Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KESUSASTRAAN

DOSEN PENGAMPU :

MEGASARI MARTIN,S,S.M,Pd

Disusun Oleh :

ANNISA RAMADHANI

M.ABDU ELMATTINI

WIWID PUTRI YANI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SUMATRA BARAT

T.A 2021/2022
Kata pengantar

Assalamu’alaikum wr wb

Bismillahirohmanirohim…

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua Dan tidak lupa pula Shalawat beserta salam
kita panjatkan kepada nabi Muhammad SAW Yang telah membawa umatnya dari zaman
kegelapan sampai zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Dan tidak lupa pula kita ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah kesusastraan yang telah membantu dan membimbing kita dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya untuk itu, Kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca makalah ini supaya makalah ini nanti dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi, Apabila ada kesalahan penulisan kami mohon maaf
sebelumnya.

Wassalamu’alaikum wr wb

Padang Panjang, 25 desember 2021


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.........................................................................................1.1

B.Rumusan Masalah....................................................................................1.2

BAB II PEMBAHASAN

A. Angkatan Sastra ‘45.……...……………………………………….….11.1


B. Angkatan Sastra ‘50…………………………..………………………11.2

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan................................................................................................lll.1

B.Daftar Pustaka............................................................................................lll.2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode 50 merupakan masa perkembangan sastra dari tahun 1950- 1960. sastra
angkatan 50 ini dilatarbelakangi oleh keadaan bangsa Indonesia yang mengalami transisi dari
penjajahan berdarah menuju kemerdekaan Cemerlang titik Pada masa ini para sastrawan
mulai mencari bahan-bahan yang merujuk kepada kebudayaan Indonesia yang murni dan
membebaskan dari pengaruh budaya asing setelah penjajahan.
 terbentuknya angkatan 50 ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra “ kisah” yang
ditangani oleh  H.B. Jassin.Pada masa ini berkembang karya sastra yang didominasi oleh
cerpen, Balada dan puisi Selain itu, Partai politik juga turut mempengaruhi perkembangan
karya sastra angkatan 50 ini ,Seperti terbentuknya lekra  (Lembaga Kebudayaan rakyat ) oleh
PKI.
Hakekatnya, sastra angkatan 50 ini sudah dibedakan dengan angkatan 45,
Dikarenakan sastra angkatan 50 merupakan lanjutan dari angkatan 45 ,Memiliki struktur fisik
dan estetika yang sama akan tetapi dibedakan dengan situasi tanah air pada saat itu .

B. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan angkatan Masa Jepang
2. Mendeskripsikan sastrawan-sastrawati Masa Jepang
3. Mendeskripsikan Sastra Angkatan ‘45
4. Mendeskripsikan Sastrawan Sastrawati Angkatan ‘45
5. Mendeskripsikan angkatan sastra ‘50
6. Mendeskripsikan sastrawan-sastrawati Generasi Kisah atau Dekade 50-An
BAB II

PEMBAHASAN

MASA PERGOLAKAN SASTRA INDONESIA

A. Perkembangan Sastra Sejak Tahun 1942

Menilik namanya, angkatan masa Jepang jelas terjadi ketika berlangsung penjajahan
Jepang di Indonesia. masa berlakunya  pun Menunjuk pada angkatan yang tiada berbeda
(1942-1945).
Pada masa itu, penggunaan bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat karena
bahasa Belanda tidak boleh lagi digunakan.Demikian juga karya-karya sastra Indonesia pada
bercuatan.Para sastrawan yang pada mulanya bersimpati terhadap Jepang karena tokoh Asia
Timur itu kelihatannya baik hati lama-lama sangat benci terhadap si fasis Tersebut karena
ternyata Mereka pun tidak kalah kejamnya dibandingkan penjajah terdahulu. Kebencian
mereka itupun terekspresi ke dalam karya sastra .Namun karena sensor pihak Jepang melalui
keimin bunka shidoso (Kantor pusat kebudayaan )Nya yang kelewat ketat, banyak pengarang
Indonesia yang terpaksa menyimpan dulu Karangan-karangannya  (Tidak dipublish
kan ),Atau menulis dengan menggunakan lambang-lambang. Dari sana, lahirlah, cerita-cerita
simbolik. 
Para kritikus sastra umumnya berpendapat bahwa dengan runtuhnya pemerintah
Belanda dimulai suatu periode kesastraan baru.Lenyaplah bahasa Belanda, jatuhnya
kekuasaan barat oleh kekuatan bangsa timur, kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh
penjajahan baru, semuanya ini menyebabkan kesusastraan Indonesia mencapai kedewasaan
dan melepaskan diri dari arah yang selama ini dirintis oleh Balai Pustaka maupun Pujangga
baru.
Sekonyong-konyong  Pujangga baru terasa menjadi sempit dan majalah tersebut tidak
hanya berhenti terbit tetapi juga kehilangan pengaruhnya. kini yang dicari ialah kepadatan isi
dan kejernihan bentuk dengan meninggalnya gaya yang berlebihan  “Kata nan indah” Dan
Rancak serta nada agitator dan menggurui.
Kenyataan pahit yang pertama-tama dijumpai oleh para pengarang ialah tangan sensor
Jepang. Meskipun demikian tidak banyak pengarang yang bersedia mengarang dalam nada
propaganda yang dituntut pada zaman itu, dan pengolahan dan pertumbuhan dalam bentuk
Jiwa baru dalam kesusastraan terus berlangsung . Baru setelah 1945 sastrawan seperti Chairil
Anwar dapat sepenuhnya berkembang dan memperoleh pengaruh .Jelas dari karyanya bahwa
zaman yang penuh pergolakan, kekacauan dan perombakan nilai yang dialami olehnya,
dihayatinya dengan sepenuh jiwa nya, seperti layaknya seorang anggota angkatan 45. 
Mengenai teknik puisinya, menurut  Teeuw,Ahli sastra Indonesia berdarah Belanda
yang tersohor dengan bukunya pokok dan tokoh I dan II, Telah menunjukkan bahwa ia
mencapai keunggulan yang luar biasa. Chairil membuktikan bahwa bahasa Indonesia yang
baru berdiri di ambang pintu zaman modern serta serta memadai untuk mengungkapkan
pikiran yang paling dalam dan paling pekat dalam bentuk seni yang tinggi .
Para kritikus baik asing maupun Indonesia telah membicarakan pula berbagai
pengaruh sastra asing yang kelihatan dalam karya Chairil, Akan tetapi itu sebenarnya tidak
relevan dalam penilaian karyanya. Yang penting ialah bagaimana ia telah menyerap Dan
mencernakan pengaruh itu dan mengolahnya menjadi sesuatu yang merupakan miliknya
sepenuhnya. 
Aliran kesusastraan baru yang lebih melibatkan diri dalam kehidupan yang pada masa
tersebut serba keras, pahit dan mengharukan terutama dapat diterbitkan berkat kegiatan
majalah-majalah seperti  pantja raja ,Pembangunan,( Gema suasana ) Dan sebagainya yang
memuat tulisan-tulisan tentang berbagai segi kehidupan kebudayaan. 
Kemanusiaan, yang menjadi tujuan utama aliran ini timbul karena perkenalan dengan
karya sastra asing Barat, yaitu Jerman, Rusia, Perancis, Inggris, Amerika dan lain-lain yang
setelah 1945 dapat diperoleh di Indonesia. sastra Belanda yang tadinya begitu berpengaruh
terhadap Pujangga baru telah kehilangan publik Indonesia. 
Kenangan masa lampau yang Jaya disisihkan sama sekali, karena perkenalan dengan
sastra asing. mereka terobsesi menggapai kemajuan yang telah dicapai bangsa-bangsa lain,
merasa ketinggalan zaman,  sehingga mereka mengejarnya Supaya sastra Indonesia mendapat
tempat yang setaraf dengan sastra dunia.

