Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah : Semantik Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Idawati S.Pd., M.Pd

“HUBUNGAN SEMANTIK DENGAN ILMU-ILMU LAIN”

OLEH

KELOMPOK 3

FARADINA ( 1951041044 )

NURFADLIAH ( 1951041034 )

ST. NURHALISA ( 1951040029 )

ZULPADLI RAHIM ( 1951041043 )

MUHAMMAD ZULFA ( 1951042034 )

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, penulis ucapkan


karena berkat-Nya sehingga mampu menyelesaikan makalah Semantik Bahasa
Indonesia ini dengan judul “HUBUNGAN SEMANTIK DENGAN ILMU-
ILMU LAIN” meski masih terdapat banyak kesalahan. Penulis akan tetap belajar
dari kesalahan-kesalahan yang harus dituntaskan.

Terima kasih kepada dosen yang senantiasa selalu membimbing kami


memberi arahan dan masukan, kepada kedua orang tua yang selalu memberikan
dukungan dan doa-doa demi selesainya makalah ini semua atas izin Allah.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi


para pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga dengan penuh harap kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya lebih baik lagi.

Makassar, 24 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Semantik dan Ilmu Lainnya yang Terkait .................... 3


B. Hubungan Semantik dengan Ilmu Lainnya .................................... 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. Kesimpulan .................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Linguistik merupakan ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek


kajiannya. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan
informasi dalam komunikasi baik secara lisan maupun tidak lisan. Pada umumnya
bahasa yang digunakan dalam suasana formal akan berbeda jika dibandingkan
dengan suasana tidak formal dan bahasa tertulis sering berbeda pula dengan
bahasa lisan. Namun, baik bahasa formal maupun tidak formal atau bahasa lisan
maupun tertulis terdapat satu komponen yang sangat penting di dalamnya.
Komponen penting ini disebut “makna”. Dalam tataran ilmu linguistik, makna
diberi istilah semantik.

Semantik merupakan ilmu yang dapat dikatakan luas cakupannya. Tidak


hanya mempelajari semantik tetapi juga mempelajari kaitan semantik itu sendiri
dengan bidang ilmu lainnya. Pateda (2001:11) mengemukakan bahwa masalah
makna tidak hanya menjadi urusan ahli yang bergerak di bidang semantik tetapi
juga menjadi kajian ahli yang bergerak di bidang filsafat, logika dan psikologi.
Oleh karena itu, seperti yang sudah disebutkan bahwa ilmu-ilmu yang terkait
pasal semantik di dalamnya antara lain linguistik, psikologi, logika, dan filsafat.
Menarik jika kita paham mengapa semantik memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu
tersebut. Atas dasar inilah kami dari kelompok satu berusaha menemukan sumber
bagaimana semantik itu berhubungan dengan disiplin ilmu lain. Pembahasan
tentang hubungan ilmu semantik dengan ilmu linguistik, psikologi, logika, dan
filsafat akan diuraikan satu per satu pada bagian pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari semantik, linguistik, psikologi, logika, dan filsafat?
2. Bagaimanakah semantik dapat dikatakan berhubungan dengan linguistik,
psikologi, logika dan filsafat?

1
C. Tujuan Penulisan

Secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Semantik sebagai tugas presentasi kelompok. Secara khusus, makalah ini
bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang ilmu semantik dan
hubungannya dengan disiplin ilmu yang lain sehingga ilmu semantik mampu
diterapkan tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam kehidupan
bermasyarakat.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yakni pembaca
dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan Semantik serta ilmu-
ilmu lain yang memiliki kaitan erat dengna ilmu semantik. Makalah ini juga dapat
menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk melakukan penelitian tentang analisis Ilmu Semantik dengan
Ilmu Lain yang terkait.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Semantik dan Ilmu Lainnya yang Terkait


1. Pengetian Semantik

Pengetian yang mudah dipahami perihal semantik disampaikan oleh


Verhaar (1999:385) yang mengemukakan bahwa semantik merupakan cabang dari
ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna. Dengan kata lain semantik
menjadikan makna sebagai objek penelitian ataupun kajiannya. Para ahli yang lain
seperti Samuel dan Kiefer, Lehrer, serta Kambartel juga memberi pengertian yang
tidak jauh beda dengan pengertian yang dikemukakan oleh Verhaar.

Makalah ini akan membahas tentang hubungan semantik dengan beberapa


disiplin ilmu. Oleh karena itu, sebelum kita meninjau hubungannya terlebih
dahulu kita tinjau pengertian dari berbagai ilmu yang berhubungan dengan
semantik itu sendiri.

