Anda di halaman 1dari 10

KANDAI

Volume 9 No. 1, Mei 2013 Halaman 95 - 104

ANALISIS SEMIOTIK PUISI CHAIRIL ANWAR


(Semiotic Analysis of Chairil Anwar’s Poems)
Nurweni Saptawuryandari
Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta 13220
Pos-el: wenisaptawuryandari@yahoo.com
(Diterima 13 Juni 2012; Disetujui 15 April 2013)
Abstract
The objective of this writing is to find out the meanings behind Chairil Anwar’s poems. Some poems contain many figurative
languages, Chairil’s unique expressions, which are often remembered and repeated by today’s youth. In addition, Chairil’s poems also
have poetic elements which evoke lovely sounds when they are performed, for instance, “Derai-Derai Cemara”, “Pada Sebuah Kamar”,
and “Yang Terampas dan Yang Putus”. Those three poems are semiotically analyzed to reveal the ir substances and meanings. The
method used in this paper is qualitative descriptive method, which presents the writing bases on the contents of literary works. The library
approach is used as the writing method. The result shows that Chairil Anwar’s poems have specific meanings which can be used as
reading materials and messages to be known by the readers.
Keywords: unique expression, poetic elements, comprehensive meaning

Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah mengetahui makna dari teks-teks puisi Chairil Anwar. Beberapa puisi Chairil
Anwar sarat dengan bahasa kiasan yang berupa ungkapan khas milik Chairil yang selalu didengung- dengungkan oleh generasi muda.
Selain itu, puisi-puisi Chairil juga memiliki unsur-unsur kepuitisan yang menimbulkan bunyi yang indah apabila dibacakan. Puisi
tersebut, antara lain, ”Derai-Derai Cemara ”, ”Pada Sebuah Kamar ”, dan ”Yang Terampas dan Yang Putus ”. Ketiga puisi itu
dianalisis secara semiotik untuk dapat diungkapkan isi dan makna dari puisi tersebut. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah
deskriptif kualitatif yang memaparkan tulisan berdasarkan isi karya sastra, sedang teknik penulisannya adalah studi pustaka. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar mempunyai makna yang dapat dijadikan bahan bacaan dan pesan-
pesan untuk diketahui oleh pembaca.
Kata-kata kunci: ungkapan khas, makna menyeluruh, pesan-pesan
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95 - 104

