Anda di halaman 1dari 16

TRANSLITERASI, TRANSKRIPSI TEKS

DAN PROBLEMATIKANYA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok
pada Mata Kuliah Kritik Teks Semester Empat
yang Diampu oleh Drs. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.

OLEH KELOMPOK 8 :
1. Salsabila Tiara Aurellia Prameswari 13010120140113
2. Sarah Azzahra 13010120140096
3. Adinda Nur Cholifah 13010120140083
4. Delvan Nurhaykal 13010120140043
5. Rifqi Hafiz 13010120140155

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Transliterasi,
Transkripsi, Translasi Teks dan Problematikanya”.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Kritik Teks di Prodi Sastra Indonesia Departemen Bahasa
dan Sastra Indonesia FIB di Universitas Diponegoro.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :

1. Bapak Drs.H.M. Fawzan Ahmad, M.A selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Kritik Teks.
2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Kritik Teks.
3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Transliterasi, Transkripsi,
Translasi Teks dan Problematikanya”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semarang, 21 Maret 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang terkenal dengan keanekaragaman budaya dan


bahasa. Hal itu sangat memungkinkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki khasanah
kesusasteraan lama yang beragam. Bangsa Indonesia saat ini mempunyai peninggalan
tulisan-tulisan dari masa lampau yang dimana tulisan itu disimpan di dalam museum dan
perpustakaan. Nusantara adalah kawasan yang memiliki peradaban yang telah diturunkan dari
generasi ke generasi dan telah memiliki banyak karya di tengah masyarakatnya.

Naskah merupakan warisan budaya tertulis. Naskah merupakan cerminan dari sejarah
masa lampau dan memiliki aspek sejarah. Sejarah juga menjadikan kita bangsa yang besar
dan patut dibanggakan. Sejarah bisa punah dan hilang, sehingga perlu didokumentasikan.

Naskah merupakan khazanah budaya yang mengantung teks tertulis tentang berbagai
informasi, gagasa, pengetahuan, agama, sejarah, adat istiada, dan perilaku masyarakat di
masa lampau. Jumlah peninggalan budaya dalam bentuk naskah jauh lebih besar. Naskah
ditulis dengan bahasa nusantara yang ditulis menggunakan aksara lama.

Hasrat untuk mempelajari naskah Nusantara mulai muncul seiring dengan kedatangan
bangsa barat pada abad ke-16. Naskah adalah wujud fisik dari bentuk sebuah teks. Naskah
merupakan salah satu artefak berupa bahan tertulis mengungkap hal-hal penting yang terjadi
di zaman kuno. Dalam sebuah naskah suatu tradisi dijelaskan menjadi pijakan kehidupan dan
bentuk pengambaran pengalam kolektif suatu bangsa pada masa lampau. Sebuah tradisi dari
masa lalu dapat kita lihat dalam sejarahnya dari naskah yang ditulis oleh masyarakat di masa
lampau.

Sekarang ini hanya sedikit generasi muda zaman sekarang yang bisa membaca naskah
lama dengan lancar disebabkan adanya kemampuan mereka yang terbatas untuk membaca
aksara lama dan memahami makna apa yang terkandung di dalam naskah. Penelitian ini
penting dilakukan agar naskah tidak hilang dan punah. Maka dari itu para peneliti melakukan
alih aksara dan alih bahasa dengan cara mentranliterasikan dan mentranskripkan naskah-
naskah lama. Metode transliterasi didasari dengan tujuan untuk mengenalkan,
menyebarluaskan, dan memudahkan penelitian isi naskah. Sedangkan metode transkripsi
didasari dengan tujuan untuk melestarikan tulisan naskah.
Penelitian ini sangat diharapkan dapat memunculkan ataupun meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya penelitian terhadan sebuah naskah lama serta dapat
menyediakan bahan bacaan yang bisa dibaca oleh masyarakat sekarang. Penelitian ini
diharapkan dapat menginformasikan kepada masyarakat tentang isi dari naskah. Karena
hanya sedikit masyarakat zaman sekarang yang dapat membaca naskah-naskah lama.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini penulis mengemukakan beberapa permasalahan :