2. Pengertian Ilmu Lainnya yang Terkait


a. Ilmu yang pertama adalah linguistik.
Menurut Verhaar (1996:3) Linguistik berarti ilmu tentang bahasa. Bahasa
menjadi objek kajiannya. Linguistik memiliki beberapa cabang ilmu yaitu
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi semantik merupakan bagian
dari ilmu linguistik. Tentu banyak kaitannya antar cabang ilmu linguistik
tersebut. (Verhaar 1999)

b. Ilmu yang kedua adalah Psikologi.


Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu psyce
dan logos. Psyce berarti jiwa, roh, atau sukma dan logos yang berarti ilmu.
Abdul Chaer menyatakan bahwa psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang
menjadikan jiwa sebagai objek kajiannya. Terkadang seseorang
menggunakan bahasa dalam suasana yang berbeda-beda. Ketika jiwa dalam
suasana bahagia maka bahasa yang diproduksi tentu akan berbeda dengan
bahasa yang diproduksi ketika jiwa dalam keadaan yang tidak tenang. (Chaer
2003)

c. Ilmu yang ketiga adalah Logika.

3
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Yasin and Sunarto Hapsyono 1990:193)
logika memiliki arti pengetahuan tentang cara berpikir secara sehat dan
beralasan serta masuk akal. Artinya kalimat yang nantinya dihasilkan oleh
seseorang harusnya memiliki makna yang beralasan dan masuk akal sehingga
diterima oleh orang yang membaca atau mendengar kalimat tersebut.

d. Ilmu selanjutnya adalah Filsafat.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) elektronik versi 1.3 filsafat
memiliki arti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Kalimat-kalimat yang
ditulis atau diujarkan seseorang akan berbeda segi analisis maknanya menurut
ahli filsafat yang disebut filsuf. Biasanya filsuf akan mempermasalahkan
makna dari sebuah kata itu sampai ke akar-akarnya yang dalam pengertian
disebutkan sebagai sebab dan asal.

B. Hubungan Semantik dengan Ilmu Lainnya


1. Hubungan semantik dengan ilmu linguistik

Sudah dibahas sebelumnya bahwa semantik merupakan salah satu cabang


ilmu linguistik. Tentu antara semantik dengan cabang ilmu linguistik lainnya
memiliki hubungan yang bisa dikatakan sangat dekat. Seseorang yang melakukan
komunikasi dengan orang lainnya tentu memiliki makna yang ingin disampaikan
dalam struktur bahasa yang diutarakan. Jadi, pemaknaan itu penting dalam
berbahasa karena jika berbahasa tanpa makna sama saja dengan berbicara tanpa
arah dan tujuan yang jelas. Penjelasan tentang hubungan semantik dengan cabang
ilmu linguistik lainnya akan dibahas pada paragraf berikutnya.

Pada tataran cabang ilmu linguistik, cabang ilmu tingkat pertama adalah
fonologi. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa.
Dalam ilmu fonologi, bunyi bahasa itu dapat membedakan makna. Contoh
perbedaan bunyi bahasa yang membedakan makna yaitu :

a. Kata apel yang bermakna buah dengan kata apel yang bermakna upacara.
b. Kata perang yang bermakna pertempuran dengan kata perang yang bermakna
merah kecoklatan atau kekuningan.

4
Makna yang berhubungan dengan ilmu fonologi ini lebih kepada makna
yang muncul karena perbedaan bunyi pada beberapa kata yang berbeda dan
perbedaan satu huruf saja pada sebuah kata yang mampu memunculkan makna
baru.

Cabang ilmu linguistik setelah fonologi adalah morfologi. Morfologi


merupakan ilmu yang mengkaji tentang morfem atau kata. Kata yang sudah
ditetapkan artinya dalam kamus tentu berbeda dengan kata yang sudah
ditambahkan kata lain didepannya. Sebagai contoh perhatikan kata dasar dan
rangkaian kata lain berikut.

Kaki

Kaki meja

Kaki gunung

Dari ketiga contoh tersebut, contoh pertama dan kedua pasti kita ketahui
maknanya meskipun membaca sepintas. Makna yang kita tangkap dari contoh
kaki meja dan kaki gunung tentu berbeda dengan bentuk dasar kaki yang sudah
memiliki arti tersendiri di dalam kamus. Penambahan-penambahan kata pada kata
atau bentuk dasar dapat mempengaruhi makna dari bentuk dasar itu sendiri.