PENDAHULUAN lagi ”Aku” dan hidup hanya menunda


kekalahan ”Derai-Derai Cemara”. Selain
Karya sastra ditulis oleh pengarang itu, puisi-puisi Chairil juga memiliki unsur-
belum mempunyai makna dan belum unsur kepuitisan yang menimbulkan bunyi
menjadi objek estetik, bila belum diberi arti yang indah apabila dibacakan. Hal ini
oleh masyarakat pembacanya (Pradopo, tampak pada puisinya yang berjudul
1995: 106). Oleh karena itu, sebuah karya ”Derai-Derai Cemara”, ”Krawang-
sastra, baik prosa, maupun puisi baru dapat Bekasi”, ”Di Ponegoro”, dll. Sapardi
mempunyai makna dan menjadi objek Djoko Damono mengatakan bahwa dalam
estetik bila telah diberi makna oleh puisinya yang berjudul ”Derai-Derai
masyarakat pembacanya. Untuk memberi Cemara”, Chairil Anwar mengungkapkan
makna terhadap karya sastra harus terikat puisinya dengan tertib dan tenang. Masing-
pada teks karya sastra sebagai sistem tanda masing bait terdiri atas empat larik yang
yang mempunyai konvensi sendiri sepenuhnya menggunakan rima a-b-a-b.
berdasarkan hakikat karya sastra. Ditambahkan pula oleh Sapardi bahwa
Berdasarkan hal tersebut, untuk dapat ungkapan-ungkapan dan kata-kata khas
menangkap hakikat karya sastra, milik Chairil telah menjelma menjadi
diperlukan cara-cara yang sesuai dengan semacam pepatah atau kata-kata mutiara
sifat hakikat karya sastra. (Eneste, 1996: 96-101).
Dalam karya sastra, bahasa Yassin (1978: 78-79) mengatakan
disesuaikan dengan sistem dan konvensi bahwa puisi-puisi Chairil Anwar bentuk
sastra. Karya sastra yang berbentuk puisi, dan isinya revolusioner, meledak-ledak,
misalnya, mempunyai konvensi sastra yang melambung ke ketinggian
berbeda dengan prosa. Konvensi itu menggamangkan dan menerjun ke dalaman
mempunyai arti tambahan kepada arti menghimpit-mengerikan. Chairil Anwar
bahasa. Puisi Sutardji ”Tragedi Winka & memberi udara baru yang segar bagi sastra
Sihka”, misalnya, yang berbentuk tifografi Indonesia dengan kiasan- kiasan,
(tata huruf) secara linguistik tidak kombinasi-kombinasi baru, kata- kata yang
mempunyai arti, tetapi dalam puisi (sastra) menimbulkan berbagai asosiasi panca
mempunyai makna. indera, juga cenderung pada pembalikan
Dengan demikian, karya sastra nilai-nilai. Ditambahkan pula oleh
termasuk puisi merupakan sebuah sistem Alisyahbana (1977: 172) dalam buku
yang mempunyai konvensi sendiri. Perjuangan Tanggung Jawab dalam
Konvensi itu berupa satuan-satuan tanda, Kesusastraan bahwa Chairil Anwar dalam
seperti kosa kata, gaya bahasa, dan bahasa puisi-puisinya membawa suasana, gaya,
kiasan (metafora, simile, personifikasi, ritual, tempo, napas, kepekatan, dan
dll.). Satuan-satuan tanda itu dalam puisi kelincahan yang baru dalam sastra
mempunyai arti dan makna. Oleh karena Indonesia.
itu, untuk merebut atau mencari makna Puisi-puisi Chairil yang dianggap sarat
yang terdapat dalam puisi lebih sulit dengan ungkapan khas yang menggunakan
daripada prosa. metafora-metafora dan gaya bahasa terasa
Beberapa puisi Chairil Anwar sarat sangat hidup sehingga semangat kehidupan
dengan bahasa kiasan yang berupa yang ada dalam isi puisi tersebut tidak
ungkapan khas milik Chairil yang selalu begitu terasa jika dibacakan pembacanya.
didengung-dengungkan oleh generasi Namun, jika dipahami dengan baik maka
muda, seperti, aku mau hidup seribu tahun
96
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar

