Anda di halaman 1dari 10

Nama : Syaiful Nur Rohman

NPM : 1611100312
Kelas :G
Mata Kuliah : Drama

A. Pengertian dan Hakikat Drama


Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau
tindakan. Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia
dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.
Istilah drama juga dikenal berasal dari kata drama (Perancis) yang
digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon tentang kehidupan kelas menengah.
Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Percakapan atau dialog itu sendiri bisa diartikan
sebagai action. Kata kunci drama adalah gerak. Setiap drama akan
mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang
membedakan dengan puisi dan prosa fiksi.
Drama ataupun teater adalah pertunjukan yang terjadi pada dunia
manusia. Pelaku drama tentu manusia yang pandai berdrama. Berdrama
artinya pandai memoles situasi, bisa berminyak air, bisa menyatakan yang
tidak sebenarnya, dan imajinatif.
Drama adalah karya sastra yang disusun untuk melukiskan hidup dan
aktivitas menggunakan aneka tindakan, dialog, dan permainan karakter.
Drama penuh dengan permainan akting dan karakter yang memukau
penonton. Drama merupakan karya yang dirancang untuk pentas teater. Oleh
karena itu, membicarakan drama jelas tak akan lepas dari aspek komposisi
yang kreatif.
Sebuah drama pada hakikatnya hanya terdiri atas dialog. Mungkin dalam
drama ada petunjuk pementasan, namun petunjuk pementasan ini sebenarnya
hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan para pemain. Oleh karena itu,
dialog para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama (hauptext) dan
petunjuk lakuannya disebut teks sampingan (nebentext).
Drama seperti sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang diceritakan
lewat pertunjukan. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama
adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.
Drama adalah sebuah karya tulis berupa rangkaian dialog yang menciptakan
atau tercipta dari konflik batin atau fisik dan memiliki kemungkinan untuk
dipentaskan. Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia
dan harus melahirkan kehendak manusia denga action dan perilaku.
Dilihat dari beberapa pengertian drama yang telah diungkapkan tersebut
tidak terlihat perumusan yang mengarahkan pengertian drama kepada
pengertian dimensi sastranya, melainkan hanya kepada dimensi seni lakonkya
saja, padahal meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan,
tidaklah berarti bahwa semua karya drama yang ditulis pengarang haruslah
dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun karya drama tetap dapat dipahami,
dimengerti, dan dinikmati. Tentulah pemahaman dan penikmatan atas karya
drama tersebut lebih pada aspek cerita sebagai ciri genre sastra dan bukan
sebagai karya seni lakon. Oleh sebab itu, dengan mengabaikan aspek sastra di
dalam drama hanya akan memberikan pemahaman yang tidak menyeluruh
terhadap suatu bentuk karya seni yang disebut drama.
Pada hakikatnya drama adalah karya yang memiliki dua dimensi
karakteristik, yaitu dimensi seni pertunjukkan dan dimensi satra.
Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkikan ditulis dalam bahasa
yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya
dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh irama dan
kaya akan bunyi yang indah namun sekaligus menggambarkan watak-watak
manusia secara tajam. Jadi drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis
dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu
seni pertunjukkan.
Paling sedikit ada tiga pihak yang saling berkaitan dalam pementasan,
yaitu sutradara, pemain, dan penonton. Mereka tidak mungkin bertemu jika
tidak ada naskah (teks). Secara praktis, pementasan bermula dari naskah yang
dipilih oleh sutradara, tentunya setelah memulai proses studi. Ia memiliki
penafsiran pokok atas drama itu yangs selanjutnya ia tawarkan kepada para
pemain dan pekerja panggung (teknisi). Persoalan drama dalam dimensi seni
pertunjukan masih terlihat sederhana karena setelah ini, penonton yang
menjadi tahu bahwa drama telah menjadi suatu seni pertunjukan yang siap
dinikmati. Bagi para pemain, unsur komposisi pentas harus dikuasai dengan
sangat baik karena unsur ini merupakan sarana utama bagi para pemain untuk
berekspresi. Apapun adegan, tindakan, serta perilaku (akting) para pemain
harus mereka mainkan di arena pentas. Pemain harus mengetahui posisi di
mana mereka melakukan laku drama di atas pentas. Posisi pemain di atas
pentas memberikan pengaruh tertentu bagi efektivitas tidaknya laku dramatik
yang dilakukan tersebut.
Teknik bermain (acting) merupakan unsur yang penting dalam seni
seorang pemain (actor) merupakan alam maupun yang bukan. Pemain
berdasarkan bakat alam dan yang bukan perlu mengetahui seluk-beluk teknik
bermain, meskipun cara mereka mendapatkan teknik itu berbeda.
Konsep teknik bermain drama yang dirumuskan dapat disebutkan bahwa
bermain peran adalah memberi bentuk lahir pada watak dan emosi aktor, baik
dalam laku dramatik maupun di dalam ucapan. Konsep ajaran teknik bermain
drama tersebut antara lain, konsentrasi, kemampuan mendayagunakan
emosional, kemampuan laku dramatik, kemampuan melakukan observasi,
kemampuan menguasai irama.