Cabang ilmu linguistik setelah morfologi adalah sintaksis. Sintaksis


merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antar kata dalam kalimat. Ruang
lingkup yang dipelajari tidak hanya kalimat tetapi juga frasa dan klausa. Dalam
membuat kalimat yang sekurang-kurangnya harus terdiri atas unsur subjek dan
predikat juga harus memiliki makna yang padu(Taib and Rostina 2012). Pateda
(2001:12) menyatakan bahwa kalimat yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi merupakan kalimat yang bermakna dan masuk akal bagi pembaca
atau pendengar.

Sebagai contoh :

katak yang berlari mengejar musang

wahyu memakan batu-bata

Dari kedua contoh kalimat tersebut, memang secara struktur kalimat dapat
dikatakan benar tetapi makna yang dimiliki kalimat ini tidak benar karena tidak

5
logis. Pada kalimat pertama, ketidaklogisan terdapat pada katak yang berlari
karena pada kenyataannya katak tidak dapat berlari tetapi hanya dapat melompat.
Jadi tidak masuk akal jika katak itu berlari. Pada kalimat kedua, ketidaklogisan
terdapat pada subjek wahyu yang seorang manusia makan batu. Tidak logis jika
manusia makan batu selapar apapun orang itu. Intinya, kalimat tidak hanya harus
benar sesuai struktur tetapi juga harus sinkron antara makna dan kenyataan.

2. Hubungan semantik dengan ilmu psikologi

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa psikologi itu merupakan ilmu tentang


jiwa. Dalam berkomunikasi menggunakan kalimat dengan orang lain tentu
kalimat yang dihasilkan oleh penulis atau pembicara bergantung pada suasana hati
maupun keadaan jiwanya. Akan berbeda kalimat yang dihasilkan oleh orang yang
sedang bahagia dengan orang yang sedang sedih dan berbeda pula kalimat yang
dihasilkan oleh orang yang terganggu jiwanya dengan orang yang sehat jiwanya.
Sebagai contoh :

a. Ucha sedang malas bertemu dengan Sri


b. Iswani ingin melompat dari lantai tiga gedung FKIP
c. Sapu itu terlihat terbang tadi malam

Contoh yang pertama, Ucha sedang malas bertemu dengan Sri dapat
dimaknai oleh seorang psikolog dengan mengaitkan makna kalimat ini dengan
keadaan jiwa atau suasana hati penulis atau pembicara. Analisis yang dilakukan
seorang psikolog dari kalimat tersebut antara lain:

a. Mengapa Ucha malas bertemu Sri?


b. Apakah yang mengganggu Ucha jika bertemu Sri?
c. Siapakah yang mengujarkan kalimat ini? Uchakah atau orang lainkah?

Contoh yang kedua, Iswani ingin melompat dari lantai tiga gedung FBS.
Analisis yang dilakukan oleh psikolog terhadap pemaknaan kalimat tersebut
antara lain :

a. Mengapa Iswani ingin melompat dari lantai tiga?


b. Bagaimana keadaan jiwanya?
c. Apakah yang mengganggu jiwanya sehingga dia ingin berbuat demikian?

6
Contoh yang ketiga, kalimat sapu itu terlihat terbang tadi malam juga
dianalisis oleh seorang psikolog tidak jauh berbeda dengan dua contoh kalimat
sebelumnya.

Analisis tersebut antara lain:

a. Siapakah yang mengujarkan kalimat ini?


b. Bagaimanakah keadaan jiwanya?
c. Apakah yang mengganggu pikirannya?
d. Apakah dia sedang berhalusinasi ketika mengujarkan kalimat ini?

Setidaknya begitulah analisis yang akan dilakukan seorang ahli psikologi


terhadap makna dari kalimat yang diujarkan seseorang. Makna yang dilahirkan
bergantung pada keadaan jiwa orang yang mengujarkan. Penting bagi psikolog
untuk mengetahui keadaan jiwa dalam pemaknaan sebuah kalimat karena psikolog
akan mempelajari reaksi manusia, gejala jiwa, baik yang melewati kegiatan verbal
maupun yang nonverbal (Pateda:16).