akan terasa makna dari metafora dan gaya “Yang Terampas dan Yang Putus ”.
bahasa yang diungkapkan dalam puisi-
puisi Chairil. Ketajaman ungkapan yang LANDASAN TEORI
diungkapkan atau ditulis dalam puisi
Chairil Anwar, yang diaktualisasikan lewat Sesungguhnya, teori strukturalisme-
gaya bahasa dalam beberapa puisinya semiotik merupakan penggabungan dua
sangat menarik untuk dibahas sehingga teori strukturalisme dan semiotik.
diperoleh gambaran yang lebih konkret Keduanya berhubungan erat; semiotik
tentang masalah tersebut. Bagian- bagian merupakan perkembangan strukturalisme
atau unsur-unsur dalam puisi mempunyai (Yunus dalam Pradopo, 1994: 125).
makna dalam hubungannya dengan yang Menganalisis sebuah karya sastra
lain dan keseluruhannya. Oleh karena itu, dengan menggunakan teori strukturalisme
strukturnya harus dianalisis dan unsur- berarti menganalisis semua unsur-unsur
unsurnya yang merupakan tanda-tanda yang terkandung dalam karya sastra.
yang bermakna yang terdapat di dalamnya Unsur-unsur itu saling berhubungan erat.
harus dijelaskan. Dengan demikian, Tiap unsur dalam situasi tertentu tidak
jelaslah bahwa untuk menganalisis puisi, mempunyai arti dengan sendirinya,
analisis semiotik tidak dapat dipisahkan melainkan artinya ditentukan oleh
dengan analisis struktural. Berdasarkan hubungannya dengan unsur-unsur lainnya
latar belakang di atas, tulisan ini akan yang terlibat dalam situasi itu. Makna
membahas masalah bagaimana struktur, penuh suatu satuan atau pengalaman dapat
makna, dan masalah apa yang terdapat dipahami hanya jika terintegrasi ke dalam
dalam puisi-puisi Chairil Anwar. Puisi- struktur yang merupakan keseluruhan
puisi yang akan dijadikan bahan dalam dalam satuan-satuan itu (Hawkes dalam
tulisan ini dibatasi dan hanya berjumlah 3 Pradopo, 1995: 142). Antara unsur-unsur
(tiga) buah yang dipilih secara acak. Puisi- struktur itu ada koherensi atau pertautan
puisi itu adalah “Derai-Derai Cemara ”, erat; unsur-unsur itu tidak otonom,
“Kepada Kawan ”, dan Yang Terampas melainkan merupakan keseluruhan dalam
dan Yang Putus ”. Pemilihan ketiga puisi satuan-satuan itu (Hawkes dalam Pradopo,
tersebut karena di dalam puisi-puisi 1995: 142). Unsur-unsur dalam puisi, biasa
tersebut isinya secara tersurat dan tersirat dikenal dengan sebutan sarana kepuitisan,
mengungkapkan masalah kehidupan antara lain, adalah bahasa kiasan yang
sehari-hari yang terjadi di sekeliling kita. berupa metafora, personifikasi,
Masalah kehidupan di rumah yang sangat perbandingan, dan sinedoks; citraan; dan
rumit, dengan kondisi rumah yang kecil sarana retorika yang berupa ulangan kata,
dan sempit “Pada Sebuah Kamar”, masalah ulangan baris, ulangan bait, dan
kehidupan yang suka atau tidak suka, pararelisme. Jadi, untuk memahami puisi
senang atau tidak senang, tetap harus haruslah diperhatikan jalinan atau
dijalankan karena itu semua merupakan pertautan unsur-unsurnya sebagai bagian
bagian dari kehidupan “Derai- Derai keseluruhan. Unsur-unsur dalam puisi
Cemara ”, dan masalah bahwa hidup itu mempunyai makna yang harus dijelaskan
pasti akan berakhir, tetapi kapan dan di melalui analisis semiotik.
mana tidak tahu. Oleh karena itu, kita harus Analisis semiotik adalah membuat
tetap menjalankan kehidupan ini sampai secara eksplisit kata-kata implisit yang
saatnya tiba dipanggil Yang Maha Kuasa terdapat dalam puisi sehingga mempunyai
arti atau makna (Pradopo, 1995: 143).
97
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95- 104