B. Sastrawan-sastrawati Masa Jepang


1. Usmar Ismail, dilahiran di bukit tinggi, 20 maret 1921, meninggal di Jakarta, 2 januari 1971.
Sastrawan yang juga dramawan ini terkenal dengan karya-karyanya: Citra, Api, Liburan
Seniman, Mutiara dari Nusa Laut, Mekar Melati (1945), semuanya teks drama. Kudengar
Adzan, Kalung Mutiara, Jaya Merdeka, Diserang Rasa, semuanya sanjak, Puntung Berasap
(kumpulan puisi, 1950). H.Usmar ismail dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia.
Karena itu, piala kejuaraan dalam festival film Indonesia (FFI) disebut piala citra, disesuaikan
dengan salah satu judul salah satu karya nya.
2. Dr. Abu Hanifah/ El Hakim, dilahiran dipadang panjang, 6 Desember 1906, meninggal di
Jakarta, 1976., terkenal dengan drama-dramanya: Taufan di Atas Asia, Intelek Istimewa, Insan
Kamil, Dewi Reni, serta roman Dokter Rimbu. Dia juga menulis buku Rintisan Filsafat I
(1947), Kita Berjuang (1947)
3. Maria Amin, dilahirkan di Bengkulu, 15 juni 19 20. Pengarang wanita ini terkenal dengan
fiksi-fiksinya: Dengar Keluhan Pohon Mangga, Tinjaulah Dunia Sana, Penuh Rahasia, Tuan
Turutlah Merasakan
4. Nursyamsu, lahir di Lintau Sumatra Barat, 6 Oktober 1921. Disamping menulis sanjak-
sanjaknya: Takkan Ketinggalan, Pandai Besi, Lagu Perpisahan, pada tahun-tahun awal
penulisannya, ia banyak menulis buku cerita anak-anak, yakni: Usmono Membela Ibu (1951);
Si Penyayang Binatang (1951), Si Malang Untung (1952), Lembah Hijau (1974), Kebun
Binatang Hiruk-Pikuk (1978), Roslina (1981). Sebagai penyair yang mahir bahasa asing,
Nursyamsu menerjemahkan Tiga Kurcaci Laut (Karya Yan Boongarts), Lima Orang
Penyamun dan Sarangnya (Karya Diet Kraner)
5. Anas Ma`ruf, dilahirkan di Bukittinggi, 27 Oktober 1922, meninggal di Jakarta, 1980,
Menulis puisi-puisi: Nyalakan Terus, Tabah Berjihad, Zaman Baru, Dibalik Sana …………
Zaman Bahagia. Penyair ini adalah penerjemah andal meluncurkan buku Citra (karya
Tagore,1943); Komedi Manusia (Karya William Soroyan, 1952); Nasib Manusia (Karya
Mikhail Solokov, 1966); Negri Salju (Karya Yasunari Kawabata, 1972).
6. Amal Hamzah, dilahirkan di Binjai, Sumatra Utara, 31 Agustus 1922, meninggal di Duisdarf
Jerman Barat, 30 juli 1987. Adik kandung dari raja penyair punjangga baru Amir Hamzah ini
adalah penyair, penulis teks drama dan penerjemah. Karya-karyanya; drama Seniman
Pengkhianat, Cerpen Bingkai Retak; drama Seniman Pengkhianat; kumpulan esai Buku dan
Penulis; Yose Rizal terjemahan biografi, serta sanjak-sanjak; Bimbang, Melaut Benciku,Musik
di Waktu Malam. Juga di terjemahkan nya buku Gintanjali (1946), serta Sereoja dari Gangga
(1949), keduanya karya Rabindranath Tanggore.
7. Bung Usman, dengan sajak-sajaknya; Bedug juga nan kudengar, Tak Tahu Aku, Awas
Penangkis Serangan Udara, Tikus dan Perangkap.

C. Sastra angkatan `45


Penamaan angkatan `45 di atas di kaitkan dengan perjuangan revolusi fisik karena di dasari
eratnya hubungan antara sastra dengan nilai-nilai patriotisme. Sastra angkatan ini berderap
seirama dengan liku-derunya perjuangan merebut kemerdekaan, mempertahankan dan
melestarikannya.
Melihat situasinya yang penuh gerak cepat, karya sastra masa itu pun mengekspresikan
revolusi tersebut. Ketika itu, tidak lagi ditemukan penggunaan bahasa dengan irama yang
lamban, penggunaan kata-kata yang serba muluk dan mendayu-dayu, serta cita-cita yang direnda
dalam imajinasi yang indah melambung rasa. Tidak demikian. Revolusi bebahasa pun ikut
berbicara. Kata-kata di manfaatkan seefektif mungkin, singkat, padat, tepat, bernas, jelas,
mementingkan isi, berangkat dari realitas, meskipun tidak meninggalkan nilai-nilai sumblim dan
estetika. Para sastrawan angkatan masa itu banyak yang masih aktif mencipta pada masa-masa
sesudahnya. Ada pula yang telah merintis kesastrawanan mereka sejak zaman jepang.
Nama angkatan `45 pertama kali diorbitkan oleh Rasihan Anwar dalam majalah siasat
pada tahun 1948. Angkatan `45 dikenal pula dengan istiah Angkatan Sesudah Perang, Angkatan
Chairi Anwar, Generasi Gelanggang, dan lain-lain.
Semua istilah itu tentu saja di bentuk dengan landasan tertentu, ia disebut Angkata
Sesudah Perang karena ketika itu kita sudah merdeka ( ada juga di kenal Angkatan Kemerdekaan
), penyebutan angkatan Chairil Anwar karena Chairil Anwar tokoh terdepan masa itu, sedang
penyebutan “Generasi Gelanggang” berangkat dari adanya “Gelanggang Seniman Merdeka”yang
di dalamnya berkumpul para penggarang, penyair, wartawan, pelukis. Konsep kesenimanan
mereka yang mengacu humanisme univesal, tertuang dalam suatu deklarasi yang terkenal dengan
nama “Surat Kepercayaan Gelanggang” surat kepercayaan ini pertama kali diumumkan dalam
rumah kebudayaan majalah siasat, 23 Oktober-1950.
SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG adalah suatu deklarasi yang berisi konsep
pemikiran para seniman yang tergabung dalam Gelanggang Seniman Merdeka, yang pokok-
pokok isiny adalah :
1. Pertanyaan sebagai ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia, serta tekad
meneruskan kebudayaan mereka dengan cara mereka sendiri;
2. Pengakuan bahwa mereka lahir dari kalangan orang banyak, dan rakyat adalah
kumpulan campur-baur yang sanggup melahirkan dunia baru yang sehat;
3. Pengakuan bahwa keindonesiaan mereka tidak semata di tandai oleh ciri-ciri fisik,
tetapi lebih karya cipta dan ekspresi hati dan pemikiran mereka;
4. Kebudayaan Indonesia bagi mereka bukanlah hasil melap-lap kebudayaan lama
sampai berkilat. Mereka betekad mewujudkan suatu penghidupan kebudayaan baru
yang sehat. Kebudayaan Indonesia di bentuk oleh berbagai rangsang suara dan di
ilhami suara-suara dari segala penjuru dunia dan di eskpresikan dalam suara
sendiriri;
5. Revolusi bagi mereka ialah penempatan nilai-nilai bau atas nilai-nilai lama yang
harus di hancurkan. Mereka menganggap revolusi di tanah air ini belum selesai;
6. Mereka menyadari keterbatasan dalam orisinalitas penciptaan. Tetapi, mereka tetap
ingin tampil secara khas dan mempertingi harkat kemanusiaan;
7. Penghargaan mereka terhadap masyrakat selaras dengan penghargaan mereka
menyadari kesaling pengaruhan antara masyarakat dan seniman.

Disamping pengarang dan penyair yang telah di sebutkan, masih ada seseorang yang
bukan sastrwan, peranannya dalam bidang sastra, sangat penting. Dialah H.B Jassin,
sang kritikus sastra Indonesia yang tampil pertama kali dalam sejarah krtik sastra
Indonesia dan menjadi tokoh berwibawa dalam sastra Indonesia.

