Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 9 : Kategori Makna Leksikal : Kategori Pendamping & Kategori Penghubung.

Nama Anggota :

1. Andhika Ari Setiawan (19020104017)


2. Muhammad Fikri Muktabar (19020104038)
3. Arsih Marta Sari (19020104059)

PERTANYAAN

- PERTANYAAN DARI SENSEI :

1. Bagaimana kategori pendamping nomina dalam bahasa Jepang? Mhn penjelasan dan beri
contohnya

2. Bagaiman Kategori penghubung koordinatif dan penghubung sub koordinatif dalam bahasa
Jepang sejauh yang kelompok ketahui? Mhn penjelasan

- PERTANYAAN TEMAN-TEMAN :

1. Fortunata (034) : Jelaskan maksud dari leksem " 'ke' untuk menyatakan tempat yang tidak
sebenarnya", dan berikan contohnya.

2. Rifani (056) : Apa yang membedakan penghubung koordinatif dan subordinatif

3. Kenyara (036) : Apakah penggunaan leksem sebab, karena, lantaran, dan berhubung (pada
leksem2 subordinatif makna penyebab) bisa saling menggantikan? Jika tidak, apakah ada
pola/kondisi tertentu dalam penggunaannya?

4. Aldinne (010) : Bagaimana contoh kalimat "pada" untuk lokasi yang tidak sebenernya?

5. Putri (043) : Apakah memungkinkan dalam 1 kalimat terdapat 2 leksem yang seirama dan
berurutan? Atau termasuk dalam pemborosan kata. (Contohnya leksem dalam leksem
Penegasan) apakah itu bisa diterima ?

6. Yosa (047) : deskripsikan seperti apa arti kualitas sendiri dari pendamping adjektiva. dan
kireteria apa saja agar dapat menyangkup dari kualitas pendamping ajektiva

7. Dava (065) : Karena leksem pendamping klausa memiliki posisi yang agak bebas, apakah
mungkin leksem tersebut dapat mengganti arti dari kalimat tersebut? jika mungkin kenapa dan
jika tidak mengapa?

8. Zulal (055) : bagaimanakah sebuah leksem itu terbentuk ?

9. Sarah (062) : Di penghubung koordinatif dikatakan pada penggabungan penghubung dan dan
serta digunakan untuk menghubungkan dua adjektiva yang maknanya sejalan. Lalu apa
alasannya tidak bisa digunakan untuk adjektiva yang maknanya berlawanan?
10. Rizal (040) : Jelaskan perbedaan dan persamaan pendamping di dengan pada, dan ke
dengan kepada serta berikan contoh pemakaian dalam kalimatnya

11. Shadad (019) : Apakah pendamping leksem "pelaku" hanya ada kata "oleh" saja?

JAWABAN

- JAWABAN UNTUK SENSEI :

1. Meishi (名詞) atau nomina merupakan kata yang menyatakan nama, suatu perkara, benda,
kejadian, atau peristiwa, keadaan dan sebagainya serta tidak mengalami konjugasi
(Sudjianto,2004:156). Sedangkan dalam Situmorang (2007:34) dijelaskan bahwa meishi ( 名詞)
dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi dan dapat menjadi subjek atau objek dalam
sebuah kalimat. Situmorang (2007: 34) menjelaskan bahwa jenis meishi ( 名詞) dibagi dalam 4
kategori yaitu : futsuu meishi ( 普 通 名 詞 ), koyuu meishi ( 固 有 名 詞 ), suushi ( 数 詞 ), dan
daimeishi (代名詞). Sedangkan Terada Nakanao dalam Sudjianto (2004 : 158) membagi kelas
kata meishi (名詞) ke dalam 5 kelompok yaitu :

1) Futsuu Meishi.

Futsuu meishi ( 普 通名 詞 ) merupakan nomina yang menyatakan nama-nama benda, barang,


peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum, misalnya : 山 (Yama, Gunung), 本 (Hon, Buku),
学校 (Gakkou, Sekolah), 世界(Sekai, Dunia), 星 (Hoshi, Bintang).