Bagian-bagian atau unsur-unsur dalam sebagai unsur estetisnya. Di samping itu,


puisi mempunyai makna dalam hubungan bahasa puisi bukan semata- mata berisi arti
dengan yang lain dan keseluruhannya. kamus saja, melainkan juga berisi kiasan,
Oleh karena itu, strukturnya harus yaitu semacam arti tambahan atau
dianalisis dan unsur-unsurnya yang konotatifnya. Bahkan, ada sekelompok
merupakan tanda-tanda yang bermakna kata yang terkemuka arti kiasannya, sedang
yang terdapat di dalamnya harus arti kamusnya ‘hilang’ sehingga kata-kata
dijelaskan. Dengan demikian, jelaslah itu merupakan kata- kata kiasan.
bahwa untuk menganalisis puisi, analisis Berdasarkan hal itu, tulisan ini
semiotik tidak dapat dipisahkan dengan dibatasi pada penelitian unsur-unsur atau
analisis struktural. sarana kepuitisan. Sarana atau unsur itu
berupa bahasa kiasan, sarana retorika, dan
METODE PENELITIAN citraan. Dari unsur atau sarana itu nantinya
dapat diungkapkan secara menyeluruh
Penelitian ini adalah penelitian makna dari puisi itu.
pustaka dengan menerapkan metode Bahasa kiasan terdiri atas
kualitatif. Teknik penulisan adalah perbandingan (simile), metafora,
deskriptif kualitatif, yang memaparkan personifikasi, alegori, metonimi, dan
pembahasan berdasarkan karya sastra. sinedoks. Bahasa kiasan dipergunakan
Ratna (2008: 47) menyatakan bahwa untuk memperbesar kepuitisan sajak,
metode kualitatif memberikan perhatian mendapatkan gambaran yang konkret, jelas
terhadap data alamiah dalam hubungannya ataupun gambaran yang segar dan hidup.
dengan konteks keberadaannya. Dalam hal Dapat dikatakan bahwa bahasa kiasan
ini, data alamiah yang dimaksud adalah adalah sarana utama untuk mencapai
teks sastra berupa puisi. Noor (2007: 70) kepuitisan. Perbandingan adalah
menyatakan bahwa dalam penelitian teks menyamakan suatu hal, keadaan,
sastra yang dihadapi atau dikaji adalah perbandingan dengan hal lain, dengan
teks, sedang kalau disinggung faktor maksud untuk memberi gambaran yang
pengarang atau pembaca hanya dilakukan konkret, jelas, dan segar. Bentuk formal
sebagai pendukung saja. perbandingan dalam sajak menggunakan
Data penelitian ini adalah puisi Chairil kata-kata seperti, sebagai, bagai, bak,
Anwar, yang berjudul “Derai- Derai laksana, dan serupa. Metafora adalah
Cemara”, “Pada Sebuah Kamar”, dan mempertalikan dua hal yang sesungguhnya
“Yang Terampas dan Yang Putus”. Puisi- tidak sama, tetapi dalam lukisan itu
puisi tersebut dikutip dari buku Aku Ini dipersamakan sifat atau keadaannya. Efek
Binatang Jalang: Koleksi Sajak puitis yang ditimbulkan
1942—1949, yang diterbitkan di Jakarta oleh metafora adalah memperjelas lukisan
oleh penerbit Gramedia, tahun 1996. dan menghidupkan lukisan. Metafora
PEMBAHASAN
membuat lukisan lebih menyenangkan dan
Memahami suatu puisi tidaklah membujuk pendengar serta membuat lebih
semudah memahami prosa. Hal ini karena menarik (Becker, 1978: 292).
bahasa puisi mempunyai sifat tersendiri Personifikasi merupakan kiasan
yang lain dari bahasa sehari-hari. Sesuai perseorangan. Kiasan ini memberi sifat-
dengan hakikat sastra, puisi termasuk karya sifat manusia kepada benda-benda mati,
imaginatif yang menggunakan bahasa baik konkret maupun abstrak. Personifikasi