D. Sastrawan-sastrawati Angkatan `45


1. Chairil Anwar, dilahirkan di Medan, 26 Juli 1922, meninggal di Jakarta, 28 April 1949.
Penyair legendaris ini terkenal dengan antologi puisinya Deru Campur Debu, Keriki!
Tajam, dan Yang Terempas dan Yang Putus. Dalam kumpulan –kumpulan tersebut bisa
kita baca sanjak-sanjak yang menjadi hafalan anak-anak sekolah berjudul: Aku,
Diponegoro, Cintaku Jauh di Pulau, Senja di Pelabuhan Kecil, Catatan 1946, Doa,
Kepada Karwan, 1943, Cerita buat Dien Tamaela, Krawang - Bekasi; Isa dan lain-lain.
Seluruh puisi karya Chairil Anwar kemudian dihimpun oleh Pamusuk Eneste di bawah
judul Aku Ini Binatang Jalang Oleh kritikus sastra H.B. Jassin, Chairil Anwar dinobatkan
sebagai tokoh yang sangat penting di zamannya, melalui buku karya H.B. Jassin berjudu!
Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 Bersama dua sahabatnya, Asrul Sani dan Rivai Apin,
Chairil menerbitkan buku bertajuk Tiga Menguak Takdir, yang ditengarai merupakan
pemberontakan mereka terhadap kemapanan dan dominasi Angkatan Pujangga Baru
yang dimotori oleh S.T.A. Hanya berpendidikan MULO (setingkat SMP), namun punya
penguasaan bahasa asing yang bagus dan banyak membaca, Chairil Anwar juga dikenal
sebagai penerjemah yang piawai. Hasil terjemahannya antara lain: Pulanglah Dia Si Anak
Hilang (karya Andre Gide, 1948); Kena Gempur (karya John Steinbeck), Tempat yang
Bersih dan Lampunya Terang (karya Ernest Hemingway); Datang Dara Hilang Dara (dari
karya penyair China).
2. Idrus, dilahirkan di Padang, 21 September 1921. meninggal di Padang juga, pada tanggal
10 Mei 1979. la tersohor dengan kumpulan cerpennya Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma (1948), novelet Aki (1949), cerpen Kisah Sebuah Celana Pendek, serta drama:
Kejahatan Membalas Dendam (1945). Jibaku Aceh (1945), Dokter Bisma (1945),
Keluarga Surono (1948).
Di karier intelektual sempat meraih MA:dan kandidat Doktor di Universitas Monash
Australia, dalam bidang, sastra ldrus terkenal sebagai pelopor dalam bidang prosa
Angkatan '45 dengan kesederhanaan barunya. Selain karya-karya di atas, ldrus juga
menulis buku: Perempuan dan Kebangsaan (novel, 1949); Kisah Wanita Termulia (cerita
anak, 1952), Dua Episode Masa Kecil (kumcerpen, 1952),. Hati Nurani Manusia (novel,
1972), Hikayat Puteri Penelope (novel, 1976).
Idrus juga penerjemah dengan buku-buku Kereta Api Baja 1469 (novel Isanov, 1948),
Keju (novel Willem Elschot, 1948), Asoka (drama G. Gronggrijp, 1948).
3. Asrul Sani, dilahirkan di Rao, Sumatra Barat, 10 Januari 1926, meninggal di Jakarta,
tahun 2004. Di awal kiprah kesastrawanannya, ia hadir dengan cerpen-cerpennya Beri
Aku Rumah, Bola Lampu, Sahabat Saya Cordiaz, Musium, serta sanjak-sanjak Surat dari
ibu, Pengakuan, Orang dalam Perahu, Elang Laut. Sebuah kumpulan puisi berjudul Tiga
Menguak Takdir ditulisnya bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin.
Sastrawan yang juga dokter hewan ini (sebagaimana Marah Rusli dan Taufiq ismail),
bersama dua sahabatnya di atas, pada awal Indonesia merdeka (tahun 1946) mendirikan
Geianggang Seniman Merdeka, pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Gema
Suasana, Gelanggang, Direktur ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia), ketua
LESBUMI (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia), anggota BSF (Badan
Sensor Film), ketua DKJ (Dewan Kesenian Jakarta), anggota Akademi Jakarta (yang
diangkat seumur hidup). Karya-karyanya: Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat
(kumcerpen, 1972); Mantera (antologi puisi, 1975); Surat-sturat Kepercayaan
(kumcerpen, 1997).
Di samping menulis sastra Indonesia, Asrul Sani adalah penerjemah, sutradara film dan
penuiis skenario yang cukup produktif. Karya-karya terjemahannye: Laut Membisu
(karya Vercors, 1949); Enam Pelajaran bagi Calon Aktor (karya Richard Boleslavsky,
1960); Buah Ren1ungan (karya Multatuli); Rumah Perawan (novel Yasunari Kawabata,
1977); Putri Pilau (novel Naria Dermounty, 1977); Kuil Kencana (novel Yoshio Misima,
1978); Pintu Tertutup (drama J.P. Sartre, 1979); Sang Anak (karya Tagore.1979); Catatan
dari Bawah Tanah (novel Dostoyevsky,1979). Film-film hasil arahaniuya: Pagar Kawat
Berdui. (dari ,novel Trisno Yuwono, 1963); Apa yang Kau Cari, Palupi? (1970); Salah
Asuhan (dari novel Abdul Muis,n 1974); Bulan di atas Kuburan (adaptasi judul haiku
Sitor Situmorang, 1978); Di Baroah:Lindungan Ka 'bah (dari novel HAMKA, 1978).
Sebagai penulis skenario yang cukup piawai, Asrul Sani menulis Kejarlah Daku Kau
Kutangkap, Jendral Nagabonar, Titian Serambut Dibelah Tujuh, serta Bawalah Aku
Pergi. Pada tahun 2000, Asrul Sani menerima Bintang Mahaputra Utarma dari
pemerintah Republik Indonesia.
4. Rosihan Anwar, dilahirkan di Kubang Nan Dua Sumatra Barat, 10 Mei 1922. Sastrawan
yang sekaligus jurnalis ini pernah menjadi wartawan Asin Rnya, Merdeka, Siasat, pendiri
harian Pedoman, koresponden Hindustan Time (New Delhi), World Forum Features
(London), The Age (Melbourne), Straits Time (Singapura). Rosihan juga pernah menjadi
Ketua Umum PWI Pusat, anggota MPR, anggota Dewan Film Nasional, konsultan
UNESCO. Karya-karyanya: cerpen Radio Masyarakat, Raja Kecil Bajak Laut di Selat
Malaka. (novel, 1967); Kisah-kisah Revolusi (memori, 1973); Ihwal Jurnalistik (1974);
Profil Wartawan Indonesia (1977); Balhasa Jurnalistik dan Komposisi (1979);
Mengenang Syahrir (1980); Sebelum Prahara: Pergolakan Politik 1961 - 1965 (1981).
Sampai sekarang masih aktif menulis, terutama tentang tinjauan luar negeri dan masalah
sosial-politik serta obitouri mengenang wafatnya tokoh-tokoh nasional. Otobiografinya
berjudul Menulis dalam Air (1983).
5. H.B.Jassin, dilahirkan Gorontalo, Sulawesi Utara (sekarang provinsi baru), 31 Juli 1917,
meninggal di Jakarta, 11 Maret 2000. Figur yang sangat berjasa bagi pertumbuhan dan
perkembangan sastra Indonesia, juru bicara, kritikus dan maesenas sastra yang kemudian
mewakafkan Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin di Taman Ismail Marzuki (TIM)
Jakarta untuk kejayaan masa depan sastra Indonesia dan studi tentangnya. La merupakan
lulusan Fakultas Sastra Universitas indonesia, memperdalam dunia sastra di Universitas
Yale di Amerika Serikat. Memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas
Indonesia, hampir sepanjang hidupnya diisi dengan pergumulan yang sangat intens
dengan sastra. Sejak usai muda sampai akhir hayatnya, H.B.Jassin pernah menjadi
redaktur dihampir seluruh majalah sastra dan budaya yang terbit di Jakarta, yakni
Pujangga Baru, Panji Pustaka, Panca Raya, Mimbar Indonesia, Zenith, Bahasa dan
Budaya, Kisah, Seni, Sastra, Horison, Bahasa dan Sastra. Penandatangan Manifes
Kebudayaan ini pernah disidang di pengadilan gara-gara cerpen Langit Makin Mendung
karya Ki Panji Kusmin yang dianggap menghina Tuhan dan agama Islam: Cerpen
tersebut dimuat di majalah Sastra yang dipimpin-H.B. Jassin.
Ahli sastra yang sangat terkenal itu merupakan penerima Satya Lencana Kebudayaan
pemerintah RI tahun 1969, Hadiah Martinus Nijhoff dari Prince Bernard Fond (Belanda)
tahun 1973, Hadiah Seni Pemerintah RI 1987, Hadiah Ramon Magsaysay Filipina tahun
1987, Bintang Mahaputra Naratya pemerintah RI tahun 1974. Anggota Akademi Jakarta
1970 2000, Ketua Yayasan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin ini, disamping tersohor
sebagai kritikus sastra Indonesia, juga terkenal sebagai Pembela Sastra Indonesia
(menurut Pamusuk Eneste, ahli sastra UI), Paus Sastra indonesia (menurut Gayu Siagian,
sastrawan Angkatan '66), editor sejumlałh bunga rampai sastra, maesenas sastra,
penerjemah karya sastra dunia dan kitab suci Al Quran menjadi Bacaan Mulia dan Al
Quran Berwajah Puisi.
Karya-karya H.B. Jassin: studi Tifa Penyair dan Daerahnya (1952); bunga rampai Gema
Tanah Air I dan ll (1948); Kesusastraan Indonesia Masa Jepang (1948); Pujangga Baru
Prosa dan Puisi (1963); Angkatan 66: Proa dan Puisi (1964), kritik (Chairil Anwar
pelopor Angkatan 45 (1956); Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru (1962),
Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay 1, II, III, IV (1954 1967);
Analisa: orotan Cerper (1961); Hehoh Sastra 68 (1970); Sastra Indonesia(1994) sebagai
warga Sastra Dunia (1983); Pengarang Indonesia dan Duninnya, Surat-surat H B. Jassin
1943 1983 (1984); Koran dan Sastra Indanesia (1994): kumpulan cerpen dan puisI Darah
Laut (1997), Omang-omong H.B. Jassin {Perjaianan ke Amsíerdam); Kisah Tiga Belas
Cerpen (1955).
Karya-karya terjemahan: Renungan Indonesia (karya Syah razad, 1947); Terbang Malam
(karya A. de St.Exupery, 199 Api islam (karya Syed Ameer Ali, 1966); Max Havelaar
(karya Multatuli (1985), Cis dan Cuk karya Vincent Mahiu (1976), Bacaan Mulia (1978);
Percakapan Erasnmus (1985); Sapi Betina dan Keluarga Inron (1985); Multatuli yang
