0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
719 tayangan26 halaman
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan. Sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa uuntuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra dilatar belakangi adanya dorongan dari manusia untuk mengungkapkan eksitensinya.
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan. Sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa uuntuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra dilatar belakangi adanya dorongan dari manusia untuk mengungkapkan eksitensinya.
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan. Sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa uuntuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra dilatar belakangi adanya dorongan dari manusia untuk mengungkapkan eksitensinya.
Laporan ini Disusun dalam rangka memenuhi Uji Kompetensi 3 Mata Kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu: Drs. Ismail Sriyanto, M.Pd.
Oleh: Aginia Ashari K7113006 2-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah laporan ini dengan judul Sejarah Sastra Indonesia. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi uji kompetensi 3 mata kuliah konsep dasar Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Ismail Sriyanto, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah konsep dasar Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini. Serta berbagai sumber yang penulis pergunakan sebagai referensi dalam laporan ini. Penulis telah berusaha menyelesaikan laporan ini dengan sebaik- baiknya, namun apabila masih ada kekurangan, kritik dan saran penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................ i KATA PENGANTAR..................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................ 1 C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sastra................................................................................. 2 B. Periodisasi Sastra Indonesia................................................................ 2 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iv LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan. Sebuah kreasi bukan semata- mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa uuntuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra dilatar belakangi adanya dorongan dari manusia untuk mengungkapkan eksitensinya.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian sastra? 2. Bagaimanakah periodisasi sastra Indonesia?
C. Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan pengertian sastra. 2. Menjelaskan periodisasi sastra Indonesia.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sastra Menurut segi bahasa, sastra berasal dari kata susastra. Menurut Bahasa Sanskerta, susastra terbagi lagi menjadi dua kata yaitu kata su dan sastra. Su berarti indah atau baik dan sastra berarti lukisan atau karangan. Sehingga, sasta berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai- nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2001: 1. Sastra: bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). 2. Kesastraan: perihal sastra (makna lebih luas daripada kesusastraan). 3. Sastrawan: 1. Ahli sastra, 2. Pujangga, 3. (orang) pandai-pandai ; cerdik cendikia. 4. Susastra: karya yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan yang ditimba dari kehidupan kemudian direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai saranya sehingga mencapai estetika yang tinggi. 5. Kesusastraan: 1. perihal sastra, 2. ilmu pengetahuan tentang segala hal yang bertalian dengan susastra, 3. buku-buku sejarah tentang sejarah susastra. Jadi kesimpulannya, sastra merupakan seni bahasa yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah dan memiliki makna yang dalam berdasarkan pengalaman jiwa manusia serta disusun dengan bahasa yang indah sehingga mencapai nilai estetika yang tinggi.
B. Periodisasi Sastra Indonesia 1. Sastra Masa Purba Sastra Indonesia masa purba merupakan sastra yang dihasilkan pada masa prasejarah, dimana para nenek moyang belum mengenal 3
tulisan untuk menyalin karya sastra yang mereka hasilkan. Sehingga, sastra ini tidak dapat digolong-golongkan karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak mencantumkan waktu dan nama pengarangnya. Sifat kesusastraan yang dihasilkan pada zaman tersebut adalah: a. Sesuai dengan kepercayaan mereka, pada zaman itu banyak cerita- cerita tentang hantu, jin, baik dalam puisi maupun prosa. b. Statis, maksudnya perubahan-perubahan dalam bentuk dan isi hampir tidak ada, kalaupun ada sangat lamban. c. Pada umumnya tidak diketahui pengarangnya dan karangannya tidak menggambarkan keaslian pribadi pengarang, karena orang- orang harus tunduk kepada kebiasaan yang berlaku pada waktu itu disampaikan secara lisan dan turun temurun dari mulut ke mulut, baik yang berupa prosa maupun puisi. Kesusastraan ini meliputi cerita tentang doa, mantra, silsilah, adat kebiasaan, dan kepercayaan. Berikut contoh karya sastra purba.