98
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar

membuat gambaran atau lukisan menjadi hiperbola, penjumlahan, paradoks, dan


hidup dan memberi tanggapan yang antitesis.
konkret. Di samping itu juga memberi efek
dramatis kepada ide yang secara normal Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
tidak terwujud (Altenbernd, 1970: 22). Puisi pertama yang akan dianalisis
Sinedoks adalah kiasan untuk adalah puisi berjudul “Pada Sebuah
mendramatisasi dan untuk melihat kejadian Kamar”.
langsung dari sumber yang menimbulkan
peristiwa hingga gambaran lebih konkret, Pada Sebuah Kamar
Sinedoks ada dua macam, pertama,
sinedoks bagian untuk keseluruhan (pars Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pro toto) termasuk ke dalam sarana Pada dunia. Bulan yang menyinar ke
retorika untuk menonjolkan suatu hal dalam
dengan menyebutkan salah satu bagian Mau lebih banyak tahu “Sudah lima
yang terpenting dari keseluruhan hal, anak bernyawa di sini Aku salah satu! ”
keadaan, atau benda dalam hubungan Ibuku tertidur dalam tersendu
tertentu, misalnya orang hanya disebutkan Keramaian penjara sepi selalu Bapakku
suara, mata, tangan, atau bagian tubuhnya sendiri terbaring jemu Matanya
yang lain. Dengan cara itu, lukisan menjadi menatap orang tersalib di batu!
lebih jelas dan lebih ekspresif. Kedua, Sekeliling dunia bunuh diiri!
sinedoks keseluruhan untuk sebagian Aku minta adik lagi pada
(totum pro parte), bermaksud melebih- Ibu dan Bapakku, karena mereka
lebihkan suatu hal atau peristiwa dengan berada
generalisasi atau melihat sesuatu secara Di luar hitungan: Kamar begiini,
keseluruhan untuk menonjolkan sebagian. 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup
Sarana kepuitisan lainnya adalah citraan. nyawa!
Sarana kepuitisan ini fungsinya dekat
Bait pertama dalam puisi ”Pada Sebuah
dengan bahasa kiasan. Dalam puisi, untuk
Kamar” terdapat bahasa kiasan berupa
memberi gambaran yang jelas dan
hiperbola.
menimbukan suasana yang khusus,
membuat lebih hidup gambaran dalam Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pikiran dan pengindraan, serta menarik Pada dunia. Bulan yang menyinar ke
perhatian penyair juga mempergunakan dalam
gambaran-gambaran angan. Gambaran Mau lebih banyak tahu
angan dalam sajak disebut citraan,
sedangkan setiap Kata bulan, selain dipersonifikasikan
gambaran pikiran dan bahasa yang menjadi simbol, juga mengiaskan bahwa
menggambarkannya disebut imaji orang di luar (bulan) itu selalu ingin tahu
(Altenbernd, 1970: 12), Jenis citraan (mencampuri) urusan orang lain. Bahasa
bermacam-macam, antara lain, citraan, kiasan lainnya adalah sinedoks keseluruhan
penglihatan, pendengaran, penciuman, untuk sebagian (totum pro parte), seperti
percecapan, rabaan, dan pikiran. Jenis tampak dalam kutipan berikut.
sarana retorika, antara lain, ulangan kata,
ulangan frasa, paralelisme, dan ulangan Sekeliling dunia bunuh diri!
bait. Sarana retorika lainnya adalah litotes,

99
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95- 104

Ungkapan kata di atas menyatakan apa-apa karena miskin. Baris selanjutnya,


bahwa sebagian orang melakukan sesuatu mengungkapkan si ayah yang seharusnya
yang menyengsarakan diri sendiri itu pada bertanggung jawab kepada keluarga, secara
hakikatnya adalah bunuh diri. ironis dikemukakan hanya dapat berdoa
Sarana kepuitisan yang dekat dengan saja (bapakku sendiri terbaring jemu,
bahasa kiasan adalah citraan. Citraan matanya menatap orag tersalib di batu).
terdapat dalam puisi Sebuah Kamar berupa Selanjutnya, dalam bait ketiga
citraan-citraan yang berhubungan dengan menggambarkan keadaan yang sangat
kehidupan sehari-hari, yang sesuai dengan ironis. Dengan kamar si aku yang sempit,
realitas kehidupan karena ia hidup dalam ukuran 3 x 4 m yang sudah dihuni oleh 7
aktivitas kehidupan sehari-hari. Ia orang (ibu, bapak, dan lima anak).
menghidupi dengan hidup segala hidup Gambaran kemiskinan sebuah keluarga.
dengan segala suka dan penderitaannya. Dengan keadaan yang sudah demikian
Citraan itu terdapat dalam bait ketiga. miskin dan sangat menyengsarakan
kehidupan diri sendiri dan kelaurga
Sekeliling dunia bunuh diri! dianggap sama dengan bunuh diri.
Aku minta adik lagi pada Citraan lainnya adalah citraan gerak.
Ibu dan Bapakku, karena mereka Imaji-imaji gerak ini mengungkapkan dan
berada memvisualkan suatu hal yang tidak
Di luar hitungan: Kamar begini, bergerak itu menjadi bergerak. Misalnya,
3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup kata jendela dalam puisi ”Sebuah Kamar”,
nyawa! tepatnya pada bait kesatu:

