Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Drama Sebagai Teater


Dosen Pengampu : Prof. Anshari, M.Hum

Disusun Oleh :

Kelompok 2 :

1. Putri Fadillah Amini R. Chaniago (1851040017)


2. Nur’ Azizah (1851040018)
3. Muh. Iswan (1851040019)
4. Siti Nur Fadillaturrisqui (1851040020)
5. Miftahul Jannah Lukman (1851040021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH Swt, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “
Drama Sebagai Teater”. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada baginda
Rasulullah yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menjadikan kami kaum muslimin dan
muslimat yang berada dizaman yang terang benderang.

Dalam makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi,
maupun cara penulisan. Maka kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk memberikan saran terhadap makalah kami. Semoga makalah kami dapat menambah
wawasan bagi para pembaca khususnya kami para penulis.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi dan bisa menambah ilmu
kita semua, Aamiin.

Makassar, 25 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2

A. Pengertian Drama......................................................................... 2
B. Pengertian Teater ................................................................... 3
C.    Pengertian Drama Sebagai Teater ……........................................ 4
D. Unsur-unsur Drama Sebagai Teater……..................................... 5
E. Unsur-unsur Artistk Pementasan Drama................................... 7
F. Fungsi Drama Sebagai Teater....................................................... 8

BAB III PENUTUP................................................................................. 9

A. Kesimpulan.................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari drama?


2. Apakah pengertian dari teater?
3. Apakah pengertian dari drama sebagai teater?
4. Apakah unsur-unsur drama sebagai teater?
5. Apakah unsur-unsur artistk pementasan drama?
6. Apakah fungsi drama sebagai teater?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari drama


2. Untuk mengetahui pengertian dari teater
3. Untuk mengetahui pengertian dari drama sebagai teater
4. Untuk mengetahui unsur-unsur drama sebagai teater
5. Untuk mengetahui unsur-unsur artistk pementasan dram
6. Untuk mengetahui fungsi drama sebagai teater

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia atau KUBI yang disusun oleh W. J.
S. Poerwadarminta (Balai Pustaka, 1976:258), istilah drama berasal dari Eropa dan
diartikan dalam dua pengertian, yakni:

a) Cerita sandiwara yang mengharukan; lakon sedih

b) Merupakan kiasan peristiwa yang ngeri atau menyedihkan. (Ingatlah setiap


peristiwa yang sering dianggap didramatisir tidak jarang karena situasinya yang
menyedihkan).

Seni drama sebagai turunan istilah itu merupakan seni mengenai sandiwara atau
cara menjalankan dan menulis lakon. Jika mengikuti pengertian itu drama dapat
disimpulkan sebagai cerita lakon dan lakon cerita yang menggambarkan suatu
peristiwa yang menyedihkan atau mengerikan. Kemudian untuk memahami lebih jauh,
drama bertolak dari sebuah bentuk cerita yang dituliskan sebelum dilakonkan. Jadi
ada drama yang disebut sebagai naskah dan ada juga yang dianggap sebagai lakon itu
sendiri berdasarkan naskah.

Pengertian drama dari versi lain adalah perbuatan di atas panggung (to do, to
dran) dan bentuknya (draomai). Tentu yang berbuat di atas panggung untuk
mewujudkan bentuk itu adalah pemain drama. Tuntutan bagi seorang pemain drama
sesuai dengan perkataan William Shakespeare (pengarang drama klasik Inggris) dengan
kalimat: Sesuaikan perbuatan dengan kata, dan kata dengan perbuatan. Para pemain
drama dapat dianggap melebihi seorang pahlawan karena mewujudkan sebuah cerita
lakon di atas panggung.

Seorang Maxim Gorki (pengarang Rusia) kelihatan sinis kepada para pahlawan
dengan kalimatnya: Memang, ia seorang pahlawan, tetapi ia tidak dapat bercerita
(Luxemburg dkk, 1986:158). Dalam kaitan drama sebagai cerita lakon atau naskah
kategorinya masuk dalam sastra drama. Namun dalam kaitannya dengan lakon cerita dapat
menjadi pintu masuk ke dalam teater.