Mantra Memasuki hutan rimba Hai, si Gempar Alam Gegap gempita Jarum besi akan romaku Ular tembaga akan romaku Ular bisa akan janggutku Buaya akar tongkat mulutku Harimau menderam di pengeriku Gajah mendering bunyi suaraku Suaraku seperti bunyi halilintar Bibir terkatup, gigi terkunci Jikalau bergerak bumi dan langit Bergeraklah hati engkau Hendak marah atau hendak membiasakan aku. 4
2. Sastra Masa Hindu/Arab a. Masa Hindu Pengaruh Hindu pada sastra Melayu sangat besar sehingga berurat berakar, karena lamanya bangsa Hindu menetap di Indonesia. Pengaruh Hindu terhadap sastra Melayu dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : 1) Cerita-cerita yang langsung masuk ke Indonesia Contoh: Mahabarata dan Ramayana 2) Cerita-cerita yang datangnya melalui Persia dahulu Contoh: Panca Tandera, Hitopadesya 3) Pengaruh Hindu tampak pada berbagai cerita sehingga dalam hikayat-hikayat Melayu terdapat persamaan atau mirip dengan cerita-cerita Hindu, nama-nama dewa dan sebagainya. b. Masa Arab/Islam Pengaruh Islam dalam sastra Indonesia tidak langsung dari Arab, melainkan datang dari Persia dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dalam pengaruh Islam banyak cerita mengenai asal-usul manusia, alam, agama, pengajaran agama Islam, cerita dedaktis, cerita pelipur lara, silsilah raja-rajaan, Hikayat Abu Nawas, dongeng Ki Ageng Selo, Tajusalsatin, dan lain-lain. Pada zaman ini telah muncul beberapa pengarang Islam, antara lain: 1) Hamzah Fansuri dari Barus, Aceh, muncul sekitar akhir abad 16 dan awal abad 17. Karyanya: a) Syair Perahu b) Syair Si Burung Pingai c) Syair Dagang d) Prosa Asrar Al-Arifin
5
Berikut potongan Syair Perahu karya Hamzah Fansuri.
Syair Perahu ... Wahai muda kenali dirimu Ialah perahu tamsil hidupmu Tiadalah berapa lama hidupmu Ke akhirat juga kekal hidupmu ...
2) Syekh Nuruddin Ibn Ali Ar Raniri Karyanya: a) Tibyan fi Marifat Al-Adyan b) Siratal Mustaqim c) Bustanussalatin (Taman Segala Raja) 3) Samsuddin As-Samatrani (1607-1638), beliau merupakan murid dari Hamzah Fansuri dan perdana menteri pada masa Sultan Aceh Mahkota Alam. Karyanya: a) Mirat Al Iman b) Mirat Al Mukminin
3. Sastra Baru a. Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (Masa Peralihan) Masa peralihan adalah masa peralihan sastra lama ke sastra baru. Oleh karena itu satu-satunya pengarang yang kenamaan pada masa itu adalah Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1796 1854), sehingga masa itu disebut zaman Abdullah. Abdullah adalah seorang perintis sejarah kebudayaan Malaka khususnya dan tanah Melayu umumnya. Sejaman dengan Abdullah ada 6
dua orang pengarang Melayu yaitu Raja Ali Haji dan Sitti Saleha, tetapi keduanya masih berpegang pada tradisi bentuk puisi lama. Buku Abdullah yang Bernilai Sastra 1) Syair Singapura Dimakan Api 2) Hikayat Abdullah 3) Hikayat Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah 4) Hikayat Kailah dan Daminah (saduran) Perbedaan Karangan Abdullah dengan Sastra Lama 1) Bentuk bahasanya baru, tidak memakai bahasa klise. Tak banyak lagi dipakai kata-kata Arab secara berlebih-lebihan. 2) Isinya: tidak bersifat istana sentrie, mulai menceritakan orang kebanyakan, dan tidak bersifat khayal Dari kedua hal tersebut di atas, Abdullah dapat dipandang sebagai pembaru sastra Melayu. Sayangnya, usaha Abdullah ini berhenti setelah ia meninggal dunia, karena tidak ada penerusnya. Sastra peralihan dimasukkan ke dalam kesusasteraan alam dengan nama zaman peralihan, yang tidak berlangsung lama. Sehingga batas sastra lama dan baru dapat ditarik lebih kurang tahun 1900. Berikut ini adalah kutipan dari Hikayat Abdullah :
Tentang Bahasa Melayu
Aku pun sehari-hari belajar daripada nahu bahasa Inggris pada tiap-tiap hari, sebab pada fikiranku aku hendak jadikan dia ke dalam bahasa Melayu, sebab kudapati terlalu banyak gunanya, karena perkara yang demikian tiada dalam bahasa Melayu, sebab itulah kebanyakan orang Melayu pergi belajar nahu bahasa Arab, ia tahu bukan barang-barang susahnya dalam seribu tiada orang yang mendapat dengan sempurnanya, dan lagi oleh sebab itu bukan bahasa dirinya.
