Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH SASTRA INDONESIA


Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu : Rifki Arif Nugraha, M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

1. Fujiana
2. Syifa Hayati
3. Detri Anggraeni
4. Lulu Lutfiah Fitria
5. Siti Rohayah
6. Rifaldi Martin

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP)
SYEKH MANSHUR PANDEGLANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan sebuah kreasi bukan semata-
mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan
kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa
uuntuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu sebuah
karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan manusia kemunculan sastra lahir dilatarbelakangi adanya dorongan
dari manusia untuk mengungkapkan eksitensinya.
Biasanya kesustraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa, jadi
yang termasuk dalam kategori sastra adalah: novel cerita/cerpen, syair,
pantun, sandiwara/ drama. Kami mengambil topik ini agar dapat lebih
mengetahui lagi apa yang dimaksud sastra dan agar pengetahuan kita tentang
sastra lebih luas lagi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis membuat rumusan pada makalah ini
agar terfokus pada isi makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Karya sastra?
2. Bagaimana sejarah perkembangan karya sastra dan pembagiannya?

C. Tujuan Penulisan
Agar pengetahuan tentang karya sastra semakin luas dan kita dapat
mengetahui tentang sejarah sastra Indonesia serta pembagian sastra.

D. Manfaat
Dari hasil laporan penelitian kami kita dapat memperoleh manfaat
berupa pengetahuan tentang karya sastra serta kita mengetahui sejarah sastra
Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya
dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh
manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat,
undang-undang dan sebagainya
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks
kebudayaan, adalah ekspresi gagsan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian
sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia
untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan
dan pemikirannya.
Dalam konteks kesenian, kesustraan adalah salah satu bentuk atau
cabang kesenian, yang menggunakan media bahasa sebagai alat
pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya, sehingga sastra juga
disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari, seni lukis, dan
sebagainya.
Membicarakan sejarah Sastra Indonesia tentunya harus dipahami
dahulu konsep pengertian sastra Indonesia. Berbagai pendapat menjelaskan
beberapa pengertian yang berbeda. Oleh karena itu, perlu berbagai
kesepakatan normative tentang pengertian tersebut. Untuk kepraktisan
pengajaran maka pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa Sastra
Indonesia ialah sastra berbahasa Indonesia yang sudah berkembang abad ke-
20 sebagaimana tampak penerbitan pers (surat kabar dan majalah) dan buku,
baik dari usaha swasta maupun pemerintah kolonial.
Untuk memperjelas istilah, sejarah sastra perlu dibatasi untuk
membedakan dengan studi yang lain. Secara umum sejarah berarti peristiwa
dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau (KBBI, 1999: 891).
Peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi itu adalah fakta. Dengan kata
lain sejarah sastra mengkaji data berupa fakta-fakta sastra dengan dua media
yaitu berupa fakta tertulis dan fakta lisan. Fakta tertulis berasal dari media-

2
media tulis seperti surat kabar dan buku-buku sastra sedangkan fakta-fakta
lisan berasal dari pelaku atau sumber yang dekat dengan pelaku sastra.
Sastra adalah karya estetis imajinatif yang sulit untuk didefinisikan
secara penuh. Hal ini mengingat perkembangan teori sastra mengikuti
perkembangan kreasi sastra yang konvensinya selalu berkembang dan
berubah. Akan tetapi, jika dijabarkan karya sastra meliputi beberapa hal
khusus yang membedakan dari bidang lain. Sastra adalah ekspresi estetis-
imajinatif dari seorang individu yang dimaksudkan untuk menyampaikan ide
atau tanggapan terhadap lingkungannya.
Dari dua komponen definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah
sastra adalah sejarah perkembangan sastra yang terdiri atas rangkaian
peristiwa dalam periode-periode perkembangan sastra suatu bangsa mulai
lahir sampai perkembangan terakhir. Berdasarkan pengertian tersebut, sejarah
sastra Indonesia, secara khusus, adalah studi sastra yang mengungkap
rangkaian kejadian-kejadian dalam periode-periode perkembangan
kesusastraan Indonesia mulai kelahiran sampai perkembangan terakhir.
Uxemburg, dalam Pengantar Ilmu Sastra menjelaskan bahwa sejarah
sastra ialah ilmu yang membahas periode-periode kesusastraan, aliran-aliran,
jenis-jenis, pengarang-pengarang dan reaksi pembaca. Sedangkan menurut
Zulfanur Z.F. dan Sayuti Kurnia, Sejarah Sastra ialah ilmu yang
mempelajari perkembangan sejarah suatu bangsa daerah, kebudayaan, jenis
karya sastra, dan lain-lain Sejarah sastra, dengan demikian, merupakan
pengetahuan yang mencakup uraian deskriptif tentang fungsi sastra dalam
masyarakat, riwayat para sastrawan, riwayat pendidikan sastra, sejarah
munculnya genre-genre sastra, kritik, perbandingan gaya, dan perkembangan
kesusastraan.
Pengkajian sejarah sastra di Indonesia belum banyak dilakukan.
Teeuw (1984), mengatakan bahwa sudah terdapat beberapa buku tentang
pengkajian sejarah sastra Indonesia, tetapi pengkajian tersebut belum dapat
memuaskan dari sudut teori sastra. Menurut Teeuw, pengkajian sejarah sastra
hendaklah bertolak dari berbagai cara yang dapat membantu peneliti dalam