Sarana retorika berupa gaya ironi Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
tampak dalam bait kedua dan ketiga, yang Pada dunia. Bulan menyinar ke dalam
menyatakan sesuatu secara kebalikan untuk Mau lebih banyak tahu “sudah lima
menyindir keadaan. anak bernyawa di sini,
Dalam bait pertama, ditulis ungkapan Aku salah satu!”
sebuah jendela menyerahkan kamar ini Jendela merupakan benda tidak bergerak,
pada dunia merupakan pembalikan logika dalam puisi tersebut dinyatakan bergerak
jendela yang tidak bertangan dapat atau berbuat sesuatu.
menyerahkan kamar ini pada dunia. Kata Secara keseluruhan, dapatlah
bulan merupakan personifikasi yang diungkapkan bahwa puisi ”Sebuah Kamar”
mengiaskan bahwa orang luar (bulan) itu mengungkapkan keadaan kehidupan, yaitu
selalu ingin tahu (mencampuri) rahasia kehidupan sebuah keluarga di kota besar
orang lain. Oleh karena itu, aku secara (Jakarta), yang sudah demikian padat.
ironis dengan terus terang mengatakan Kepadatan itu disebabkan banyaknya anak
bahwa di dalam kamar itu sudah lima anak yang dipunyai oleh sebuah keluarga dan
bernyawa di sini. Aku salah satu. orang tua yang mempunyai anak itu belum
Dalam bait kedua ditulis ibuku mempunyai pekerjaan tetap. Akibatnya,
tertidur dalam tersendu mengungkapkan si kemiskinan menghinggapi kehidupan
ibu yang tertidur masih dalam menangis. mereka. Di samping itu, tempat tinggal
Keramaian penjara sepi selalu mereka pun tidaklah memadai untuk tidur.
mengandung makna kamar yang sempit itu Ditambah lagi dengan anak-anak yang
rasanya seperti penjara, meskipun ramai, harus mereka beri makan dan sekolah.
tetapi sepi, tidak ada hiburan, tidak ada
100
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar

Beban kehidupan yang demikian larik yang sepenuhnya menggunakan rima


keras, membuat sang ibu hanya dapat a-b-a-b. Citraan alam yang dipergunakan
merenung. Semua kejadian yang terjadi di Chairil Anwar juga menampilkan
sekelilingnya tidak dihiraukan dan hanya ketenangan, suara deraian cemara sampai
dianggap sebagai keadaan sepi saja yang di kejauhan yang menyebabkan hari terasa
tidak menganggu kehidupannya. Demikian akan menjadi malam, dan dahan yang
pula dengan sang bapak, ia juga hanya ditingkap merapuh itu pun dipukul angin
dapat merenung, ia tidak dapat berbuat yang terpendam. Pada keseluruhan puisi
apa-apa. Perbuatan yang dapat itu, kata dipukul merupakan kata yang
dilakukannya hanyalah berdoa dan paling keras mengungkapkan masih
memohon kepada Tuhan. adanya sesuatu di dalam yang terpendam,
Akan tetapi, kehidupan yang harus yang memukul-mukul dahan yang
ditanggungnya masih harus dilakukan. merapuh. Si aku lirik menyadari
Meskipun beban dan cobaan belum juga sepenuhnya bahwa hari belum malam,
hilang, sang ayah harus tetap menghidupi tetapi terasa jadi akan malam.
dan memberi makan keluarganya. Padahal, Dari kutipan puisi ”Derai-Derai
uang yang dicari sulit diperoleh. Akhirnya, Cemara” tertulis dalam bait ketiga, hidup
hanya penderitaan dan kemiskinanlah yang hanya menunda kekalahan merupakan
harus diterima sehingga kemiskinan ungkapan yang sering kita dengar, seperti
yang halnya ungkapan hidup seribu tahun lagi.
menyengsarakan keluarganya itu dianggap Hidup hanya menunda kekalahan
sama dengan bunuh diri. mengiaskan bahwa dalam kehidupan ini,
hidup yang harus dijalankan adalah
Derai-Derai Cemara perjalanan yang panjang yang suka atau
tidak suka harus dijalankan.
Cemara menderai sampi jauh Pada bait pertama ditulis cemara
Terasa hari akan jadi malam
menderai sampai jauh mengandung makna
Ada beberapa dahan di tingkap
untaian kehidupan yang sudah berjalan
merapuh
cukup panjang sehingga hari (waktu terus
Dipukul angin yang terpendam
berganti dan berjalan, mau tidak mau usia
Aku sekarang orangnya bisa tahan bertambah tua dan badan semakin renta
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi (ada beberapa dahan ditingkap merapuh).
Tapi dulu memang ada suatu bahan Apabila ditambah oleh kehidupan yang
Yang bukan dasar perhitungan kini keras, tetapi tidak terasa (dipukul angin
yang terpendam).
Hidup hanya menunda kekalahan Pada bait berikutnya ditulis aku
Tambah terasing dari cinta sekolah sekarang orangnya bisa tahan
rendah mengungkapkan bahwa si aku lirik yang
sudah berpengalaman dalam kehidupan
Dan tahu, ada yang tetap tidak dapat menahan diri karena usianya sudah
diucapkan tidak muda lagi (sudah berapa waktu
Sebelum pada akhirnya kita menyerah bukan muda lagi). Namun, ketika masih
muda si aku lirik sudah mempunyai suatu
Pengutaraan puisi ini ditulis dengan masalah (tapi dulu memang ada suatu
baik, masing-masing bait terdiri atas empat bahan) yang satu ini bukanlah suatu