3. Hubungan semantik dengan ilmu logika

Dalam berbahasa memang dituntut agar berbahasa yang logis atau masuk
akal sehingga dapat diterima apa yang ingin disampaikan tersebut. Bahasa ilmiah
berbeda dengan bahasa sastra yang tidak menuntut harus selalu menggunakan
bahasa yang bermakna logis karena sastra itu pembebasan pikiran menuju alam
imajinasi yang mampu menciptakan dunia baru yang berbeda dengan dunia nyata
yang kita jalani sebagaimana mestinya. Kembali kepada bahasa yang kita pelajari
adalah kalimat-kalimat yang harus logis. Perhatikan contoh kalimat berikut.

a. Kambing menangkap Ina


b. Kotak itu tidak dapat diangkat
c. Aku akan mencintaimu sampai si bisu mengatakan bahwa si tuli
mendengar si buta melihat si pincang sedang berjalan.

Kalimat yang pertama secara struktur kalimat dapat diterima karena


unsurnya lengkap mulai dari subjek, predikat, dan adanya kehadiran objek.
Namun, secara ilmu logika tentu tidak berterima karena tidak masuk akal jika
hewan bernama kambing menangkap manusia yang bernama Ina. Kambing

7
merupakan hewan pemamah biak yang memakan rumput dan biasa dijadikan
hewan ternak. Tidak mungkin jika hewan ternak mampu menangkap seorang
manusia. Tentu tidak ada alasan bagi seekor kambing untuk melakukan pekerjaan
menangkap manusia. Jadi kalimat ini tentu sangat tidak masuk akal.

Kalimat kedua kotak itu tidak dapat diangkat dijelaskan oleh Parera
(1991:187) bahwa kalimat ini tidak masuk akal karena belum jelas tidak dapat
diangkat oleh siapa dan berapa orang. Di samping itu, tidak diketahui kotak
tersebut terbuat dari apa sehingga tidak dapat diangkat oleh orang yang tidak
diketahui jumlahnya sehingga kalimat ini masih tergolong kalimat yang tidak
masuk akal.

Contoh ketiga juga secara struktur kalimat dapat diterima tetapi secara
logika kalimat aku akan mencintaimu sampai si bisu mengatakan bahwa si tuli
mendengar si buta melihat si pincang sedang berjalan sangat tidak logis. kata-kata
seperti bisu yang dapat berbicara, tuli yang dapat mendengar, buta yang dapat
melihat dan pincang yang dapat berjalan merupakan rangkaian kata yang mustahil
dalam bahasa ilmiah karena terjadi kontradiksi antar kata tersebut. Misalanya kata
bisu yang berkontradiksi dengan berkata, kata tuli yang berkontradiksi dengan
mendengar, kata buta berkontradiksi dengan melihat, begitu pula kata pincang
yang berkontradiksi dengan kata berjalan.

Bahasa merupakan sarana berpikir logis sehingga kehadiran makna


menjadi hal yang sangat urgen di sana. Bahasa yang tidak logis seperti bahasa
yang tidak memberikan keterukuran, pengalaman, nyata, dan bersifat kontradiksi
tidak memenuhi bahasa keilmuan atau bahasa ilmiah yang menuntut kelogisan
makna di dalamnya.

4. Hubungan semantik dengan ilmu filsafat

Dalam ilmu filsafat, bahasa yang memproduksi kalimat-kalimat untuk


berkomunikasi dipertanyakan asal penamaannya. Filsuf memang orang yang
sanggup mempertanyakan kebenaran sampai ke dasar-dasarnya. Tidak heran jika
mereka memiliki pandangan luas dan tidak ingin dibatasi pemikirannya terhadap
kebenaran sesuatu.

8
Perhatikan analisis mereka terhadap kalimat berikut.

a. Kelompok satu sedang mempresentasikan makalah mereka.


b. Dosen kami merupakan lulusan luar negeri

contoh kalimat pertama akan dianalisis pemaknaannya oleh ahli filsafat


antara lain:

a. Mengapa manusia yang berkumpul lebih dari satu orang itu disebut
kelompok?
b. Mengapa setiap yang di awal atau yang menjadi yang pertama itu disebut
satu? bukan sati atau sata?
c. Mengapa menampilkan atau menyajikan sesuatu untuk khalayak ramai itu
disebut presentasi?
d. Mengapa digunakan kata makalah? bukan makalih, makeleh, atau
sebagainya?

Contoh kalimat kedua pun tidak jauh berbeda bentuk analisisnya oleh
filsuf seperti yang telah dianalisis pada kalimat sebelumnya. Analisisnya antara
lain:

a. Mengapa digunakan kata dosen untuk orang yang mengajar di perguruan


tinggi?
b. Mengapa digunakan kata kami? mengapa tidak digunakan kata kama, kimi
dan sebagainya?

