Anda di halaman 1dari 5

A.

Latar Belakang Masalah


Sejarah sastra Indonesia telah membuktikan adanya berbagai perode yang
terentang dari awal munculnya puisi sampai periode modern saat ini. Disetiap
periode tersebut terdapat perbedaan ciri, ciri tersebut biasanya dilatarbelakangi
dengan kondisi sosial, politik, budaya pada saat itu. begitu cara penyair menuliskan
puisinya terdapat perbedaan yang bertingkat dari periode-periode. Periode
angkatan 20-an atau sering dikena;l dengan angkatan balai pustaka merupakan
jikal bakal muncul dan berkembangnya era puisi di Indonesia, peyair peyair dalam
periode ini memiliki model yang khas dalam menulis puisi, mereka mengadopsi
kriteria syair dan pantun dalm pembuatan puisi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
puisiu angkatan balai pustaka memilkik corak yang hampir sama dengan syair dan
pantun.

Angkatan balai pustakan banyak menceritakan masalah-masalah


penjajahan,politok,dan sosial budaya.berbicaratentang puisi dalam sastra indonesia
tidak lengkap jika tidak membahas angkatan 20-an atau sering dikenal dengan
angkatan balai pustaka.Ungkapan puisi pada angkatan balai pustaka memiliki
kreatifitas yang sangat tinggi.Para penyair dapat mengungkapkan suasana yang
ada di sekitar masyarakat. Angkatan balai pustaka kebanyakan sering
menggunakan bahasa melayu yang tata bahasanya mudah dimengerti.Adapun
penyair-penyair angkatan balai pustaka diantaranya Muhammat yamin,Roestam
efendi,Sanusi pane.Ketiga penyair ini memiliki peran yang sangat penting dalam
angkatan balai pustaka.

B.Rumusan Masalah
1.Apa saja ciri-ciri puisi angkatan balai pustaka?
2.Mencari contoh-contoh puisi angktan balai pustaka.!
3.Mencari tahu penyair-penyair yang ada pada angkatan 20-an.!

C.Tujuan
1.Mengetahui dan memahami angkatan balai pustaka.
2.Mengetahui contoh-contoh puisi angktan balai pustaka.
3.Mengetahui penyair-penyair yang ada pada angkatan 20-an.!


PEMBAHASAN
Puisi angkatan 20-an memiliki corak puisi lama yang berkaitan syaor dan pantun.
Hanya saja sampiran ditiadakan untuk menjadikan puisinya lebih Intens. Corak puisi
seperti syair tidak digunbakan sebagai cerita namun digunakan sebagai
mengungkap makna yang lebih padat.

A.Ciri dari Puisi angkatan 20-an


1. Mirip dengan Pantun atau Syair
2. Tidak memilki sampiran seperti halnya patun.

B.Analisi ciri puisi dan Contoh


1.Mirip dengan Pantun atau Syair
Puisi-puisi yang terbit pada era 20-an memiliki ciri yang sama dengan Pantun dan
syair. Walaupun tidak secara keseluruhan semua baris dalam puisi tersebut memiliki
ciri yang sama dengan pantun dan syair, tapi lebih di dominasi dengan baris-baris
yang sama dengan pantun atau Syair. Contoh puisi yang memiliki kesamaan
dengan pantun dapat di lihat pada puisi di bawah ini.

Sajak
Di mana harga karangan sajak,
Bukan dalam maksud isinya;
Dalam bentuk, kata nan rancak,
Dicari timbang dengan pilihannya.

Tanya pertama keluar di hati,


Setelah sajak di baca tamat,
Sehingga mana tersebut sakti,

Mengikat diri didalam hikmat.

Rasa bujangga waktu menyusun,


Kata yang datang berduyunduyun
Dari dalam, bukan nan dicari.

Harus kembali dalam pembaca,


Sebagai bayang di muka kaca,
Harus bergoncang hati nurani.

Dengan jelas dapat kita lihat, bahwa puisi di atas memiliki corak yang sama dengan
Pantun yaitu memiliki sajak a-b,a-b, seperti dalam kutipan beikut:

Di mana harga karangan sajak,


Bukan dalam maksud isinya;
Dalam bentuk, kata nan rancak,
Dicari timbang dengan pilihannya.

Pada kutipan di atas, Sanusi Pane menggunakan akhiran k-a,k-a pada sajaknya. Hal
ini sangat serupa dengan ciri pantun yang memiliki akhiran a-b,a-b. Jadi dapat kita
pahami bahwa puisi angkatan 20-an memiliki karakteristik yang sama dengan
Pantun.Selain memiliki corak yang sama dengan pantun, Puisi angkatan 20-an juga
memiliki corak yang sama dengan Syair. Seperti dalam Puisi Sanusi Pane yang
berjudul Wijaya Kusuma beikut ini:

Wijaya Kusuma
Di balik gunung jauh disana,
Terletak taman dewata raya,
Tempat tumbuh kusuma wijaya,

Bunga yang indah penawar fana.


Hanya sedikit yang tahu jalan,
Dari negeri sampai kesana,
Lebih sedikit lagi orangnya,
Yang dapat mencapai gerbang taman.
Turut suara seruling Krisna
Berbunyi di dalam hutan,
Memanggil engkau sih trisna
Engkau dipanggil senantiasa,
Mengikuti sidang orang pungutan,
Engkau menurut orang biasa.

Pada Puisi di atas, terdapat beberapa baris puisi yang memiliki kesamaan dengan
Syair. Syair memiliki sajak a-a,a-a, dan semua sajak memiliki keterkaitan arti, begitu
pula dengan Puisi angkatan 20-an yang memiliki kesamaan dengan syair. Seperti
kutipan berikut:

Di balik gunung jauh disana,


Terletak taman dewata raya,
Tempat tumbuh kusuma wijaya,
Bunga yang indah penawar fana.

Dari kutipan puisi di atas, dapat kita lihat bahwa setiap sajak merupakan sebuah
cerita yang saling berkaitan satu sama lain. Sajak awal hingga sajak akhir
merupakan penggambaran makna yang berurutan, dan tidak ada sajak yang
berfungsi sebagai sampiran di dalamnya.

2.Tidak Memiliki Sampiran

Walaupun puisi angkatan 20-an memiliki kesamaan dengan Pantun, akan tetapi
terdapat perbedaan diantara keduanya.Jika pantun memiliki Sampiran pada baris
pertama dan kedua, Namun tidak dengan puisi angkatan 20-an yang tidak memiliki
Sampiran. Semua baris yang terdapat dalam puisi merupakan isi dari Puisi tersebut.
Seperti dalam kutipan puisi berikut ini:

Tanya pertama keluar di hati,


Setelah sajak di baca tamat,
Sehingga mana tersebut sakti,
Mengikat diri didalam hikmat.

Baris pertama dan kedua pada kutipan di atas bukan merupakan Sampiran belaka,
tetapi memiliki isi yang berkaitan dengan baris selanjutnya.

C.Penyair-Penyair Angkatan 20-an


Beriku adalah penyair-penyair Angkatan 20-an
1.Sanusi Pane
2.Rustam Efendi
3.Muhammad Yamin

Anda mungkin juga menyukai