101
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95- 104

masalah yang harus diperhitungkan (yang Kutipan di atas mengiaskan keadaan


bukan dasar perhitungan kini). malam yang dingin dengan suasana rimba
Bait berikutnya hidup hanya menunda (hutan yang sepi sehingga kelihatan kaku
kekalahan mengandung makna bahwa (tugu) tidak ada denyut kehidupan.
dalam kehidupan yang panjang dan penuh Sarana keputisan lainnya adalah
liku ini hanyalah memperpanjang masalah sarana retorika berupa ulangan kata seperti
hidup sehingga suka atau tidak suka kutipan berikut.
kehidupan ini harus dijalankan. Meskipun
pada akhirnya, semuanya menjadi mudah Di karet, di karet (daerahkuy.a.d)
terlupakan, terutama sekali masa kecilnya dalam diriku jika kau datang
dulu (tambah terasing dari cinta sekolah
rendah). Akibatnya, ada sesuatu yang tidak Bahasa kiasan lainnya adalah
dapat dilakukan dengan sungguh- sungguh perbandingan, pada kutipan berikut.
(dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan)
yang akhirnya sebelum semuanya selesai Tubuhku diam dan sendiri, cinta dan
dengan baik si aku lirik mengatakan tidak peristiwa berlalu beku
sanggup lagi melakukan semuanya.
Kutipan di atas mengiaskan kediaman
Yang Terampas dan Yang Putus atau kebisuan dari si aku dan kediaman itu
dibandingkan dengan kebekuan.
Kelam dan angin lalu mempesiang Baris sebelumnya ditulis kelam dan
diriku angin lalu mempesiang diriku
Menggigir juga ruang di mana dia yang mengungkapkan si aku lirik yang sedang
kuingin menghitung waktu melalui berlalunya
Malam tambah merasuk, rimba jadi waktu malam (kelam) dan hembusan angin
semati tugu yang bertiup. Dengan keadaan seperti itu,
si aku lirik menjadi bingung dan
Di karet, di karet (daerahkuy.a.d) gemetaran. Akibatnya, keadaan menjadi
sampai juga deru dingin menakutkan dan tidak ada denyut
kehidupan.
Aku bebenah dalam kamar, dalam Bait berikutnya, ditulis di karet, di
diriku jika kau dating karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru dingin mengandung makna bahwa di
padamu; karetlah tempat di aku lirik bersemayam
Tapi kini hanya tangan yang bergerak dengan kaku, yaitu tempatnya di masa
lantang yang akan datang.
Bait berikutnya ditulis aku bebenah
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
peristiwa berlalu beku mengandung makna si aku bersiap-siap
jika si maut datang menjemput. Oleh
Sarana kepuitisan pada puisi di atas berupa karena itu, dalam baris berikutnya ditulis
bahasa kiasan adalah personifikasi. bahwa si aku mengungkapkan bahwa ia
nantinya akan menceritakan cerita baru
Malam tambah merasuk, rimba jadi
semati tugu (dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru
padamu). Sayangnya, si aku tidak dapat
bergerak dengan bebas, ia hanya dapat