7
b. Masa Balai Pustaka Angkatan Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam Bahasa Bali, Bahasa Batak, dan Bahasa Madura. Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "Novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya. Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-tema inilah yang banyak diikuti oleh penulis- penulis lainnya pada masa itu. Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka: 1) Merari Siregar (1896-1941) Karya-karyanya yang terkenal adalah a) Si Jamin dan si Johan (1918) b) Azab dan Sengsara (1920) c) Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi (1924) d) Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
8
2) Marah Roesli a) Siti Nurbaya (1922) b) La Hami (1924) c) Anak dan Kemenakan (1956) 3) Muhammad Yamin a) Tanah Air (1922) b) Indonesia, Tumpah Darahku (1928) c) Kalau Dewi Tara Sudah Berkata d) Ken Arok dan Ken Dedes (1934) 4) Nur Sutan Iskandar a) Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923) b) Cinta yang Membawa Maut (1926) c) Salah Pilih (1928) d) Karena Mentua (1932) e) Tuba Dibalas dengan Susu (1933) f) Hulubalang Raja (1934) g) Katak Hendak Menjadi Lembu (1935) 5) Tulis Sutan Sati a) Tak Disangka (1923) b) Sengsara Membawa Nikmat (1928) c) Tak Membalas Guna (1932) d) Memutuskan Pertalian (1932) 6) Djamaluddin Adinegoro a) Darah Muda (1927) b) Asmara Jaya (1928) 7) Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati a) Pertemuan (1927) 8) Abdul Muis a) Salah Asuhan (1928) b) Pertemuan Djodoh (1933)
9
9) Aman Datuk Madjoindo a) Menebus Dosa (1932) b) Si Cebol Rindukan Bulan (1934) c) Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
c. Masa Pujangga Baru Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis. Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu : 1) Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah. 2) Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi. Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru adalah sebagai berikut: 1) Sutan Takdir Alisjahbana a) Dian Tak Kunjung Padam (1932) b) Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935) c) Layar Terkembang (1936) d) Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940) 10
2) Hamka a) Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) b) Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939) c) Tuan Direktur (1950) d) Didalam Lembah Kehidoepan (1940) 3) Armijn Pane a) Belenggu (1940) b) Jiwa Berjiwa c) Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960) d) Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950) e) Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953) f) Habis Gelap Terbitlah Terang - Terjemahan Surat R.A. Kartini (1945) 4) Sanusi Pane a) Pancaran Cinta (1926) b) Puspa Mega (1927) c) Madah Kelana (1931) d) Sandhyakala Ning Majapahit (1933) e) Kertajaya (1932) 5) Tengku Amir Hamzah a) Nyanyi Sunyi (1937) b) Begawat Gita (1933) c) Setanggi Timur (1939) 6) Roestam Effendi a) Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan b) Pertjikan Permenungan 7) Sariamin Ismail a) Kalau Tak Untung (1933) b) Pengaruh Keadaan (1937)
11
8) Anak Agung Pandji Tisna a) Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935) b) Sukreni Gadis Bali (1936) c) I Swasta Setahun di Bedahulu (1938) 9) J.E.Tatengkeng a) Rindoe Dendam (1934) 10) Fatimah Hasan Delais a) Kehilangan Mestika (1935) 11) Said Daeng Muntu a) Pembalasan b) Karena Kerendahan Boedi (1941) 12) Karim Halim a) Palawija (1944)
4. Sastra Mutakhir a) Masa Pendudukan Jepang Pada masa ini, terjadi keretakan, sehingga terdapat 2 golongan dalam bidang kesusasteraan yaitu: 1) Yang resmi di bawah Pusat Kebudayaan (Keikin Bunka Shidosa) dengan sensornya yang keras. 2) Yang tidak resmi di luar kegiatan Pusat Kebudayaan Ciri-Ciri Kesusasteraan Masa Jepang 1) Bercorak romantik idealisme 2) Simbolis Pengarang Masa Kesusasteraan Jepang 1) Chairil Anwar 2) Rosihan Anwar 3) Usmar Ismail 4) Amal Hamzah 5) El-Hakim 6) Bakrie Siregar 12