3
meneliti sejarah sastra sehingga menghasilkan sejarah sastra yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Beberapa pendapat kelahiran sastra Indonesia:
a. Umar Junus
Umar Junus membicarakan lahirnya Kesusastraan Indonesia
Modern dalam karangannya yang dimuat dalam majalah Medan Ilmu
Pengetahuan (1960). Ia berpendapat bahwa : sastra ada sesudah bahasa
ada. “Sastra X baru ada setelah bahasa X ada, yang berarti bahwa sastra
Indonesia baru ada setelah bahasa Indonesia ada,” katanya. Dan karena
bahasa Indonesia baru ada tahun 1928 (dengan adanya Sumpah
Pemuda), maka Umar Junus pun berpendapat bahwa “Sastra Indonesia
baru ada sejak 28 Oktober 1928”. Umar Junus membagi sastra Indonesia
menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Pra Pujangga Baru atau Pra Angkatan ’33 (1928-1933),
b) Pujangga Baru atangtan ’33 (1933 – 1945),
c) Angkatan ’45, dan seterusnya
b. Ajip Rosidi
Ajip memang mengakui bahwa sastra tidak mungkin ada tanpa
bahasa. Akantetapi, sebelum sebuah bahasa diakui secara resmi, tentulah
bahasa itu sudah ada sebelumnyua dan sudah pula dipergunakan orang.
Oleh sebab itu, Ajip tidak setuju diresmikannya suatu bahasa dijadikan
patokan lahirnya sebuah sastra (dalam hal ini sastra Indonesia). Di pihak
lain, Ajip berpendapat bahwa kesadaran kebangsaanlah seharusnya
dijadikan patokan.
Berdasarkan kebangsaan ini, menetapkan bahwa lahirnya
Kesusastraan Indonesia Modern adalah tahun 1920/1921 atau 1922.
Mengapa Ajip memilih tahun-tahun itu?
Tahun 1922 adalah lahirnya kesusastraan Indonesia dengan
alasan : Ajip memilih tahun 1920/1921 bukan karena pada tahun itu
terbit Azab dan Sengsara maupun Siti Nurbaya melainkan karena pada
tahun itu para pemuda Indonesia (Muhammad Yamin, Mohammad Hatta,
Sanusi Pane, dan lain-lain) mengumumkan sajak-sajak mereka yang

4
bercorak kebangsaan dalam majalah Jong Sumatra (diterbitkan oleh
organisasi Jong Sumatra). “Pabila buku Azab dan Sengsara dan Siti
Nurbaya dianggap bersesuaian dengan sifat nasional, (hal yang patut
kita mengerti mengingat yang menerbitkannya pun adalah Balai Pustaka,
organ pemerintah kolonial), tidaklah demikian halnya dengan sajak-
sajak buah tangan para penyair yang saya sebut tadi. Sifatnya tegas
berbeda dengan dengan umumnya hasil sastra Melayu, baik isi maupun
bentuknya. Puisi lirik bertemakan tanah air dan bangsa yang sedang
dijajah adalah hal yang tidak biasa kita jumpai dalam khazanah
kesusastraan Melayu”, demikian Ajip.
Dan Ajip memilih tahun 1922 karena pada tahun itu terbit
kumpulan sajak Muhammad Yamin yang berjudul Tanah Air. Kumpulan
sajak ini pun, menurut Ajip, mencerminkan corak/semangat kebangsaan,
yaitu tidak ada/tampak pada pengarang-pengarang sebelumnya.

B. Pengertian Sastra dari Segi Ilmu Sastra


Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra
teori sastra dan karya sastra.
Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah
berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang yang berhubungan
dengan seni sastra.
Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal
berikut :
a. Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas
hukum-hukum, prinsip dasar, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta
sistem sastra.
b. Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya
hingga perkembangan yang terbaru.
c. Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan
memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra.kritik
sastra dikenal juga telaah sastra.

5
d. Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk
mengenal tata nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang
memiliki karya sastra.
Keempat cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai keterkaitan satu
sama lain dalam rangka memahami sastra keseluruhan.

C. Periodisasi Sastra di Indonesia


Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas beberapa
angkatan, yaitu Angkatan Pujangga Lama, angkatan Sastra Melayu Lama,
angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan
1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990an, angkatan
Reformasi, angkatan 2000-an.
a. Pujangga lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikaian karya sastra di
Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra
di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara,
budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi
sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di
Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu,
terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama
di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana
Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya,
yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan
Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya sastra pujangga lama :
Sejarah
o Sejarah Melayu (Malay Annals)
Hikayat
o Hikayat Aceh
o Hikayat Amir Hamzah
Syair
o Syair Bidasari