2
B. Pengertian Teater

Seni teater adalah salah satu jenis kesenian berupa pertunjukan drama yang
dipentaskan di atas panggung. Secara spesifik, seni teater adalah sebuah seni drama yang
menampilkan perilaku manusia dengan gerak, tari, dan nyanyian yang disajikan lengkap
dengan dialog dan akting para pemainnya. Kata teater diambil dari bahasa Yunani,
theatron, yang artinya tempat atau gedung pertunjukan.

Istilah ‘teater’ dapat diartikan secara luas dan sempit. Secara luas, pengertian seni
teater adalah seluruh adegan akting dan peran yang dipertunjukan di atas panggung di
depan banyak penonton. Contohnya ketopak, wayang, sintren, dagelan, akrobat.

Sedangkan secara sempit, pengertian seni teater adalah adegan tentang perjalanan
hidup seseorang yang dibuat sedemikian rupa sehingga patut untuk dipertontonkan kepada
khalayak umum di atas panggung pertunjukan dan didramakan sesuai dengan naskah yang
telah dibuat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teater adalah:

a) Gedung atau ruangan tempat pertunjukan film, sandiwara, dan sebagainya

b) Ruangan besar dengan deretan kursi-kursi ke samping dan ke belakang untuk


mengikuti kuliah atau untuk peragaan ilmiah

c) pementasan drama sebagai suatu seni atau profesi; seni drama; sandiwara; drama

Sedangkan teater sering disebut juga dengan drama dan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, drama adalah:

a) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan
watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan

b) cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus
disusun untuk pertunjukan teater

c) kejadian yang menyedihkan.

Begitu banyak pengertian seni teater. Namun, kata kunci yang dapat diambil dari
banyaknya definsi di atas: seni teater adalah sebuah kesenian yang berasal dari naskah yang
didramakan di atas panggung dan dilihat oleh khalayak umum.
3
C. Drama Sebagai Teater

1. Pengertian Drama Sebagai Teater

Sama halnya dengan drama, teater juga berasal dari kata bahasa yunani, theatron
yang berarti tempat. Ada juga yang menyatakan teater sebagai panggung. Akan tetapi, jika
disandarkan secara etimologi, teater adalah gedung pertunjukan. Dalam arti luas, teater
merupakan kisah kehidupan manusia dan kemanusiaanya yang di pertunjukan di depan
orang banyak, misalnya : wayang orang, ludruk, lenong, reog dan dulmuluk, sedangkan
dalam arti sempit, teater merupakan kisah kehidupan manusia dan kemanusianya yang di
tuangkan dalam bentuk pementasan untuk di saksikan orang banyak melalui media gerak,
percakapan, dan laku dengan atau tanpa dekorasi serta di dasarkan pada naskah tertulis
yang di iringi atau tanpa musik.

Sehubungan dengan itu, drama dan teater memiliki bentuk dan makna yang sama,
tetapi berbeda acuanya. Kecenderungan drama memiliki pengertian pada seni sastra,
dimana drama setaraf dengan genre lainnya, yaitu puisi dan prosa/esai.Mengingat drama
juga berarti suatu kejadian atau  peristiwa tentang kehidupan manusia dan kemanusiaan
yang di tampilkan pada  suatu pentas sebagai bentuk pertunjukan, maka drama menjadi 
sebuah peristiwa teater. Dengan kata lain, teater dapat tercipta karena ada drama.