1. Apakah yang dimaksud dengan Transliterasi dalam kritik teks?

2. Apakah yang dimaksud dengan Transkripsi dalam kritik teks?

3. Bagaimana pedoman penyuntingan yang benar?

4. Bagaimana penyerapan kata dalam Transliterasi?

C. Tujuan

1. Menjelaskan Transliterasi dalam kritik teks.

2. Menjelaskan Transkripsi dalam kritik teks.

3. Mendeskripsikan pedoman penyuntingan yang benar.

4. Menjelaskan penyerapan kata dalam transliterasi


BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
1. Transliterasi

Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu abjad ke
abjad yang lain. Istilah ini dipakai bersama-sama dengan istilah transkripsi dengan pengertian
yang sama pada penggantian jenis tulisan naskah (Baried, dkk 1983: 65)

Manfaat dilakukannya transliterasi yaitu

1. Untuk pelestarian suatu naskah


2. Untuk pengenalan naskah

Bahasa dan tulisan adalah bahan utama dalam kerja transliterasi. Proses transliterasi
mengalami beberapa masalah yaitu masalah pembagian kata, ejaan, dan pungtuasi/tanda
baca. Pemenggalan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya tidak terdapat tanda yang
jelas yang konsisten. Sehingga dalam proses kerja transliterasi harus berhati-hati, supaya
tidak terjadi kekaburan makna yang dapat menjadikan isi teks tidak sampai pada pembaca.

Metode transliterasi terbagi dalam dua macam, yaitu :

1. Metode transliterasi diplomatis


Penggantian jenis tulisan huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain dengan
apa adanya sesuai dengan teks asli.
2. Metode transliterasi ortografis
Penggantian jenis tulisan yang disesuaikan dengan PUEBI yang bertujuan untuk
mempermudah pemaknaan naskah. Metode transliterasi ini juga disebut dengan
metode kritik atau standar.

Transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama yang tertulis


dengan huruf daerah karena kebanyakan orang sudah tidak mengenal atau tidak akrab lagi
dengan tulisan daerah. Untuk melakukan transliterasi, perlu diikuti pedoman yang
berhubungan dengan pembagian kata, ejaan, dan pungtuasi (tanda baca). Sebagaimana
diketahui, teks-teks lama ditulis tanpa memperhatikan unsur tata tulis yang merupakan
kelengkapan wajib untuk memahami teks. Hal ini berkaitan dengan gaya penceritaan yang
mengalir terus karena dulu teks dibawakan pada peristiwa-peristiwa tertentu untuk dihayati
dan dinikmati bersama-sama. Penulisan kata-kata yang indah tidak dapat menimbulkan arti
yang berbeda, sedangkan prinsip dasar ejaan adalah keajegan di samping mengikuti ejaan
yang sudah diberikan (Baried, dkk 1983: 65).

Berdasarkan pedoman, transliterasi harus mempertahankan ciri-ciri teks asli


sepanjang hal itu dapat dilaksanakan karena penafsiran teks yang bertanggung jawab sangat
membantu pembaca dalam memahami isi teks.lebih bermanfaat lagi bagi peminat dari daerah
lain di Nusantara, apabila teks yang sudah ditransliterasikan diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, kecuali teks berbahasa Melayu karena bahasa itu sudah dipandang menyatu
dengan bahasa Indonesia. Dalam menerjemahkan kiranya dapat dipakai metode harfiah
apabila mungkin dan metode bebas apabila mutlak perlu untuk menjaga kemurnian segala
lapisan penciptaan teks dalam bahasa asalnya (Baried, dkk 1983: 65-66)

2. Transkripsi

Teks pada umumnya disalin dengan tujuan tertentu. Frekuensi penyalinan naskah
tergantung pada sambutan masyarakat terhadap suatu naskah. Dalam hal teks profane yang
dianggap milik bersama, frekuensi tinggi penyalinan menunjukkan bahwa naskah itu sangat
digemari, sedangkan sebaliknya merupakan petunjuk kurang populernya suatu naskah
(Baried dkk, 1985: 61).

Transkripsi adalah gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain (Djamaris, 1977: 29;
2002: 19). Transkripsi yaitu pengalihan tutur (yang berwujud bunyi) ke dalam bentuk tulisan.
Mengenai pengertian transkripsi Pedoman Umum Pembentukan Istilah (dalam Baried dkk,
1985: 65) memberikan batasan pengubahan teks dari satu ejaan ke dalam ejaan yang lain (alih
ejaan) dengan tujuan menyarankan lafal bunyi unsur bahasa yang bersangkutan, misalnya:

coup d’etat - - - kudeta

psychology - - - psikologi

Dalam hal penyalinan kata-kata asing seperti contoh di atas dapatlah kiranya dipakai
pedoman salinan disesuaikan dengan lafal dan ejaan dalam Bahasa Indonesia.