Penuh Teka-tekı (karya W.F. Hermans, 1988).
6. Pramudya Ananta Toer, dilahirkan di Blora, 6 Februari 1925, meninggal di Jakarta, 29
April 2006, seorang maestro yang berkali-kali menjadi nominator Nobel Sastra, satu-
satunya dari Indonesia, yang merupakan novelis Indonesia yang sangat terkemuka,
hingga sekarang. Karya-karyanya pada masa ini banyak mengungkap melawan penjajah.
la memang penah mengangkat senjata untuk negeri ini dan berbulan-bulan disekap oleh
pemerintahan kolonial.
Ternyata tembok penjara benar-benar menjadi bagian dari hidupnya. Tahun 1966-
1980 ia menjadi TAPOL Pulau Buru tanpa proses pengadilan karena ketokohannya
dalam Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan milik PKI.
Sebelumnya, selain menjadi tawanan rezim Orde Baru Pak Harto selama 14 tahun di
Pulau Buru, ia pun pernah ditahan oleh pemerintahän Bung Karno selama beberapa bulan
karena kasus bukunya Hokakiu di Indonesia, serta dipenjarakan di LP Bukitduri Jakarta
oleh penjajah Belanda.
Karya-karya Pramudya yang menandai peran pentingnya sebagai sastrawan
Angkatan 45 antara lain:
Percikan Revolusi (kumpulan novelet dan cerpen,1950), Subuh (1950), Mereka yang
Dilumpuhkan (novel, 1951), Dia yang Menyerah (novel 1951), Cerita-cerita dari Blora,
serta novel Bukan Pasar Malam (1951). Usai menjalani 14 tahun penahanan Orde Baru,
Pram menerbitkan karya-karya monumentalnya yang disebutnya sebagai Tetralogi
Rornan Puiau Buru berjudul: Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), jejak
Langkah (1985) dan Rumah Kaca(1985). Keempatnya sudah beredar tapi kemudian
dilarang oleh Jaksa Agung RI.
Pramudya juga menulis semacam biografi perjuangan dengan mengangkat tokoh
R.M. Tirta Adisurya, seorang polilkus dan jumalis yang menentang penjajah Belanda
pada dekade awai abad XX, dengan judul Sang Pemula (1985). Buku ini pun kemudian
dicekal. Namun, Pram terus juga menulis, kemudian lahirlah roman Gadis Pantai (1987),
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Arus Balik (1995). Berkali-kali Pram menjadi nominator
Nobel Sastra, meraih penghargaan internasional Ramon Magsaysay dari Filipina tahun
1995, Hadiah Fukuoda dari Jepang tahun 2000, juga penghargaan dari Chile, Norwegia
dan tiga kali dari Amerika Serikat. Dari dalam negeri, satu-satunya penghargaan yang
diterimanya berasal. dari partai politik pimpinan Budiman Sujatmiko (waktu itu) bernama
"Partai Rakyat Demokratik Award"
Karya-karya Pram yang lain: novel Perburuan (1950); Kranji - Bekasi Jatuh
(1947); Midah Si Manis Bergigi Emas (1954); Korupsi (1954); Calon Arang (1957);
Panggil Aku. Kartini Saja (1962); Larasati (2000); Mangir (2000). Sebagai penerjemah,
Pram menulis Tikus dan Manusia (novel John Steinbeck, 1950); Kembali kepada Cinta
Kasihmu (novel Leo Tolstoy, 1950); lbu (karya Maxim Gorki, 1956); Asmara dari Rusia
(novel Alex Kuprin, 1959); Manusia Sejati (novel Boris Polevoi, 1959).
7. Achdiat Kartamihardja, dilahirkan di Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911. Sastrawan
cendekiawan yanig menekuni tasauf ini berpendidikan AMS Sastra Timur di Solo, juga
berkuliah di Universitas Indonesia, University of Sydney, Australian Nasional University
Canberra. la pernah menjadi guru Taman Siswa Jakarta, Ketua PEN Club Indonesia,
Wakil Ketua Organisasi Pengarang Indonesia, anggota pengurus BMKN, Copendiri
Paguyuban Sastra Budaya Sunda Kiwari, anggota Eskulatif Nasional UNESCO, dan lain-
lain. la juga pernah menjadi dosen Ul, dosen Australian Nasional University Canberra,
dosen tamu University of Papua New Gunneau Port Moresby, Indonesian Student
Summer Institut (Ohio University) Amerika Serikat. Berpuluh tahun tinggal di
Melbourne, dari zaman Orde Baru sampai tahun 2006 ini.
Achdiat tersohor derngan romannya yang bertajuk Atreis (1949). Achdiat juga
menulis drama kanak-kanak Bentrokan dalam Asrama (1952), Polemik
Kebudayaan(1948) serta Keretakan dan Ketegangan (kumcerpen, 1956). Dalam rangka
memperingati 70 tahun Sutan Takdir Alisyahbana, Achdiat menulis cerpen filsafat yang
saraf nilai-nilai kemanusiaan berjudul: Fantasi Malam di Musim Gugur, dimuat dalam
buku bunga rampai tulisan sejumlah pengarang, ilmuwan, dan seniman benama Pelangi.
Dalam segala keterbatasannya (karena gangguan mata), namun dengan hati dan
pikiran jernih, masih dirampungkannya novelet (dia menyebutnya kispan/kisah panjang)
berjudul Manifesto Khalifatullah pada usia 92 tahun. Sebelumnya, telah pula ditulisnya:
Keluarga Raden Sastro (drama. 1954); Pak Drullahin Extremis (drama satu babak, 1957);
Kesan dan Kenangan (kumpulan kisah perjalanan, 1960); Debu Cinta Beterbangan (novel
kalaedoskop, 1973); Belitan Nasib (kumcerpen, 1975); Pembunuh dan Anjing Hitam
(kumcerpen, 1975); Pakaian dan Kepalsuan (drama saduran dari Averchenko) serta
drama Puncak Kesepian. Pada tahun 1956 ia memperoleh Hadiah Sastra Nasional
BMKN.dan pada tahun 1970 menerima Anugerah Seni Pemerintah RI.
8. Aoh K. Hadimadjja, dilahirkan di Bandung, 15 September 1911, meninggal di Jakarta,
17 Maret 1973. Penerima Anugeran Seni RI 1972 yang pernah aktif di BBC London
seksi Indonesia dan penerbit Pustaka Jaya ini menulis sanjak-sanjak religius Pecahan
Ratna (1952) dan Di Bauah Kaki Kebesaran-Mu, drama Lakbok, Zahra (1950), kumpulan
cerpen Manusia dan Tanahnya (1952), Beberapa Palham Angkatan 45 (1952). Karya-
karyanya yang lain: Sepi Terasing (novel, 1977), Dan Terhamparlah Laut yang Biru
Daral yangg Kuning (novel, 1975), lalu kumpulan esai Aliran-aliran Klasik, Romantik
dan Realisme (1972), Poligami (1972), Seni Mengarang (1971),dan lain-lain.
9. Trisno Sumardjo, dilahirkan di Surabaya, 6 Desember 1916, meninggal di Jakarta, 21
April 1969, terkenal sebagai pengarang, penyair, serta pener)jemah spesial karya-karya
William Shakespeare. la pernah menjadi redaktur majalah Seniman, Indonesia, Seni,
sekretaris Lembaga Kebudayaan Indonesia, Sekretaris Umum BMKN. Pada tahun 1952
mengunjungi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat, serta pernah menjadi
Vetua Delegasi Pengarang Indonesia ke RRC (tahun 1957). Trisno Sumarjo adalah salah
seorang penandatangan Manifes Kebudayaan dan merupakan Ketua Dewan Kesenian
Jakarta yang pertama ( tahun 1968- 1969).
Karya-karyanya: Kata Hati dan Perbuatan (sandiwara alegoris, 1952), Daun Kering
(1962) dan Wajah-wajah yang Berubah (1968)keduanya kumcerpen, Selhuct (kumpulan
sanjak, 1965). Karya-karya terjemahannya: Hamlet (1950), Machbeth (1962), Romeo dan
Yulia (1950), Saudagar Venesia (1950), Prahara (1952), Antonius dan Cleopatra (1963),
dari William Shakespeare. Dia juga menerjemahkan roman masterpeace Dokter Zhivago-
(1960) karya Boris Pasternak, novelis peraih Nobel Sastra dari Soviet.
10. Rusman Sutiasumarta, dilahirkan di Subang, Jawa Barat, 5 Juli 1917, permah menjadi
redaktur majalah Pustaka dan .Budaya, serta dosen Bahasa dan Kesusastraan Sunda
FSUI. Karya-karyanya: cerpen Gadis Bekasi, antologi cerpen Yang Terampas dan Yang
Terkandas (1951), Kurban Romantik (1964), Kalung (1964), Rasa Terpendam (1964).
Musim Rontok di Tokyo (1986) serta antologi esai Aneka Prustaka Indonesia (1974).
Rusman adalah penerjemah dengan karya-karya: Robinson Crusoe (Daniel Dafoe, 1963),
Cinta Pertama (karya Ivan Turgenev, 1971). Karyanya dalam bahasa Sunda: Papacangan
(1960) dan Kanjutkundang (bersama Ayip Rosidi, 1963).
11. MH. Rustandi Kartakusuma, dilahirkan di Ciamis, 21 Juli 1921. la pernah bekerja di
KBRI Paris, doser. di Universitas Yale, Universitas Harvard, Massachussets Institut of
Technology, Amerika Serikat. Rustandi menulis drana bersajak Prabu dan Putri (1950),
Mera Semua Putih Semua (1958), Lagu Kian Menjauh (1961). Ia juga menulis kumpulan
sanjak Rekaman dari Tujuh Daerah (1951). Karya terjemahannya: Geisha (karya
Yamamuto Yuzo) dan Yang Mati Tak Bermakam ( J.P. Sartre).
12. Suwarsih Djojopuspito, dilahirkan di Bogor, 20 April 1912 pemah menjadi guru di
Perguruan Kakyat, T'aman Siswa, dan HIS. Ditulisnya novel Buiten het Gareel (1940),
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Manusia Bebas (1975 Novelnya
yang lain: Arlina (1975) dan Maryati dan Kawan-kawannya (1976). Ditulisnya pula
kumcerpen: Tujuh Ceirta Pendek (1951); Empat Serangka: (1954); Hati Wanita (1964
Karyanya dalam bahasa Sunda: Maryanah (1959) dan Siluman Karang Kobare (1963).
13. Bahrum Rangkuti, dilahirkan di Pulau Tagor Galang, Sumatra Timur, 7 Agustus 1919,
meninggal di Jakarta, 13 Agustus 1977 Sastrawan ini adalah Guru Besar di Universitas
Islam Sumatra Utara tahun 1963 dan IAIN Syarif Hidayatullah tahun 1976 Karya-
karyanya: drama Laila dan Majnun (1949); Sınar Memancar dari Jabl Ennur (1949);
antologi puisi Nafiri Khatulistiwa Sebagai cendekiawan, ditulisnya buku-buku ilmiah:
Pramudya Ananta Toer dan Karya Seninya (1963) dan Asrari Khudi (Rahasia - rahasia
Pribadi) Muhammad lqbel (1953).