2) Koyuu Meishi.

Koyuu Meishi ( 固 有 名 詞 ) merupakan nomina yang menyatakan nama-nama yang


menunjukkan benda secara khusus seperti nama-nama daerah, nama - nama negara, nama
orang, nama buku, dan sebagainya, misalnya : 太平洋 (Taiheiyou, Samudera Pasifik), インドネ
シ ア (Indonesia), 日 本 (Nihon, Jepang), 富 士 山 (Fuji san, Gunung Fuji ), 韓 国 (Kankoku ,
Korea).

3) Suushi.

Suushi (数詞) merupakan nomina yang menyatakan bilangan, jumlah, kuantitas, urutan dan
sebagainya, misalnya : 三 つ (Mitsu, Tiga), 七 人 (shichi nin, Tujuh orang), 第 一 ( Daiichi,
pertama ), 五本 (Gohon, lima batang).

4) Daimeishi.

Daimeishi ( 代 名 詞 ) merupakan nomina yang menunjukkan sesuatu secara langsung tanpa


menyebutkan nama orang,

benda, barang, perkara, arah, tempat, dan sebagainya. Kata-kata yang dipakai untuk
menunjukkan orang disebut dengan ninshoo daimeishi (pronomina persona), sedangkan kata-
kata yang dipakai untuk menunjukkan benda, barang, perkara, arah, dan tempat disebut
dengan shiji daimeishi (pronomina penunjuk). Misalnya : kore, sore, are.

5) Keishiki Meishi.

Keishiki Meishi ( 形式名詞) merupakan nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas
tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai sebuah nomina, misalnya : こと、た
め、わけ、はず、まま、とおり、dan sebagainya.

2. Konjugsi dalam Bahasa Jepang memiliki fungsi utama sebagai penghubung antar kalimat atau
antar ide. Selain itu, konjugsi ini juga bisa menghubungkan klausa, frasa ataupun kata.
Menghubungkan kalimat, kata, atau klausa ini bisa membuat sebuah narasi atau dialog menjadi
memiliki makna yang lebih terang.

Dalam Bahasa Jepang, konjugsi juga bisa digunakan untuk membandingkan sesuatu. Hal ini juga
umum ditemui dalam struktur bahasa-bahasa lain. Namun begitu, di Jepang lebih unik karena
variasi susunan kalimatnya. Selain membandingkan sesuatu, konjugsi dalam Bahasa Jepang juga
digunakan untuk menggambarkan urutan sesuatu atau kejadian.

Fungsi lainnya dari konjugsi ini adalah untuk menyatakan sebab kejadian. Penyampaian alasan-
alasan juga bisa menggunakan konjugasi ini. Variasi dalam konjugasi untuk hal ini juga akan
mengacu pada kejadian atau hal yang membutuhkan kata penghubung itu sendiri.

Kemudian, konjungsi juga bisa digunakan untuk mempertentangkan sesuatu. Sesuatu itu bisa
kata, kalimat, urutan kejadian, frasa, atau juga klausul.

Contoh :

1. Atau

Ka” adalah konjugasi yang digunakan ketika ingin menanyakan sebuah pilihan atau
perbandingan. Cara penggunaannya adalah dengan meletakkan konjugasi ini pada akhir
kalimat. Mungkin konjugasi ini akan terlihat membingungkan karena akan muncul dua
“Ka” pada kalimat tanya, namun memang itulah fungsinya.

Contohnya adalah seperti ini:

Dochira ga tsukaitai desu ka? Enpitsu ka pen ka? Yang artinya kurang lebih adalah : mau
menggunakan yang mana? Pensil atau pulpen?.