Adapun pengertian transkripsi menurut beberapa tokoh:

a. Menurut Baroroh-Baried (1985: 65)


Transkripsi adalah salinan atau turunan tanpa mengganti macam tulisan (hurufnya
tetap sama).
b. Djamaris (dalam Wulan, 2012: 18)
Transkripsi adalah gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain.
c. Basuki (dalam Shofiana, 2015: 24)
Transkripsi merupakan pengalihan teks lisan (rekaman) ke dalam teks tertulis.

Sama seperti transliterasi, metode transkripsi juga dibagi menjadi dua metode menurut Wulan
(2012: 18)

1. Metode transkripsi diplomatik: alih tulis naskah secara apa adanya sesuai dengan teks
asli
2. Metode transkripsi ortografi: alih tulis naskah sesuai ejaan yang berlaku atau sesuai
dengan PUEBI.

Proses transkripsi ke teks bisa diumpamakan seperti marathon. Maka tak jarang hasil
transkripsi berbagai kegiatan atau rekaman diperlukan secepat mungkin atau bahkan
transkripsi perlu dilakukan di waktu bersamaan dengan suatu acara. Transkripsi juga
merupakan hal yang penting dalam pengalih tulisan. Transkripsi sebagai proses penyalinan
informasi lisan ke tulisan dapat ditemui dalam berbagai aktivitas organisasi dan usaha atau
bisnis. Kegiatan ini sangat berguna karena dapat mengubah hasil sebuah pertemuan penting
menjadi sebuah dokumen, atau mengubah pelatihan menjadi buku pedoman untuk digunakan
ke depannya, bahkan bisa digunakan untuk wawancara riset pasar yang perlu dicatat.

3. Pedoman Suntingan

Filologi merupakan disiplin ilmu yang diperlukan dalam upaya pelestarian terhadap
peninggalan tulisan masa lampau. Naskah sebagai karya sastra masa lampau dalam
menelitinya diperlukan disiplin ilmu filologi. Kajian filologi terhadap naskah nusantara
berusaha dan bertujuan untuk menyunting dan membahas atau menganalisis. Kajian awal
naskah itu terutama untuk penyuntingan. Menyunting teks dalam filologi merupakan suatu
penyalinan teks yang pada akhirnya bertujuan untuk merekontruksi teks. Hal ini bertujuan
untuk membersihkan kesalahan – kesalahan yang terdapat di dalam teks.

Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi adalah membuat suntingan (edisi) suatu
teks dan mengadakan perbaikan – perbaikan bagian teks yang korup (rusak). Namun, agar
karya sastra klasik “terbaca/dimengerti”, pada dasarnya ada dua hal yang harus dilakukan:
menyajikan dan menafsirkan. Tujuannya dari penyuntingan teks ialah menghasilkan teks
yang mendekati aslinya, membersihkan kesalahan, memberikan keterangan tentang teks dan
sifat isinya secara jelas. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan kritik teks.

Hasil transliterasi disunting dari kesalahan dan ketidakkonsistenan penulis atau


penyalin dan disesuaikan dengan pedoman dan ejaan yang berlaku. Suntingan teks ini
menghasilkan sebuah edisi standar dengan menerbitkan naskah yang bersih dari kesalahan.
Secara umum penyuntingan teks pada naskah dibedakan menjadi dua hal, yaitu penyuntingan
terhadap naskah jamak dan naskah tunggal. Dalam penyuntingan naskah tunggal
menggunakan dua metode yaitu edisi diplomatik dan edisi standar. Adapun metode
diplomatik adalah metode yang kurang lazim digunakan dalam penyuntingan teks. metode ini
digunakan apabila isi cerita dalam naskah ini dianggap suci atau dianggap penting dari segi
sejarah, kepercayaan atau bahasa sehingga diperlukan perlakuan khusus atau istimewa.
Sedangkan edisi standar adalah metode yang digunakan apabila isi naskah itu dianggap
sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut pandang agama
atau sejarah.