B. Sejarah Drama dan Teater


Sejarah drama dapat dipaparkan menjadi dua kategori, yaitu sejarah
drama di dunia dan di Indonesia. Sejarah drama di dunia, secara singkat drama
datang dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus, asal kedua
istilah ini dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada awalnya, di
Yunani dramamuncul dari rangkaian upacara keagamaan suatu ritual
pemujaan terhadap para dewa. Istilah drama itu sendiri seperti pada masa
Aeschylus (525-456SM) –satu di antara tiga penyair tragedi Yunani– sudah
menyiratkan makna peristiwa, karangan, dan risalah. Pada masa awal
pertumbuhan, drama di Barat merupakan bentuk upacara agama yang
dilaksanakan di lapangan terbuka.
Perkembangan dramamemperlihatkan adanya pergeseran dari ritual
keagamaan menuju suatu oratoria, suatu seni bebicara yang
mempertimbangkan intonasi untuk mendapatkan efektivitas komunikasi. Dari
oratoria, kemudian perkembangan drama memperlihatkan adanya dua
kecenderungan besar. Di satu pihak, ada kecendernungan arotoria yang sarat
dengan musik sebagai elemen utamanya, kini dikenal dengan opera dan
operet. Di pihak lain muncul pula bentuk oratoria yang hanya mengandalkan
cakapan atau dialog sebagai elemen utama seperti yang kini kita kenal sebagai
drama.
Sedangkan sejarah drama di Indoenesia, drama merupakan kegiatan
untuk ritual keagamaan. Perkembangan drama pada dasarnya bergantung pada
sejauh mana masyarakat berinteraksi dengan dunia luar. Bentukdrama di
Indonesia awalnya hanya mengarah pada bentuk visual saja, bukan
dinominasikan sebagai hiburan.Bentuk awal drama Indonesia amat erat
kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, awalnya kegiatan
tersebut berupa ucapan serta lafalan, tahap berikutnya, pementasan drama
didukung oleh visualisasi dengan memadukan musik dan tari di dalamnya.
Tahapan selanjutnya, drama dinobatkan sebagai media hiburan dan
pertunjukan. Cerita-cerita yang dipentaskan diangkat dari mitos-mitos dan
legenda yang hidup di masyarakat. Hal yang menarik untuk masyarakat saat
menonton drama, bukan lah pada jalan ceritanya, tetapi bagaimana cerita itu
disampaikan dan membuat penonton terpesona melalui kemampuan
pemainnya yang bersifat supranatural. Sehingga kegiatan drama tetap
dianggap sakral dan serius.
Saat memasuki masa modern, yaitu pada tahun 1970-an sampai sekarang,
pengarang drama sudah banyak tersebar di Indonesia. Umumnya, pengarang
drama saat ini adalah mereka yang pernah bermain menjadi aktor.
Berdasarkan pengalaman pentasnya, kemudian mereka menyutradari
