Seiring dengan perkembangan puisi, prosa Indonesia pun berkembang pula. Seperti
puisi, prosa pun mengenal prosa lama dan prosa baru atau prosa modern. Prosa lama bersifat
anonim; dengan penjenisannya meliputi dongeng, hikayat, fabel, sage. Sedangkan prosa baru,
dengan diukur dari panjang pendeknya, meliputi cerpen, novelet, dan novel/roman.
A. Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
Ciri umum angkatan ini adalah
1. tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda,
2. kasih tak sampai, dan kawin paksa, bahan ceritanya dari Minangkabau,
3. bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu,
4. bercorak aliran romantik sentimental.
C. Angkatan ‘45
Ciri umumnya adalah
1. bentuk prosa lebih bebas,
2. prosanya bercorak realisme,
3. tema dan setting yang menonjol adalah revolusi,
4. lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan
5. jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
D. Angkatan ‘66
Ciri – ciri periode ini adalah:
1) tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik,
2) isi lebih luas dan umum
3) standar budaya lebih umum dan lebih modern
4) Idealisme
5) Kalimat – kalimat yang digunakan pada cerita tidak meliuk – liuk seperti pujangga baru,
tetapi tidak pendek seperti angkatan ’45 ( singkatnya bahasanya bebas )
E. Angkatan ‘70
Pada angkatan inilah mulai lahir karya – karya yang lebih beragam dan melawan arus
mainstream. Sutardji Calzoum Bachtiar dianggap menjadi pelopor angkatan ini.
Nama-nama yang berpengaruh pada masa ini antara lain :
1. Noorca Mahendra, Sutardji Calzoum Bachtiar
2. Iwan simatupang
3. Nh. Dini
4. Sapardi Djoko Damono
5. Umar Kayam
6. Danarto
7. Putu wijaya
8. Abdul Hadi W.m
F. Angkatan ’80 sampai angkatan ‘90
Pada masa inilah sastra popular mendapat perhatian yang cukup besar masyarakat
pembaca karena cerita remaja dan cerita komedi begitu mendominasi.
sastrawan yang dikenal pada masa ini antara lain :
1. Arswendo Atmomiloto
2. Mira W
3. Hilman, dengan karyanya novel Lupus
4. Pipit Senja
5. Yudistira Ardinugraha,
6. Seno Gumira Ajidarma,
7. Kurniawan Junaidi,
8. Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat,
9. Arifin Noor Hasby,
10. Tarman Effendi Tarsyad,
11. Noor Aini Cahya Khairani, dan
12. Tajuddin Noor Ganie.
G. Angkatan 2000an
Angkatan ini ditujukan untuk menandai bergantinya pemerintahan dari order baru
kemasa pemerintahan pasca revormasi hingga sekarang ini.
Sastrawan - Sastrawan pada periode ini antara lain :
1. Seno Gumira ajidarma(Atas Nama Malam,Sepotong Senja untuk. PacarkuBiola Tak
Berdawai )
2. Ayu Utami karya ( Saman dan Larung )
3. Raudal Tanjung Banua (Pulau Cinta di Peta Buta, Ziarah bagi yang Hidup, Parang Tak
Berulu,Gugusan Mata Ibu )
4. Habiburrahman El Shirazy (Ayat-Ayat Cinta,Diatas Sajadah CintaKetika Cinta Berbuah
SurgaPudarnya Pesona Cleopatra,Ketika Cinta Bertasbih 1, Ketika Cinta Bertasbih 2, Dalam
Mihrab Cinta )
5. Andrea Hirata (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov Padang
Bulan dan Cinta Dalam Gelas)
6. Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara,Ranah 3 Warna )
7. Dorothea Rosa Herliany
8. Afrizal Malna
9. Yanusa Nugroho
10. Jujur Prananto
11. Wijhi Tukul
12. Bre Redana
Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami
perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat
feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5. Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2. Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan
kebenaran dan kenyataan
4. Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5. Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6. Tertulis