2. Dan

Selain konjungsi “Ka” atau “Atau”, ada juga konjungsi “Dan”. Fungsi dari konjugasi ini
adalah untuk menghubungkan kata benda, kata sifat, atau kalimat. Uniknya, ada banyak
sekali jenis “Dan” ini tergantung pada apa yang akan dihubungkan. Berikut ini
contohnya :

Ketika akan menghubungkan kata benda atau urutan kata benda, maka akan digunakan
kata “to” yang berarti dan seperti ini :

Kaban to shatsu wo kaimashita yang artinya saya membeli tas dan baju.

Kemudian, ketika ingin menghubungkan atau mengatakan urutan kejadian, digunakan


kata “soshite atau sorekara” seperti ini:

Tokei wo kaimashita, soshite kyou sore wo naku shimashita yang artinya Saya membeli
arloji dan kehilangannya hari ini.

Lalu, untuk menghubungkan kata sifat, akan digunakan kata penghubung “kute atau de”
seperti ini:

Sono pasokon wa yasukute, hayakute, atarashii desu yang artinya Laptop itu murah,
cepat dan baru.

3. Tetapi

Kata penghubung tetapi dalam Bahasa Jepang adalah “Ga” atau “Demo”. Kedua kata ini
digunakan untuk menyatakan perlawanan antar kata atau kalimat. Bisa juga untuk
menyatakan alasan-alasan akan suatu hal atau kejadian.

Berikut ini adalah contoh penggunaan kedua kata sambung di atas:

Ga : Kata sambung ini artinya adalah “tetapi” dan penerapannya dalam kalimat adalah :

Senshuu kuruma o kaimashita ga, kowaremashita yang artinya beli mobil minggu lalu
tetapi sudah rusak.

4. Akan Tetapi

Seperti sudah disinggung di atas bahwa akan tetapi dinyatakan dengan kata “Demo”.

Demo : Kata sambung ini artinya adalah “akan tetapi” dan penerapannya dalam kalimat
adalah:

Senshuu kuruma o kai-mashita. Demo koware-mashita yang artinya membeli mobil


minggu lalu akan tetapi sudah rusak.

5. Karena, Karena itu


Untuk menyatakan karena atau karena itu, dalam Bahasa Jepang dikenal kata sambung
“Desukara” dan “Sorede”. Kata penghubung ini bisa digunakan untuk menyatakan sebab
atau alasan dari suatu hal. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut ini:

Desukara : Kyou wa tsuma tanjoubi desukara, hayaku kaeranakereba narimasen yang


artinya karena hari ini ulang tahun istrinya jadi harus cepat pulang.

Sorede : Koko wa mise mo kireidashi, shokuji mo dekirushi, sorede hito ga ooin desune
yang artinya disini tokonya bersih, bisa makan, karena itu ramai.

6. Namun, Bagaimanapun

Di jepang, dikenal juga konjungsi namun dan bagaimanapun yang gunanya untuk
mempertentangkan kata, frasa, klausa, atau kalimat. Hal yang dipertentangkan ini
digabungkan dengan menggunakan kata sambung namun dan bagaimanapun ini.

Kata sambung untuk namun atau bagaimanapun bisa diungkapkan dengan “ga”, “kedo”,
“keredo”, dan “keredomo”. Penggunaannya juga mirip dengan konjungsi tetapi. Kata-
kata sambung tadi akan menghubungkan kata dengan klausul, kata dengan kalimat,
atau juga kalimat dengan kalimat.

Di Jepang kata penghubung dibagi menjadi banyak macam sesuai fungsinya dan tidak dibagi
atas penghubungan antar klausa jadi jika melihat jenis dan banyaknya mungkin di Jepang
terdapat 140 kata penghubung.

- JAWABAN TEMAN-TEMAN :

1. Fortunata (034) : Mohon maaf, dalam penjelasan PPT kami ada kesalahan, jadi sebenarnya
kalimat dengan leksem "ke" lazim untuk menyatakan tempat yang sebenarnya sedangkan
"kepada" lazim untuk yang tidak sebenarnya. Untuk leksem "ke" yang dimaksud lazim untuk
menyatakan tempat yang sebenarnya adalah karna menyatakan tempat/lokasi yang
sebenarnya/ada/nyata.