pementasan drama. Oleh karena itu, sering kali warna dan corak naskah drama
yang dihasilkan lebih berorientasi pada suasana pentas, bukan pada jalinan
cerita (kelogisannya).
Menurut Aristoteles, unsur yang membangun drama adalah Plot, yaitu
jalannya peristiwa; watak, yaitu agen atau pelaksana sekaligus penokohan
yang diperankan; tema, yaitu pikiran utama atau hal yang dijadikan alasan
dasar sebuah drama itu dibuat; bahasa, yaitu unsur atau alat yang
menerangkan watak; ritme, yaitu dinamika jalannya drama yang menciptakan
suasana hati penonton dapat berubah-ubah; dan terakhir adalah tontonan
(spectacle), yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat, seperti tata panggung, tata
rias, dan lain sebagainya.
Berdasarkan unsur yang membangun drama tersebut, drama dapat
dibedakan berdasarkan jenisnya. Segala hal yang terlihat membentuk
pementasan drama tersebut secara utuh. Maka, kategori drama dapat
dibedakan menjadi beberapa di antaranya: (1) drama tragedi, umumnya
bersifat ritual keagamaan, sehingga pertunjukannya berlangsung serius,
khidmat, puitis, dan filosofis. Para pemain drama ini selalu menghadapi
dilema moral yang sulit, dan di akhir cerita, biasanya tokoh utama mengalami
duka yang berat; (2) drama komedi, kata komedi berasal dari kata komoida,
artinya membuat gembira. Dalam membangun kegembiraan dan kesukacitaan,
pengarang dramalebih menumpukan hadirnya gelak tawa melalui pemilihan
diksi yang cerdas. Karena warna drama ini penuh dengan gelak tawa,
seringkali drama ini juga disebut drama gelak.
Kemudian, di Yunani Kuno, jenis drama komedi dibagi menjadi dua
macam berdasarkan cerita yang dipentaskan. Pertama, bertemakan sosial
politik dan kenegaraan, biasanya disebut komedi lama. Kedua, bertemakan
permasalahan kehidupan sehari-hari, biasanya disebut komedi baru; (3) drama
tragikomedi, drama yang menggabungkan antara tragedi dan komedi. Drama
ini hasil perpaduan dua kecenderungan emosional yang sangat mendasar pada
diri manusia; (4) melodrama, berasal dari alur opera yang diciptakan dengan
iringan musik. Atau berupa sebuah pementasan tanpa ada percakapan apa pun,
dalam hal ini emosi penonton dibangun melalui musik; (5) Farce, secara
umum dapat dikatakan sebagai sebuah sajian drama yang berifat karikatural.
Sebagai kisahan, ia bercorakkomedi, tetapi gelak yang muncul itu sendiri
ditampilkan melalui ucapan dan perbuatan. Dalam konteks masa kini, banyak
yang menyamakan farce dengan “komedi situasi” di sejumlah tayangan
televisi.