Nama Angkatan 45 pertama kali diorbitkan oleh Rasihan Anwar dalam majalah Siasat, pada
tahun 1948. Angkatan '45 dikenal pula dengan istilah Angkatan Sesudah Perang, Angkatan
Chairil Anwar, Generasi Gelanggang.

Semua istilah itu tentu saja dibentuk dengan landasan tertentu. la disebut Angkatan Sesudah
Perang karena ketika itu kita sudah merdeka (ada juga dikenal sebutan Angkatan Kemerdekaan),
penyebutan Angkatan Chairil Anwar karena Chairil Anwarlah tokoh terdepan masa itu,
sedangkan penyebutan Generasi Gelanggang" berangkat dari adanya "Gelanggang Seniman
Merdeka" yang di dalamnya berkumpul para pengarang penyair, wartawan, pelukis. Konsep
kesenimanan mereka yang mengacu ke humanisme universal, tertuang dalam suatu deklarasi
yang terkenal dengan nama "Surat Kepercayaan Gelanggang Surat Kepercayaan ini pertama kali
diumumkan dalam ruang kebudayaan majalah Siasat, 23 Oktober 1950.

ANGKATAN SASTRA ‘50-AN

A. Generasi Kisah

Penyebutan “ Generasi Kisah”  Bertolak dari kondisi menyuburnya Penciptaan cerita


pendek, dan pada waktu itu, majalah yang khusus atau memberi peluang Sangat luas memuat
cerita pendek ialah majalah kisah di bawah Pimpinan H.B. Jassin. Kalau angkatan Pujangga
baru dimotori Sutan Takdir dan angkatan 45 terkenal dengan Chairil Anwar, Maka nama
sastrawan yang begitu Cemerlang Pada masa ini adalah Ayip Rosidi tokoh potensial yang
sangat produktif. Ayib sendiri ketika itu menyebut angkatanya Dengan istilah “Angkatan
Sastra terbaru”.
Berbeda dengan angkatan-angkatan sebelum dan sesudahnya yang selalu ditandai
peristiwa politik atau revolusi kebudayaan, maka generasi kisah ini muncul dalam sejarah
sastra tanpa mengibarkan bendera Revolusi sastra tertentu dan lebih merupakan potret zaman
dari sebuah Republik yang baru, Yang penuh kecamuk dan pergolakan.  situasi sosial politik
yang keras ikut pula terpantul  dalam beberapa karya generasi ini, seperti Karya Muhammad
Ali dan A. A. Nafis. Nostalgia masa perang ditulis antara lain oleh:  Trisno Yuwono Dan
Nugroho Notosusanto. Hal tersebut belum menjadi ciri angkatan baru.  dalam masa ini,
kemunculan cerita pendek dan sanjak terasa sangat menggembirakan lebih banyak daripada
novel dan Roman.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan politik di Indonesia,
Pengarang angkatan 45 menyadari gagasan yang mula-mula Seakan-akan mempersatukan
mereka. Ada yang terperangkap dalam ideologi komunis;  Ada pula yang lalu menghilang
dari dunia kesusastraan  Dan sebagian  lagi mempunyai minat lain disamping pekerjaannya
sebagai pengarang.  Pada tahun 1953  Boleh dikatakan timbul suatu generasi pengarang baru
yang oleh  Ayip Rosidi disebut “ Angkatan Terbaru”.
Angkatan ini diawali oleh tokoh-tokoh yang tidak pernah mengalami revolusi 45
dengan segala masalahnya dan karena keadaan politik tidak banyak tahu tentang sastra dunia.
segi positif dari angkatan ini ialah bahwa mereka kembali mencari akar-akarnya dalam
kebudayaan sendiri dan dalam perkembangan selanjutnya mengusahakan suatu sintesis
dengan nilai universal.
Dalam hal novel dan cerita pendek, periode sebelum 1966 tidak ditandai oleh
perkembangan baru. pokok cerita berkisar di sekitar keadaan sehari-hari, sebagian besar
dengan mutu yang tidak terlalu tinggi. Teeuw Memperkirakan bahwa kondisi kesusastraan
Semacam ini disebabkan oleh keadaan politik yang mengakibatkan isolasi kesusastraan
sehingga rangsangan dari luar sama sekali tidak ada.  keadaan Ini amat berbeda dengan apa
yang kita lihat pada tahun 1945 dan setelah  1966 (1967 :15). Tetapi ini bukan berarti bahwa
dalam kurun waktu  Itu tidak diterbitkan hasil sastra yang menarik. Nh. Dini dan Ayip Rosidi
menulis sejumlah novel dan kumpulan cerpen. 
Penyair yang sebenarnya dapat digolongkan ke dalam angkatan 45 tetapi mempunyai
perkembangan pesat sesudah periode  itu Adalah Sitor Situmorang, yang dalam periode
sebelum 1966 telah menghasilkan karyanya yang terbaik. Pada tahun 1950 didirikan lekra
( Lembaga Kebudayaan Rakyat) Sebagai suatu organisasi kebudayaan dalam naungan PKI.
Walaupun dokumen mengenai lekra boleh dikatakan hilang dari muka bumi
Indonesia, Ada juga penelitian dari luar negeri yang memberi suatu bayangan mengenai
maksud dan tujuan lekra. Dari permulaannya telah jelas bahwa ideologi marxisme merupakan
landasan satu-satunya. Karena itu, individualisme, universalisme dan humanisme ditentang
habis-habisan.
 Dari penilaian para kritikus ( Indonesia dan bukan Indonesia), ternyata bahwa
dominasi ideologi lekra, dengan tokohnya Pramudya, mempunyai akibat yang melumpuhkan
terhadap kreativitas pengarang yang sebelumnya Telah menunjukkan kemampuan yang
tinggi.
  Tekanan lekra terhadap kebebasan Kehidupan kesusastraan setelah 1959 Menjadi
semakin keras, sampai akhirnya menimbulkan reaksi dalam bentuk pernyataan bersama
pengarang Non lekra yang disebut.  Manifes kebudayaan yang dimuat dalam surat kabar
berita Republik tanggal 19 Maret 1963 dan majalah sastra jilid 3 edisi 9 dan 10. 
Isinya ialah bahwa para pencetusnya mengakui Pancasila  sebagai dasar filsafat
kebudayaan Indonesia. Di  samping itu, Penandatangan manifes kebudayaan menekankan
penciptaan seni sebagai suatu tujuan yang mulia, tidak harus bersendikan ideologi tertentu.
Dua Belas penulis yang menandatangani Manifes kebudayaan ialah  Wiratmo Sukito,
H.B.Jassin, Trisno Sumarjo, Zaini, Bokor Hutasuhut,Gunawan Mohamad , Bur Rusuanto, 
Soe Hok Jin,D.S.Mulyanto, Ras Siregar, Jufri Tanisan dan A. Bastari Asnin.
Ternyata manifes kebudayaan mendapat sambutan yang sangat baik dari organisasi-
organisasi kebudayaan di luar lekra. Akan tetapi mereka bukan tandingan Bagi kekuatan PKI
yang saat itu terus menanjak. pada tanggal 8 Mei 1964 manifes kebudayaan dilarang oleh
Presiden Soekarno. setelah itu sampai 1965 Para penandatangan Manifes kebudayaan tidak
lagi diperkenankan aktif dalam kehidupan kebudayaan di Indonesia dan Dianggap Sebagai
subversif. Analisis yang lebih mendalam tentang peristiwa sastra politik yang amat menarik
tentang lekra telah dibuat oleh Yahya Ismail (1972),HMJ Maier (1974) dan Foulcher (1969). 