b) Masa Kemerdekaan Masa Kemerdekaan atau Angkatan 45 lahir pada saat bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pada saat ini, perkembangan bahasa dan sastra Indonesia semakin maju pesat karena Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda. Sedangkan yang memberi nama Angkatan 45 adalah Rosihan Anwar dalam majalah Siasat pada tanggal 9 Januari 1949. Manifes Angkatan 45 termuat dalam majalah Siasat pada tanggal 23 Oktober 1945 berupa Surat Kepercayaan Gelanggang tanggal 18 Februari 1950, yang dapat kita lihat patokan-patokan Angkatan 45, yaitu : 1) Ujud pernyataan fikiran lebih dipentingkan. 2) Kepribadian seseorang, hendaknya menjadi pegangan dan ukuran nilai menciptakan. 3) Nilai-nilai baru baru ditempatkan, setelah nilai-nilai lama dihancurkan. Jadi sungguh membentuk yang baru. 4) Pencipta-pencipta harus ada kebebasan penuh, untuk menghasilkan buah cipta. 5) Tekanan diletakkan pada kebudayaan dunia, yakni sifat universal kesenian Indonesia. Ciri-Ciri Angkatan 45 1) Bercorak realistis 2) Bertemakan patriotisme, revolusi dan perlawanan terhadap penjajah 3) Bahasa dalam prosa menggunakan bahasa yang ekonomis, kata-katanya padat, dalam, kalimatnya pendek-pendek 4) Prosa menggunakan gaya bahasa menyoal baru
13
Angkatan 45 oleh HB. Jassin diberi nama Angkatan Pendobrak. Sedangkan tokoh-tokoh yang terkenal dalam Angkatan 45 dalam bidangnya antara lain : 1) Chairil Anwar dalam bidang puisi 2) Idrus dalam bidang prosa Penulis dan Karya Sastra Angkatan 45 1) Chairil Anwar o Kerikil Tajam (1949) o Deru Campur Debu (1949) 2) Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar o Tiga Menguak Takdir (1950) 3) Idrus o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) o Aki (1949) o Perempuan dan Kebangsaan 4) Achdiat K. Mihardja o Atheis (1949) 5) Trisno Sumardjo o Katahati dan Perbuatan (1952) 6) Utuy Tatang Sontani o Suling (drama) (1948) o Tambera (1949) o Awal dan Mira - drama satu babak (1962) 7) Suman Hs. o Kasih Ta' Terlarai (1961) o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957) o Pertjobaan Setia (1940)
14
c) Masa Revolusi 1) Angkatan 50 Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia. Tinjauan yang mendalam dan menyeluruh membuktikan bahwa, masa ini menunjukkan wujud dan hidupnya, yaitu: a) Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang diletakkan pada tahun 1945. b) Masa 50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai) nasional lebih jauh. Jadi, ada beberapa penyaringan dengan beberapa ciri diantaranya : a) Pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya dan makin meluas daerahnya hampir di seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta. b) Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan daerah dalam menuju perwujudan sastra nasional Indonesia. c) Penilaian keindahan dalam sastra, tidak lagi didasarkan kepada kekuasaan asing, akan tetapi kepada peleburan 15
(kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing dengan perasaan dan ukuran nasional. Sastrawan Angkatan 50 i. Ayip Rosidi Tahun-tahun Kematian (1955) Ditengah Keluarga (1956) Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957) Cari Muatan (1959) ii. Ramadhan KH Priangan Jelita (1956) iii. Nugroho Notosusanto Hujan Kepagian (1958) iv. Toto Sudarto Bachtiar Etsa sajak-sajak (1956) Suara kumpulan sajak 1950-1955 (1958) v. Pramoedya Ananta Toer Perburuan (1950) Bukan Pasar Malam (1951) Keluarga Gerilya (1951) Mereka yang Dilumpuhkan (1951) 2) Angkatan 66 Angkatan 66 mula-mula diperkenalkan oleh H.B. Jassin dalam bukunya yang berjudul Angkatan 66, yang mendasarkan sifat politik yang mempengaruhi karya-karya sastra pada masa ini. Pada tahun 1966 di Indonesia terjadi peristiwa penting. Peristiwa yang melahirkan Angkatan 66, yaitu :
Suatu generasi baru yang melakukan pendobrakan yang disebabkan oleh penyelewengan-penyelengan besar-besaran yang membawa negara ke jurang kehancuran 16
Ada beberapa kumpulan puisi yang menarik perhatian selama demontrasi terhadap pemerintah dalam usaha mengembangkan revolusi terhadap rel Pancasila, yaitu: a) Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail (dengan nama samaran Ibnu Fajar) b) Mereka telah Bangkit karya Bur Raswanto c) Perlawanan karya Mansur Samin d) Pembebasan karya Abdulwahid Situmeang e) Kebangkitan oleh Lima Penyair Fakultas Syair UI Menurut kritikus sastra Indonesia, H.B. Jassin, yang masuk Angkatan 66 ini, tidak hanya mereka yang menulis sanjak-sanjak perlawanan pada permulaan tahun 1966, tetapi juga yang telah tampil beberapa tahun sebelumnya dengan kesadaran. Penyair yang terkenal pada Angkatan 66 adalah Taufik Ismail dengan buku karyanya yaitu Tirani (1966) dan Benteng (1963) Sastrawan Angkatan 66 a) Ayip Rosidi b) W.S. Rendra c) Taufik Ismail d) Hartono Andangjaya e) Mansur Samin f) Jusach Ananda g) NH. Dini h) Iwan Simatupang i) Motinggo Busje j) Sapardi Djoko Darmono