C. Jenis-jenis Drama
a. Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
1) Drama Baru/Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan memberikan pendidikan
kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
Contoh drama baru/modern adalah sinetron, opera, dan film.
2) Drama Lama/Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang
kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian
luar biasa, dan sebagainya.

b. Drama menurut kandungan isi ceritanya, yaitu:


1) Tragedi
Drama tragedi adalah sejenis drama yang berakhir dengan kesedihan, biasanya
setidak-tidaknya terjadi suatu kematian memiliki sifat kepahlawanan dan
keberanian. Peristiwa yang ditampilkan adalah peristiwa yang jujur dan murni.
Suesuatu yang terjadi haruslah terjadi tidak boleh dibelokkan pada kebetulan
yang menyenangkan. Kasihan dan rasa takut merupakan emosi-emosi dasar
yang tertumpah terhadap pelaku utama. Kegagalan dalam memperjuangkan
kebenaran menimbulkan rasa kasihan dan sekalihus rasa setia kawan. Di
dalam tragedi besar, umumnya digambarkan pemuda yang gagah perkasa
mempertaruhkan diri menentang segala rintangan dan kezaliman namun ia
tidak mempunyai kekuatan yang seimbang, sehingga ia menemui kegagalan,
dan bahkan kematian.
2) Komedi
Drama komedi adalah sejenis drama yang berfungsi menyenangkan hati atau
memancing suasana gembira dalam bentuk tersenyum kecil sampai terbahak-
bahak. Komedi muncul karena adanya kesadaran mengenal sesuatu yang kita
anggap normal, pantas, dan sopan yang kemudian secara intelegensia kita
bandingkan dengan apa yang terjadi di atas panggung. Bila yang terjadi
menyimpang dari apa yang kita kenal maka muncullah rasa lucu tersebut.
Oleh karena itu lebih mementingkan situasi daripada dialogapik dan berlian.
3) Tragedikomedi
Drama tragedi komedi adalah drama yang umumnya mengetengahkan suatu
unsur kegembiraan dan kelucuan di bagian awal kemudian disusul oleh
peristiwa-peristiwa tragis. Dengan begitu berkecenderungan untuk
memperlihatkan hal-hal yang bersifat duniawi yang membaurkan segi suka
dan duka itu, atau suka dan duka itu datangnya silih berganti, di dalam
kehidupan sesutau kita memperoleh sesuatu yang lain.
Dari segi alurnya, tragikomedi ini mempunyai dua kemungkinan alur, yakni
alur yang berakhir sedih dan yang berakhir gembira. Alur yang berakhir
gembira diawali dengan kesedihan dan alur yang berakhir sedih diawali
dengan kegembiraan, hambatan, dan kesusahan.
4) Melodrama
Melodrama merupakan jenis drama komedi. Tetapi nilainya lebih rendah,
bahkan sukar untuk dikatakan sebagai drama yang baik, disebabkan
mengekploitasi emosi penonton yang kurang kritis dengan menyuguhi adegan
horor, memancing perasaan belas kasihan secara berlebihan, dan tidak
memeperlihatkan hubungan logis antara sebab akibat. Oleh sebab itu,
melodrama tidak pernah akan berhasil bila ia tidak berlandaskan tujuan-tujuan
yang baik.
5) Lelucon/Dagelan
Lelucon adalah drama berpola komedi. Gelak tawa dimunculkan lewat kata
dan perbuatan. Yang ditonjolkan dalam drama ini adalah kelucuan yang
mengundang gelak tawa agar penonton merasa senang.
6) Opera
Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Lagu
yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pemain
lain. Demikian pula irama musik pengiringnya. Drama jenis ini memang
mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya hanya sebagai
sarana. Opera yang pendek namanya operet.
7) Tablo
Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak
mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan. Jalan cerita
dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu. Bunyi-bunyian pengiring (bukan
musik) untuk memperkuat kesan gerakan-gerakan yang dilakukan pemain.
Jadi, yang ditonjolkan dalam drama jenis ini kekuatan akting para pemainnya.
8) Sendrtari
Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para pemain
adalah penari-penari berbakat. Rangkaian ceritanya diwujudkan dalam bentuk
tari.

c. Berdasarkan Dengan Sarana Pementasan


1) Drama Panggung
Drama yang dimainkan oleh para aktor yang dipentaskan diatas panggung.
2) Drama radio
Drama ini tidak bisa tonton secara langsung, tetapi hanya bisa didengar
oleh penimat.
3) Drama televisi
Drama ini hampir sama dengan drama panggung, namun tidak bisa diraba
dan hanya bisa ditonton saja.
4) Drama film
Drama ini menggunakan media layar lebar serta biasanya dipertunjukkan
di bioskop.
5) Drama wayang
Drama ini ketika pertunjukan diiringi oleh pagelaran wayang.
6) Drama boneka
Drama ini seorang tokoh di digambarkan dengan oneka yang dimainkan
oleh bebrapa orang.
Daftar Pustaka

Wiyanto, Asul.2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo


Hasanuddin. 1996. Drama dalam Karya Dua Dimensi. Bandung: Angkasa.
Depdikbud.
Endraswara,Suwardi.2011. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta : PT Buku.Seru

Anda mungkin juga menyukai