Dalam dimensi drama sebagai seni teater, drama dapat memberi pengaruh


emosional yang lebih besar dan terarah kepada penikmat jika dibandingkan dengan genre
sastra lannya Dengan menyaksikan secara langsung peristiwa di atas pentas, unsur
emosional penikmat lebih mudah digugah atau tergugah). Kepandaian para aktor
menafsirkan hidup dan kehidupan secara pas, ekspresif dan estetik di atas pentas, membuat
lakon drama itu jadi aktual, mirip kehidupan manusia yang sebenarnya yang pernah, akan
dan mungkin dialam para penonton (Rahman,Elmustian dan Abdul Jalil. 2003). Sejarah
Sastra. Pekanbaru: Unri press). Beberapa karakteristik drama sebagai teater:

1) Keterkaitan dimensi sastra dengan dimensi seni pertunjukan mengharuskan


para aktor dan pemain menghidupkan tokoh yang di gambarkan pengarangnya
lewat apa-apa yang diucapkan tokoh-tokoh tersebut bentuk dialog-dialog.
2)  Unsur panggung  membatasi pengarang menuangkan imajinasinya. Namun
demikian, panggung juga dapat memberi kesempatan sepenuhnya kepada
pengarang untuk dapat mempergunakannya agar menarik dan memusatkan

4
perhatian penikmat dan penonton pada suatu situasi tertentu, yaitu situasi
panggung.
3) Bentuk yang khusus dari drama adalah keseluruhan peristiwa disampaikan
melalui dialog.
4) Konflik kemanusian menjadi syarat mutlak. Tanpa konflik peristiwa tidak
akan bergerak satuan-satuan peristiwa dapat berjalan dan menciptakan alur atau
plot dalam bentuk dialog jika satuan-satuan peristiwa itu dikontroversikan
melalui konflik-konflik.
5) Dimensi seni pertunjukan pada drama, disamping memiliki nilai keunggulan
memiliki pula segi kelemahan. Keunggulan adanya dimensi seni pertunjukan
pada derama adalah peristiwa dapat disaksikan langsung secara konkret,
sedangkan kelemahannya dibanding dengan fiksi dan puisi pertunjukan derama
tidak dapat dinikmati untuk yang kedua kalinya dengan suasana dan situasi
emosi yang sama.
6) Sutradara, aktor, dan pendukung pementasan harus secara arif menafsirkan
dan berusaha setuntas mungkin untuk memvisualisasikan tuntutan teks derama.

2. Unsur-Unsur Drama sebagai Teater


Sebagai pertunjukan, unsur-unsur utama drama adalah sebagai berikut:

a) Seni Peran

Seni peran sebagai unsur utama menjadi citra penting untuk


menjaga keberlangsungan sebuah teater. Teater tanpa seni peran
menjadi mustahil kalau mau bicara dan beraktivitas melalui teater. Tentu
saja seni peran itu dilakukan oleh para personil seperti pemain, aktor, atau
aktris. Teori seni peran bertujuan untuk kepentingan lakon yang diatur
secara dramatis atau menarik. Pemain atau aktor dapat menggali seni peran
itu melalui berbagai cara di luar arahan sutradara. Seni peran dijiwai
dari suatu pemikiran, konsep, bahan peran (seperti cerita, teks, naskah),
teknis, dan adaptasi ke tempat permainan. Teori seni peran juga memiliki
macam-macam aliran, seperti realisme, karikaturis, gaya pantomim,
absurd, dan lain-lain. Pemahaman atas aliran atau gaya itu sering menjadi
bahan pembicaraan antara pemain atau aktor/aktris dengan sutradara.
Elemen penyutradaraan tidak mungkin mengabaikan persoalan aliran
dalam teater.

5
b) Seni Panggung

Seni panggung merupakan unsur penting kedua untuk sebuah


peristiwa teater. Seni panggung mencakup tempat pertunjukan atau
pentas, dekorasi atau setting panggung secara visual atau simbolik,
kelengkapan artistik seperti lampu atau cahaya. Selama peristiwa teater
berlangsung di atas panggung kostum dan rias secara visual menjadi
bahagian dari seni panggung itu sendiri. Kostum dapat terdiri dari
pakaian dan alat yang digunakan pemain selama permainan. Dalam
upacara primitif kostum sering tidak ditonjolkan. Sebaliknya dalam
upacara agama, kostum selalu diperhatikan secara simbolik sebagai
tanda kebesaran. Dalam garapan teater sebagai tontonan kostum sering
membedakan para pemain secara visual. Itu sudah terkondisi dan harus
terjadi. Bayangkan kalau dua kubu dalam permainan sepak bola dengan
kostum yang serupa, pasti berabe!