Analisis yang sama terjadi pada kata-kata berikutnya yang intinya


mempertanyakan asal dari kata tersebut dan mengapa digunakan kata itu untuk
makna yang menunjukkan seperti ini, dari mana dasarnya, mengapa demikian, dan
sederetan pertanyaan mendasar yang susah untuk kita jelaskan. Pertanyaan-
pertanyaan yang apabila ditanyakan kepada orang yang bukan ahli filsafat hanya
bisa menjawab dengan kalimat “karena memang sudah seperti itu sejak dulu”.
Analisis-analisis yang membuntukan pemikiran kita sebagai orang yang awam
ilmu filsafat.

9
5. Hubungan semantik dengan ilmu politik

Ada satu ilmu lagi yang sangat mementingkan semantik di dalamnya. Ilmu
tersebut adalah ilmu politik. Ilmu politik merupakan ilmu yang memperlajari
tentang seluk-beluk ketatanegaraan baik mengenai sistem, dasar, maupun siasat
negara. Pateda (2001:14) menjelaskan beberapa contoh keterkaitan semantik
dengan ilmu politik. Perhatikan cotoh kalimat berikut ini.

a. pemerintah sedang berusaha menyesuaikan tarif BBM tahun ini.


b. jika tarif BBM naik tahun ini dikhawatirkan masyarakat akan mengganggu
ketertiban.

Urutan kata menyesuaikan tarif pada contoh kalimat pertama digunakan


untuk menggantikan urutan kata menaikkan harga karena pertimbangan politik.
Sebenarnya makna dari kedua urutan kata tersebut sama. Namun digunakan
urutan kata menyesuaikan tarif karena dirasa urutan kata tersebut lebih halus dan
dapat diterima masyarakat dengan mudah. Begitu pula urutan kata mengganggu
ketertiban digunakan untuk menggantikan kata berontak. Hal yang sama terjadi
pada urutan kata ini yaitu digunakan karena lebih halus, sopan, berpendidikan,
dan mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, semantik dalam hal ini
pemaknaan terhadap kata-kata yang dipilih oleh politikus sangat penting. Tidak
heran jika politikus yang profesional itu sangat ahli dalam berbahasa dan biasanya
bahasa mereka lebih halus sehingga sampai ke masyarakat dan menjadi mudah
membujuk masyarakat jika terjadi sesuatu yang menyebabkan perdebatan.

Demikianlah penjelasan hubungan antara semantik dengan beberapa


disiplin ilmu lain yang jika dikaji dan paham sangat bermanfaat bagi kehidupan
kita. Banyak yang dapat menjadi pelajaran baru dan banyak pula yang akan
membuka wawasan kita bahwa setiap ilmu itu tidak mutlak berdiri sendiri. Ilmu
itu pasti membutuhkan ilmu lain dalam perkembangannya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan tentang hubungan


semantik dengan ilmu lainnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa cabang ilmu
linguistik yang disebut semantik ini berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu
bahkan ilmu yang sangat mendasar. Oleh karena itu, semantik merupakan ilmu
yang mempelajari makna dalam artian yang luas ia menjadi sangat penting dalam
berbagai disiplin ilmu sehingga banyak bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat
untuk ilmu yang membahas seputar bahasa tetapi juga bermanfaat bagi didang
ilmu lainnya seperti psikologi, logika, filsafat, bahkan ilmu politik.

Setelah mempelajari ilmu semantik ini semoga kita dapat menerapkannya


dalam ilmu yang lain seperti yang sudah diuraikan.

B. Saran

Semantik dapat dikatakan cabang ilmu yang sulit karena berbagai macam
aspek makna dan dari segi mana makna itu akan dilihat. Keterkaitannya dengan
ilmu lain pun berbeda cara pemaknaannya sehingga perlu bagi kita untuk benar-
benar memahami kembali dasar semantik ini. semoga setelah mempelajari ilmu
semantik kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain seperti yang sudah
diuraikan sehingga ilmu linguistik kita menjadi sempurna.

11
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Parera, and Jos Daniel. 1991. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pateda, Mnasoer. 2001. Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT


Rineka Cipta. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Taib, and Rostina. 2012. Sintaksis. CV. Bina Nanggroe.

Verhaar. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Gajah Mada University Press.

Yasin, Sulkan, and Sunarto Hapsyono. 1990. Kamus Bahasa Indonesia Praktis
Dan Populer. Surabaya: Surabaya Mekar.

12

Anda mungkin juga menyukai