MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Sastra Indonesia
yang dibina oleh
Bapak Taufik Dermawan
oleh
Claudia Larassati (160211601870)
Fani Fitriana (160211600146)
Syntya Dewi K. (160211601807)
Tofan Aji Susanto (160211600101)
Jadi, sastra dan filsafat (pemikiran) memiliki hubungan yang erat. Sastra dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan filsafat. Dengan demikian sastra
dapat mengungkapkan berbagai ide atau gagasan tentang kehidupan. Sejalan
dengan pendapat Wellek & Austin Warren (1989:134-135) yang mengemukakan
bahwa sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat atau sebagai pemikiran
yang terbungkus dalam bentuk khusus. Jadi, sastra dianalisis untuk
mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat.
B. Hubungan Sastra dan Pemikiran
Ada berbagai macam cara untuk menjabarkan hubungan sastra dengan
pemikiran. Sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran
yang terbungkus dalam bentuk khusus. Dapat dikatakan bahwa dalam hal ini sastra
dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat. Sebaliknya, ada
pandangan yang meragukan kandungan filsafat pada karya sastra. Merujuk kepada
pandangan George Boas yang menyatakan bahwa pemikiran dalam puisi biasanya
basi, dan sering kali salah, dan tidak ada orang di atas enam belas tahun yang
menganggap puisi bernilai karena isinya.
Wellek dan Warren memiliki pandangan bahwa mereka setuju dengan apa
yang dikatakan Boas. Hal tersebut berdasarkan pada alasan bahwa banyak orang
melebih-lebihkan kadar ilmiah puisi. Padahal, banyak puisi yang terkenal karena
filsafatnya, ternyata hanya berbicara tentang hal-hal yang umum, seperti kefanaan
hidup dan permainan nasib. Mengenai puisi, lebih lanjut Wellek dan Warren memiliki
pandangan bahwa pemahaman terhadap keunikan karya sastra akan kacau kalau kita
meringkas karya sastra menjadi pernyataan-pernyataan doktrin. Lebih parah lagi
akibatnya kalau sekedar mengambil satu atau dua kalimat, atau bagian dari karya
sastra, terlepas dari keseluruhan karya itu.
Dalam hal ini Wellek dan Warren beranggapan bahwa hal tersebut merusak
keutuhan karya dan memasukkan kriteria penilaian asing ke dalam karya sastra.
C. Ciri-ciri:
1. Dibuktikan atas dasar penelitian tentang ideolodi sastra.
2. Sastrawan seringkali mempunyai afiliasi sosial dan latar sosial yang berbeda
dengan filsuf.
3. Seringkali dianut oleh kelas tertentu yang merupakan kelas sastrawan.
4. Hubungan yang padu diperkuat dengan penciptaan karya sastra yang
sebenarnya.
5. Sastra bukan dinilai sebagai pengganti filsafat.
D. Contoh Analisis Karya Sastra
Karya sastra membicarakan dunia manusia. Demikian juga filsafat, penekanannya
ada pada usaha untuk mempertanyakan hakikat dan keberadaaan manusia. Jadi,
sumbernya tetap bermuara pada manusia sebagai objeknya. Karya sastra maupun
filsafat, sebenarnya merupakan refleksi pengarang atas keberadaan manusia. Hanya
saja, jika karya sastra merupakan refleksi evaluatif, maka filsafat merupakan refleksi
kritis. Apa yang diungkapkan filsafat adalah catatan kritis yang awal dan akhirnya
ditandai dengan pertanyaan radikal yang menyangkut hakikat dan keberadaan
manusia. Sedangkan yang diungkapkan pada karya sastra adalah penilaian atau nilai-
nilai tentang hakikat dan keberadaan manusia. Itulah yang membedakan karya sastra
dan filsafat.