Naskah yang sudah disunting oleh penyunting hasilnya harus tetap dalam gaya asli si
penulis naskah. Meskipun penyunting mengubah maupun mengganti kesalahan redaksional,
ejaan dan lainnya di dalam naskah yang ia sunting, namun itu hanya bersifat memperbaiki
bukan mengganti gaya penulisan yang dipakai penulis naskah. Informasi yang terkandung di
dalam naskah yang belum diterbitkan bersifat rahasia. Hanya diketahui oleh penulis dan
penyunting. Oleh karenanya penyunting tidak boleh memberikan informasi apapun tentang
isi naskah. Dikhawatirkan kalau ada informasi yang keluar tentang isi naskah yang belum
diterbitkan, penulis lain akan menulis tema yang sama dan menerbitkannya terlebih dahulu.

4. Tanda-Tanda Penyuntingan
Tanda koreksi merupakan tanda-tanda standar yang digunakan dalam editing naskah, berikut
gambar dan manfaat tanda penyuntingan.
CONTOH TANDA PENYUNTINGAN
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan yang mendasari penulisan ini,
diantaranya :

Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu abjad ke
abjad yang lain. Sedangkan transkripsi adalah gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain.
Transliterasi dan transkripsi mempunyai dua metode yang sama yaitu metode diplomatik.
Selain itu, Proses transkripsi ke teks bisa diumpamakan seperti marathon. Maka tak jarang
hasil transkripsi berbagai kegiatan atau rekaman diperlukan secepat mungkin atau bahkan
transkripsi perlu dilakukan di waktu bersamaan dengan suatu acara. Sedangkan transliterasi
juga sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama yang tertulis dengan huruf daerah
karena kebanyakan orang sudah tidak mengenal atau tidak akrab lagi dengan tulisan daerah.
Untuk melakukan transliterasi, perlu diikuti pedoman penyuntingan yang berhubungan
dengan pembagian kata, ejaan, dan pungtuasi (tanda baca). Menyunting teks dalam filologi
merupakan suatu penyalinan teks yang pada akhirnya bertujuan untuk merekontruksi teks.
Hal ini bertujuan untuk membersihkan kesalahan – kesalahan yang terdapat di dalam teks.
Naskah yang sudah disunting oleh penyunting hasilnya harus tetap dalam gaya asli si penulis
naskah. Meskipun penyunting mengubah maupun mengganti kesalahan redaksional, ejaan
dan lainnya di dalam naskah yang ia sunting, namun itu hanya bersifat memperbaiki bukan
mengganti gaya penulisan yang dipakai penulis naskah.

B. Saran

Berdasarkan hasil makalah tersebut penulis menyarankan agar kita senantiasa menggunakan
bahasa yang sesuai dengan metode yang telah ditetapkan oleh kaidah Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Muryanto, Catur. 2011. Risalah Majmu’: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi.
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Diakses pada 22 Maret 2022,
https://eprints.uns.ac.id/6086/1/210231011201110391.pdf.

Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Diakses pada 21 Maret 2022,
http://repositori.kemdikbud.go.id/3368/1/Pengantar%20Teori%20Filologi.pdf

Djamaris, E. (t.th.). Filologi dan Cara Kerja Penelitian. Dalam, Istadiyatha, Laboratorium
Filologi.Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.

Ekowati, Venny Indria. 2015. Filologi Jawa Panduan Lengkap Praktik Penelitian Filologi.
Makalah. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada 21 Maret 2022,
https://media.neliti.com/media/publications/318515-transkripsi-and-transliterasi-dari-
teks-7dc7011f.pdf

Hasanah, Ema, Uswatun. (n.d). Suntingan Teks dan Analisis Semiotika Naskah Al – Mahfani.
Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga. Diakses pada 22 Maret 2022,
https://repository.unair.ac.id/101890/4/4.%20BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf.