Dibawah ini dideretkan beberapa nama aktivis generasi kisah berikut karya mereka :

B. Sastrawan-Sastrawati Generasi Kisah atau Dekade 50-An

1. Ayip Rosidi, Dilahirkan di Jatiwangi, Cirebon, 31 Januari 1938. Inilah Sastrawan


yang menjadi profesor Tamu Pada Osaka Gaidai Jepang, untuk mengajarkan
indonesiologi . Sejak usia 13 tahun sudah memimpin majalah sekolah, Usia 16 tahun
menerbitkan buku. Ia Pernah menjadi redaktur majalah Suluh pelajar, prosa, majalah
Sunda, budaya Jaya, direktur penerbit Cupumanik  dan Duta rakyat. Juga pernah
menjadi dosen luar biasa FS Unpad Bandung, direktur penerbit pustaka jaya, ketua
IKAPI,Ketua DKJ ,Peraih Hadiah Sastera Nasional BMKN.
Ditulisnya kumpulan-kumpulan sanjak pesta (1956), Cari muatan (1959),Surat Cinta
Enday Rasidin (1960),Jeram ( 1970),Antologi cerpen dan novelet  tahun tahun
kematian (1955), Di tengah keluarga (1956), Sebuah rumah buat hari tua
(1957),Pertemuan kembali, penceritaan kembali Sastra daerah Purbasari Ayu Wangi
(1962) Dan Lutung Kasarung (1958), Candra Kirana (1962), Rara Mendut (1961).Ia
pun menulis perjalanan penganten  (kisah,1958)) serta Masyitoh (drama atau
novel,1969).
Pada pasca G 30 S atau PKI,Ayip Rosidi antara lain menulis: Ular dan kabut
(kumpulan puisi, 1973); Sajak-sajak anak matahari ( kumpulan puisi, 1679) ,  Anak
Tanah air ( roman,1979). Pada Sekitar awal dekade 90-an Ayip Rosidi memelopori
Pemberian hadiah sastra Rancage  khusus Diberikan kepada sastrawan-sastrawati 
yang dianggap berprestasi Luar biasa dalam Sastra daerah tiap tahun sejak dekade 90-
an sampai sekarang, pada tahun 2000 Ayip menerima bintang jasa The Order of the
secret Treasure Gold Ray Whit Neck Ribbon pemerintah jepang.
Karya-karya lain penulis segala bentuk karangan ini: bunga rampai Laut Biru Langit
Biru  (1977); cerita pendek Indonesia (1959); Kapan kah kesusastraan Indonesia lahir
(1964); Ikhtisar sejarah sastra Indonesia (1969); antologi puisi sajak sajak anak
matahari ( 1979);  ular dan kabut (1973);  novel anak tanah air (1979); buku umum
mengenal Jepang (1981); manusia Sunda (1984); Undang-undang hak cipta
(1982);pandangan Seorang awam (1984) ; Terjemaah bersama Matsuoka kunio ; 
penari Jepang (1985) dan daerah salju(1987),  kumcerpen dan novel Yasunari
kawabata. 

2. Muchtar Lubis, dilahirkan di padang ,7 maret 1922, meninggal di Jakarta,2 juli


2004,menulis novel terkenal berjudul jalan tak ada ujung (1952). Juga ditulisnya novel
Tak Ada Esok (1951), senja di jakarta(1970), Kumpulan cerpen si Jamal dan cerita-
cerita lain (1951) dan perempuan (1956). diatas tahun 60-an, dari nya bisa kita baca
Roman tanah gersang (1966), Harimau! Harimau!(1975), maut dan cinta (1977), 
cerita anak-anak berkelana dalam Rimba (1980) dan Sinbad Sang Pelaut serta
kumpulan cerpen kuli kontrak (1982) dan Bromocorah (1983).
Di samping terkenal sebagai pengarang, Mochtar Lubis juga tersohor Sebagai
wartawan yang pernah memimpin surat kabar Indonesia Raya ia pernah meraih hadiah
Roman magsaysay Untuk karya jurnalistik ketika Meliput perang korea. Yakob utama
dari Kompas menjulukinya Sebagai wartawan jihad karena kegigihannya
memperjuangkan hak asasi manusia.  pada tahun (1993) ia menerima “hadiah sastra
Chairil Anwar”.
Selain menulis karya sastra Ia juga menulis buku ilmiah berjudul manusia
Indonesia(1977) dan transformasi budaya untuk masa depan. pengalamannya dalam
tahanan zaman Orde Lama Mengilhaminya menulis buku tebal catatan subversif.
Karya-karyanya yang lain: catatan perang korea (1951); Teknik mengarang (1651);
teknik mengarang Skenario film (1952); Indonesia dimata dunia (1955); Harta karun 
cernak , (1964); Penyamun dalam rimba (1972).
Selain terkenal sebagai pengarang, wartawan, budayawan, Mochtar Lubis adalah juga
editor dan penerjemah beberapa buku, yakni; Pelangi 70 tahun S.T.A.; Bunga rampai
korupsi; hati nurani melawan kezaliman; surat-surat Bung Hatta kepada Presiden
Soekarno; terjemahan cerita dari negeri dolar ( Kumcerpen John 
Steinback,dll,1950); Kisah-kisah dari Eropa 1950, Cerita dari Tiongkok ( 1953). 

3. Toto Sudarto Bachtiar, Dilahirkan di Cirebon, 12 Oktober 1929. penyair ini menulis
kumpulan sanjak suara (1956),Etsa  (1958). Di dalam kedua buku tersebut bisa kita
jumpai sajak Pahlawan Tak Dikenal,Ibukota senja, gadis peminta-minta, tentang
kemerdekaan, dan lain-lain titik Toto Sudarto juga menerjemahkan novel karya Leo
tolstoy berjudul hati yang bahagia; drama Sansyasi (Karya Tagore,1979); Pelacur (karya
J.P. Sartre,1954); Sulaiman yang Agung ( Karya harold lamb,1958); Malam Terahir
(katya Yushio Misima,1979); Novel bayangan memudar ( karya Breton de Nijs, 1975);
Pertempuran Penghabisan (karya Ernest Hemingway,1974);

4. Toha Muchtar, Dilahirkan di Kediri, 17 September 1926, Meninggal di Jakarta 19


Mei 1992. Novelis yang  juga Pelukis ini adalah pemenang lomba menulis novel
berjudul pulang (1958). juga ditulisnya novel daerah tidak Bertuan  (1963), Bukan
karena kau dan kabut rendah, keduanya terbit tahun (1968). Juga ditulisnya buku
berjudul Jaya Mada (bersama Sukanto S.A.,1971)Serta kumcerpen antara Wilis Dan
Gunung Kelud (1989); novel berita dari Pinggiran 1999, 7 tahun setelah ia
meninggal). 