3) Angkatan 80-90 Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. 17
Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie. Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade ini dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era ini biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tidak boleh dilupakan, pada era ini adalah jua tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat. Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La 18
Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini. Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an a) Ahmadun Yosi Herfanda o Ladang Hijau (1980) o Sajak Penari (1990) o Sebelum Tertawa Dilarang (1997) o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997) o Sembahyang Rumputan (1997) b) Y.B Mangunwijaya o Burung-burung Manyar (1981) c) Darman Moenir o Bako (1983) o Dendang (1988) d) Budi Darma o Olenka (1983) o Rafilus (1988) e) Sindhunata o Anak Bajang Menggiring Angin (1984) f) Arswendo Atmowiloto o Canting (1986) g) Hilman Hariwijaya o Lupus - 28 novel (1986-2007) o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003) o Olga Sepatu Roda (1992) o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005) h) Dorothea Rosa Herliany o Nyanyian Gaduh (1987) o Matahari yang Mengalir (1990) o Kepompong Sunyi (1993) o Nikah Ilalang (1995) 19
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999) i) Gustaf Rizal o Segi Empat Patah Sisi (1990) o Segi Tiga Lepas Kaki (1991) o Ben (1992) o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999) j) Remy Sylado o Ca Bau Kan (1999) o Kerudung Merah Kirmizi (2002) k) Afrizal Malna o Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987) o Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990) o Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991) o Dinamika Budaya dan Politik (1991) o Arsitektur Hujan (1995) o Pistol Perdamaian (1996) o Kalung dari Teman (1998)
4) Angkatan 2000 Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
20
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000 a) Ahmad Fuadi o Negeri 5 Menara (2009) o Ranah 3 Warna (2011) b) Andrea Hirata o Laskar Pelangi (2005) o Sang Pemimpi (2006) o Edensor (2007) o Maryamah Karpov (2008) o Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010) c) Ayu Utami o Saman (1998) o Larung (2001) d) Dewi Lestari o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001) o Supernova 2: Akar (2002) o Supernova 3: Petir (2004) o Supernova 4: Partikel (2012) e) Habiburrahman El Shirazy o Ayat-Ayat Cinta (2004) o Diatas Sajadah Cinta (2004) o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005) o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005) o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007) o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007) o Dalam Mihrab Cinta (2007) f) Herlinatiens o Garis Tepi Seorang Lesbian (2003) o Dejavu, Sayap yang Pecah (2004) o Jilbab Britney Spears (2004) o Sajak Cinta Yang Pertama (2005) 21
o Malam Untuk Soe Hok Gie (2005) o Rebonding (2005) o Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005) o Koella, Bersamamu dan Terluka (2006) o Sebuah Cinta yang Menangis (2006) g) Raudal Tanjung Banua o Pulau Cinta di Peta Buta (2003) o Ziarah bagi yang Hidup (2004) o Parang Tak Berulu (2005) o Gugusan Mata Ibu (2005) h) Seno Gumira Ajidarma o Atas Nama Malam o Sepotong Senja untuk Pacarku o Biola Tak Berdawai 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan sastra di Indonesia melalui empat masa, yaitu: Sastra Masa Purba, Sastra Masa Hindu/Arab, Sastra Baru, dan Sastra Mutakhir. iv
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/sastra diakses tanggal 6 Juni 2014. www.gitariskatak.blogspot.com diakses tanggal 6 Juni 2014. www.susastera.blogspot.com diakses tanggal 6 Juni 2014.