lampu diibaratkan sebagai tuhan.
Tanda index ini menunjukkan bahwa keterkaitan tuhan dengan hambanya
memang tidak dapat dipisahkan karena pada bait-bait puisi sebelumnya telah
ditegaskan bahwa keberadaan seorang hamba itu tidak mungkin ada jika tuhan
tidak menciptakan. Selain itu pada bait puisi sebelumnya, yaitu Kita begitu dekat
Dalam gelap, memberikan arti bahwa sekalipun seorang hamba berada dalam
jalan yang salah, tuhan tiak akan meninggalkan hambanya yang ada hambalah
yang meninggalkan tuhan. Artinya, selama seorang hamba memiliki niat dan
berusaha keluar dari jalan yang salah maka

tuhan akan menyorotkan cahayanya agar kita mengikuti hidayah yang telah
diberikannya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Abdul Hadi W.M. atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji Muthari
adalah sastrawan, budayawan, dan ahli filsafat Indonesia. Ia dikenal
melalui karya-karyanya yang bernafaskan sufistik, penelitian-
penelitiannya dalam bidang kesusastraan Melayu Nusantara, serta
pandangan-pandangannya tentang Islam prulalisme.17 Abdul Hadi telahir
dari ibu bernama RA Sumartiyah seorang putri bangsawan dari Keraton
Surakarta, sedangkan ayahnya adalah seorang saudagar dan seorang guru.
Abdul Hadi terlahir dari keluarga yang taat beragama yang juga memiliki
pesantren bernama “Pesantren An-Naba”.Ia dilahirkan tepatnya di
Sumenep, Madura, pada hari Senin tanggal 24 Juni 1946.
Abdul Hadi sangat terkenal dengan puisi-puisinya yang menguak
hakikat kehidupan dan ketuhannan. Sebelum sampai ke titik itu, ia telah
melalui beberapa tahap agar bisa mencspsi pemikiran yang hebat itu.
Dalam permulaan penulisan sajak ia masih mencari-cari bentuk
pengucapan yang sesuai untuk kepribadiannya. Mula-mula ia berorientasi
pada alam sebagai objek estetisnya sehingga ia layak disebut penyair alam.
Kemudian Abdul Hadi beralih ke penyair imajis. Apa yang diekspresikan
melalui sajak-sajaknya membayangkan gambaran makna kehidupan yang
konkret

17
Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 274
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi W.M., Semesta Maulana Rumi, (Yogyakarta: Diva Press, 2016)
Achmad Sulaiman, Sosok dan Karya Abdu Hadi W.M.
https://.nusantaranews.co/sosok -dan- karya-Abdul-Hadi-w-m-pelopor-
sastra-sufi-di-Indonesia/ diakses pada Minggu, 2 Mei 2021

Abdul Hadi W.M, Masnawi Senandung Cinta Abadi (Yogyakarta:Ircisod, 2017)

Puji Santoso. “Sosok Penyair Sufistik Abdul Hadi WM”. Artikel dari
https://www.researchgate.net/publication/326518018_SOSOK_PENYAIR
_SUFISTIK_ABDUL_ HADI_WM diakses pada Senin 2 Mei 2021

Yuli Yulianti Nurjannah dkk. 2018. Analisis Makna Puisi “Tuhan Begitu Dekat”
Karya Abdul Hadi W.M Dengan Menggunakan Semiotik. Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Vol 1,No. 4

Anda mungkin juga menyukai