Permadi, Tedi. (n.d). Cara Kerja Suntingan Teks yang Disajikan J.J. Rass dalam Mengedisi
Naskah Hikayat Banjar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses pada 22
Maret 2022,
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/
197006242006041-TEDI_PERMADI/Cara_Kerja_Suntingan_Teks_JJ_Rass.pdf

Shofiana, Ana. 2015. Serat “Donga Khasah” dalam Kajian Filologis. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang. Diakses pada 21 Maret 2022,
http://lib.unnes.ac.id/20341/1/2611411020-S.pdf

Tim Editor LIPI Press. 2016. Pedoman Penerbitan Buku LIPI PRESS. Jakarta: LIPI Press.
Diakses pada 22 Maret 2022, https://docplayer.info/47187470-Penyusun-tim-editor-
lipi-press.html
Wulan, Ambarwati. 2012. Tinjauan Filologi dan Analisis Ajaran Martabat Tujuh dalam
Serat Cecangkriman karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta. Diakses pada 21 Maret 2022, https://eprints.uny.ac.id/9536/

LAMPIRAN

PILIHAN GANDA

1. Metode transliterasi apa yang tepat untuk mengganti jenis tulisan dengan apa adanya
sesuai dengan teks asli…
a. Kodikologi
b. Tekstologi
c. Diplomatis
d. Transkripsi
2. Dalam kritik teks, pengalih tulisan dari teks lisan ke dalam teks tulis merupakan
pengertian dari…
a. Transliterasi
b. Transkripsi
c. Paleografi
d. Translasi
3. Penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain
dengan apa adanya disebut…
a. Transliterasi metode diplomatik
b. Transkripsi metode diplomatik
c. Translasi
d. Transliterasi metode standar
4. Transliterasi metode ortografis disebut juga transliterasi metode…
a. Kritik
b. Standar
c. Apa adanya
d. Jawaban A dan B benar
5. Berikut ini merupakan manfaat transliterasi adalah…
a. Pelestarian naskah
b. Pengenalan naskah pada masyarakat
c. Pembandingan naskah
d. Jawaban A dan B benar
ESSAY
1. Jelaskan definisi penyuntingan dengan bahasa Anda!
2. Mengapa naskah yang sudah disunting oleh penyunting harus tetap dalam gaya asli si
penulis naskah?
3. Jelaskan langkah-langkah menyunting teks dengan benar
4. Jelaskan 5 kegiatan menyunting dan sebutkan aspek-aspek penyuntingan
5. Dalam penyuntingan naskah tunggal menggunakan dua metode yaitu edisi diplomatik dan
edisi standar. Jelaskan keduanya
JAWABAN
1. Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan
menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata
menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi sisematika
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Orang yang
melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan bermakna
proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-menyunting.

2. Naskah yang sudah disunting oleh penyunting hasilnya harus tetap dalam gaya asli si
penulis naskah. Meskipun penyunting mengubah maupun mengganti kesalahaan redaksional,
ejaan dan lainnya didalam naskah yang ia sunting, namun itu hanya bersifat memperbaiki
bukan mengganti gaya penulisan yang dipakai penulis naskah.

3. (1) Membaca ulang secara Keseluruhan dengan teliti; (2) Tentukan semua kesalahan
penulisan dan ejaan; (3) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi; (4) Baca kembali
dengan seksama, mungkin Ada kalimat atau paragraf yang tidak serasi, mungkin kalimat atau
paragrafnya terlalu panjangHingga membuat pembaca sesak nafas, perlu diperbaiki kembali
(Thahar (1998:64)

4. Kegiatan Menyunting antara lain:


a) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kasat mata.
b) Menghindari kontradiksi dan memperbaiki tulisan sebelumnya.
c) Meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan
makna serupa
d) Menghindari adanya arti ganda dan tulisan yang membosankan.
e) Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak, mungkin masih terdapat kesalhan
secara redaksional atau substansial.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan:

d. Aspek Isi k. Aspek kebenaran konsep


e. Aspek Ejaan l. Legalitas
f. Aspek Bahasa m. Konsistensi
g. Aspek tanda baca n. Gaya penulis
h. Aspek Diksi o. Konvensi penyuntingan naskah
i. Aspek Kalimat p. Gaya penerbit/ gaya selingkung
j. Aspek Sistematika Penulisan

5. Adapun metode diplomatik adalah metode yang kurang lazim digunakan dalam
penyuntingan teks. Metode ini digunakan apabila isi cerita dalam naskah ini dianggap suci
atau dianggap penting dari segi sejarah, kepercayaan atau bahasa sehingga diperlukan
perlakuan khusus atau istimewa. Sedangkan edisi standar adalah metode yang digunakan
apabila isi naskah itu dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau
penting dari sudut pandang agama atau sejarah.

Anda mungkin juga menyukai