c) Seni Gerak

Seni gerak memperkaya seni peran dalam teater. Bahkan dapat


menjadi satu kesatuan, seperti yang dilakukan dalam opera dengan
musik dan sastra. Seni gerak menyangkut koreografi atau garapan tari
yang dapat mendukung dan menajamkan permainan secara artistik.

d) Seni Musik

Seni musik di dalam teater dapat bersifat fleksibel dan


kadangkala dianggap sebagai pengiring saja. Namun garapan musik
dalam teater tidak boleh dikatakan terpisah dan dilakukan semaunya
saja. Kalau hal itu terjadi, ia hanya semakin merusak pertunjukan teater
itu sendiri. Pelaku musik dalam teater harus mengerti teater itu sendiri
dan tidak harus ahli musik secara umum.

e) Seni Sastra/Naskah

Di tataran kecil, seni sastra dapat menjajah permainan teater


karena ketergantungannya kepada naskah. Namun seni sastra tidak
mungkin dilepaskan dari teater yang menampilkan seni perannya secara
verbal atau menggunakan dialog dalam bentuk kalimat atau susunan kata-
6
kata. Seni sastra dalam teater seperti partitur dalam konser musik
klasik. Namun diwujudkan kembali melalui bentuk hafalan dan penghayatan
isi naskah. Dialog-dialog yang dilontarkan pemain atau aktor/aktris selama
penampilan mereka bahannya dapat dihafal dan diambil dari naskah.
Namun ada juga dialog-dialog yang bersifat spontan atau tanpa
mengandalkan naskah. Penampilan teater-teater rakyat seperti Opera
Batak, Lenong, Ketoprak, dan lain-lain naskah tidak diperlukan lagi
karena para pemainnya dapat secara spontan menciptakan dialog di atas
panggung.

f) Non-Artistik atau Pengorganisasian Produksi Pertunjukan

Unsur–unsur seni dalam teater menjadi kategori yang


diperhatikan secara intens dalam proses membentuk pertunjukan teater.
Setelah proses menemukan bentuk pertunjukan selesai, non-artistik
merupakan kategori pelengkap untuk membuat suatu pertunjukan teater
berhasil. non-artistik menyangkut sistem produksi dan promosi untuk
mengajak para penonton datang dan hadir melihat pertunjukan teater. Tentu
non-artistik memerlukan personil yang mengetahui sistem-sistem itu,
seperti personil yang dibutuhkan dalam penggarapan unsur-unsur seni
tadi dalam teater.

3. Unsur-unsur artistik pementasan drama


1) Setting (tata panggung), disesuaikan dengan tuntutan naskah
2) Lighting (tata cahaya), penggunaan lampu (pencahayaan) disesuaikan
dengan adegan, suasana, dan latar cerita. Hal yang perlu diperhatikan adalah
arah cahaya, warna, dan intensitas (kekuatan cahaya).
3) Musik. Musik dalam drama berperan mendukung dan menegaskan isi cerita
dan adegan. Tidak harus setiap adegan disertai dengan adanya alunan musik,
kecuali drama itu berbentuk drama musical.
4) Busana. Busana (kostum) dalam drama disesuaikan dengan tuntutan cerita.
5) Tata rias. Tata rias (make up) wajah haruslah mendukung dan menguatkan
karakter tokoh yang diperankan. Make up tidak bertujuan untuk membuat
aktor/aktris menjadi lebih ganteng atau cantik, tetapi lebih menekankan pada
penegasan karakter tokoh. Make up semacam ini dikenal dengan istilah make up
karakter

7
4. Fungsi Drama sebagai Teater

Di dalam setiap pementasannya, beberapa bentuk drama selalu membawa misi yang
ingin disampaikan kepada penonton. Sebenarnya dalam setiap pertunjukan seni drama ada
beberapa nilai tertentu yang dikandungnya. Seni pertunjukan drama (tradisional) secara
umum mempunyai empat fungsi, yaitu:

1) fungsi ritual, seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak pada


aturan-aturan tradisi. Misalnya sesaji sebelum pementasan wayang, ritual-ritual
bersih desa dengan seni pertunjukan dan sesaji tertentu, pantangan-pantangan yang
tidak boleh dilanggar selama pertunjukan dan lainlain. Sebagai media pendidikan,
pertunjukan tradisional mentransformasikan nilai-nilai budaya yang ada dalam seni
pertunjukan drama tersebut.
2) Media pendidikan, Seni pertunjukan drama (tradisional) (wayang kulit, wayang
orang, ketoprak) sebenarnya sudah mengandung pada hakikat seni pertunjukan itu
sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya dan juga dalam ceritanya. Misalnya
pertentangan yang baik dan yang buruk akan dimenangkan yang baik, kerukunan
Pandawa, nilai-nilai kesetiaan dan lain-lain.
3) Media penerangan ataupun kritik sosial, baik Misalnya pesan-pesan pembangunan,
penyampaian informasi dan lain-lain. Rakyat dapat mengkritik pimpinan atau
pemerintah secara tidak langsung misalnya lewat adegan goro-goro pada wayang
atau dagelan pada ketoprak. Hal ini disebabkan adanya anggapan mengkritik (lebih-
lebih) pimpinan atau atasan adalah “tabu”. Melalui sindiran atau guyonan dapat
diungkap tentang berbagai ketidakberesan yang ada, tanpa menyakiti orang lain.
4) Menghibur penonton, seni pertunjukan drama dapat pula berfungsi untuk
menghilangkan stres dan menyenangkan hati. Sebagai tontonan atau hiburan seni
pertunjukan drama Pertunjukan ini diselenggarakan benar-benar hanya untuk
hiburan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab 2 maka dapat ditarik sebagai berikut :

 Drama merupakan cerita lakon dan lakon cerita yang menggambarkan suatu
peristiwa yang menyedihkan atau mengerikan.
 Seni teater adalah adegan tentang perjalanan hidup seseorang yang dibuat
sedemikian rupa sehingga patut untuk dipertontonkan kepada khalayak umum di
atas panggung pertunjukan dan didramakan sesuai dengan naskah yang telah
dibuat.
 Mengingat drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang kehidupan
manusia dan kemanusiaan yang di tampilkan pada suatu pentas sebagai bentuk
pertunjukan, maka drama menjadi sebuah peristiwa teater. Dengan kata lain,
teater dapat tercipta karena ada drama.
 Sebagai pertunjukan, unsur-unsur drama meliputi: seni peran, seni panggung,
seni gerak, seni musik, seni sastra!/naskah, dan non artistik atau
pengorganisasian produksi pertunjukan.
 Fungsi drama sebagai teater meliputi: fungsi rituan (tradisi), media pendidikan,
media penerang atau kritik sosial, serta menghibur penonton.
B. Saran

Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan kita mengenai "Drama sebagai
Teater". Oleh karena itu, kami berharap agar para pembaca dapat mempergunakan
makalah ini sebagaimana mestinya. Kritik serta saran juga tentu akan sangat kami
butuhkan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin luput dari pengetahuan kami
dalam penyusunan makalah maupun dalam mencantumkan materi. Selain itu, kiranya
pembaca dapat mengimplementasikan dengan baik seni drama sebagai teater.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://fayzaaveiroo.blogspot.com/2013/09/hakikat-drama.html

https://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/pengertian-seni-teater/amp

http://maulasalmaf.blogspot.com/2011/02/seni-pertunjukan.html

Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. (2003). Sejarah Sastra. Pekanbaru: Unri press

http://teaterkompasku.blogspot.com/2014/10/mengenal-drama-dan-teater.html?m=1

http://www.lintasjari.com/2013/07/pengertian-seni-pertunjukan-dan jenisnya.html

10
11

Anda mungkin juga menyukai