6
o Syair Ken Tambuhan
o Syair Raja Mambang Jauhari
b. Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-
1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti
"Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang
Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit
sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan
novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama:
• Kapten Flamberger (terjemahan)
• Rocamblo (terjemahan)
• Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
c. Angkatan Balai Pustaka
Diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu. Angkatan
Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak
tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman,
novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan
kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di
Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh
buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan
dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya
dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa
Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan
bahasa Madura.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka :
Merari siregar
o Azab dan Sengsara (1920)
o Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
o Cinta dan Hawa Nafsu

7
Marah Roesli
o Siti Nurbaya (1920)
o La Hami (1924)
d. Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa
tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa
nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah
sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane.
Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 -
1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar
Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para
kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang.
Penulis Dan Karya Sastra Pujangga baru :
Sutan Takdir Alisjahbana :
o Dian Tak Kunjung Padam(1932)
o Tebaran Mega –kumpulan sajak (1935)
o Layar Terkembang (1936)
o Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
e. Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah
mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih
realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-
idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang
perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil
Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul
"Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para
sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan
dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen

8
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai
karya pembaharuan prosa Indonesia.
Penulis Dan karya Sastra Angkatan 1945
o Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
f. Angkatan 1950-1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah
sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra
yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah
tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah
sastra lainnya, Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan
sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra)
yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan
polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia
pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra
karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada
tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis Dan Karya Sastra Angkatan 1950-1960-an
Toto Sudarto Bachtiar
o Etsa sajak-sajak (1956)
o Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
g. Angkatan 1966-1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah
sastra) pimpinan Mochtar Lubis Semangat avant-garde sangat menonjol
pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat
beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran
surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka
Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra
pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk
dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro,
Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko

9
Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra
Indonesia, H.B. Jassin.
Penulis dan Karya Sastra 1966-1970-an :
Taufik Ismail
 Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
 Tirani dan Benteng
 Buku Tamu Musim Perjuangan
 Sajak Ladang Jagung
 Kenalkan
 Saya Hewan
 Puisi-puisi Langit
Leon Agusta
 Monumen Safari (1966)
 Catatan Putih (1975)
 Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
 Hukla (1979)
h. Angkatan 1980-1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita
yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia
pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan
umum.Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-
an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca
Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi,
Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi
Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain
yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara
lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua
Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada
novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat,
di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran

10
timur.Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang
menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka.
Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita.
Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih
dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu
dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-
karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980-1990-an :
Ahmadun Yosi Herfanda
 Ladang Hijau (1980)
 Sajak Penari (1990)
 Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
 Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
 Sembahyang Rumputan (1997)
Y.B Mangunwijaya
 Burung-burung Manyar (1981)
 Darman Moenir
 Bako (1983)
 Dendang (1988)
 Budi Darma
 Olenka (1983)
 Rafilus (1988)
i. Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari
tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur)
dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan
Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan
maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema
sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra
harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-
sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas

11
pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi
sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan
politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan
jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun
1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen,
dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari
tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun
Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan
media online: duniasastra.com - nya, juga ikut meramaikan suasana
dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi :
Widji Thukul
 Puisi Pelo
 Darman
j. Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi
muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru
bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang
lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang
Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada
tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus
sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka
yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna,
Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul
pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000 :
• Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
• Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)

12
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)
• Raudal Tanjung Banua
o Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
o Ziarah bagi yang Hidup (2004)
o Parang Tak Berulu (2005)
o Gugusan Mata Ibu (2005)
• Seno Gumira Ajidarma
o Atas Nama Malam
o Sepotong Senja untuk Pacarku
o Biola Tak Berdawai
• Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
• Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
o Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan.Dari makna asalnya dulu,
sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia ,
seperti catatan ilmu pengetahuan , kitab-kitab suci, surat-surat, undang-
undang dan sebaginya
Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-
asas hukum-hukum, prinsip dasar, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta
sistem sastra. Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak
timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.
Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas beberapa
angkatan :
a. Angkatan Pujangga Lama
b. Angkatan Sastra Melayu Lama
c. Angkatan Balai Pustaka
d. Angkatan Pujangga Baru
e. Angkatan 1945
f. Angkatan 1950-1960-an
g. Angkatan 1966-1970-an
h. Angkatan 1980-1990an
i. Angkatan Reformasi
j. Angkatan 2000-an

B. Saran
1. Hendaknya dilakukan pembinaan untuk siswa – siswa yang berpotensi
dan berminat dalam pembuatan karya tulis,
2. Sebaiknya siswa harus mengetahui tentang perkembangan sastra di
Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/sastra
http://scribd.com

15
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa dan Sastra
Indonesia dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama Dosen Pengampu mata kuliah yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Pandeglang, November 2021


Penyusun,

i
16
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................
i
Daftar Isi...........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
1
A. Latar Belakang........................................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................
1
C. Tujuan Penulisan....................................................................
1
D. Manfaat..................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
2
A. Pengertian Sastra....................................................................
2
B. Pengertian Sastra dari Segi Ilmu Sastra..................................
5
C. Periodisasi Sastra di Indonesia...............................................
6
BAB III PENUTUP.....................................................................................
14
A. Kesimpulan.............................................................................
14
B. Saran.......................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
15

17
ii

18

Anda mungkin juga menyukai