5. Utuy Tatang Sontani, Dilahirkan di Cianjur, 31 Mei 1920, Meninggal di moskwa, 17


september 1979. Ia merintis karier sejak zaman Jepang dan berhasil menciptakan
tambera ( Roman, 1949), suling (drama,1948),dan Bunga Rumah Makan (1948); Awal
dan Mira  (1952), Manusia Iseng (1953) ; Sayang ada orang lain (1954 )serta Si
Kabayan. Utuy juga menulis drama-drama propaganda Politiknya lekra si kampeng
(1964), Serta Sebuah kritik sosial yang tajam jam dalam drama Selamat jalan anak
kufur (1956). 
Karya-karya Utuy  yang lain: Drama Saat yang genting (1958), Di Muka Kaca
(1957),Kumerpen orang-orang sial (1951); Manusia kota (1961); segumpal daging
bernyawa (1961); tak pernah menjadi tua (1963 ). Utuy Menerjemahkan karya Jean
de la Fontaine mennjadi Selusin Dogeng (1949).
6. Sitor Situmorang, dilahirkan di Tapanuli, 2 Oktober 1924. Penyair ini menulis
kumpulan sanjak Surat Kertas Hijau (1953) ; Dalam Sajak (1955) ; Wajah Tak
Bernama (1956) ; Zaman baru (1961). Ia juga menulis Jalan Mutiara (drama, 1954),
Pertempuran dan salju di Paris (1956), dan Pangeran ,Keduanya kumpulan cerpen .
Sekeluar dari enam tahun penahanan Rezim orde baru karena menjadi ketua LKN
(Lembaga Kebudayaan Nasional)Milik PNI yang dekat dengan lekra PKI, sitor
menulis kumpulan sajak dinding waktu (1976), peta perjalanan (1977), Danau Toba
(1981). 
Disamping sebagai penyair yang banyak menulis sanjak-sanjak tentang alam,Sitor
Situmorang pernah menjadi redaktur Harian Suara Nasional, Waspada, berita
nasional, warta dunia, pernah pula menjadi dosen ATNI, Kota dewan perancang
nasional, MPRS, serta pernah bermukim di Amsterdam, Paris, den hag, Islamabad. 
Karya-karyanya selain yang diatas: antologi puisi zaman baru (1961); Di atas batu
(1989) ; Rindu  Kelana (1994) Serta buku ilmiah sastra revolusioner (1965 ).
Karya-karya terjemahannya : drama Hari Kemenangan ( Karya M. Nijhoff,1955);
Bethlehem (karya M.Nijhoff,1955); Jalan ke Joljuta (karya D.I.Sayersm,1956)
7. Kirjomulyo, Dilahirkan di Yogya, 1930, meninggal di sana, 19 Januari 2000. Ia
terkenal dengan Romance Perjalanan (1955) nya . Ia juga menulis lakon Nona
Maryam (1955), Penggali Kapur (1957) ; Puisi Rumah Bambu ; Dusta yang Manis ;
Puisi Di Langit Merah , serta novel Cahaya Dimata Emi (1968) dan Disaat
Rambutnya Terurai (1968) serta Dari Lembah Pualam .