102
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar

menggerakkan tangannya saja (tapi kini tinggal di masa yang akan datang.
hanya tangan yang bergerak lantang).
Akibatnya, si aku hanya berdiam diri
DAFTAR PUSTAKA
sehingga semua cerita dan peristiwa berlalu
beku. Alisyahbana, Sutan Takdir. 1977.
Perjuangan Tanggung Jawab
PENUTUP dalam Kesusastraan. Jakarta:
Pustaka Jaya
Dari analisis tiga puisi karya Chairil Altenbend, Lyn dan Leshe L. Lewis.
Anwar, tampak bahwa sarana kepuitisan 1970. Handbook for the Study of
berupa metafora, sinedoks, citraan (citraan Poetry. London: Collier-
penglihatan, pendengaran, rabaan, Macmillan Ltd.
percercapan, dan rabaan), gaya bahasa Anwar, Chairil. 1959. Deru Campur Debu.
(gaya bahasa tautologi dan pleonasme) Jakarta: PT.
terdapat dalam puisi “Pada Sebuah Pembangunan
Kamar”, “Derai-Derai Cemara”, dan __________. 1978. Kerikil Tajam dan
“Yang Terampas dan Yang Putus”. Bahasa Yang Terampas dan Yang Putus.
sehari-hari, seperti kata bebenah, juga Jakarta: PT. Dian
dipergunakan dalam puisi “Yang Terampas Rakyat
dan Yang Putus”. Selanjutnya, ungkapan Becker, A.L. 1978. Linguistik dan
khas yang sering didengung- dengung Analisis.______Jakarta: Pusat
orang, hidup hanya menunda kekalahan Pembinaan dan Pengembangan
terdapat dalam puisi “Derai- Derai Bahasa
Cemara”. Eneste, Pamusuk. 1996. Aku Ini Binatang
Puisi “Derai-Derai Cemara” Jalang: Koleksi Sajak 1942—
mengungkapkan kepasrahan dan ketabahan 1949. Jakarta: Gramedia.
si aku lirik dalam menghadapi kehidupan Noor, Redyanto. 2007. Pengantar
yang penuh dengan cobaan dan rintangan. Pengkajian Sastra. Semarang:
Suka atau tidak suka, hidup harus dilalui Fasindo.
dan dijalani dengan baik. Puisi “Pada Pradopo, Rachmat Djoko. 1994.
Sebuah Kamar” mengungkapkan Penelitian Sastra dengan
kebingungan si aku lirik dalam Pendekatan Semiotik. Dalam
menghadapi masalah kehidupan yang Teori Penelitian Sastra.
penuh dengan cobaan. Kesulitan hidup Yogyakarta: IKIP
yang sangat berat, tetap harus dilalui dan Muhamadiyah.
dijalani dengan risiko apa pun juga. Puisi ._1995. Beberapa Telaah
“Yang Terampas dan Yang Putus” Sastra, Metode, Kritik, dan
mengungkapkan khayalan si aku lirik Penerapannya. Yogyakarta:
tentang kehudupan yang sedang dijalani Pustaka Pelajar.
dan bagaimana dengan kehidupan Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori,
selanjutnya atau kehidupan yang akan Metode, dan Teknik Penelitian
datang Khayalan itu diungkapkan juga oleh Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Chairil secara tersurat bahwa di karet, di Pelajar.
karet (daerah yang akan datang) dalam Yassin, H.B. 1978. Chairil Anwar Pelopor
diriku jika kau datang. Sebuah khayalan Angkatan 45. Jakarta: Gunung
atau ungkapan yang nantinya Chairil akan
103
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95- 104

Agung.

104

Anda mungkin juga menyukai