Contoh : ke pasar, ke Bogor, ke sekolah.

2. Rifani (056) : Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan klausa setara,


sedangkan konjungsi subordinatifadalah konjungsi yang menghubungkan klausa tidak setara.

3. Kenyara (036) : penggunaan leksem sebab, karena, lantaran, dan berhubung dapat
menggantikan satu sama lain, tetapi tidak semua leksem dapat menggantikan leksem lain, serta
jika ingin mengganti leksem satu dengan yang lain pasti diperlukan penyesuaian pada kalimat
tersebut. (kami tidak datang sebab tidak diundang) disesuaikan dan diganti dengan (berhubung
kami tidak diundang, kami tidak datang)

4. Aldinne (010) : Pada dinding, pada ayah, dan pada tahun.


5. Putri (043) : Apakah memungkinkan dalam 1 kalimat terdapat 2 leksem yang seirama dan
berurutan? Ya bisa , tetapi tidak semua leksem atau penghubung bisa dipadukan pada contoh
leksem dalam makna penghubung penegasan jika kita paksakan untuk memadukan 2 leksem
atau lebih bukan hanya terjadi pemborosan kata, namun kalimat yang kita buat akan menjadi
aneh dan tidak sesuai. Untuk contoh yang lebih cocok mungkin bisa pada kata penghubung
koordinatif (mengurutkan) bisa digunakan jika memenuhi hal berikut, Dalam suatu paragraf
yang klausa-klausa atau kalimatnya merupakan kejadian yang kronologis semua leksem
penghubung dapat digunakan. (Mula – Mula diambilnya kertas dan pena, lalu ditulisnya sebuah
surat, kemudian dipanggil anaknya, selanjutnya disuruhnya anak itu mengantarrkan surat itu)

6. Yosa (047) : Pendamping adjektiva Kualitas:

Leksem yang digunakan adalah "sangat, agak, cukup, paling, sekali, maha, dan serba" Contoh:

-sangat modern

-sangat bijak

-agak kasar

-cukup bersih

-paling indah

-pintar sekali

-maha benar

-serba bisa

dan lain-lain.

7. Dava (065) : Posisi leksem pendamping klausa memang bebas, tetapi makna/arti dari isi
kalimat tersebut tidak berubah.

8. Zulal (055) : Untuk menjadi kata dalam satuan gramatikal, leksem diolah melalui proses
morfologi. Misalnya, leksem bicara. Setelah melalui proses morfologi yang disebut
dengan afiksasi, leksem bicara menjadi kata berbicara jika diberi awalan ber-. Setelah melalaui
proses afiksasi, leksem tidak hanya memiliki arti leksikal, tetapi juga mempunyai makna
gramatikal, yang maknanya bisa bertambah dari makna semula. 

9. Sarah (062) : Penghubung "dan" tidak bisa dipakai untuk menghubungkan dua adjektiva
yang maknanya berlawanan karena kata tersebut tidak saling terhubung / berkaitan, seperti
contoh dibawah ini :

- Pemuda itu "rajin" dan "malas".

- "Rajin" dan "malas" tidak ada bedanya bagi kami.


10. Rizal (040) :

1) Perbedaannya adalah "di" menyatakan lokasi yang sebenarnya, sedangkan "pada" untuk
lokasi yang tidak sebenarnya. Persamaannya yaitu "di" dan "pada" seringkali secara bebas
dapat dipertukarkan seperti di tahun atau pada tahun. Contoh : di kelas, di pasar; pada dinding,
pada tahun.

2) Pendamping "ke" lazim untuk menyatakan tempat yang sebenarnya sedangkan "kepada"
untuk menyatakan tempat yang tidak sebenarnya. Contoh : ke pasar, ke Bogor; kepada ayah,
kepada polisi.

11. Shadad (019) : Ya. Setelah kami mencari dari referensi lain selain buku, leksem dari
pendamping pelaku hanya memiliki leksem oleh.

Anda mungkin juga menyukai