8. A.A.Navis, dilahirkan di padang panjang, Sumatra Barat,17 November 1924.


Pengarang alumni Pengurus INS Kayutanam ini pernah menjadi Pemred harian
Semangat Padang , anggota DPRD Sumatra Barat,ketua Yayasan INS Kayutanam. Ia
terkenal sebagai pengarang kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami (1956).
Kumpulan cerpenya yang lain Bianglala (1963) dan Hujan Panas (1964). Novelnya
antara lain Kemarau (1967) dan Gerhana. Ia juga menulis buku nonfiksi Alam
Terkembang jadi guru (1984). Cerpenya berjudul Jodoh memenangkan sayembara
kincir emas yang diadakan oleh Radio Nederland.
A.A.Navis pernah menerima Hadiah Seni Depdikbud RI tahun 1980, Hadiah Sastra
ASEAN (SEA Award) tahun 1972 dan Satya Lencana Kebudayaan Pemerintah RI
Tahun 2000.
9. Muhammad Ali, dilahirkan di Surabaya,23 April 1927,meninggal di kota yang
sama,2 Juni 1998. Pengarang ini banyak menulis cerpen atau lakon dengan tema para
papa. Terkenal dengan dramanya Lapar; Hitam atas Putih (1959) berisi
cerpen,sanjak,sandiwara. Novelet-Noveletnya antara lain Lima Tragedi(1952) ; Kubur
tak Bertanda (1953). Pada pasca 70-an ,terbit kumpulan cerpennya Buku Harian
Seorang Penganggur (1972) ; novel Ibu Kita Raminten (1982); Puitisasi Terjemahan
Al-Qur'an, sanjak Muhammad. Muhammad Ali yang banyak menggarap tema-tema
kerakyatan juga menulis cerpen Ajal,Bajo,Manusia Kaki Lima. Ia juga menulis buku
kumpulan makalah berjudul Biarkan Kami Bicara dan Sastra dan Manusia (1986).
Pengarang yang pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Surabaya (DKS), dosen tamu
Fakultas Sastra Universitas Jember ini juga menulis ; novel Persetujuan dengan
Iblis(1956); Tirai Besi (1955); Di Bawah Naungan Al Qur'an(1957); Qiamat(1971);
drama si Gila (1969) ;kembali kepada fitrah(1969); antologi puisi Bintang Dini(1975).
Juga ditulisnya buku-buku :Aktor dan aktris(1981);Teknik Penghayatan
Puisi(1983);Puitisan Juz Amma(1983);1816 peribahasa Indonesia ( 1984); kumcerpen
Gerhana(1996).
10. Nasyah Jamin, dilahirkan di perbaungan, Sumatra Utara, 24 desember 1924,
meninggal di Yogyakarta,4 desember 1994. Pengarang yang juga pelukis ini menulis
drama Sekelumit Nyanyian Sunda ( 1962) ; Titik-titik hitam (1956) ; Jembatan
Gondolayu , Serta novel Hilang Lah si Anak Hilang (1963) dan Gairah untuk hidup
dan untu mati (1969). Nasyah yang cukup dekat Chairil Anwar , menulis buku hari-
hari terakhir sang penyair (1962) semacam biografi pelopor angkatan 45 itu.
Nasyah jamin yang pernah memperdalam art dan seting di Tokyo, menjadi redaktur
majalah budaya, pendiri angkatan seni rupa Indonesia, gabungan pelukis Indonesia ,
juga mengarang cernak Anak si Pai Bengal (1952), Hangtuah (1952), Novel Helai-
Helai Sakura Gugur (1964) ; Malam kuala lumpur (1968); dan senja pun turun (1982);
Bukit Harapan (1984); Tiga Puntung Rokok (1985); Ombak dan pasir (1988); Ibu
(1988); Kumcerpen di bawah kaki pak Dirman (1967) dan sebuah perkawinan (1974).
11. Riyono Pratikti, dilahirkan di Ambarawa, 27 Agustus 1932, mengarang kumpulan
cerpen api dan cerpen lain (1951) dan si Rangka dan cerpen lain (1958). Di harison
tahun 1986 di muat cerpennya dalam kereta hari perjalanan hidup. Cerpen melalui
biola nilai terbaik oleh majalah kisah tahun 1954. Buku terjemahannya ke empat puluh
satunya (karya boris Lavrenyov, 1983.
12. Ali Audah, di lahirkan di Bondowoso, 14 juli 1924. Pengarang ini lebih terkenal
sebagai penerjemahaan sastra arab. Kumpulan cerpennya malam dimbang (1961).
Terjemahannya Susana bergema (1959), peluru dan asap (1963) ; di bawah jembatan
gantung 1983 ; sejarah hidup Muhammad (karya Heikal ) ; Lampu Minyak Ibu
Hasyim ( Novel yahya Hakki 1976) ; Kisah-kisah mesir (1972) ; setan dalam bahaya
(1978) ; Saat lonceng berbunyi (1982) ; Hari-hari sudah berlalu (karya Toha Husewin
1985)
13. Nugroho Notosusanto , Dilahirkan di Rembang, 15 Juli 1931, meninggal di Jakarta, 3
Juni 1985. pengarang yang pernah menjabat Mendikbud RI dan Rektor UI ini menulis
kumpulan cerpen tiga kota (1959); Rasa Sayange (1961); Hujan kepagian (1958).
Buku-buku nonfiksi yang ditulisnya sejarah kemerdekaan Indonesia, 30 tahun
Indonesia merdeka wawasan almamater. 
14. Trisno Yuwono, Dilahirkan di Yogyakarta, meninggal di Bandung, 24 Oktober 1996.
Pengarang yang juga penerjun dan pernah menjadi anggota tentara rakyat Mataram,
Korps Mahasiswa Magelang dan Jombang dan redaktur koran Pikiran Rakyat ini
menulis kumpulan cerpen laki-laki dan mesiu (1957); di medan perang( 1962); novel
di bawah kawat berduri (1961), Kumpulan cerpen angin laut (1958) dan kisah-kisah
revolusi (1963) serta Roman bulan madu (1962); biarkan cahaya matahari
membersihkan ku dulu (1966); petualang (1981). 
15. Motenggo Boesye, Dilahirkan di Kupang Kota, Lampung, 21 November 1937,
meninggal di Jakarta 18 Juni 1999. Pengarang yang juga pelukis dan Darmawan ini
tetap aktif menulis hingga akhir hayatnya. karya-karyanya yang berbentuk drama
malam jahanam  sembilan (1958) ; Badai sampai sore (1962); Nyonya dan Nyonya
(1963); malam pengantin di bukit kera (1963); Matahari Dalam Kelam (1963);
keberanian manusia (1962); perempuan itu bernama barabah (1962); novel dia musuh
keluarga (1968);Titisan dosa diatasnya (1964); sejuta matahari (1963). karya-karyanya
yang terbit tahun 80-an : Rindu Ibu adalah rinduku perempuan-perempuan impian,
Debu-debu kalbu, Cintaku selalu padamu, Akulah pemberontak itu, ibu !, Dalam
kelembutan dan menyutradarai film layar lebar Cintaku Jauh dipulau, Sejuta Duka
Ibu, Putri seorang jenderal, Di balik pintu dosa. pada tahun 1985 ditulisnya novel
sufistik Sanu infinita kembar .
Ternyata Motenggo Boesye Juga seorang penyair buku kumpulan puisinya dengan
sufisme yang kental berjudul Aurora para Aulia .
Karya karya motenggo boesye yang lain: Cerpen Dua tengkorak kepala (1999) ;
Nasihat untuk anakku (1963) ; novel dosa kita semua (1963); Hari ini tidak ada cinta;
Cross mama ; novel Trilogi tante Mariati (1967) ; Sri Ayati 1968; Retno Lestari
(1968). Pada tahun 1963, Terbit legenda-legenda nya: Buang Tonjam ; Ahim ha ; Batu
serompak. 
16. Iwan Simatupang, Dilahirkan di Sibolga, Sumatera Utara, 18 Juni 1928 , meninggal
di Jakarta,4 Agustus 1970, terkenal dengan karya-karyanya yang absurdd , Penuh
pemikiran inkonvensional, Menyimpang dari jalur logika biasa, Tampil berabsurdd-
absurdd Lebih awal daripada Sutardji Calzoum Bachri ,putu Wijaya, budi darma, dan
Dnarto, Yudhistira Ardi Neograha, Ikranegara.Karya karya Iwan Simatupang ; drama
bulan bujur sangkar (1960); petang ditanam (1966); RT 0 RW 0 (1960) cerpen lebih
hitam dari hitam,Kumpulan cerpen tegak lurus dengan langit 1982 novel-novel nya
sangat terkenal dan dijadikan tolok ukur kualitas sastra absurdd Indonesia : kering
(1972); merahnya merah (1968); Ziarah (1969); Kooong (1975). Iwan
memperolehnya  SEA Award dengan Novel Ziarah-nya.
17. S. Rukiah, Dilahirkan di Purwakarta, 25 April 1927. Sastrawati ini menulis Kejatuhan
dan hati (1550); Tandus (kumpulan puisi, 1952); Kisah perjalanan si apin; Jaka
Tingkir (1962);Teuku Hasan Johan pahlawan (1957); dongeng-dongeng kutilang
(1962); taman saja si kecil (1959). 
18. N.H. Dini , Dilahirkan di Semarang, 29 September 1936 masih aktif hingga kini titik
pengarang wanita ini menulis kumcerpen dua  Dunia (1956);Roman hati yang damai
(1961); Namaku Hiroko( novel, 1977). Kreativitasnya Justru lebih menonjol pada
tahun tahun 70-an ke atas. roman-romannya: pada sebuah kapal (1973);La Barka
(1975); Keberangkatan; novel-novelnya Sekayu (1981); sebuah lorong di kotaku
(1978); langit dan bumi sahabat kami (1979). biografi Amir Hamzah ditulisnya di
bawah judul Amir Hamzah. Pangeran dari seberang (1981). kum cerpennya yang lain
Segi dan Waris. juga menulis novel Jalan Bandungan (1989) dan tirai menurun
(1993); orang-orang Tran (1985 ).
Novelnya yang berjudul pertemuan dua hati yang mengisahkan tentang perjuangan Bu
Suci, seorang guru SD dalam membimbing Waskito muridnya yang berkepribadian
sulit, novel ini telah disinetronkan. N.H. Dini Mempunyai pengalaman bersuamikan
diplomat asal Perancis dan bertahun-tahun tinggal di negeri itu titik latar belakang itu
mendorongnya menerjemahkan karya pengarang eksistensialisme Albert camus
berjudul sampar (dari la pest,1985).
Karya-karya dini yang lain: di pondok salju cerpen runer up majalah sastra 1963,
panggilan dari dharma seorang bhikku (1997); Tanah Baru tanah air kedua (1997);
Kemayoran (2000); Jepun negerinya Scirocco (2000 ).
19. Rendra, Dilahirkan di Solo, 7 November 1935. Penyair dan Darmawan ini dulu lebih
dikenal dengan nama  W.S.Rendra (Willibordus Surendra). Malam setelah beragama
Islam, penyair burung merak ini menjadi Wahyu Sulaiman Rendra Rendra yang kini
meroket lagi, dikenal sebagai pembaca sanjak termahal di dunia. (3 juta di
TIM ,Bandung, Semarang,12 juta di senayan,dekade,90-an ). Karya-karyanya: empat
kumpulan sajak terdiri dari kawin-kawin, malam Stanza, nyanyian dari jalanan, sajak-
sajak dua belas perak, kumpulan puisi Balada orang-orang tercinta (1956) ;Sajak-sajak
sepatu tua (1971); Blues untuk Bonnie (1975); potret pembangunan dalam puisi
(1980) yang terakhir ini ditulisnya sepulang dari Amerika tahun 1968. 
Rendra juga menulis cerpen ia sudah bertualang (1963); menulis skenario dan
mementaskan orang-orang di tikungan jalan; Mastodon dan burung kondor (kasidah
berjanji, Kisah perjuangan suku naga, Sekda, drama terjemahan Oedipus Sang raja
(1976);Oedipus di kolonus (1976);Oedipus Berpulang; Antigone(1976); Drama
saduran perampok; drama kolosal penembahan Reso (1988);Juga Selamatan anak
cucu Sulaiman titik pada dekade 90-an Rendra menerbitkan Antologi puisi “Orang-
orang Rangkasbitung (1993) dan disebabkan oleh angin (1993)” .
Rendra memimpin bengkel teater dan menulis buku tentang bermain drama
(1976).Sebagai budayawan, ditulisnya buku mempertimbangkan tradisi 1983 dan
memberi makna pada yang fana. Rendra pernah bermain dalam film alkausar, Yang
Muda Yang Bercinta, Cintaku Jauh dipulau. 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muncul angkatan 45 ini diawali adanya sikap dan cita-cita para pengarang yang akan
diperjuangkan, yaitu ingin membentuk kebudayaan yang universal. Selain itu para pengarang
pada saat itu adalah pengarang yang revolusioner dalam kesusastraan. penamaan angkatan 45
membuat pengarang adu pendapat sehingga terdapat pro dan kontra dengan penamaan
tersebut.
Karya sastra lahir bukan hanya untuk dinikmati namun juga untuk dipelajari. dalam
rentang waktu tahun 1950 an  merupakan masa kesuburan penulis pasca kemerdekaan
Indonesia Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penulis maupun karya sastra yang lahir pada
rentang tahun tersebut. 

DAFTAR PUSTAKA

Mujiyanto Yant, Fuady Amir, Sejarah sastra Indonesia , prosa dan puisi

Anda mungkin juga menyukai